Determinan Tindakan Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Hipertensi Di Kecamatan Belawan

(1)

DETERMINAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI

DI KECAMATAN BELAWAN

T E S I S

Oleh

MASDAR GINTING 057023011/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

DETERMINAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI


(2)

T E S I S

Oleh

MASDAR GINTING 057023011/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi


(3)

Judul Tesis : DETERMINAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI DI KECAMATAN BELAWAN

Nama Mahasiswa : Masdar Ginting Nomor Pokok : 057023011

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (drh.Rasmaliah, M.Kes) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 4 Juni 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP Anggota : 1. drh. Rasmaliah, M.Kes

2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM 3. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si


(5)

PERNYATAAN

DETERMINAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI

DI KECAMATAN BELAWAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,


(6)

ABSTRAK

Penyakit hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian dan faktor risiko utama kematian akibat penyakit jantung. Puskesmas Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu Puskesmas di Kota Medan yang memiliki penderita hipertensi cukup tinggi dengan jumlah penderita tahun 2007 sebanyak 3.636 penderita. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang tindakan masyarakat dalam pencegahan hipertensi di Kecamatan Medan Belawan.

Rancangan penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel sebanyak 195 orang dengan kriteria laki-laki/ perempuan pada usia > 40 tahun, sampel diambil secara proporsional sampling. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik.

Hasil penelitian pada faktor internal menunjukkan 69,7 % responden pada kelompok umur 46-60 tahun, 51,8% jenis kelamin laki-laki, 44,6 % pendidikan tamat SLTP dan 55,4 % berpenghasilan ≥ UMP Sumut. Hasil uji chi square menunjukkan seluruh faktor internal berhubungan dengan pengetahuan masyarakat dalam pencegahan penyakit hipertensi (p=0,000). Pada faktor eksternal : 51,8 % peran media massa berada pada kategori baik dan 56,4% peran keluarga dan teman pada kategori baik. Secara statistik seluruh faktor eksternal berhubungan dengan pengetahuan masyarakat (p=0,000). Pengetahuan masyarakat pada kategori baik sebesar 48,2 %, dan secara statistik berhubungan dengan sikap (p=0,000). Tingkat pengetahuan masyarakat (48,2 %) pada kategori baik dan sikap masyarakat (48,7%) pada kategori baik. Secara statistik pengetahuan dan sikap berhubungan dengan tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit hipertensi (p=0,000). Hasil Hasil uji regresi logistik (multivariat)menunjukkan faktor internal berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat dengan nilai Exp( ) untuk umur (51,659), pendidikan (6,017), dan penghasilan (7,307). Faktor eksternal berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat dengan nilai Exp( ) untuk peran media massa (2.834) dan peran keluarga atau teman (3.934) Pengetahuan berpengaruh terhadap sikap tentang hipertensi dengan nilai Exp( ) ( 6.232) Demikian juga dengan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit hipertensi berpengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit hipertensi, dengan nilai Exp( ) untuk pengetahuan (16.546 dan sikap (21.620)

Diharapkan peningkatan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang pencegahan penyakit hipertensi, pelaksanaan pelayanan kesehatan, khususnya kegiatan deteksi dini penyakit hipertensi sehingga dapat dilakukan program penanggulangan secara cepat untuk menghindari hipertensi berat sehingga masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi, serta mampu melakukan tindakan pencegahan secara baik dan benar. Masyarakat hendaknya lebih memperhatikan gaya hidup yang sehat, khususnya dalam hal pola makan, aktifitas fisik dan pengendalian stress yang dapat memicu terjadi penyakit hipertensi


(7)

ABSTRACT

Hypertension is one of the causes of death as well as a main risk factor of death caused by heart disease. The Puskesmas (Community Health Center) of Medan Belawan Sub-district is one of the community health centers in Medan which treats a quite big number of patients with hypertension (3.636 patients) in 2007. Based on this condition, it is a need to conduct a study on community action in hypertension control in Medan Belawan Sub-district. This observational analytical with cross sectional design is conducted to examine the action taken by the community to prevent the incident of hypertension with the samples of 195 persons (men and women) of ≥ 40 years old selected through the proportional sampling technique. Analysis data by chi square test and regression logistic test.

The result of the study on the internal factor shows that 69.7% of the respondents belong to the age group of 46 – 60 years old, 51.8% are male, 44.6% are SLTP (Junior High School) graduates, 55.4% with the income ≥ the provincial minimum wage (UMP) of Sumatera Utara. Statistically by chi square test shows all of the internal factors are related to the knowledge of community in preventing the hypertension (p = 0.000). Of the external factor, 51.8% of the role of mass media is in good category and 56.4% of the role of family and friends is in good category. Statistically, all of the external factors are related to the knowledge of community (p = 0.000). 48.2% of the knowledge of community is in good category and is statistically related to attitude (p = 0.000). The level of the knowledge of community is in good category (48.2%) and the attitude of community is also in good category (48.7%). Statistically, knowledge and attitude are related to the action taken by the community in the prevention of hypertension (p = 0.000). The result of regression logistic test (multivariate) analysis shows that the internal factor has an influence on the knowledge of community with the value of Exp ( ) = 51.659 for age, 6.017 for education and 7.307 for earnings/income. The external factor has an influence on the knowledge of community with the value of Exp ( ) = 2.834 for mass media and 3.934 for the role of family and friends. Knowledge has an influence on the attitude of community toward hypertension with the value of Exp ( ) = 6.232. Knowledge of community with Exp ( ) = 16.546 and attitude of community toward hypertension with Exp ( ) = 21.620 have an influence on the action taken by community in hypertension prevention.

It is expected that the communication, information and education programs on hypertension prevention and the implementation of health service especially the activity of hypertension early detection are improved so that an accurate hypertension control program can be done immediately to prevent severe hypertension in order to enable the community to improve their knowledge on hypertension and capability of taking preventive action well. Also, the community should pay more attention to the healthy life style especially in terms of consumption pattern, physical activity and stress control that can trigger the incident of hypertension.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Determinan Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Penyakit Hipertensi di Kecamatan Belawan”.

Dengan selesainya tesis ini, selain atas upaya penulis sendiri, juga tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

Ibu Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Bapak Prof.dr.Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP, sebagai Ketua Komisi Pembimbing Tesis yang telah banyak memberikan bimbingan penulisan.

Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes sebagai Anggota Komisi Pembimbing Tesis yang banyak memberikan bimbingan penulisan.

Bapak Dr. Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si masing-masing sebagai Ketua Komisi Penguji dan anggota yang banyak memberikan bimbingan penulisan.


(9)

Seluruh Dosen Pascasarjana Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis mengikuti pendidikan dan penyelesaian thesis.

Rekan-rekan mahasiswa Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Sekolah Pascasarjana USU Medan tahun 2005.

Bapak dr.H.Syahril Aritonang, MHA, sebagai Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan yang telah memberikan izin kepada penulis melanjutkan pendidikan lanjutan di pascasarjana USU Medan. Demikian juga rekan-rekan kerja pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan yang telah memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaian penelitian ini.

Ibu dr. Roos Helrita Sinaga, sebagai Kepala Puskesmas Kecamatan Belawan yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian.

Bapak Camat Kecamatan Belawan, Lurah yang telah membantu penulis selama proses pengumpulan data di Kecamatan Belawan beserta seluruh masyarakat di Kecamatan Belawan yang telah bersedia menjadi responden dan memberikan keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Istriku tercinta Ir. Siti Suharni Simamora serta anakku tersayang Wawan Mahendra Ginting, Ghina Verina Ginting dan Ghita Fernanda Ginting atas pengertiannya dan yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan, pengorbanan, sehingga penulis dapat menyelesaikan thesis ini.

Orangtua, Mertua, serta Saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan bantuan serta dorongan selama perkuliahan sampai selesainya penyusunan tesis ini.


(10)

Akhirnya, semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufik dan hidayahNya kepada kita semua, dan penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Masdar Ginting, lahir pada tanggal 01 Januari 1960 di Kecamatan Tiga Juhar Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, anak ke-lima dari sepuluh bersaudara dari pasangan Ayahanda Alm. Muis Ginting dan Almh. Sya’diah Lubis

Pendidikan formal penulis, dimulai dari Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri Tiga Juhar selesai pada tahun 1972, Sekolah Menengah Pertama di SMP 17 Agustus Tiga Juhar selesai tahun 1975, Sekolah Menengah Atas Negeri Labuhan Deli selesai tahun 1980, SPPH (D1) di Medan selesai pada tahun 1981, APK (D III ) Kabanjahe selesai 1992, S-1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan selesai pada Tahun 2002 dan Pascasarjana AKK Universitas Sumatera Utara selesai 2008

Mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 1983 di Belawan, tahun 1986 di Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah, tahun 1993 di Pangkalan Susu Kabupaten Langkat dan tahun 2007 sampai saat ini di Belawan.

Tahun 1996 penulis menikah dengan nona Ir. Siti Suharni Simamora putri ketiga dari Bapak Syarifuddin Simamora dengan Ibu Masna Tanjung, penulis dikaruniai seorang putra Wawan Mahendra Ginting dan dua orang putri Ghina Verina Ginting dan Ghita Fernanda Ginting.

Tahun 2005 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Hipotesis Penelitian... 8

1.5.Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Faktor Perilaku Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat ... 10

2.2. Ranah Perilaku ... 11

2.2.1. Knowledge (Pengetahuan)... 11

2.2.2. Attitude (Sikap) ... 12

2.2.3. Practice (Tindakan) ... 13

2.3. Indikator Perubahan Perilaku... 14

2.3.1. Pengetahuan ... 14

2.3.2. Sikap... 15


(13)

2.4. Determinan Perilaku... 16

2.4.1. Faktor Internal... 16

2.4.2. Faktor Eksternal ... 17

2.5. Hipertensi ... 18

2.5.1. Pengertian Hipertensi ... 18

2.5.2. Epidemiologi Hipertensi ... 19

2.5.3. Determinan Hipertensi ... 20

2.6. Pencegahan Hipertensi ... 27

2.6.1. Pencegahan Primordial... 27

2.6.2. Pencegahan Primer... 28

2.6.3. Pencegahan Sekunder... 28

2.6.4. Pencegahan Tertier... 30

2.7. Landasan Teori... 30

2.8. Kerangka Konsep ... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan sampel... 33

3.3.1.Populasi ... 33

3.3.2. Sampel... 34

3.4. Metode Pengumpulan data... 35

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 36

3.6. Metode Pengukuran ... 38

3.6.1. Media massa... 38

3.6.2. Peran Keluarga/ Teman... 38

3.6.3. Pengetahuan ... 39


(14)

3.6.5. Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Hipertensi ... 41

3.7. Metode Analisis Data... 42

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 43

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

4.1.1. Kondisi Geografi... 43

4.1.2. Demografi ... 43

4.1.2.1. Umur dan Jenis Kelamin... 43

4.1.2.2. Jenis Pekerjaan... 44

4.1.2.3. Tingkat Pendidikan ... 45

4.1.3. Deskripsi Sarana, Tenaga Kesehatan dan Penyakit Hipertensi 46 4.1.3.1. Sarana Pelayanan Kesehatan ... 46

4.1.3.2. Tenaga Pelayanan Kesehatan... 46

4.1.3.3. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Medan Belawan... 47

4.1.3.4. Lapangan Olah Raga... 47

4.2.. Deskripsi Responden ... 48

4.2.1. Karakteristik Faktor Internal ... 48

4.2.2. Faktor Eksternal (Peran Media massa dan Peran Keluarga/ Teman) ... 49

4.2.3. Pengetahuan tentang Hipertensi... 50

4.2.4. Sikap tentang Hipertensi ... 51

4.2.5. Tindakan Pencegahan Hipertensi... 52

4.3. Hasil Uji Bivariat ... 53

4.4 . Hasil Uji Multivariat (Regresi Logistik) ... 57

BAB 5 PEMBAHASAN ... 61

5.1. Pengaruh Umur Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi... 61

5.2. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi... 62


(15)

5.3. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang

Hipertensi ... 63

5.4. Pengaruh Penghasilan Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi... 64

5.5. Pengaruh Peran Media Massa Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi ... 65

5.6. Pengaruh Peran Keluarga/ Teman Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi... 66

5.7. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Sikap Masyarakat Tentang Hipertensi... 67

5.8. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Hipertensi ... 68

5.9. Pengaruh Sikap Terhadap Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan Hipertensi... 69

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

6.1. Kesimpulan ... 70

6.2. Saran... 71


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1. Jumlah Unit Sampel Setiap Kelurahan Berdasarkan Proporsi ... 35 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Medan Belawan... 44 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kecamatan Medan

Belawan ... 44 4.3. Distribusi Penduduk Penduduk Usia di Atas Sepuluh Tahun Menurut

Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007 ... 45 4.4. Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Medan

Belawan ... 46 4.5. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Medan Belawan ... 47 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Faktor Internal

di Belawan... 48 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Eksternal (Peran Media

Massa dan Peran Keluarga/Teman) di Belawan... 48 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Hipertensi

di Belawan... 51 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Hipertensi di Belawan ... 52 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan tentang Hipertensi di

Belawan ... 52 4.11. Hubungan Faktor Internal (Karakteristik) dengan Pengetahuan tentang

Hipertensi ... 53 4.12. Hubungan Faktor Eksternal (Peran Media Massa dan Peran


(17)

Keluarga/Teman) dengan Pengetahuan tentang Hipertensi ... 55

4.13. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Tentang Hipertensi... 56

4.14. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi ... 56

4.15. Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi ... 57

4.16. Hasil Uji Regresi (Multivariat) Faktor Internal terhadap Pengetahuan Tentang Hipertensi ... 58

4.17. Hasil Uji Regresi (Multivariat) Faktor Eksternal Terhadap Pengetahuan tentang Hipertensi ... 59

4.18. Hasil Uji Regresi (Multivariat) Pengetahuan Terhadap Sikap tentang Hipertensi ... 59

4.19. Hasil Uji Regresi (Multivariat) Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Pencegahan Hiperteni ... 60


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Hubungan Status Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Kesehatan ... 31 2. Kerangka Konsep Determinan Tindakan Masyarakat dalam Pencegahan


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Media Massa... 76

2. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Keluarga/ Teman ... 77

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Hipertensi ... 78

4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Tentang Hipertensi ... 80

5. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan Hipertensi ... 81

6. Uji Validitas ... 83

7. Uji Reliabilitas ... 87

8. Hasil Uji Bivariat (Crosstabs) ... 91

9. Hasil Uji Multivariat (Logistic Regression)... 98

10. Kuesioner Penelitian ... 106

11. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Pengumpulan Data... 113


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tingkat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa, selain tingkat pendidikan dan pendapatan. Tanpa rakyat yang sehat, tentu akan sulit mengharapkan produktifitas yang tinggi dari rakyat yang berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan demikian kesehatan menjadi syarat bagi pembangunan, termasuk dalam peningkatan kualitas dan produktifitas sumber daya manusia.

Derajad kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : Lingkungan, Perilaku, Pelayanan kesehatan dan Keturunan. Menurut penelitian Blum pada waktu itu, dari ke empat faktor tersebut maka faktor lingkunganlah yang paling besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan masyarakat. Namun sejalan dengan kemajuan di berbagai bidang di negara berkembang dan Indonesia khususnya, masalah perilaku masyarakat justru memberikan kontribusi yang terbesar terhadap status kesehatan masyarakat itu sendiri.

Pada saat ini telah terjadi transisi epidemiologi dengan adanya kecenderungan pola penyakit yaitu di samping penyakit infeksi yang belum tertangani dengan tuntas, pada saat yang sama juga muncul penyakit non infeksi yaitu penyakit degeneratif seperti penyakit hipertensi, stroke, kanker, diabetes mellitus dan lain-lain (Depkes, 2005).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat


(21)

sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkanya (Vita Health, 2004).

Dari berbagai penelitian diketahui bahwa perilaku memberikan kontribusi terbesar terhadap tingkat kesehatan masyarakat karena berbagai penyakit degeneratif yang terjadi pada saat ini seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, hipertensi adalah akibat perilaku yang tidak sesuai dengan standard kesehatan, misalnya pola makan yang salah yang cenderung mengonsumsi makanan mengandung kadar garam dan lemak yang tinggi dalam menu sehari-hari, suka merokok, kurang olah raga, stress dan sebagainya.

Menurut Budiman (1999) bahwa faktor makanan merupakan penentu tingginya tekanan darah meliputi intake lemak jenuh tinggi menyebabkan kelebihan lemak tubuh atau obesitas, intake garam tinggi, dan intake kalium rendah. Sedangkan

gaya hidup yang berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi adalah kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan kurangnya olah raga.

Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian yang utama baik secara nasional maupun global. Komplikasi hipertensi antara lain penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal dsb. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung koroner tiga kali, sedangkan hipertensi dan hiperkolesterolemi meningkatkan risiko menjadi 9 kali dan akan lebih meningkat lagi menjadi 16 kali pada penderita hipertensi lain seperti merokok (Bustan,1997).

Di berbagai negara saat ini, prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan, stress psikososial. Data prevalensi hipertensi di berbagai negara antara lain Jepang (15 – 22 %), China (21,8 – 25,0 %), Belgia (12,6 – 16,3%) dan Spanyol (9,4 – 13,3 %) Di Amerika 15 % golongan kulit putih dewasa dan antara 25 sampai 30 % golongan


(22)

kulit hitam menderita hipertensi (Darmojo, 2001).

Prevalensi hipertensi juga meningkat sesuai pertambahan umur. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization) bahwa sekitar 10 % penderita hipertensi adalah berusia 50 tahun, 20 % berusia 60 tahun dan meningkat menjadi 30 % pada usia 70 tahun atau lebih. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di negara maju maupun negara berkembang. Pada tahun 2000 sebanyak 972 juta (26 %) orang dewasa di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan tahun 2025 sekitar 29 % orang dewasa menderita hipertensi.

Sedangkan prevalensi hipertensi sebagaimana penelitian yang dilakukan Darmojo, dkk dari tahun 1976 – 1990 di berbagai kota di Indonesia tercatat antara 4,8 – 18,3 %. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2001, Prevalensi hipertensi pada golongan umur di atas 25 tahun meningkat dari 8 % tahun 1995 menjadi 28 % tahun 2001 (Hapsara 2004).

Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara (2001) bahwa berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian sebesar 27, 02% (1.162 orang) sedangkan pada kelompok umur > 60 tahun sebesar 20,23% (1.349 orang).

Dari Profil Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2007 tercatat bahwa penyakit hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak penderitanya di kota


(23)

Medan dengan jumlah penderita 423.656 orang atau 11 % Belawan adalah peringkat ke empat penderita hipertensi tertinggi.

Menurut penelitian yang dilakukan Rasmaliah, dkk di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Marelan tahun 2004 diketahui bahwa angka kejadian hipertensi pada masyarakat di atas usia 26 tahun adalah 26,4% dan penderita hipertensi lebih banyak pada kelompok umur 45 – 60 tahun

yaitu 30,8%

Kecamatan Medan Belawan memiliki luas wilayah 26,25 km2 terdiri dari 6 kelurahan dengan jumlah penduduk 94.196 jiwa, memiliki satu Puskesmas induk dan lima Puskesmas Pembantu (Pustu). Dengan demikian untuk kecamatan Belawan satu kelurahan memiliki satu Puskesmas induk dan lima kelurahan masing-masing

memiliki satu Puskesmas Pembantu (Pustu) Dari data laporan tahunan Puskesmas induk Belawan yang mencakup data

seluruh Pustu tercatat penyakit Hipertensi merupakan penyakit peringkat ke dua terbesar tahun 2006 dengan jumlah penderita sebanyak 3.629 orang. Sedangkan jumlah seluruh kunjungan pasien yang datang berobat pada tahun yang sama sebanyak 32.120 orang, dengan demikian proporsi kunjungan penderita penyakit hipertensi tahun 2006 adalah sebanyak 11,3 %

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap sepuluh orang penderita hipertensi di Puskesmas Belawan diketahui bahwa penderita hipertensi umumnya memiliki pola makan yang tidak terkontrol, jarang/ tidak pernah melakukan pengukuran tekanan darah.

Tingkat pengetahuan penderita tentang hipertensi bervariasi. Sebahagian penderita kurang memahami penyakit hipertensi, gejala serta faktor risikonya.


(24)

Sebahagian lagi penderita sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi namun dalam tindakannya masih sulit meninggalkan kebiasaan yang justru memperparah penyakit tersebut, seperti pola makan yang tidak terkontrol dan suka merokok. Menurut Budiman (1999) bahwa faktor makanan merupakan penentu tingginya tekanan darah terutama makanan yang mengandung tinggi kadar garam dan lemak jenuh disamping merokok, minum alkohol dan kurang aktifitas fisik.

Aktifitas fisik penderita hipertensi juga sangat rendah, disamping karena faktor ketidaktahuan juga karena malas dan cepat lelah. Penderita hipertensi juga memiliki riwayat salah satu anggota keluarga menderita hipertensi.

Dari wawancara yang dilakukan terhadap perawat di Puskesmas Belawan diketahui bahwa banyak penderita hipertensi yang datang berobat setelah tekanan darahnya cukup tinggi dan setelah terdeteksi menderita penyakit darah tinggi kurang teratur berobat. Menurut WHO bahwa salah satu masalah utama dalam mengontrol hipertensi adalah kemampuan pasien untuk patuh terhadap tenaga kesehatan. Dari data WHO menunjukkan bahwa hanya 60 % dari penderita hipertensi yang dapat benar-benar mengikuti petunjuk petugas kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian kohort yang dilakukan selama 13 tahun yaitu sejak tahun 1988 – 2000 menunjukkan persentase penderita hipertensi yang berobat teratur di perkotaan (18,9 %) dan di pedesaan (10,9 %) (Kusmana, 2007).

Dari wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat yang berusia di atas 40 tahun di lima wilayah kerja Puskesmas Belawan diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang hipertensi masih sangat rendah, demikian juga


(25)

dengan tindakan terhadap pencegahan penyakit hipertensi. Beberapa masyarakat sering mengalami keluhan sakit kepala, pusing, terasa berat di tengkuk namun hanya sebahagian yang mencari pengobatan ke unit pelayanan kesehatan, selebihnya membiarkan keluhan tersebut.

Dari penelitian yang dilakukan Badan Litbangkes di Depok Jawa Barat tentang hubungan antara tanggapan masyarakat terhadap pencegahan hipertensi diketahui bahwa 34,5 % masyarakat melakukan kegiatan olah raga untuk mencegah hipertensi dan pada umumnya masyarakat telah memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi namun belum ditunjang prilakunya dalam pencegahan hipertensi.dengan alasan takut memeriksa tekanan darah secara berkala, atau minum obat jika ada keluhan.

Menurut penelitian yang dilakukan Marpaung (2005) tentang perilaku pegawai di Deli Serdang terhadap pencegahan penyakit hipertensi diketahui bahwa 42,56 % pegawai memiliki pengetahuan yang baik tentang hipertensi namun hanya 24,39 yang memiliki tindakan yang baik dalam mencegah penyakit tersebut.

Menurut Sarafino (2002), berbagai faktor yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan pencegahan penyakit antara lain tingkat keseriusan/ keparahan penyakit yang dirasakan, adanya faktor eksternal seperti peran media massa, peran keluarga/ teman dan adanya hambatan yang dihadapi dalam melakukan pencegahan tersebut.

Mengacu pada latar belakang tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang determinan tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di


(26)

Belawan sehingga dapat diketahui pemecahan masalah yang tepat dalam penanganan penyakit tersebut.

1.2. Permasalahan

Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah determinan tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan ?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Menganalisis pengaruh faktor internal (umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan) terhadap pengetahuan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan.

b. Menganalisis pengaruh faktor eksternal (peran media massa, keluarga/ teman) terhadap pengetahuan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan

c. Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap sikap masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan

d. Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di kecamatan Belawan

e. Menganalisis pengaruh sikap terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan.


(27)

a. Ada pengaruh faktor internal (umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan) dengan pengetahuan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan.

b. Ada pengaruh faktor eksternal (media massa, keluarga/ teman) terhadap pengetahuan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan

c. Ada pengaruh pengetahuan terhadap sikap masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Belawan

d. Ada pengaruh pengetahuan terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan

e. Ada pengaruh sikap terhadap tindakan masyarakat dalam mencegah penyakit hipertensi di Kecamatan Medan Belawan.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Merupakan bahan masukan bagi pembuat kebijakan di Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya untuk pengambilan keputusan dalam program pencegahan dan penanggulangan hipertensi di Kota Medan.

b. Merupakan bahan masukan bagi Kepala Puskesmas Belawan untuk penyusunan strategi dalam program pencegahan dan penanggulangan hipertensi di Kecamatan Medan Belawan.


(28)

c. Sebagai pengembangan konsep-konsep di bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, khususnya pada Program Pencegahan dan penanggulangan hipertensi di kecamatan Medan Belawan.

d. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis tentang determinan-determinan yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Faktor Perilaku Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat

Derajad kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Dari ke empat faktor tersebut maka faktor lingkungan dan faktor perilaku yang paling besar pengaruhnya terhadap status kesehatan masyarakat. Namun untuk konteks negara berkembang dan Indonesia khususnya pada saat ini diyakini bahwa faktor perilaku merupakan faktor yang memberikan kontribusi terbesar yang mempengaruhi kesehatan masyarakat.

Berbagai penyakit yang tergolong degeneratif dewasa ini terjadi akibat perilaku yang salah, yang tidak sesuai dengan standard kesehatan seperti, suka makan makanan yang mengandung kadar natrium yang tinggi, suka merokok/ minuman alkohol, kurang olah raga, dan sebagainya.

Menurut Notoatmodjo (2003) yang mengutip Skiner bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Prosesnya adalah adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon.

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku manusia sangat kompleks dan terjadi karena adanya faktor ekternal yaitu rangsangan dari luar individu yang saling mempengaruhi. Faktor eksternal yang mempengaruhi individu bisa dari lingkungan sosial, lingkungan media massa seperti (majalah, surat kabar, televisi,


(30)

radio, internet) yang diramu sedemikian rupa sehingga menarik dan menimbulkan rangsangan sehingga dapat merubah perilaku.

2.2. Ranah Perilaku

Menurut Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2005) bahwa perilaku sangat luas dan kompleks dan dapat di bagi menjadi tiga domain atau ranah yaitu : cognitive, affective dan psychomotor. Namun dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasikan untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan menjadi : Knowledge (Pengetahuan), Attitude ( Sikap) dan Practice (Tindakan) atau disingkat KAP.

2.2.1. Knowledge (Pengetahuan).

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan (pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba).

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo, (2005) bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses sbb:

a. Awarness (kesadaran), seseorang menyadari dan mengetahui adanya stimulus. b. Interest, mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, menimbang-nimbang/ mengevaluasi baik tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya.

d. Erial, mencoba perilaku baru

e. Adoption, telah terjadi perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


(31)

Rogers juga menyimpulkan bahwa proses adopsi baru akan relatif lebih langgeng jika didasari pengetahuan, kesadarn dan sikap yang positif.

Dari hasil penelitian Marpaung (2005) tentang perilaku pegawai di Deli Serdang diketahui bahwa hanya 42,56 % pegawai yang memiliki pengetahuan baik tentang hipertensi.

2.2.2. Attitude ( Sikap)

Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan, KBBI (2005) Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau object. Manifestasi dari sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, (Notoatmodjo, 2003)

Sedangkan menurut Abraham, (2003) bahwa sikap dibentuk dari tiga komponen yaitu emosi/ perasaan terhadap objek sikap, keyakinan dan keinginan. Tingkatan Sikap

a. Receiving (Menerima), seseorang (subject) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (object)

b. Responding ( Merespon), merespon/ mengerjakan tugas yang diberikan.

c. Valuing (Menghargai), mengajak orang lain untuk mengerjakan/ mendiskusikan sesuatu masalah.

d. Responsible (Bertanggung-jawab), bertanggung-jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya walau apapun risiko dan tantangannya.

Menurut Allport sebagaimana dikutip Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :


(32)

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek c. Kecendrungan untuk bertindak

Ketiga komponen sikap tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dan dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

2.2.3. Practice (Tindakan)

Menurut Depdiknas (2005) tindakan adalah sesuatu yang dilakukan; perbuatan. Tindakan terdiri dari empat tingkatan yaitu :

a. Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai object sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil.

b. Guided response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

c. Mechanism (Mekanisme), telah terjadi mekanisme dan melakukan sesuatu secara otomatis dan akan menjadi kebiasaan.

d. Adoption (Adopsi), tindakan yang sudah berkembang dengan baik

Pengukuran terhadap tindakan/ kegiatan seseorang terhadap sesuatu hal dapat dilakukan melalui wawancara ataupun observasi langsung.

Tingkat pengetahuan seseorang tentang hipertensi bukan menjadi ukuran akan tindakannya terhadap pencegahan penyakit tersebut.


(33)

2.3. Indikator Perubahan Perilaku :

Indikator Perubahan Perilaku antara lain : 2.3.1. Pengetahuan

Terkait dengan penyakit hipertensi, apa yang dilakukan jika terkena penyakit hipertensi tersebut sangat tergantung kepada tingkat pengetahuan dan sikapnya terhadap penyakit tersebut. Apa yang dimaksud dengan hipertensi, bagaimana terjadinya penyakit hipertensi, bagaimana pengobatan dan pencegahannya. Apa saja makanan yang baik untuk mencegah hipertensi, bahaya merokok dan pentingnya olahraga dan relaksasi bagi hipertensi.

Tingkat pengetahuan masyarakat yang baik tentang hipertensi akan lebih memudahkannya dalam mencegah dan mengobati penyakit tersebut. Namun sebaliknya jika masyarakat kurang paham tentang hipertensi maka akan lebih menyulitkan dalam penyembuhan maupun pencegahannya. Pengetahuan tentang sakit/ penyakit antara lain.

1) Penyebab penyakit, misalnya pengetahuan seseorang tentang penyebab terjadinya penyakit hipertensi :

2) gejala/ tanda-tanda penyakit tersebut, misalnya hipertensi mempunyai gejala antara lain sering mengalami sakit kepala, pusing, mudah marah, telinga berdenging, rasa berat ditengkuk dll

3) bagaimana cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan jika terjadi penyakit tersebut


(34)

4) bagaimana proses terjadi penyakit tersebut 5) bagaimana pencegahan penyakit tersebut.

Sedangkan pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan pola hidup sehat antara lain :

1) Jenis-jenis makanan bergizi

2). Manfaat makanan bergizi bagi kesehatan 3) Pentingnya olah raga bagi kesehatan 4) Bahaya merokok, minuman keras, dsb

5) Pentingnya istrahat cukup, relaksasi, rekreasi, dsb 2.3.2. Sikap

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit, bagaimana penilaiannya terhadap gejala/ tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, pencegahan dan sebagainya.

b. Sikap dan cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, bagaimana penilaian atau pendapatnya tentang pemeliharaan/ cara-cara hidup sehat, olah raga, makanan bergizi dan sebagainya.

2.3.3. Tindakan

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit, bagaimana tindakannya terhadap pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit.

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, olah raga teratur, tidak merokok, dsb.


(35)

2.4. Determinan perilaku

Menurut Green dalam Notoadmodjo (2003) bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu predisposing factor (faktor pemudah), enabling factor (faktor pemungkin) dan reinforcing factor (faktor penguat) Ketiga faktor tersebut disebut juga determinan perilaku. Determinan menurut Depdiknas (2005) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi atau berpengaruh.

Sedangkan determinan perilaku menurut Notoadmodjo (2003) adalah faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda. Faktor determinan perilaku itu ditentukan atau dipengaruhi oleh perilaku (individu, keluarga, kelompok atau masyarakat). Notoadmodjo membagi determinan perilaku menjadi 2 bagian yaitu:

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

2.4.1. Faktor Internal

Faktor internal adalah karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan. Yang termasuk karakteristik masyarakat adalah faktor umur, jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan.


(36)

a..Umur.

Penyakit hipertensi jarang ditemukan pada anak-anak. Dari berbagai penelitian diketahui bahwa umur penderita hipertensi umumnya adalah di atas 30 tahun. b. Jenis Kelamin.

Jenis kelamin laki-laki menderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan wanita, hal ini kemungkinan karena faktor risiko pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan wanita. Faktor risiko hipertensi antara lain : merokok, suka minum alkohol, kopi dan sebagainya. Namun jenis kelamin wanita penderita hipertensi lebih tinggi pada wanita usia di atas 50 tahun.

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang tinggi lebih memahami dan mengerti tentang hipertensi sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit hipertensi.

d. Penghasilan

Tingkat penghasilan yang tinggi akan lebih memudahkan orang dalam melakukan tindakan pencegahan hipertensi karena penghasilan yang tinggi akan memudahkan membeli dan mengonsumsi buah-buahan yang baik bagi kesehatan 2.4.2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal meliputi peranan media massa, adanya dukungan keluarga dan teman terhadap tindakan pencegahan hipertensi. Media massa memegang peranan penting dalam tindakan masyarakat mencegah hipertensi karena media massa


(37)

baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan pengetahuan individu tentang penyakit hipertensi. Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi, cara pencegahan dan motivasi mencegah hipertensi juga bisa didapat dari perananan teman sebaya maupun anggota keluarga.

Pengalaman anggota keluarga atau teman yang pernah menderita hipertensi akan lebih menimbulkan ketakutan individu terhadap hipertensi dibandingkan yang tidak memiliki pengalaman tersebut. Menurut Sarafino (2002) bahwa peran keluarga/ teman dan media massa akan mempengaruhi ancaman penyakit yang dirasakan seseorang, sehingga menimbulkan ketakutan. Perasaan takut terhadap penyakit tersebut akan membuat seseorang berusaha mencegahnya. Menurut penelitian yang dilakukan Marpaung di Deli Serdang (2005) diketahui bahwa 48,8 % responden mengetahui informasi tentang hipertensi dari teman dan keluarga

2.5. Hipertensi

2.5.1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkanya (Vita Health, 2004).

Sedangkan menurut Hasan (2006) hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan darah signifikan yang berkaitan baik dengan kerusakan secara mendadak


(38)

terhadap target organ maupun tidak. Nilai tekanan darah sering dihubungkan dengan diastolik di atas 120 mmHg.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg pada orang-orang yang tidak memakai obat anti hipertensi (WHO, 1999)

Hipertensi seringkali dijumpai tanpa gejala, relatif mudah diobati dan sering menimbulkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner dan gangguan ginjal (Budiman, 1999).

Hipertensi dipengaruhi faktor genetik dan faktor lingkungan. Meskipun awalnya tergantung dari faktor keturunan namun dalam perjalanannya menuju masa dewasa, banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti makanan dan faktor stres.

Dari berbagai pendapat tetang hipertensi di atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi terjadi akibat adanya pengaruh interaksi dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Meskipun awalnya tergantung dari faktor keturunan. Dalam perjalanannya menuju masa dewasa, banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti makanan, faktor stress dsb.

2.5.2. Epidemiologi Hipertensi

Epidemiologi hipertensi adalah penyebaran penyakit hipertensi di masyarakat berdasarkan person (orang) time (waktu) dan place (tempat)

a.Distribusi Penderita Berdasarkan Orang

Penduduk dengan kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi di bandingkan dengan penduduk yang berkulit putih di Amerika Serikat karena 15 % golongan kulit


(39)

putih dewasa terkena hipertensi sedangkan pada golongan kulit hitam dewasa sebesar 25 – 30 %.

Menurut beberapa penelitian bahwa daerah prevalensi hipertensi lebih tinggi pada pria seperti Silungkang Solok dan Bali. Prevalensi hipertensi pada pria di Silungkang, Solok dan Bali masing-masing adalah (24,2 %), (18,6 %) dan (13,67 %) sedangkan pada wanita pada daerah yang sama masing-masing (17,4 %) dan (10,23 %). Di daerah Sumatera Selatan justru wanita lebih tinggi yaitu (7,7%) sedangkan pria (5,6%).

b.Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Waktu

Distribusi penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda setiap tahun .studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga. SKRT, (2001 ) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 naik menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2001.

c. Distribusi Penderita Berdasarkan Tempat

Prevelensi di tiap daerah berbeda- beda tergantung pola kehidupan masyarakatnya. Menurut Joewono (2003) di Indonesia prevalensi terendah terdapat pada daerah Ungaran dan lembah Baliem di Bali. Di daerah Ungaran prevalensi hipertensi (1,8 %) dan Lembah Baliem (0,6 %). Sedangkan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi terdapat pada daerah-daerah di Sumatera Barat seperti Silungkang (19,4 %) dan Talang (17,8 %).

2.5.3. Determinan Hipertensi


(40)

mempengaruhi terjadinya hipertensi pada masyarakat atau disebut juga faktor risiko hipertensi. Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu faktor yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah adalah faktor risiko hipertensi yang dapat dikendalikan atau dicegah, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dikendalikan atau dicegah.

a.Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah.

Faktor risiko hipertensi yang dapat dicegah antara lain faktor : umur, jenis kelamin faktor keturunan (Budiarto, 2003).

1) Umur.

Umur merupakan faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dicegah karena menurut penelitian bahwa semakin meningkat umur seseorang maka semakin besar risiko terkena hipertensi. Menurut Dede Kusmana dari Departemen Kardiologi Universitas Indonesia, (2007) bahwa umur penderita hipertensi antara 20 sampai 30 tahun prevalensinya adalah ( 5 – 10 %) ,umur dewasa muda prevalensinya antara (20 – 25 %) dan umur di atas 50 tahun sekitar (60 %)

Menurut penelitian yang dilakukan Suryati (2005) di Rumah Sakit Islam Jakarta bahwa penderita hipertensi umumnya berusia antara 36 – 50 tahun yaitu 56,7 %. Sementara penelitian Rasmaliah dkk (2005) di desa Pekan Labuhan dan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan tercatat bahwa penderita hipertensi terbanyak umur 45 – 60 yaitu 30,8 %.


(41)

2) Jenis Kelamin.

Prevalensi hipertensi menurut jenis kelamin tidak sama antara satu peneliti dengan peneliti lainnya. A. Ganie, dkk menyimpulkan bahwa di beberapa daerah

prevalensi hipertensi lebih tinggi pada pria seperti Silungkang, Solok dan Bali tercatat prevalensi hipertensi pada pria masing-masing 24,2 %, 18,6 % dan 13,67

% sedangkan pada wanita masing-masing 17,4% dan 10,23%. Sementara di daerah Sumatera Selatan justru wanita lebih tinggi yaitu 7,7 % sedangkan pria 5,6

%. .

Menurut penelitian yang dilakukan Sugiri (1999) diketahui bahwa prevalensi hipertensi lebih tinggi pada wanita daripada pria di Jawa Tengah yaitu 11,6 % wanita dan 6,0 % pria. Sedangkan di daerah Sumatera Barat tercatat bahwa prevalensi hipertensi lebih tinggi pada pria daripada wanita yaitu 18,6 % pria dan 17,4 % wanita. a.Faktor risiko hipertensi yang dapat dihindarkan atau diubah

1).Obesitas (kegemukan)

Kelebihan berat badan atau obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit degeneratif dan metabolic termasuk hipertensi. Obesitas dan tekanan darah tinggi sering dikatakan berjalan bersama-sama. Salah satu pertimbangan utama dalam perawatan tekanan darah tinggi adalah pengurangan berat badan sampai ke tingkat normal.

Pada penderita obesitas banyak diketahui terjadi resistensi insulin. Akibat dari resistensi insulin adalah diproduksinya insulin secara berlebihan oleh sel beta pankreas, sehingga insulin didalam darah menjadi berlebihan (hiperinsulinemia). Hal ini akan meningkatkan tekanan darah dengan cara menahan pengeluaran natriumoleh ginjal dan meningkatkan kadar plasma norepinephrin.


(42)

Pengamatan Framingham study selam 18 tahun menunjukkan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam kejadian penyakit kardiovaskuler, terutama kejadian hipertensi. Pada penelitian ini juga ditunjukkan bahwa prevalensi hipertensi adalah 10 kali lebih besar pada kelompok obesitas. Pada penelitian Framingham terhadap orang dengan penurunan (15%) berat badannya, tekanan sistole akan menurun (10%), sedangkan bila beratnya meningkat (15%), terjadi peningkatan sisitolik sebesar (18%).

Pada obesitas atau kelebihan berat badan > 20% diatas berat badan normal, akan mengalami hipertensi 2 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang bukan obesitas. Beberapa mekanisme yang diduga berperan dalam meningkatkan tekanan darah adalah :

a. Peningkatan intake kalori, protein dan karbohidrat akan meningkatkan katekolamin plasma dan meningkatkan aktivitas system syarat simpatis. Faktor ini akan meningkatkan retensi natrium pada ginjal dan stimulasi sistem renin angiotensin-aldosteron. Akibatnya akan terjadi peningkatan curah jantung dan resistensi perifer.

b. Intake kalori yang tinggi pada obesitas biasanya disertai dengan konsumsi natrium yang tinggi.

c. Terjadinya hypervolemia dan peningkatan curah jantung tanpa penurunan dari resistensi perifer.


(43)

d. Peningkatan intake kalori akan meningkatkan plasma insulin yang merupakan suatu natriuretic yang kuat yang menyebabkan meningkatnya reabsorbsi natrium oleh ginjal dan akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah

2) Konsumsi garam yang berlebihan

Garam merupakan hal yang sangat netral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gr perhari prevalensi hipertensi akan beberapa persen saja, sedangkan asupan garam 5-15 gr perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %.

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal (Sidabutar dkk, 2002 ).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium yang berlebihan dengan tekanan darah tinggi pada beberapa individu. Asupan natrium yang meningkat menyebabkan tubuh menyerap kembali cairan, yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Jantung akan memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit yang mengakibatkan hipertensi (Hull.A, 1993).


(44)

Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh lainnya sehingga bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi jantung.

Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan, serta meningkatkan asam lemak bebas, gliserol dan laktat, menyebabkan penurunan HDL (High Density Lipid) kolesterol, meningkatkan LDL (Low Density Lipid) kolesterol dan trigliserida, juga berperan sebagai penyebab peningkatan resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang pada akhirnya menyebabkan kelainan jantung, pembuluh darah dan hipertensi serta meningkatkan resiko penyakit jantung koroner maupun kematian otot jantung.

Kopi juga berakibat buruk bagi penderita hipertensi karena kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar jantung dan naiknya tekanan darah. Pemberian kafein 150 mengajar atau 2 – 3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah 5 – 15 mmHg dalam waktu 15 menit. Peningkatan tekanan darah ini bertahan sampai 2 jam. Kafein mempunyai efek langsung pada medula adrenal untuk mengeluarkan epinefrin. Konsumsi kopi menyebabkan curah jantung meningkat dan terjadi peningkatan systole yang lebih besar dari takanan diastole.

4) Alkohol

Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit (Hull, 1993).


(45)

Menurut Hendra Budiman, dari FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alcohol diatas 3 gelas perhari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol. Puddey, salah satu pusat penelitian kesehatan di Australia, menemukan penurunan tekanan darah yang bermakna pad peminum alkohol jenis standard beer (5% alkohol) dan menggantikannya dengan swan spesial light ( 0,9 alkohol).

5) Stress Psikososial.

Stres bersifat fisik maupun mental menyebabkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan cepat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat fungsi kelenjar tiroid terganggu dan

produksi adrenalin meningkat sehingga otak memerlukan darah lebih banyak (Budiostio,. 2001).

Menurut Robert Desjarlais dalam bukunya World Mental Health menyebutkan bahwa hasil pengamatan langsung di masyarakat yang dilakukan sejumlah peneliti memperlihatkan bahwa kesehatan jiwa hampir selalu dihubungkan dengan dengan kesejahteraan ekonomi keluarga atau komunitas serta lingkungan

dimana seseorang hidup.

Di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2000 dari 203 juta penduduk terdapat 38 juta orang penganggur dan 15 juta anak putus sekolah. Selain masalah ekonomi, sumber stress juga bisa muncul dari persoalan rumah

tangga, suasana pekerjaan serta kehidupan sosial yang terus berubah. Sedangkan menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara (2007) diketahui penderita

penyakit jiwa di RS Jiwa Medan tahun 2000 berjumlah 7.326 penderita naik menjadi 9.846 penderita (34,36%) pada tahun 2003.

2.6. Pencegahan Hipertensi

2.6.1.Pencegahan Primordial


(46)

dengan membuat perangkat peraturan baik di tingkat pusat maupun daerah. Peraturan dimaksud tujuannya adalah agar terjaga aktifitas fisik masyarakat sehingga banyak bergerak. Contohnya adalah membuat peraturan bahwa setiap

kota, kelurahan/ desa harus memiliki sarana olah raga.

Membuat peraturan bahwa pembangunan sarana untuk umum seperti plaza, stadion dsb harus memiliki tempat parkir yang relatif jauh dan memberi kesempatan untuk berjalan kaki sebelum sampai ke sarana umum tersebut.

Negara-negara maju telah melakukan hal tersebut dan efeknya terasa bagi masyarakat yang sering melakukan aktifitas fisik sebelum sampai ke tempat

tujuan.

2.6.2. Pencegahan Primer

Yang dimaksud dengan pencegahan primer hipertensi adalah pencegahan yang dilakukan terhadap seseorang/ masyarakat sebelum terkena hipertensi. Sasaran pencegahan primer hipertensi adalah orang yang masih sehat dengan tujuan agar seseorang/ masyarakat tersebut dapat terhindar dari hipertensi.

Pencegahan primer hipertensi adalah sebagai berikut :

a..Mengurangi / menghindari setiap perilaku yang memperbesar faktor risiko, yaitu : 1) Menurunkan berat badan sampai ke tingkat yang ideal bagi yang kelebihan

berat badan dan kegemukan.

2) Menghindari minuman yang mengandung alkhohol. 3) Mengurangi / membatasi asupan natrium / garam. 4) Menghindari merokok.

5) Mengurangi/menghindari makanan yang mengandung lemak lemak dan kolestrol yang tinggi.


(47)

b.Peningkatan ketahanan fisik dan perbaikan status gizi, yaitu :

1) Melakukan olahraga secara teratur dan terkontrol seperti senam aerobik, jalan kaki, berlari, bersepeda, berenang dan lain – lain.

2) Diet rendah lemak dan meningkatkan konsumsi buah – buahan / sayuran. 3) Mengandalikan stress dan emosi.

2.6.3.Pencegahan Sekundar

Yang dimaksud dengan pencegahan sekunder hipertensi adalah pencegahan yang dilakukan terhadap seseorang/ masyarakat yang memiliki faktor risiko terkena hipertensi. Sasaran pencegahan primer hipertensi adalah orang yang baru terkena penyakit hipertensi melalui dignosis dini serta pengobatan yang tepat dengan tujuan menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. Pencegahan bagi mereka yang manderita/terancam menderita hipertensi adalah sebagai berikut. a. Pemeriksaan berkala

1) Pemeriksaan/ pengukuran tekanan darah secara berkala merupakan cara untuk mengetahui apakah kita menderita hipertensi atau tidak

2) Mengontrol tekanan darah secara teratur sehinga tekanan darah dapat stabil dan senormal mungkin dangan atau tanpa obat – obatan.

b.Pengobatan/ perawatan

a. Penderita hipertensi yang tidak dirawat atau dapat mambawa dampak yang parah karenanya, pengobatan yang tepat waktu sangat penting dilakukan, sehingga penyakit hiprtensi dapat segera dikendalikan.


(48)

1) Menjaga agar tidak terjadi komplikasi akibat hiperkholesterolemia, diabetes mellitus dan lain - lain

2) Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita tidak menurun.

3) Memulihkan Kerusakan targetorgan dengan obat anti hipertensi. 4) Memperkecil efek samping pengobatan.

5) Menghindari faktor risiko penyebab hipertensi seperti yang disebutkan di atas.

6) Mengobati penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, kelainan pada ginjal, hipertthyroid dan sebagainya yang dapat memperberat kerusakan organ.

2.6.4. Pencegahan Tersier

Yang dimaksud dengan pencegahan tersier hipertensi adalah pencegahan yang dilakukan terhadap seseorang/ masyarakat yang telah terkena hipertensi. Sasaran pencegahan tersier hipertensi adalah penderita hipertensi dengan tujuan mancegah proses penyakit lebih lanjut yang mengarah pada kecacatan/kelumpuhan bahkan kamatian. Pencegahan tersier penyakit hipertensi adalah sebagai berikut.

a. Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualitas hidup penderita dapat dipertahankan.

b. Mencegah komplikasi dari tekanan darah tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan organ otak yang mengakibatkan stroke (kelumpuhan anggota badan) ataupun organ yang lain.


(49)

c. Memulihkan kerusakan target organ dengan obat anti hipertensi.

d. Mengobati penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, hiperthryroid, kolestrol tinggi, kelainan pada ginjal, penyakit jantung koroner dan sebagainya.

2.7. Landasan Teori

H.L. Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu faktor : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Sedangkan Notoadmodjo (2007) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal antara lain lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Konsep-konsep tersebut diilustrasikan sebagaimana bagan berikut :

Pelayanan Kesehatan

Perilaku

Lingkungan

Kesehatan

Status


(50)

Gambar 1. Hubungan Status Kesehatan Masyarakat dengan Perilaku Kesehatan 2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan beberapa kajian teori yang telah dilakukan, maka kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :

Faktor Internal :

-

Umur

-

Jenis

Kelamin

-

Pendidika

n

-

Penghasila

n

Tindakan

Pencegahan

Primer

Hipertensi

Pengetahuan masyarakat

Faktor Internal

- Umur

- Jenis Kelamin

- Pendidikan

- Penghasilan

Faktor Eksternal

:

- Media massa

(media cetak/ elektronik)


(51)

Gambar 2. Kerangka Konsep Determinan Tindakan Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Hipertensi di Kecamatan Medan Belawan

Sikap masyarakat


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu pengukuran variabel dilakukan satu kali secara bersamaan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Medan Belawan yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Belawan yang proporsi penderita rawat jalan penyakit hipertensi cukup tinggi.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak Oktober 2007 sampai dengan Mei 2008 yang diawali dari penelusuran pustaka, penentuan topik, judul, komisi pembimbing, penyusunan proposal, kolokium, penelitian ke lapangan, pengumpulan/ pengolahan dan analisa data, penyusunan hasil penelitian sampai dengan seminar hasil penelitian/thesis.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Populasi adalah seluruh penduduk Kecamatan Medan Belawan yang menetap atau berdomisili di Kecamatan Medan Belawan dengan kriteria jenis kelamin pria/


(53)

wanita dan berumur > 40 tahun. 3.3.2. Sampel

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Lameshow (1997), sebagai berikut :

n = {Z1– /2 √Po (1-Po) + Z1- √Pa (1-Pa) }2 (Pa – Po)2

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang digunakan

= Kekuatan uji yang diinginkan yaitu 90 %

= Tingkat kepercayaan yang diinginkan yaitu 95 %, atau = 0,05 Po = Proporsi penderita hipertensi di Puskesmas Belawan yaitu 11 % Pa = Proporsi penderita hipertensi yang diharapkan yaitu 4,92 %

n = {Z1– /2 √Po (1-Po) + Z1- √Pa (1-Pa) }2 (Pa – Po)2

n = {1,96 √0,11 (1-0,11) + 1,282 √0,049 (1-0,049) }2 (0,049 – 0,11)2

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 195 responden.


(54)

cara proportional sample agar mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2002). Sedangkan untuk menentukan individu yang akan dijadikan sampel, diambil berdasarkan simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak sederhana (Notoatmodjo, 2005)

Tabel 3.1. Jumlah Unit Sampel Pada Setiap Kelurahan Berdasarkan Proporsi

No Kelurahan Jumlah

penduduk

Proporsi (%) Jumlah unit sampel

1 Belawan I 4.733 24,24 47

2 Belawan II 4.711 24,11 47

3 Belawan Bahagia 2.588 13,25 26

4 Belawan Bahari 1.797 9,20 18

5 Belawan Sicanang 2.696 13,80 27

6 Belawan Bagan Deli 3.010 15,40 30

Jumlah 19.535 100 195

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara secara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner terstruktur yang telah dipersiapkan. Sebelum kuesioner digunakan maka untuk melihat tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 20 orang yang berasal dari populasi penelitian (Notoatmodjo, 2005), dengan hasil sebagai berikut:

a.Variabel Peran media massa dan keluarga/teman dengan 11 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi = >0,453 dan p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,8596, artinya item pertanyaan untuk Peran media massa dan keluarga/teman


(55)

valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden

b.Variabel pengetahuan dengan 16 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi = >0,462 dan p=<0,05 dengan nilai alpha cronbach = 0,8377, artinya item pertanyaan untuk pengetahuan valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden

c.Variabel Sikap dengan 10 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi = >0,467 dan p=<0,05 dengan nilai Alpha Cronbach = 0,8306, artinya item pertanyaan untuk sikap valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden

d.Variabel Tindakan dengan 18 item pertanyaan dengan nilai koefisien korelasi = >0,523 dan p=<0,05 dengan nilai Alpha Cronbach = 0,9348, artinya item pertanyaan untuk tindakan valid dan reliabel untuk dilanjutkan wawancara kepada responden. (Lampiran-6 dan 7).

3.5. Variabel dan Defenisi Operasional

Defenisi operasional variabel faktor internal (umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan) faktor eksternal (peran media massa dan peran keluarga/teman), perilaku (pengetahuan dan sikap) serta tindakan pencegahan hipertensi adalah:

1. Umur : Usia responden berdasarkan tanggal lahirnya.

2. Jenis kelamin : Jenis kelamin responden yang dikategorikan pria dan wanita 3. Pendidikan : Pendidikan formal terakhir yang diikuti responden dan mendapatkan


(56)

4. Penghasilan : Pendapatan responden dari hasil pekerjaan utama maupun tambahan (rupiah) berdasarkan UMP/UMK provinsi Sumatera Utara (SK. Gubsu No. 561/3144.K/2006)

5. Peran media massa : Media cetak dan elektronik yang menjadi sumber informasi bagi responden tentang hipertensi dan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap serta tindakan responden.

6. Peran Keluarga/ Teman : Peran anggota keluarga / teman responden yang memberikan informasi tentang hipertensi. dan dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap serta tindakan responden.

7. Pengetahuan : Pengetahuan responden tentang hipertensi, cara timbulnya penyakit, faktor risiko dan cara pencegahannya

8. Sikap : Respon responden terhadap pertanyaan yang diajukan yang meliputi cara pencegahan hipertensi dengan pola makan yang benar, tidak merokok, melakukan aktifitas fisik dan mengendalikan stress.

9. Tindakan Pencegahan Hipertensi : Tindakan masyarakat dalam pencegahan primer hipertensi dengan mengurangi kebiasaan mengkonsumsi makanan mengandung kadar garam tinggi, tidak merokok, tidak minum alkohol, sering melakukan aktifitas fisik dan dapat mengendalikan stress.


(57)

3.6. Metode Pengukuran

Untuk mengukur peran media massa, peran keluarga/ teman, tingkat pengetahuan, sikap serta tindakan masyarakat maka skala pengukuran yang digunakan adalah sbb:

3.6.1.Media Massa

Untuk mengukur peran media massa diukur dengan menggunakan pertanyaan yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 5, dan masing-masing pertanyaan diberikan 2 pilihan jawaban dengan total skor adalah 10. Kriteria pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

1. Jawaban a, diberikan skor 1 (satu) 2. Jawaban b, diberikan skor 0 (nol)

Berdasarkan total skor dari 5 pertanyaan yang diajukan, peran media massa diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

1. Baik, apabila skor total > 75 % dari 6 pertanyaan yang diajukan 2. Kurang, apabila skor total < 75% dari 6 pertanyaan yang diajukan. 3.6.2. Peran Keluarga/ Teman

Untuk mengukur peran keluarga/ teman digunakan pertanyaan yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyak 6, dan masing-masing pertanyaan diberikan 2 pilihan jawaban dengan total skor adalah 12. Kriteria pilihan jawaban adalah sebagai berikut:


(58)

2. Jawaban b, diberikan skor 0 (nol)

Berdasarkan total skor dari 6 pertanyaan yang diajukan, peran keluarga/ teman diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

1. Baik, apabila jawaban responden memiliki total skor > 75 % dari 6 pernyataan yang diajukan

2. Kurang, apabila jawaban responden memiliki total skor < 75 % dari 6 pernyataan yang diajukan.

3.6.3. Pengetahuan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan digunakan skala ordinal.dengan tiga kategori dan dua kategori. Untuk tiga kategori yaitu baik, sedang, dan kurang. Sedangkan dua kategori yaitu baik dan kurang. Untuk memperoleh kategori baik, sedang, dan kurang digunakan sistem pembobotan (skoring).

10 pertanyaan untuk tiga kategori nilai maksimum adalah 20, sedangkan 6 pertanyaan untuk dua kategori nilai maksimumnya 6, total 16 pertanyaan untuk tingkat pengetahuan nilai maksimumnya adalah 26 dengan kriteria sbb :

Untuk 3 pilihan jawaban :

a. Jawaban a, diberikan skor 2 (dua) b. Jawaban b, diberikan skor 1 (satu) c. Jawaban c, diberikan skor 0 (nol) Untuk dua pilihan jawaban :

a. Jawaban a, diberikan skor 1 b. Jawaban b, diberikan skor 0


(59)

Berdasarkan total skor dari 16 pertanyaan yang diajukan, maka tingkat pengetahuan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

1. Baik, apabila jawaban responden memiliki total skor > 75 % dari 16 pernyataan yang diajukan

2. Kurang, apabila jawaban responden memiliki total skor < 75 % dari 16 pernyataan yang diajukan.

3.6.4. Sikap

Untuk mengukur sikap dilakukan dengan mengajukan 10 pernyataan dan masing-masing pernyataan diberikan 2 pilihan jawaban sikap, dengan total skor sebesar 20.

Kriteria pilihan jawaban sikap adalah sebagai berikut:

Setiap pernyataan diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban sikap yaitu:

a. Setuju, diberikan skor 1 b. Tidak Setuju, diberikan skor 0

Berdasarkan total skor jawaban sikap dari 10 pernyataan yang diajukan, maka sikap responden digolongkan dalam 2 kategori yaitu:

1. Baik, apabila jawaban responden memiliki total skor > 75 % dari 10 pernyataan yang diajukan

2. Kurang, apabila jawaban responden memiliki total skor < 75 % dari 10 pernyataan yang diajukan.


(60)

3.6.5. Tindakan Masyarakat Dalam Pencegahan Hipertensi

Tindakan responden dalam pencegahan hipertensi diukur dengan mengajukan 18 pertanyaan yang telah diberi skor. Untuk mengukur tindakan pencegahan digunakan skala ordinal.dengan tiga kategori dan dua kategori. Untuk tiga kategori yaitu baik, sedang, dan kurang. Sedangkan dua kategori yaitu baik dan kurang. Untuk memperoleh kategori baik, sedang, dan kurang digunakan sistem pembobotan (skoring).

Sembilan pertanyaan untuk tiga kategori nilai maksimum adalah 18, sedangkan 9 pertanyaan untuk dua kategori nilai maksimumnya 9, total 18 pertanyaan untuk tindakan pencegahan nilai maksimumnya adalah 27 dengan kriteria sbb :

Untuk 3 pilihan jawaban :

a. Jawaban a, diberikan skor 2 (dua) b. Jawaban b, diberikan skor 1 (satu) c. Jawaban c, diberikan skor 0 (nol) Untuk dua pilihan jawaban :

a. Jawaban a, diberikan skor 1 b. Jawaban b, diberikan skor 0

Berdasarkan total skor dari 18 pertanyaan tersebut, maka tindakan responden diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

1. Baik, apabila responden memiliki total skor > 75% dari 18 pertanyaan yang diajukan

2. Kurang, apabila responden memiliki total skor < 75% dari 18 pertanyaan yang diajukan.


(61)

3.7. Metode Analisis Data

Data yang sudah dikumpulkan, diolah dengan komputer. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat untuk menjelaskan/ mendiskripsikan karakteristik, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dengan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel internal dan eksternal dengan pengetahuan, untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap, kemudian hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan masyarakat. Analisis bivariat ini menggunakan Chi Square Test. pada taraf < 0,05 (5 %)

Analisa multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang mempunyai hubungan signifikan pada analisa bivariat (Chi Square Test) secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam pencegahan penyakit hipertensi digunakan uji regresi logistik.


(62)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografi

Kecamatan Medan Belawan adalah salah satu kecamatan di kota Medan provinsi Sumatera Utara dan memiliki luas wilayah 26,25 km2 . Jarak dari kantor Camat ke kantor Walikota Medan adalah 23 Km

Secara geografis letak Kecamatan Medan Belawan adalah sbb : Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan.

Kecamatan Medan Belawan memiliki enam kelurahan yaitu kelurahan : Belawan I, Belawan II, Belawan Bahari, Belawan Bahagia, Belawan Sicanang dan Bagan Deli.

4.1.2. Demografi

4.1.2.1. Umur dan Jenis Kelamin

Bedasarkan data Kecamatan Medan Belawan tahun 2007, jumlah penduduk Kecamatan Medan Belawan adalah sebesar 94.196 jiwa dengan 18.284 kepala


(63)

keluarga yang terdiri dari 48.312 jiwa penduduk laki-laki dan 45.884 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

No.

Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah

(%)

1 0 – 19 42.250 44,86

2 20 - 39 32.411 34,41

3 40 - 59 15.534 16,49

4 > 60 4.001 4,24

Jumlah 94.196 100

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa kelompok umur 0 - 19 tahun merupakan kelompok umur persentase tertinggi yaitu 44,86 %. Kelompok umur persentase tertinggi kedua adalah 20 – 39 tahun dengan persentase 34,41 %

4.1.2.2. Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data dari Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008, distribusi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) (%)

1 Wiraswasta 12.625 39,51

2 Pegawai Swasta 6.818 21,34

3 Buruh 5.631 17,62


(64)

5 PNS /TNI / POLRI 1.703 5,33

Jumlah 31.949 100

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

Dari tabel 4.2. diketahui bahwa jenis pekerjaan penduduk kecamatan Medan Belawan mulai dari yang terbesar yaitu sebagai wiraswasta ( 39,51 %), Pegawai Swasta ( 21,34 %), Buruh ( 17,20 %), Nelayan ( 16,20 %) dan Pegawai Negeri/ TNI/ POLRI ( 5,33 %)

4.1.2.3. Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Usia di Atas Sepuluh Tahun Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

No. Tingkat Pendidikan Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

1 Tidak / Belum Pernah Sekolah 10,28 10,69

2 Tidak / Belum Tamat SD 23,52 21,96

3 SD 26,17 27,17

4 SLTP 19,34 20,78

5 SLTA 14,21 14,86

6 Akademi / D-III 3,87 3,98

7 Universitas 2,61 2,56

Jumlah 100 100

Sumber: Kantor Camat Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

Tabel di atas menunjukkan persentase tingkat pendidikan yang tertinggi baik jenis kelamin laki-laki maupun perempuan adalah pada kelompok tidak tamat atau belum tamat Sekolah Dasar yaitu laki-laki (23,52 %) dan perempuan (21,96 %)


(65)

4.1.3. Deskripsi Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Penyakit Hipertensi 4.1.3.1. Sarana Pelayanan Kesehatan

Kecamatan Medan Belawan memiliki 1 unit Puskesmas induk dan lima unit Puskesmas Pembantu (Pustu). Letak Puskesmas induk dan lima Pustu tersebut masing-masing berada dalam satu kelurahan sehingga setiap kelurahan memiliki Puskesmas. Disamping Puskesmas terdapat juga Posyandu Lansia di setiap kelurahan

4.1.3.2. Tenaga Pelayanan Kesehatan

Jenis dan tenaga pelayanan kesehatan di Puskesmas Medan Belawan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Jenis dan Jumlah Tenaga Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Belawan Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah (Orang)

1 Dokter Umum 3

2 Dokter Gigi 7

3 Perawat (Akademi/ D-III) 14

4 Bidan 12

5 Perawat 2

6 Perawat Gigi 2

7 Tenaga Sanitasi 1

8 Analis 3

9 Pekarya Kesehatan 4

Jumlah 48 Sumber : Puskesmas Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

Dari Tabel 4.4. diketahui bahwa jenis pendidikan tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Belawan yang terbesar adalah tenaga Perawat sebanyak 14 orang.


(66)

4.1.3.3. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Medan Belawan

Jenis penyakit yang paling banyak di wilayah kerja Puskesmas Medan Belawan adalah sebagai berikut

Tabel 4.5. Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Belawan Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

No. Jenis Penyakit Jumlah Kasus (Orang)

1 ISPA 20.263

2 Rematik 3.739

3 Hipertensi 3.425

4 Jamur Kulit 2.668

5 Alergi Kulit 2.635

6 Infeksi Kulit 2.583

7 Diare 1.943

8 Gastritis 1.626

9 Infeksi Usus Lainnya 1.355

10 Diabetes Mellitus 1.334

Jumlah 41.562 Sumber : Puskesmas Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

Dari Tabel 4.5. diketahui bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit terbesar ketiga setelah ISPA dan Rematik di wilayah kerja Puskesmas Medan Belawan dengan jumlah kasus sebanyak 3.425 orang.

4.1.3.4. Lapangan Olah Raga


(67)

Tangkis 5 bh dan Lapangan Tenis Meja 11 buah.

4.2. Deskripsi Responden 4.2.1. Faktor Internal

Faktor internal responden meliputi: umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Jumlah dan persentase responden berdasarkan identitas dapat dilihat pada uraian berikut.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Internal di Kecamatan Medan Belawan Tahun 2007

No Karakteristik Faktor Internal Jumlah Persen 1 Umur

≤ 45 tahun 62 31.8

> 45 tahun 133 68.2

Jumlah 195 100.00

2 Jenis Kelamin

Pria 101 51.8

Wanita 94 48.2

Jumlah 195 100.00

3 Pekerjaan

PNS/TNI/Polri 12 6.2

Peg.Swasta 41 21.0

Wiraswasta 74 37.9

Buruh 36 18.5

Nelayan 32 16.4

Jumlah 195 100.00

4 Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 23 11.8

Tamat SD 27 13.8

Tamat SLTP 87 44.6

Tamat SLTA 44 22.6

Akademi /Sarjana(S.l) 14 7.2


(68)

5 Penghasilan

Tinggi (≥ UMP Sumut) 108 55.4

Rendah (< UMP Sumut) 87 44.6

Jumlah 195 100.00

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui sebagian besar responden berumur > 45 tahun, yaitu sebanyak 133 orang (68,2%), selebihnya berusia ≤ 45 tahun tahun. Responden berjenis kelamin pria, yaitu sebanyak 101 orang (52,8%), selebihnya adalah wanita. Pekerjaan responden bervariasi, namun umumnya wiraswasta, yaitu sebanyak 74 orang (37,9%), selebihnya responden bekerja sebagai PNS/TNI/Polri, pegawai swasta, buruh dan nelayan. Pendidikan responden dominan tamat SLTP, yaitu sebanyak 87 orang (44,6%), selebihnya mempunyai tingkat pendidikan SLTA, SD, tidak sekolah/tidak tamat SD dan paling sedikit pendidikan Akademi/ Sarjana. Penghasilan responden di bawah Upah Minimum Propinsi (UMP) Sumatera Utara Tahun 2006 sebesar Rp.765.000, yaitu sebanyak 108 orang (55,4%), selebihnya mempunyai penghasilan di atas atau sama dengan UMP Sumut.

4.2.2. Faktor Eksternal (Peran Media Massa dan Peran Keluarga atau Teman)

Peran media massa yang diperoleh dari responden meliputi: informasi tentang hipertensi yang bersumber dari media elektronik maupun media cetak, frekuensi informasi hipertensi yang diperoleh serta pengetahuan tentang gejala dan cara pencegahan hipertensi yang didapat dari informasi tersebut.

Peran keluarga atau teman yang diperoleh dari responden meliputi: ada tidaknya anggota keluarga atau teman yang menderita hipertensi, informasi tentang gejala, cara pencegahan dari anggota keluarga atau teman yang menderita hipertensi,


(69)

gejala-gejala penyakit hipertensi, serta upaya untuk mencegah hipertensi.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Peran Media Massa dan Peran Keluarga atau Teman di Belawan

No Kategori Peran Media Massa Jumlah Persen

1 Baik 101 51.8

2 Kurang 94 48.2

Jumlah 195 100.00

No Kategori Peran Keluarga atau Teman Jumlah Persen

1 Baik 110 56.4

2 Kurang 85 43.6

Jumlah 195 100.00

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa secara keseluruhan peran media massa terhadap responden yang terkait dengan hipertensi sebesar 101 orang (51,8%) pada kategori baik, dan 94 orang (48,2 %) pada kategori kurang.

Peran keluarga atau teman terhadap responden yang terkait dengan hipertensi sebesar 110 orang (56.4%) pada kategori baik dan 85 orang (43,6 %) pada kategori kurang.

4.2.3. Pengetahuan Tentang Hipertensi

Pengetahuan tentang hipertensi yang diperoleh dari responden meliputi: pengetahuan tentang hipertensi, sumber pertama kali tentang hipertensi, tekanan darah hipertensi, frekuensi pemeriksaan tekanan darah, kegunaan pemeriksaan tekanan darah, usia risiko tinggi terkena hipertensi, cara pencegahan hipertensi, rasa


(70)

takut bila terkena hipertensi, klasifikasi hipertensi, gejala hipertensi, jenis makanan dan olah raga pencegah hipertensi, serta kaitan stress dengan hipertensi.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Hipertensi di Belawan

No Kategori Pengetahuan tentang Hipertensi Jumlah Persen

1 Baik 94 48.2

2 Kurang 101 51.8

Jumlah 195 100.00

Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui kategori pengetahuan responden sebesar 94 orang (48,2 %) pada kategori baik dan 101 orang (51.8%) pada kategori kurang,

4.2.4. Sikap Tentang Hipertensi

Pengetahuan tentang hipertensi yang diperoleh dari responden meliputi: rasa senang mendapatkan informasi tentang hipertensi, mencegah hipertensi dengan mangurangi makanan asin, hipertensi dapat terjadi apabila berlebihan mengkonsumsi makanan berlemak dan gorengan, hipertensi dapat menimbulkan penyakit jantung dan stroke, pemeriksaan tekanan darah secara teratur dapat mencegah hipertensi, olah raga dapat mencegah hipertensi, melakukan pemeriksaan dokter bila mengalami pusing kepala dan tengkuk pegal, merokok dapat menimbulkan hipertensi, minum alkohol dapat menimbulkan hipertensi, serta pengendalian stress mencegah hipertensi.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Hipertensi di Belawan


(1)

13. Menurut Bapak/ Ibu, bagaimanakah gejala penyakit hipertensi?

a. Sering sakit kepala, pusing, mudah marah, telinga berdenging, rasa berat ditengkuk

b. Sakit kepala, flu, pilek c. Pusing, sering lemas

14. Menurut Bapak/ Ibu, jenis makanan apa yang dapat mencegah terjadinya hipertensi?

a. Banyak makan sayuran, ikan dan buah b. Jeroan sapi, hati dan daging kambing

c. Semua makanan dapat mencegah hipertensi.

15. Menurut Bapak/ Ibu, rajin melakukan olah raga dapat mencegah hipertensi ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

16. Menurut Bapak/ Ibu, apakah stress dapat menimbulkan hipertensi ? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu IV. Peran Media Massa

1. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui informasi tentang hipertensi dari majalah/ surat kabar?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui informasi tentang hipertensi dari radio? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui informasi tentang hipertensi dari acara televisi? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah Bapak/ Ibu sering mencari informasi tentang penyakit hipertensi dari bacaan di surat kabar/ acara TV ?


(2)

b. Tidak

5. Apakah dari bacaan/ acara TV tersebut Bapak/ Ibu mengetahui gejala-gejala/ cara pencegahan hipertensi ?

a. Ya b. Tidak

V. Peran Keluarga dan Teman

1. Apakah ada anggota keluarga Bapak/ Ibu yang menderita hipertensi ? a. Ya

b. Tidak

2. Jikia ya, apakah Bapak/ Ibu mengetahui informasi penyakit hipertensi (gejala, cara pencegahan, dsb) dari anggota keluarga ?

a. Ya b. Tidak

3. Apakah ada teman Bapak/ Ibu yang menderita hipertensi ? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah Bapak/ Ibu mengetahui informasi penyakit hipertensi (gejala, cara pencegahan, dsb) dari teman ?

a. Ya b. Tidak

5. Jika Bapak/ Ibu mengetahui penyakit hipertensi dari keluarga/ teman, apakah merasa takut terkena penyakit tersebut ?

a. Ya b. Tidak

6. Jika takut, apakah Bapak/ Ibu berusaha untuk mencegahnya ? a. Ya

b. Tidak


(3)

No Pernyataan Setuju Tidak Setuju

1 Bapak/ Ibu senang mendapatkan informasi tentang penyakit hipertensi.

2 Bapak/ Ibu dapat mencegah penyakit hipertensi dengan mengurangi konsumsi makanan yang terlalu asin dalam menu sehari-hari.

3 Tubuh kita bisa terkena penyakit hipertensi jika terlalu berlebihan makan makanan yang berlemak dan gorengan.

4 Bapak/ Ibu merasa takut terkena penyakit hipertensi karena dapat menimbulkan penyakit jantung dan stroke

5 Bapak dan Ibu mau melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur minimal 6 bulan sekali untuk pencegahan penyakit hipertensi

6 Melakukan olah raga secara teratur, dapat mencegah penyakit hipertensi

7 Jika orang dewasa sering mengalami pusing kepala, tengkuk pegal maka harus segera memeriksakan diri ke dokter

8 Sering merokok dapat menimbulkan penyakit hipertensi

9 Sering minum alkohol dapat menimbulkan penyakit hipertensi

10 Stress harus dikendalikan karena jika dibiarkan maka stress dapat menimbulkan hipertensi.

VIII. Tindakan Masyarakat

Wawancara mengenai tindakan responden dalam mencegah hipertensi diikuti observasi oleh pewawancara.


(4)

1. Apakah Bapak/ Ibu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur untuk mencegah penyakit hipertensi ?

a Ya b.Tidak

2. Kalau pernah, berapa kali setahun ? a. 2 kali atau lebih

b. 1 kali

3. Apakah Bapak/ Ibu setiap hari makan makanan/minuman yang mengandung kadar garam tinggi (asin-asin) ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

4. Apakah Bapak/ Ibu setiap hari makan makanan gorengan atau berlemak ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

5. Apakah Bapak/ Ibu sering makan daging ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

6. Apakah/ Bapak Ibu setiap hari merokok ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

7. Jika ya, jenis rokok apa yang dikonsumsi ? a. Kretek

b. Filter c. Jenis lain

8. Apakah/ Bapak Ibu setiap hari minum alkohol ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

9. Apakah/ Bapak Ibu setiap hari makan gulai bersantan ? a. Ya


(5)

b. Kadang-kadang c. Tidak

10. Apakah dalam sebulan terakhir Bapak/Ibu mengalami masalah yang sulit diatasi ? a. Ya

b. Tidak

11. Jika ya, bagaimanakah cara Bapak/ Ibu mengatasi masalah tersebut ? a.Dikendalikan agar tidak jadi pikiran

b.Dicari kesibukan lain agar terlupakan

12 .Apakah Bapak/ Ibu sering melakukan olah raga ? a. Ya

b. Tidak

13.Jika ya, jenis olah raga apa yang bagaimana sering dilakukan? a. Olah raga yang menimbulkan pergerakan badan dan berkeringat b. Olah raga yang duduk saja (Bercatur, domino, dsb)

14 .Jikia melakukan olah raga pergerakan badan. berapa kali seminggu melakukan olah raga tersebut ?

a. Dua kali atau lebih b. Satu kali

15 .Berapa lama waktu yang digunakan setiap melakukan olah raga tersebut ? a. > 30 menit

b. < 30 menit

16. Jika terasa jantung berdebar, mudah marah dan tengkuk terasa pegal, apakah Bapak/ Ibu memeriksakan tekanan darah dan pergi berobat ?

a. Ya b. Tidak

17. Apakah Bapak/Ibu suka membaca artikel tentang hipertensi di majalah/ surat kabar ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

18 Apakah Bapak/ Ibu suka melihat berita tentang hipertensi di TV atau radio ? a. Ya


(6)

b. Kadang-kadang c. Tidak


Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Pesisir Laut Kecamatan Belawan

12 119 102

Pengaruh Karakteristik Masyarakat Petani Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Alue Drien Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur Tahun 2005

1 35 79

Hubungan Karakteristik Individu dengan Tindakan Ibu dalam Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di Puskesmas Amplas Tahun 2005

6 50 96

Determinan Tindakan Masyarakat dalam pemberantasan Malaria Di Kecamatan Tanjung Balai kabupaten Asahan

2 22 125

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh Bidan Praktik Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe Tahun 2014

4 65 89

PERSEPSI LANSIA TENTANG UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI DI KELURAHAN MANGUNSARI Persepsi Lansia Tentang Upaya Pencegahan Penyakit Hipertensi Di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.

0 1 15

DAMPAK PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENDERITA HIPERTENSI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LINTAU BUO III 2009.

0 0 6

DETERMINAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN, PENULARAN PENYAKIT TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDOSARI ipi119483

0 0 6

Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Pesisir Laut Kecamatan Belawan

0 0 14

Hubungan Faktor Risiko Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Pesisir Laut Kecamatan Belawan

0 0 33