Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

O L E H

NAMA : ROLISA TILAWATI NASUTION NIM : 072600003

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN

HALAMAN PERSETUJUAN

OLEH :

NAMA : ROLISA TILAWATI NASUTION

NIM : 072600003

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN JUDUL : PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan

Administrasi Perpajakan

Drs. M.H.Thamrin Nst, M.Si Indra Efendi Rangkuti,S.Sos

NIP : 196401081991021001 NIP:196311101989101001

Drs. H. A. Empani

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP : 196207031987111001 Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dipresentasikan didepan Panitia Penguji Program Studi Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Hari :

Tanggal :

Pukul :

TIM MAJELIS PENGUJI

1. Ketua : ( )

NIP :

2. Anggota : ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang dapat bermanfaat dalam penulisan -penulisan yang lain pada masa yang akan datang.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan, baik secara moril dan materil dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, terutama sekali kepada :

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Indra Efendi Rangkuti, S.Sos, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dengan penuh kesabaran dan nasehatnya dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.


(5)

4. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP, selaku sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan, yang telah memberikan penulisan berbagai disiplin ilmu mulai tingkat pertama hingga laporan ini selesai.

6. Staf Jurusan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU, yang selalu membantu penulis.

7. Bapak Drs. H. Ahmad Empani, selaku supervisor lapangan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan Praktik Lapangan Mandiri ini serta memberikan data-data mengenai pajak restoran.

8. Buat teman-teman ayah di DISPENDA, Bapak Batara Ginor, Bapak Taslim, Bapak Untung, Terima kasih banyak ya pak atas bantuannya selama ini.

9. Kepala Dinas, Pegawai dan Staf Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, yang juga telah membantu penulis dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.

10. Bapak H. Eddy Rosdianto, S.Sos yang telah memberikan izin riset.

11. Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda Almarhum M. Yusuf Nasution dan Ibunda Asnah Sri Anawati atas doa, dukungan, dan bantuan baik secara moril dan materil serta pengorbanan yang tak terhingga, yang telah diberikan kepada penulis.


(6)

12. Kepada Nenekku tersayang Hj. Farida Lubis yang telah memberikan semangat dan kasih sayang yang tak terhingga kepada penulis.

13. Kepada uwak H. Effendy Lubis beserta keluarga yang telah banyak membantu penulis dan keluarga.

14. Kakakku Liza Asyuna dan adik-adikku yang tersayang Anggi Arfah Nursahada dan Sisi Rosida yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

15. Sahabat-sahabatku tercinta. Nova (mami venk), Tatha (bundha thatotok), Rama (mamodh ci tante), Indah (mami rangga) dan Sinar (cicin). Hehehe... Thank’s ya sist, akhirnya selesai juga.

16. Buat my luvly beibh. Muhammad Idrus, yang selalu bisa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

17. Teman-teman kelas A ‘07. Bayu (yayuk), Hari, Surya (uya), Fadly, Agung, Heru, Eflin, Santa, Ratih, Nola, Lely, Naily, Joel, Made, Mega, Singgih, Sabrina, Fitri, Manto dan untuk semuanya yang tidak dapat disebutkan penulis satu-persatu.

18. Kepada para senior yang telah banyak membantu penulis.

19. Kepada teman-temanku Riris, Purnama, Angga, Hari Yadi, Nasrin, makasi banyak ya fren atas dukungannya.

Laporan Akhir ini sudah selesai, namun penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan di dalamnya karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Untuk itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan


(7)

penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua sebagai wacana dalam memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.

Kiranya Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga sukses dalam menggapai cita-cita yang diinginkan. Amin.

Medan, Juni 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri……… 3

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri………... 5

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri……….... 6

E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri……. 7

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 8

BAB II GAMBARAN UMUM DISPENDA KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat DISPENDA Kota Medan... 10

B. Struktur Organisasi DISPENDA Kota Medan... 12

C. Tugas Pokok dan Fungsi DISPENDA Kota Medan... 14

D. Tata Kerja DISPENDA Kota Medan... 16


(9)

BAB III GAMBARAN DATA PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Restoran... 31

B. Ketentuan………... 37

C. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran………..…….. 38

D. Pendaftaran dan Pendataan……….. 40

E. Perhitungan dan Penetapan Pajak……….... 41

F. Tata Cara Pembayaran Pajak………... 43

G. Tata Cara Pembukuan dan Pelaporan……….. 45

H. Tata Cara Penagihan Pajak……….. 46

I. Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak……….. 47

BAB IV ANALISA DATA DAN EVALUASI A. Analisa Data………..…………. 49

B. Evaluasi………... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 58

B. Saran……… 59 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pemerintah dalam Negara kita mempunyai peranan penting untuk memajukan negara yang dipimpinnya. Salah satu indikator kemajuan suatu negara dapat dilihat dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah pada setiap provinsi maka akan diberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengelola sepenuhnya sistem pemerintahan daerah untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah secara nyata dan bertanggung jawab.

Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini daerah berhak mengatur rumah tangganya sendiri, termasuk mengelola penerimaan, pengeluaran keuangan dan merencanakan pelaksanaan pembangunan. Sumber penerimaan daerah salah satunya adalah melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun penerimaan tersebut sangatlah rendah. Oleh karena itu pemerintah daerah harus berupaya meningkatkan Pendapatan


(11)

Asli Daerah (PAD) ini sehingga dapat membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah serta meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah dari sektor pajak daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Sebagai perubahan atas undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut terdapat jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh pemerintah daerah yaitu salah satunya adalah pajak restoran.

Pajak Restoran ini sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan daerah, maka dalam pelaksanaan penyelenggaraan pajak tersebut, pemerintah daerah melalui Dinas Pendapatan Daerah harus melaksanakannya sesuai dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan. Penyelenggaraan pajak restoran meliputi pemberian izin restoran, penghitungan besarnya pajak serta pemungutan pajak daerah ini. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan pajak restoran ini harus meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul sehingga dapat membiayai pembangunan daerah.

Melalui pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, penulis berupaya mencari tahu dan memaparkan prosedur yang dilakukan dalam pendataan dan pemungutan pajak restoran dan mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan pendapatan pajak restoran tersebut. Berdasarkan hal ini, maka penulis memilih judul “ PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN “.


(12)

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Kerja Lapangan Mandiri

Dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah : a. Untuk mengetahui prosedur pendataan pajak restoran pada Kantor Dinas

Pendapatan Kota Medan.

b. Untuk mengetahui target dan realisasi pajak restoran dan hambatan-hambatan dalam pendataan dan pendaftaran pajak restoran serta upaya mengatasinya.

c. Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak taat pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM.


(13)

3. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya di bidang perpajakan.

4. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta kedisiplinan.

b. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan

1. Untuk memperoleh masukan, ide-ide, gagasan yang konstruktif dari perguruan tinggi untuk mengoptimalkan penerimaan pendapatan daerah.

2. Agar dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dalam bidang perpajakan khususnya pada Dinas Pendapatan Kota Medan.

3. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan instansi-instansi pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan selama perkuliahan.

3. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan USU dan instansi pemerintah.

4. Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan.


(14)

5. Mempromosikan sumber daya manusia di Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dengan Ruang Lingkup mengenai :

1. Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Realisasi Penerimaan Pajak Restoran dalam pembangunan Kota Medan. 3. Kendala dan Hambatan dalam Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor

Dinas Pendapatan Kota Medan.

4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan penerimaan Pajak Restoran.

5. Ketentuan Pidana Pajak Restoran.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan mekanisme pendataan, pemungutan dan penetapan pajak restoran dan akan mencari data dan informasi yang berasal dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, Seksi Pendataan dan Pendaftaran dengan data tahun 2005-2009 sebagai bahan referensi untuk mengetahui dan mendalami prosedur pendataan pajak restoran pada kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.


(15)

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan pengajuan judul dan setelah judul ditentukan, maka penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang berhubungan dengan pendataan pajak restoran.

3. Observasi Lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, mengenai Prosedur Pendataan Pajak Restoran. 4. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data mekanisme pendataan, pemungutan dan penetapan pajak restoran melalui :

a. Data Primer, bersumber dari data kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.


(16)

b. Data Sekunder, bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang berhubungan dengan pajak restoran.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah data yang diperlukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai mekanisme pendataan pajak restoran.

E. Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut: 1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang prosedur pendataan pajak restoran.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap fenomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan prosedur pendataan pajak restoran, dan meminta berbagai dokumen yang diperlukan dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.


(17)

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan akhir ini adalah : BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, Gambaran Pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN PROSEDUR

PENDATAAN PAJAK RESTORAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data penerapan Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu


(18)

mengenai Prosedur Pendataan Pajak Restoran Pada Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.


(19)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang Penerimaan/Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu potensi Pajak maupun Retribusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam Sub-Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa Seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota, Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri


(20)

dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) Seksi dengan masing-masing Seksi terdiri dari 3 (tiga) Sub-Seksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan pada pertumbuhan Wajib Pajak/Retribusi Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retribusi Daerah Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Propinsi/Kabupaten/Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK. II Medan


(21)

Nomor 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan Surat Keputusan (SK) Walikota Medan Nomor 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya Dinas Pendapatan Daerah di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub-Bagian dan 5 (lima) Sub-Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 25 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan Pasal 5, Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Bagian Tata Usaha terdiri dari : a. Sub Bagian Keuangan ; b. Sub Bagian Kepegawaian ; c. Sub Bagian Perlengkapan ; d. Sub Bagian Umum.

3. Sub Dinas Program terdiri dari : a. Seksi Penyusunan Program ;


(22)

c. Seksi pengembangan Pendapatan ; d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan.

4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran ;

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ; c. Seksi Penetapan ;

d. Seksi Pemeriksaan.

5. Sub Dinas Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi ; b. seksi Penagihan dan Perhitungan ; c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan ; d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan.

6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain-lain ; b. Seksi Penerimaan Lain-lain ;

c. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan Lain-lain ; d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga. 7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak ; b. Seksi Bagi Hasil Pajak ;

c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak ;


(23)

8. Kelompok Jabatan Fungsional. 9. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT).

C. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 25 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Medan ;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan ; 3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan ;

4. Wakil Kepala Daerah adalah Wakil Walikota Medan ;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan ;

6. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan sesuai dengan kebutuhan daerah ;

7. Sekretariat Daerah adalah Unsur Staf Pemerintah Kota Medan ; 8. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Kota Medan ;

9. Dinas Daerah adalah Dinas Daerah Kota Medan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan ;


(24)

11. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan ;

12. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatan fungsional yang mempunyai tugas melaksanakan tugas khusus sesuai dengan bidang keahliannya dan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana pemerintah kota medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

Dinas Pendapatan mempunyai fungsi :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pendapatan daerah ;

2. Melakukan Pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ;

3. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi ;

4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ;


(25)

5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya ;

6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah. D. Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Medan

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Memimpin dan mengkoordinasi semua kegiatan demi terlaksananya tugas-tugas yang akan dilaksanakan pada setiap seksi ;

b. Mengumpulkan dan mensistematisasikan data-data bahan yang berhubungan dengan setiap tugas ;

c. Membuat perkiraan dan memberikan saran kepada setiap Kepala Seksi sebagai bahan masukan untuk menetapkan kebijaksanaan.

2. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Bagian Tata Usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dinas dibidang ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, kerumahtanggaan dan urusan umum lainnya.

Bagian Tata Usaha Mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja ;


(26)

b. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya ;

c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana penyusunan laporan keuangan ;

d. Mengelola urusan administrasi kepegawaian ;

e. Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas ;

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

a. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.

b. Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengelolaan administrasi dibidang kepegawaian.

c. Sub Bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dibidang perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang.

d. Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat menyurat serta urusan umum lainnya.

Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.


(27)

3. Sub Dinas Program

Sub Dinas Program dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Dinas Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang penyusunan program.

Sub Dinas Program mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja ;

b. Mengumpulkan bahan dan data untuk penyusunan program kegiatan dan perencanaan pendapatan daerah ;

c. Menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja jangka pendek, menengah dan panjang ;

d. Menyusun penerimaan pendapatan daerah, merencanakan sistem dan prosedur kerja ;

e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi pendapatan daerah ;

f. Melaksanakan pembinaan teknis dibidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pungutan pendapatan daerah ;

g. Menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah ;

h. Melaksanakan penyuluhan dibidang pendapatan daerah ;

i. Melaksanakan tukar informasi tentang target/realisasi penerimaan daerah dengan daerah lainnya ;


(28)

j. Mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah, keputusan Kepala Daerah tentang Pajak Daerah,Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya ; k. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional

pengelolaan pendapatan daerah ;

l. Menyusun laporan realisasi pendapatan daerah ;

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Program terdiri dari :

a. Seksi Penyusunan Program mempunyai tugas merencanakan penerimaan pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program kerja jangka pendek, menengah serta jangka panjang.

b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian mempunyai tugas melaksanakan pembinaan teknis dibidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pungutan pendapatan daerah dan melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan dibidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan dibidang pendapatan daerah. c. Seksi Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas menyusun rencana

serta mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan Kepala Daerah tentang pajak daerah dan pendapatan daerah lainnya.


(29)

d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengevaluasi dan memonitor pelaksasnaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah, menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah, mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah dan menyusun laporan realisasi pendapatan daerah.

Setiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Program.

4. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang pendataan dan penetapan.

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja ;

b. Melaksanakan Pendaftaran dan Pendataan seluruh Wajib Pajak (WP), Wajib Retribusi dan Pendapatan Daerah lainnya ;

c. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait ;


(30)

d. Melaksanakan penetapan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya ;

e. Merencanakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi ;

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari :

a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan objek pajak daerah/retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran wajib pajak daerah/wajib retribusi daerah melalui formulir pendaftaran, menyimpan, mendistribusikan, memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah/Wajib Retribusi Daerah dan menyusun Daftar Induk Wajib Pajak Daerah/Retribusi Daerah serta menyimpan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/retribusi daerah, menuangkan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data serta mengirimkan kartu data kepada Seksi Penetapan dan demikian sebaliknya.


(31)

c. Seksi Penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran atas permohonan wajib pajak. d. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan

melaksanakan pemeriksaan objek pajak/retribusi, menatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjak pajak/retribusi serta mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

Setiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Pendataan dan Penetapan.

5. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan perhitungan restitusi, pemindahbukuan serta pertimbangan terhadap keberatan pajak daerah , retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.


(32)

Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja ;

b. Melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah/retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya ;

c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya ;

d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya ;

e. Melaksanakan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak ;

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Penagihan terdiri dari :

a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam Kartu Persediaan Benda Berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala.


(33)

b. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.

c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan mempunyai tugas menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak daerah/retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan serta mempersiapkan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan.

d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan mempunyai tugas menerima surat keberatan dari wajib pajak/retribusi dan meneliti keberatan wajib pajak/retribusi serta membuat pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak/wajib retribusi dan mempersiapkan surat keputusan kepala dinas tentang persetujuan atau penolakan atas keberatan tersebut.

Setiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Penagihan.

6. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain


(34)

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang retribusi dan pendapatan lain-lain.

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja ;

b. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain;

c. Melaksanakan penatausahaan penerimaan lain-lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat ;

d. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan pendapatan lain-lain ;

e. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga ;

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan olah Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan melaksanakan penatausahaan pendapatan lain-lain.

b. Seksi Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain baik dari Pemerintah, Wakil Pemerintah di daerah maupun dari Lembaga-lembaga Keuangan dan atau Badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.


(35)

c. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan melaksanakan penatausahaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga mempunyai tugas melaksanakan legalisasi surat-surat berharga dan melaksanakan pembukuan surat-surat berharga.

Setiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain.

7. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas dibidang bagi hasil pendapatan.

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja ;

b. Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak;

c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak ;


(36)

d. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ;

e. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah dibidang bagi hasil pendapatan ; f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya.

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan manatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak.

b. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP)/Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), melaksanakan penagihan PBB, melaksanakan perhitungan penerimaan Pajak Pusat dan Pajak Propinsi, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat Permohonan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada wajib pajak, menerima kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB.


(37)

c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penerimaan dari dana alokasi umum, melaksanakan perhitungan penerimaan dari dana alokasi khusus.

d. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta melaksanakan pengkaijan atas penerimaan pendapatan daerah secara priodik.

Setiap Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga, dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya ;

b. Setiap kelompok tersebut diatas dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior ;

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah ;


(38)

d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan

Sebagai gambaran umum mengenai Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambaran Umum Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2010

No.

BAGIAN / BIDANG / BENDAHARA / UPT / SECURITY

JUMLAH

1 Kepala Dinas 1 Orang

2 Sekretariat 39 Orang

3 Bendahara Penerimaan / Pengeluaran 21 Orang

4 Penyimpan Barang Berharga 8 Orang

5 Penyimpan Barang dan Pengurus Barang 9 Orang 6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 16 Orang

7 Bidang Penagihan 40 Orang

8 Bidang Pendataan dan Penetapan 69 Orang

9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan 76 Orang

10 Unit Pelaksana Teknis (UPT) 21 Orang

11 Hansip Yang Diperbantukan 2 Orang

12 Security 12 Orang

Jumlah PNS / Pegawai Honor 314 Orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Tahun 2010


(39)

Pegawai Negeri Sipil : 245 Orang Keterangan :

TNI yang Dikaryakan : 1 Orang (Bidang Penagihan) Hansip yang Diperbantukan : 2 Orang

Jumlah : 314 Orang

Pegawai Honor : 66 Orang

Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan

GOLONGAN JUMLAH

Golongan IV/c 1 Orang

Golongan IV/b 2 Orang

Golongan IV/a 3 Orang

Golongan III/d 30 Orang

Golongan III/c 27 Orang

Golongan III/b 70 Orang

Golongan III/a 56 Orang

Golongan II/d 13 Orang

Golongan II/c 19 Orang

Golongan II/b 1 Orang

Golongan II/a 25 Orang


(40)

BAB III

GAMBARAN DATA PROSEDUR PENDATAAN PAJAK RESTORAN

A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Restoran 1. Defenisi Pajak

Sebelum kita membahas mengenai gambaran penerapan prosedur pendataan pajak restoran, maka kita terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun defenisi pajak sebagai berikut :

1.Menurut Buku Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Resmi, 2007 : 1)

Restoran atau rumah makan adalah tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat makanan/minuman, diskotik dan karaoke kecuali usaha jasa katering dan usaha jasa boga.


(41)

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran.

2. Sumber Pendapatan Daerah

Dasar acuan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sumber Pendapatan Daerah berasal dari : a. Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, pengertian Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

Jenis pajak daerah yang berlaku berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, yaitu :

1. Pajak Provinsi (Pasal 2 ayat 1) terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air ; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ;

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.


(42)

2. Pajak Kabupaten/Kota (Pasal 2 ayat 2) terdiri dari : a. Pajak Hotel ;

b. Pajak Restoran ; c. Pajak Hiburan ; d. Pajak Reklame ;

e. Pajak Penerangan Jalan ;

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C ; g. Pajak Parkir.

b. Retribusi Daerah

1. Jasa Umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Jasa Usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

3. Perizinan Tertentu yaitu retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.


(43)

c. Dana Perimbangan

1. Dana Alokasi Umum (DAU) 2. Dana Alokasi Khusus (DAK)

d. Pinjaman Daerah baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri.

e. Lain-lain penerimaan yang sah. 3. Fungsi Pajak

Dalam kedudukannya, Pajak mempunyai dua fungsi yaitu : a. Fungsi Budgetair/Anggaran

Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi Regulerend/Mengatur

Menurut Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Misalnya :

1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

3. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia. (Mardiasmo, 2008 : 1)


(44)

4. Jenis Pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu :

a. Menurut sifatnya :

1. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Misalnya : Pajak Penghasilan.

2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).

b. Menurut Golongannya :

1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). c. Menurut Lembaga Pemungutannya :

1. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.


(45)

2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak Daerah terdiri atas :

a. Pajak Propinsi, misalnya : Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

b. Pajak Kabupaten/Kota, misalnya : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan. (Mardiasmo, 2008 : 5)

5. Prosedur Pendataan Pajak Restoran

Pendataan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta pengawasan penyetoran.

Adapun prosedur dari pendataan sampai pemungutan pajak restoran menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Wajib Pajak Restoran adalah pengusaha restoran yang mendaftarkan usahanya ke Dinas Pendapatan dengan cara mengambil dan mengisi formulir pendaftaran.

2. Formulir yang sudah diisi Wajib Pajak dikembalikan kepada Dinas Pendapatan untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

3. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan NPWPD, Wajib Pajak dapat menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak


(46)

terhutangnya dengan mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

4. Berdasarkan SPTPD tersebut, Wajib Pajak dapat menyetorkan pajak terhutangnya ke kas daerah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

B. Ketentuan

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

4. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan. 5. Keputusan Walikota Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Pajak

Daerah.

6. Keputusan Walikota Nomor 25 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.


(47)

C. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan :

Pasal 10

1. Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk :

a. Bar ; b. Kafe ;

c. Rumah Makan ; d. Buffet ;

e. Kantin ;

f. Kedai Nasi/Kopi.

Nama usaha yang di atas meliputi penjualan makanan/minuman di tempat yang disertai tempat penyantapannya maupun diantar/dibawa pulang (Take away).

2. Yang tidak termasuk objek Pajak Restoran adalah : a. Pelayanan jasa boga/katering ;

b. Pelayanan yang disediakan oleh Restoran atau Rumah Makan yang pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) per bulan ;

c. Penjualan makanan dan atau minuman ditempat yang disertai dengan fasilitas penyantapannya di hotel.


(48)

Pasal 11

1. Subjek Pajak Restoran adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan Restoran ;

2. Wajib Pajak Restoran adalah Pengusaha Restoran sebagaimana tersebut pada pasal 10 ayat (1).

Pasal 12

Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada Restoran.

Pasal 13

Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10 % (sepuluh perseratus). Pasal 14

Besarnya Pokok Pajak Restoran yang Terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud pada pasal 12.

Pasal 15

1. Pajak terutang dipungut di dalam daerah ;

2. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim ;

3. Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan restoran dilakukan.


(49)

D. Pendaftaran dan Pendataan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan pada BAB VIII tentang Pendaftaran dan Pendataan, yaitu :

Pasal 44

1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili didalam maupun diluar wilayah daerah memiliki objek pajak di daerah ;

2. Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada wajib pajak ;

3. Wajib pajak wajib mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah ;

4. Formulir Pendaftaran yang dikembalikan oleh wajib pajak dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak secara berurutan yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) bagi wajib pajak.

Pasal 45

1. Setiap wajib pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan formulir lain yang disamakan dengan itu ;

2. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya ;

3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Kepala Daerah atau Pejabat selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak ;


(50)

4. Bentuk, isi dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah.

E. Perhitungan dan Penetapan Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan pada BAB IX tentang Perhitungan dan Penetapan Pajak, yaitu :

Pasal 46

1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 ayat (1) Kepala Daerah atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau yang dipersamakan dengan itu ;

2. Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan SKPD.

Pasal 47

1. Wajib pajak yang membayar sendiri SPTPD digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang ;

2. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan :

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)

b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT) c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)


(51)

3. SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak ;

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak ;

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikkan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak.

4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi


(52)

berupa kenaikkan sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut ;

5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah pajak yang telah disetorkan ;

6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan ;

7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan pada wajib pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.

F. Tata Cara Pembayaran Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan pada BAB X tentang Tata Cara Pembayaran Pajak, yaitu :

Pasal 48

1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD ;


(53)

2. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah ;

3. Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ;

4. Pembayaran pajak dengan sistem membayar sendiri, dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7, 14, 21 dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak, bilamana tanggal tersebut jatuh pada hari libur maka jadwal pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya.

Pasal 49

1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas ;

2. Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengatur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan ;

3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar ;

4. Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah


(54)

memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar ; 5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara

pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat.

Pasal 50

1. Setiap Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam bukti penerimaan ;

2. Bentuk, jenis, isi dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah. G. Tata Cara Pembukuan dan Pelaporan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan pada BAB XI tentang Tata Cara Pembukuan dan Pelaporan, yaitu :

Pasal 51

1. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD dicatat dalam buku menurut jenis pajak sesuai dengan NPWPD ;

2. Besarnya penetapan dan penerimaan pajak dihimpun dalam Buku Jenis Pajak dan atas dasar Buku Jenis Pajak dibuat daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan per jenis pajak ;

3. Berdasarkan daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan dibuat pelaporan realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis pajak sesuai dengan masa pajak.


(55)

H. Tata Cara Penagihan Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan pada BAB XII tentang Tata Cara Penagihan Pajak, yaitu :

Pasal 52

1. Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran ;

2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang ;

3. Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat.

Pasal 53

1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan surat paksa ;

2. Pejabat menerbitkan surat paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya.


(56)

Pasal 54

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan.

Pasal 55

Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 (hari) sejak tanggal pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan , Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.

Pasal 56

Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.

Pasal 57

Bentuk, jenis, dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.

I. Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan pada BAB XIII tentang Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak, yaitu :


(57)

Pasal 58

1. Kepala Daerah atau Pejabat berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak ;

2. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah.


(58)

BAB IV

ANALISA DATA DAN EVALUASI

A. Analisa Data

Seiring Kota Medan yang terus berkembang dan mengarah pada Kota Metropolitan, di kota ini juga banyak tersedia tempat-tempat restoran yang menyediakan berbagai jenis makanan dan juga minuman yang terus berkembang dan bertambah. Hal ini akan menjadikan pajak restoran sebagai salah satu sumber penerimaan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan yang sangat potensial. Dengan demikian pajak restoran merupakan sumber keuangan yang dapat terus digali demi memenuhi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah kota medan. Berdasarkan pengenaan pajak tersebut tergantung dari maju tidaknya usaha restoran yang dikelola. Sistem pemungutan pajak yaitu :

1. Official Assessment System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada aparatur perpajakan).


(59)

2. Self Assessment System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk :

a. Menghitung sendiri pajak yang terutang ; b. Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang ; c. Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang ; d. Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang ; e. Mempertanggungjawabkanpajak yang terutang.

Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri (peranan dominan ada pada wajib pajak).

3. With Holding System

Yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan,


(60)

keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk. (Resmi, 2007 : 11)

Berikut ini adalah tabel Target dan Realisasi Pajak Restoran pada 5 (lima) tahun terakhir yaitu dari tahun 2005-2009 :

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2005

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2005 35.880.000.000,00 34.136.656.308,58 95,14 Data : Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dari tabel diatas maka realisasi pajak restoran sebesar Rp. 34.136.656.308,58 belum mencapai dari target yang diperkirakan yaitu Rp. 35.880.000.000,00 dengan persentase 95,14%.

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2006

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2006 35.880.000.000,00 35.918.147.431,58 100,11 Data : Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dari tabel diatas maka realisasi dari target tersebut terdapat peningkatan sebesar 100,11% dari jumlah target yang telah ditentukan yaitu :


(61)

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 35.918.147.431,58 – Rp. 35.880.000.000,00 = Rp. 38.147.431,58

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2007

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2007 36.756.400.000,00 37.189.878.638,70 101,18 Data : Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi pajak restoran terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dalam target realisasi penerimaan pajak restoran yang telah dicapai pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan sebesar 101,18% dari jumlah yang telah ditentukan yaitu :

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 37.189.878.638,70 – Rp. 36.756.400.000,00 = Rp. 433.478.638,70

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2008

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2008 40.523.931.000,00 42.608.744.950,06 105,14 Data : Dinas Pendapatan Kota Medan.


(62)

Pada tahun 2008 terjadi peningkatan APBD sebesar Rp. 40.523.931.000,00. Pada tahun ini jumlah realisasinya melebihi target yaitu Rp. 42.608.744.950,06 dari tahun 2007-2008 terjadi peningkatan sebesar 105,14% dari jumlah yang telah ditentukan yaitu :

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 42.608.744.950,06 – Rp. 40.523.931.000,00 = Rp. 2.084.813.950,06

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Anggaran 2009

Masa Pajak Target APBD Realisasi %

Tahun 2009 45.750.127.000,00 49.316.929.029,18 107,80 Data : Dinas Pendapatan Kota Medan.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi dari target pajak restoran terus meningkat mulai tahun 2006-2009, peningkatan realisasi dari tahun 2008-2009 sebesar 107,80 % dari jumlah yang telah ditentukan yaitu :

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 49.316.929.029,18 – Rp. 45.750.127.000,00 = Rp. 3.566.802.029,18


(63)

Rumus Perhitungan Pajak Restoran dapat dilakukan sebagai berikut : POTENSI PAJAK : P = ∑ ( I¹ x H x 10 % )

Di mana : I¹ : Pendapatan Restoran per hari H : Hari per tahun = 365 hari 10 % : Dasar Pengenaan Pajak

Dari data di atas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak restoran pada tahun 2009 sekitar 107,80 %, berarti telah mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik hambatan internal maupun hambatan eksternal. Target dan realisasi tercapai dapat dilakukan karena banyak objek-objek pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak restoran.

Hambatan Internal itu dapat berupa kendala administratif serta kurangnya kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan eksternal dapat berupa hambatan yang di hadapi langsung di lapangan.

B. Evaluasi

1. Kendala dan Hambatan Dalam Pendataan Pajak Restoran

a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang telah diterbitkan (menunggak pembayaran).

b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.


(64)

d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan yang dikutip dari subjek pajak.

f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak yang sesuai yang dilaporkan (tunggakan pajak).

2. Upaya-Upaya Yang di Lakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang diperlukan demi peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut. Upaya-upaya tersebut adalah :

a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak, dengan melaksanakan penjagaan.

b. Melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak.

c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.

d. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.

e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi.

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.


(65)

g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi/omzet yang sebenarnya.

h. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.

i. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak. j. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak. 3. Ketentuan Pidana Pajak Restoran

Ketentuan Pidana Pajak Restoran ini diatur pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003, pada BAB XVIII yaitu :

Pasal 66

1. Wajib Pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang ;

2. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.


(66)

Pasal 67

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. Tindak pidana tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak.

4. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut :

a. Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah.

c. Berdirinya atau terdapatnya usaha-usaha restoran, kafe, rumah makan, kedai nasi/kedai kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan perkembangan kota medan saat ini.

d. Tidak sesuainya pembayarannya pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan wajib pajak.


(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, sebagai akhir dari penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran.

2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Official Assessment System, Self Assessment System dan With Holding System.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus meningkat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :

a. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

b. Melakukan penagihan langsung pada wajib pajak.

c. Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk bekerja optimal.

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar dibandingkan penerimaan pajak lainnya. Namun dalam penerimaannya sudah mencapai target pada tahun 2009.


(68)

6. Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan Walikota Medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

B. Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :

1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan.

2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.

3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelolaan pajak restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak restoran.

6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang pajak daerah.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.

Keputusan Walikota Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.


(1)

d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan yang dikutip dari subjek pajak.

f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak yang sesuai yang dilaporkan (tunggakan pajak).

2. Upaya-Upaya Yang di Lakukan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang diperlukan demi peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut. Upaya-upaya tersebut adalah :

a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak, dengan melaksanakan penjagaan.

b. Melakukan penagihan langsung kepada wajib pajak.

c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD.

d. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.

e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi.

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.


(2)

g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi/omzet yang sebenarnya.

h. Melaksanakan penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.

i. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak. j. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak. 3. Ketentuan Pidana Pajak Restoran

Ketentuan Pidana Pajak Restoran ini diatur pada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003, pada BAB XVIII yaitu :

Pasal 66

1. Wajib Pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang ;

2. Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.


(3)

Pasal 67

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. Tindak pidana tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak.

4. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut :

a. Kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah.

c. Berdirinya atau terdapatnya usaha-usaha restoran, kafe, rumah makan, kedai nasi/kedai kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan perkembangan kota medan saat ini.

d. Tidak sesuainya pembayarannya pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan wajib pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, sebagai akhir dari penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran.

2. Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Official Assessment System, Self Assessment System dan With Holding System.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus meningkat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :

a. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD.

b. Melakukan penagihan langsung pada wajib pajak.

c. Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk bekerja optimal.

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar dibandingkan penerimaan pajak lainnya. Namun dalam penerimaannya sudah mencapai target pada tahun 2009.


(5)

6. Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan Walikota Medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

B. Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :

1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan.

2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.

3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelolaan pajak restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak restoran.

6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang pajak daerah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008, Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2007, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah.

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.

Keputusan Walikota Nomor 25 Tahun 2002 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan.