Menurut penelitian yang terdahulu pada jurnal yang ditulis oleh Giri Yani Djaja Sudardajt 2009 menyimpulkan hasil bahwa pengaruh kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja adalah relatif rendah apabila dibandingkan dengan faktor lain. Berdasarkan kondisi latar belakang kepemimpinan pada Kantor Pertanahan
Kabupaten Deli Serdang tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul :
“ Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang”.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap produktivitas kerja pegawai pada Kantor
Pertanahan Kabupaten Deli Serdang?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi kepemimpinan pada Kantor Pertanahan
Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui bagaimana produktivitas kerja pegawai pada Kantor
Pertanahan Kabupaten Deli Serdang. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Deli Serdang.
4
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang kepemimpinan dan produktivitas kerja dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam
menyelesaikan penelitian ini. b. Bagi instansi terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi perusahaan khususnya mengenai kepemimpinan dan produktivitas kerja pegawai.
c. Bagi peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
pengetahuan mengenai kepemimpinan.
1.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu kerangka teori. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstrak defenisi dan
proporsi untuk menerangkan suatu fenomenal sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Kerangka teori ini diharapkan memberikan
pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti.
5
1.5.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat penting dan sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas kerja perusahaan atau instansi pemerintah. Menurut Kartini Kartono
2006:50, kepemimpinan adalah kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu berdasarkan akseptansipenerimaan oleh
kelompoknya dan memiliki khusus yang tepat bagi situasi khusus. Kepemimpinan tersebut juga harus melibatkan orang lain di dalamnya dan
adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi, didalam kepemimpinan juga terjadi pembagian kekuasaan dan proses
mempengaruhi bawahan oleh pemimpin dan adanya tujuan bersama yang harus dicapai.
Menurut George R. Terry ‘Leardership is activity of influencing people to strive willingly for mutual objectives’ kepemimpinan adalah keseluruhan
kegiatanaktivitas untuk mempengaruhi kemauan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok, maka terdapat 3
tiga implikasi penting yaitu:
6
a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau pengikut. Kesediaan menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok
membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa bawahan, semua sifat kepemimpinan seorang manajer
menjadi tidak relevan. b. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara
pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok itu bukan tanpa kuasa; mereka dapat dan bias membentuk kegiatan kelompok dengan berbagai cara.
Kekuasaan manajer dapat bersumber dari kekuasaan imbalan reward power, kekuasaan paksaan coercive power, kekuasaan sah legitimate power.
kekuasaan referensi referent power, dan kekuasaan ahli expert power. c. Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk
kekuasaan untuk mempengaruhi perilaku pengikut melalui sejumlah cara. Para pemimpin telah mempengaruhi pegawai untuk melakukan pengorbanan
pribadi demi organisasi, sehingga diharapkan para pemimpin mempunyai kewajiban khusu untuk mempertimbangkan etika dari keputusan mereka.
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang di
7
dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk,
memotivasi, dan mengkoordinasi.
1.5.2 Fungsi kepemimpinan
Menurut P. Siagian 2003:46 terdapat 5 lima fungsi kepemimpinan, yakni: a. Fungsi Penentu Arah
Setiap organisasi, baik yang berskala besar, menengah ataupun kecil semuanya pasti dibentuk dalam rangka mencapai suatu tujan tertentu.
Tujuan itu bisa bersifat jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek yang harus dicapai dengan melalui kerja sama yang dipimpin oleh
seorang pemimpin. Keterbatasan sumber daya organisasi mengharuskan pemimpin untuk mengelolanya dengan efektif, dengan kata lain arah yang
hendak dicapai oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasaarana
yang ada. b. Fungsi Sebagai Juru Bicara
Fungsi ini mengharuskan seorang pemimpin berperan sebagai penghubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang
berkepentingan seperti pemilik saham, pemasok, penyalur, lembaga keuangan. Peran ini sangat penting karena disadari bahwa tidak ada
satupun organisasi yang dapat hidup tanpa bantuan dari pihak lain. 8
c. Fungsi Sebagai Komunikator Suatu komunikasi dapat dinyatakan berlangsung dengan efektif apabila
pesan yang ingin disampaikan oleh sumber pesan tersebut diterima dan diartikan oleh sasaran komunikasi. Fungsi pemimpin sebagai komunikator
disini lebih ditekankan pada kemampuannya untuk mengkomunikasikan sasaran-sasaran, strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh
bawahan. d. Fungsi Sebagai Mediator
Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan kepentingan dalam organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin
dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Kiranya sangat mudah membayangkan bahwa tidak aka nada seorang pemimpin yang akan
membiarkan situasi demikian berlangsung dalam organisasi yang dipimpinnya dan akan segera berusaha keras untuk menanggulanginya.
Sikap yang demikian pasti diambil oleh seorang pemimpin, sebab jika tidak citranya sebagai seorang pemimpin akan rusak, kepercayaan
terhadap kepemimpinan akan merosot bahkan mungkin hilang. Jadi kemampuan menjalankan fungsi kepemimpinan selaku mediator yang
rasional, objektif dan netral merupakan salah satu indicator efektifitas kepemimpinan seseorang.
9
e. Fungsi Sebagai Integrator Adanya pembagian tugas, sistem alokasi daya, dana dan tenaga, serta
diperlukannya spesialisasi pengetahuan dan keterampilan dapat menimbulkan sikap, perilaku dan tindakan berkotak-kotak dan oleh
karenanya tidak boleh dibiarkan berlangsung terus-menerus. Dengan perkataan lain diperlukan integrator terutama pada hirarki puncak
organisasi. Integrator itu adalah pimpinan. Setiap pemimpin. Terlepas dari hirarki jabatannya dalam organisasi, sesungguhnya adalah integrator,
hanya saja cakupannya berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting
pula makna peranan tersebut.
1.5.3 Gaya kepemimpinan
Menurut P. Siagian 2003:27 menyatakan bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya dikategorikan menjadi 5 lima tipe yakni:
1. Gaya Kepemimpinan Otokratik Pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik akan
bertindak sendiri dan memberitahukan bawahannya bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai pelaksana
karena tidak dilibatkan sama sekali dalam proses pengambilan keputusan. Memelihara hubungan dengan para bawahannya, manajer yang otokratik
10
biasanya dengan menggunakan pendekatan formal berdasarkan kedudukan dan statusnya dalam organisasi dan kurang mempertimbangkan apakah
kepemimpinannya dapat diterima dan diakui oleh para bawahannya atau tidak. Seorang pemimpin yang otokratik biasanya memandang dan memperlakukan
para bawahannya sebagai orang-orang yang tingkat kedewasaan dan kematangannya lebih rendah dari pimpinan yang bersangkutan. Oleh karena
itu, dalam interaksi yang terjadi tidak mustahil bahwa ia akan menonjolkan gaya memerintah dan bukan gaya mengajak.
2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik Pemimpin paternalistic menunjukkan kecenderungan-kecenderungan
bertindak sebagai berikut: Pengambilan keputusan, kecenderungannya menggunakan cara mengambil keputusan sendiri dan kemudian berusaha
menjual keputusan itu kepada para bawahannya. Dengan menjual keputusan itu diharapkan bahwa para bawahan akan mau menjalankan meskipun tidak
dilibatkan didalam proses pengambilan keputusan. 3. Gaya Kepemimpinan Kharismatik
Teori kepemimpinan belum dapat menjelaskan mengapa seseorang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik, sedangkan yang lain tidak.
Artinya, belum dapat dijelaskan secara ilmiah faktor-faktor apa saja yang menjadi seseorang memiliki kharisma tertentu.
11
4. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire Karakteristik yang paling kelihatan dari seorang pemimpin laissez-
faire terlihat pada gayanya yang santai dalam memimpin organisasi. Dalam hal pengambilan keputusan, misalnya, seorang pemimpin ini akan
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada bawahannya, dengan pengarahan yang minimal atau bahkan sama sekali tanpa pengarahan sama sekali.
5. Gaya Kepemimpinan Demokratik Pengambilan keputusan pemimpin demokratik pada tindakannya
mengikutsertakan para bawahannya dalam seluruh pengambilan keputusan. Seorang pemimpin demokratik akan memilih model dan teknik pengambilan
keputusan tertentu yang memungkinkan para bawahannya ikut serta dalam pengambilan keputusan.
1.5.4 Pengertian Produktivitas Kerja
Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok
harus lebih baik dari hari ini. Sikap yang demikian membuat seorang selalu mencari perbaikan-perbaikan
dan peningkatan-peningkatan. Orang yang mempunyai sikap tersebut terdorong untuk menjadi dinamis, kreatif, inovatif serta terbuka, tetapi kritis terhadap ide-ide baru dan
perubahan-perubahan.
12
Beberapa pengertian mengenai produktivitas menurut beberapa pakar akan dikemukakan sebagai berikut:
Menurut Dr. Sedarmayanti, M.Pd 2001 : 57 – 58 yang dikutip dari Paul Mali, mengemukakan bahwa:
“Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien.
Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu”.
Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangn bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan
esok harus lebih baik dari hari ini. secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja
satuan waktu. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses peningkatan produktivitas karena amnusia bersifat dinamis. Sedangkan alat produksi
dan kemajuan teknologi lebih bersifat statis yang hanya dapat digerakkan oleh manusia. Tingkat produktivitas yang tinggi merupakan harapan bagi setiap
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja, banyak sekali faktor yang mempengaruhi, seperti pemberian upah atau gaji yang adil dan layak, suasana dan
lingkungan kerja yang menyenangkan, kesempatan berkarir, kesempatan untuk maju, fasilitas yang mendukung, dan lain-lain.
13
1.5.5 Faktor Produktivitas Tenaga Kerja
Secara ringkas menurut Dr. Sedarmayanti, M.Pd. 2001 : 72 – 76, faktor-
faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1. Sikap Mental Sikap mental berupa motivasi kerja. Motivasi adalah daya dorong yang
dimiliki, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik yang membuat karyawan mau dan rela untuk bekerja sekuat tenaga menggunakan seluruh
kemampuannya dalam mencapai tujuan. a. Motivasi kerja, pada umumnya orang yang mempunyai motivasi kerja
yang tinggi akan bekerja dengan rajin, giat, sehingga dengan begitu akan dapat mencapai satu prestasi kerja yang tinggi.
b. Disiplin kerja, orang yang mempunyai disiplin kerja yang tinggi akan bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Hal ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja dan akan mendukung terwujudnya tujuan perusahaan. Sebab kedisiplinan adalah
kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya dan produktivitas kerja pun akan meningkat.
c. Etika kerja, pada umumnya orang mempunyai etika yang baik akan Nampak dalam penampilan kerja sehari-hari berupa kerjasama,
kehadiran, antusias, inisiatif, tanggung jawab terhadap pekerjaan, dan
14
kreativitas. Wujud tersebut akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian produktivitas kerja karyawan yang optimal
dan mampu memenuhi harapan atau bantuan pencapaian tujuan perusahaan.
2. Pendidikan Pada umumnya organisasi yang mempunyai pendidikan formal atau non
formal yang lebih tinggi akan mempunyai wawasan lebih luas akan arti penting produktivitas. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas
dapat mendorong pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif.
3. Keterampilan Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan lebih
mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Pegawai akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan Ability dan
pengalaman Experience yang cukup. 4. Manajemen
Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta
mengandalkan staf atau bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat mendorong
pegawai untuk melakukan tindakan yang paling produktif.
15
5. Hubungan Industrial Pancasila H.I.P Dengan penerapan Hubungan Industrial Pancasila maka akan:
a. Menciptakan ketenangan kerja dan memberikan motivasi kerja secara produktif sehingga produktivitas dapat meningkat.
b. Menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis sehingga menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan
produktivitas. c. Menciptakan harkat dan martabat pegawai sehingga mendorong
diwujudkannya jiwa yang berdedikasi dalam upaya peningkatan produktivitas.
6. Tingkat Penghasilan Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan
konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.
7. Gizi dan Kesehatan Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat,
maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat yang tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
8. Jaminan Sosial Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada pegawainya
16
dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja. Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan dapat
menimbulkan kesenangan bekerja sehingga mendorong pemanfaatan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.
9. Lingkungan dan Iklim Kerja Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar
senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan produktivitas.
10. Sarana dan Prasarana Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas
apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik, kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.
11. Teknologi Apabila teknologi yang dipakai tepat dan lebih maju tingkatannya maka
akan memungkinkan: a. Tepat waktu dalam penyelesaian proses produksi.
b. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu. c. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penerapan teknologi dapat mendukung peningkatan produktivitas.
17
12. Kesempatan Berprestasi Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karir atau
pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat bagi dirinya maupun bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan untuk
berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan produktivitas kerja.
1.5.6 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja
Seperti kita ketahui bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk
mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan sendiri. Seseorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada kemampuan pemimpin
tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinan pada situasi kerja yang dihadapinya.
Tannanbaum dan Schmidt yang dikutip oleh Gibson 2001:285 mengatakan bahwa:
“ Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan perilakunya yang paling
cocok bagi waktu tertentu dan benar-benar mampu bertindak demikian”.
18
Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang efektif, dimana dengan kepemimpinannya itu dapat mempengaruhi bawahannya
untuk membangkitkan motivasi kerja mereka agar berprestasi terhadap tujuan bersama.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.
Peranan faktor manusia senantiasa memperhatikan keinginan dan kemampuan setiap karyawan. Setiap karyawan didalam perusahaan harus senantiasa dipelihara
dan dikembangkan kemampuannya untuk menumbuhkan kemauan dan kemampuan kerja karyawan adalah tugas pemimpin dalam mengidentifikasi dan mengaktifkan
motivasi karyawan agar dapat berprestasi dengan baik yang akhirnya akan menimbulkan produktivitas perusahaan.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.
Berdasarkan pengertian tersebut, penulis mengetengahkan suatu hipotesis yang dilandaskan pada teori yang relevan, yaitu dengan adanya kepemimpinan maka
diharapkan produktivitas kerja pegawai dapat meningkat. 19
Adapun hipotesisnya adalah: Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap
produktivitas kerja pegawai. Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap produktivitas
kerja pegawai.
1.7 Definisi Konsep