DERMATITIS KONTAK ALERGI
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Pendahuluan Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 70.000 jenis bahan berupa logam, kimia,
pelarut, plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang digunakan secara umum dalam kehidupan sehari - hari dan memberikan
kenyaman dan kemudahan bagi penduduk di seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai
dampak seperti cedera dan penyakit. Perkembangan aneka industri yang menggunakan berbagai macam bahan kimia di Indonesia
kini kian pesat. Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor penyebab meningkatnya insiden dermatitis kontak di tengah masyarakat.
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan - bahan dari luar tubuh yang berkontak langsung dengan kulit yang
bersifat toksik, alergi, maupun immunologis. Penyakit ini umumnya terjadi pada orang dewasa dan sering berhubungan dengan
pekerjaan ( Occupational Dermatitis ); sering terjadi pada tukang cuci, mekanis, penata rambut, perawat, koki, dan alat seperti
kateter, dapat menimbulkan dermatitis kontak. Pencetusnya terdiri dari produk rambut, perhiasan, pewarna pakaian, bahan kulit,
karet, semen, makanan mentah, obat ? obatan topikal, tabir surya, kosmetik, pafum, dan tanaman. DefinisiDermatitis merupakan
peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan keluhan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa ( oligomorfik ). Dermatitis cenderung kronis dan
menjadi residif. Sinonim dermatitis adalah ekzem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan ekzem, tetapi pada umumnya
menganggap sama. Dermatitis kontak alergi adalah suatu kelainan pada kulit disertai dengan rasa gatal yang disebabkan oleh reaksi
alergi kulit terhadap bahan ? bahan tertentu. Kelainan ini timbul beberapa jam setelah kontak dengan bahan ? bahan penyebab alergi,
dan dapat menetap hingga beberapa hari. Dermatitis kontak alergi timbul setelah kulit terpapar berulang kali dengan alergen dan
menimbulkan suatu reaksi yaitu reaksi hipersensitivitas tipe lambat, dan dermatitis ini sering diakibatkan oleh bahan ? bahan metal,
cat, produk ? produk yang terbuat dari karet, dan kosmetik. Dermatitis kontak alergi umumnya terjadi pada wanita dewasa ( lebih 10
% dari wanita menderita alergi nikel ). Lesinya berbatas tegas, sesuai dengan daerah yang terpapar ( atau kontak ) dengan alergen
dan timbul dalam waktu lebih dari 48 jam. Awalnya, timbul kemerahan dan rasa gatal, yang diikuti dengan melepuh, vesikel, dan
krusta, yang kemudian kulit mengalami penebalan seiring dengan waktu. Alergi terbatas pada daerah yang terpapar dan sembuh
dalam beberapa minggu setelah alergen hilang.EpidemiologiDermatitis kontak alergi dapat terjadi pada semua umur dan pria
maupun wanita memiliki frekuensi yang sama untuk terkena. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergi lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka ( hipersensitif ). Diramalkan
bahwa jumlah dermatitis kontak alergi maupun dermatitis kontak iritan makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah
produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun informasi mengenai prevalensi dan insidens dermatitis
kontak alergi di masyarakat sangat sedikit, sehingga berapa angka yang mendekati kebenaran belum didapat. Dahulu diperkirakan
bahwa kejadian dermatitis kontak iritan akibat kerja sebanyak 80 %, dan dermatitis kontak alergi 20 %, tetapi data baru dari Inggris
dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50
sampai 60 %. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi dermatitis kontak alergi bukan akibat kerja tiga kali lebih sering
daripada dermatitis akibat kerja. EtiologiPenyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah ( < 1000 dalton ), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya ( sel hidup ). Berbagai faktor berpengaruh dalam
timbulnya dermatitis kontak alergi, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan,
oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (
keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis ), status imunologik ( misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari ).
Alergen ? alergen ini biasanya tidak menyebabkan perubahan kulit yang nyata pada kontak pertama, akan tetapi menyebabkan
perubahan ? perubahan yang spesifik setelah lima sampai tujuh hari atau lebih. Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang
sama atau pada bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak alergi,yang
digolongkan dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas lambat.Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis
kontak alergi : 1. Fase primer ( induktiflafferen ), yaitu penetrasi bahan yang mempunyai berat molekul kecil ( hapten ) ke kulit.
Yang kemudian berikatan dengan karier protein di epidermis. Komponen tersebut akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel
T. Dikelenjar limfe regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel limfosit T di daerah parakorteks untuk memperbanyak
diri dan berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori. Terbentuklah sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran
perifer, dll.2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada individu yang telah tersensitasi, sehingga antigen
disajikan lagi oleh sel langerhans ke sel T memori dikulit dan limfe regional. Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan
limfokin. Terjadi reaksi inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahan-bahan limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/4 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
maksimum 24 - 48 jam. Setelah pemajanan alergen pada kulit, antigen tersebut secara imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel
penyaji antigen ), kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T dengan bantuan molekul MHC kelas 2. Sel langerhans dan
keratinosit akan menghasilkan interleukin 1 ( limphocyte aktivating factor ) dan sel langerhans akan mengalami perubahan
morfologis menjadi sel langerhans yang aktif sebagai penyaji sel ( APCs ). Sel ini akan bergerak kekulit di dermis, parakortikal,
kelenjar limfe. Sel langerhans menyajikan dalam bentuk yang sesuai dengan HLA DR dengan reseptor HLA DR yang dimiliki oleh
sel limfosit T. APCs lain seperti sel monosit dan makrofak hanya dapat merangsang sel T memori, tidak dapat mengaktifkan sel T
yang belum disensitasi. Pada fase eferent ini sel TH1 terletak di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit T
itu harus diaktifkan oleh interlukin I yang dihasilkan oleh sel langerhans dan sel keratinosit. Dan sel T ini akan meghasilkan
interlukin II ( lymphocyte proliferating cell ) dan menyebabkan sel T berfloriferasi.Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan
penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan seringkali hebat ( sangat gatal ). Dermatitis kontak alergi biasanya ditandai
dengan adanya lesi eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula; gambaran ini menunjukkan
aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan mengeluarkan cairan yang
mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan
distribusinya sering dapat menunjukkan kausanya, misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan shampo atau
cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik
lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuhCiri khas dermatitis kontak alergi
adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan tidak jelas ( difus ), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada dermatitis
kontak iritan. Perjalanan dermatitis kontak alergi dapat akut, sub-akut, ataupun kronis. Dermatitis kontak alergi akut ditandai dengan
erupsi eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula dan biasanya bula, serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple
dengan berbagai bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya dapat saling berpengaruh, sehingga daerah
yang terkena dapat meluas. Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke empat sampai hari ke tujuh, jika tidak diberi
pengobatan dan sudah tidak ada kontak dengan alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua minggu hingga satu
bulan.Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem, udem yang minimal, vesikula dan krustaDermatitis kronik tampak sebagai patch
kering yang meng-alami likhenifikasi dan berskuama serta fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis kontak
iritan, baik secara klinis maupun histopatologis, karena pada keduanya sama-sama ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi, fisura
dan gatal.Diagnosis Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Anamnesis
Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, karena sangat
menentukan terapi maupun follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan
pekerjaan, hobi, riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru,
pemakaian jam tangan atau perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta pengobatan yang pernah
diberikan, baik oleh dokter maupun yang dilakukan sendiriPemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema,
edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak
berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional
diagnosis. Bagian-bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak
mata, leher dan genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit terjadi dermatitis kontak alergi, seperti telapak
tangan, telapak kaki dan kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah yang
mengalami dermatitis.Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik ( maskara ), obat ( tetes mata ), air borne
alergen ( hair spray, debu, serbuk sari ) atau terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan ( cat kuku ). Untuk leher, penyebab
umum drmatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum, perhiasan ( kalung ) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin shape
dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa
suprasternal. Untuk daerah genital, baik pada laki - laki maupun perempuan akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama
udem dan gatal. Sensitizing-agent dapat dibawa ke genital ofeh tangan. Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian
serta obat-obat topikal merupakan causative agent yang sering ditemukan. Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan
tempat terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif),adalah :1 Lengan dan tangan ; hampir 2/3 kasus dermatitis
melibatkan tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan, erupsi pertama muncul di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah.
Cairan biasanya berefek di interdigital space; house wives contact dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja
yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul pada sisi atas karet pelindung. 2. Muka ; daerah yang paling sering
terkena setelah lengan dan tangan. Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat. Juga oleh respon terhadap suatu
kontak dan daerah sekitarnya, terutama dan kelopak mata. 3. Bibir dan daerah perioral; biasanya disebabkan oleh lipstick dan
bermanifestasi bibir kering dan pecah. 4. Paha dan tungkai bawah; clothing dermatitis dapat mempengaruhi bagian dalam dan
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/4 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
bagian belakang paha, biasanya dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea. 5. Kaki; kaus kaki merupakan penyebab
paling banyak dermatitis pada kaki.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan ? pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis suatu dermatitis kontak alergi, antara lain : 1. Pemerksaan eosinofil darah tepi2. Pemeriksaan imunoglobulin E :? Uji
tempel ( patch test )? Uji gores ( scratch test )? Uji tusuk ( prick test )Uji tempel Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya
dipunggung. Untuk melakukan uji tempel diperlukan antigen, biasanya antigen standar buatan pabrik, misalnya finn chamber system
kit dan T.R.U.E test, keduanya buatan Amerika Serikat. Terdapat juga antigen standar buatan pabrik di Eropa dan negara lain.
Adakalanya test dilakukan dengan antigen yang bukan standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran
yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan ini yang bersifat sangat toksik
terhadap kulit atau walaupun jarang dapat memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu bila menggunakan bahan tidak
standar, apalagi dengan bahan industri, harus berhati - hati sekali, jangan melakukan uji tempel dengan bahan yang tidak diketahui.
Bahan yang secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit misalnya kosmetik, pelembab, bila dipakai untuk uji tempel, dapat
langsung di gunakan apa adanya (as is). Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya misalnya
sampoo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau
minyak mineral, produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya detergen hanya boleh diuji bila diduga keras penyebab alergi.
Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan
tersebut yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air dan ditempelkan dikulit dengan memakai finn
chamber, dibiarkan sekurang-kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan alergen bukan standar perlu kontrol ( 5-10
orang ), untuk menyingkirkan kemungkinan karena iritasi.Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel
:1. Dermatitis harus sudah tenang atau sembuh, bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi angry back atau excited skin,
reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya makin memburuk. 2. Tes dilakukan sekurang kurangnya 1 minggu setelah pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan ( walaupun dikatakan bahwa uji tempel dapat dilakukan
pada pemakaian prednison kurang dari 20 mg perhari atau dosis ekivalen kortikosteroid lain ), sebab dapat menghasilkan reaksi
negatif palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang - kurangnya 1 minggu sebelum tes dilaksanakan.
Luka bakar sinar matahari ( sunburn ) yang terjadi 1 - 2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat memberi hasil negatif palsu.
Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil tes kecuali diduga karena urtikaria kontak.3. Uji tempel dibuka setelah 2
hari, kemudian dibaca, pembacan kedua dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh setelah aplikasi. 4. Penderita dilarang melakukan
aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi longgar ( tidak menempel dengan baik ) karena memberi hasil negatif palsu.
Penderita juga dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung selalu kering setelah dibuka uji
tempelnya sampai pembacaan terakhir selesai. 5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakuka terhadap penderita yang
mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan atau immediate urtikaria type karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan
reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam ini dilakukan tes dengan prosedur khusus. Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam,
uji tempel dilepas. Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji telah menghilang
atau minimal. Hasilnya dicatat sebagai berikut :1 = reaksi lemah ( non vesikular ) : eritema, infiltrat, papul ( + )2 = reaksi kuat :
edema atau vesikel ( ++ )3 = reaksi sangat kuat ( ekstrim ) : bula atau ulkus ( +++ )4 = meragukan : hanya makula eritematosa ( ? )5
= iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura ( IR )6 = reaksi negatif ( - )7 = excited skin8 = tidak di tes ( NT = not tested ) Reaksi
excited skin atau ?angry back? merupakan reaski positif palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh 1 atau beberapa reaksi
positif kuat, yang dipicu oleh hipersensitivitas kulit, pinggir uji tempel yang lain menjadi reaktif. Fenomena ini pertama
dikemukakan oleh Bruno Bloch pada abad ke 20, kemudin diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975.Pembacaan kedua perlu dilakukn
sampai 1 minggu setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk membantu
membedakan antara respon alergi atau iritasi, dan juga mengidentifikasi lebih banyak lagi respon positif alergen. Hasil positif dapat
bertambah setelah 96 jam aplikasi, olek karena itu perlu dipesan kepada pasien untuk melapor, bila hal itu terjadi sampai 1 minggu
setelah aplikasi. Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Interpretasi dilakukan setelah pembacaan kedua. Respon
alergi biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++ ( reaksi tipe
crescendo ), sedangkan respon iritan cenderung menurun ( reaksi tipe descrecendo ). Bila ditemukan respon positif terhadap suatu
alergen, perlu ditemukan relevannya dengan keadaan klinik, riwayat penyakit dan sumber antigen di lingkungan penderita. Mungkin
respon positif tersebut berhubungan dengan penyakit yang sekarang atau penyakit masa lalu yang pernah dialami, atau mungkin
tidak ada hubungannya ( tidak diketahui ). Reaksi positif klasik terdiri atas eritem, edem, dan vesikel-vesikel kecil yang letaknya
berdekatan.Reaski positif palsu dapat terjadi antara lain apabila konsentrasi terlalu tinggi, atau bahan tersebut bersifat iritan bila
dalam keadaan tertutup ( oklusi ), efek pinggir uji tempel, umumnya karena iritasi, bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat,
sedang dibagian tengahnya reaksi ringan atau sama sekali tidak ada. Ini disebabkan karena meningkatnya konsentrasi iritasi cairan di
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/4 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
bagian pinggir. Sebab lain karena efek tekan, terjadi bial menggunakan bahan padat.Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya
konsetrasi terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahn uji tempel tidak melekat dengan baik atau longgar akibat pergerakan, kurang
cukup waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal poten yang lama dipakai pada uji tempel dilakukan.
Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik Dermatitis seboroik lokasinya di tempat seboroik, yaitu kulit kepala berambut, alis mata,
lipatan nasolabial, retroaurikularis, interskapuler dan di atas sternum; selain itu, ketiak, di bawah mamae, umbilikus, dan daerah
anogenital. Kelainan yang khas yaitu eritema dengan skuama kekuning - kuningan dan berminyak, sedangkan kelainan yang terjadi
pada DKA adalah polimorfik dan bila akut lesi membasah.Dermatitis AtopikKelainan kulit mirip dengan kelainan eritema, tetapi
berbeda predileksi, dan riwayat anamnesis atopiknya. Dermatofitosis Dermatofitosis adalah suatu penyakit jamur dengan kelainan
kulit yang terdiri dari eritema, papul dan skuama. Kelainan di pinggir lebih aktif dan di tengah, dan pada pemeriksaan sediaan
langsung dijumpai elemen dan jamurKandiiasisBiasanya dengan lokalisasi yang khas. Effloresensi berupa eritema, erosi, dan ada
lesi satelitPenatalaksanaan Hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan dermatitis kontak alergi adalah upaya pencegahan
berulangnya konak kembali dengan alergen penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul. FkuiPengobatan medikamentosa
terdiri dari :A. Pengobatan sistemik1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat, dan digunakan dalam waktu singkat.?
PrednisonDewasa : 5 ? 10 mg / dosis, 2 ? 3 kali / 24 jam Anak : 1 mg / kgBB / hari ? DeksametasoneDewasa : 0,5 - 1 mg / dosis, 2
? 3 kali / 24 jamAnak : 0,1 mg / kgBB / hari? TriamsinolonDewasa : 4 ? 8 mg / dosis, 2 ? 3 kali / 24 jamAnak : 1 mg / kgBB/
hari2. Anti histamine? Klorfeneramin maleatDewasa : 3 ? 4 mg / dosis, 2 ? 3 kali / 24 jamAnak : 0,09 mg / kgBB/ dosis, 3 kali /
24 jam? DifenhidraminDewasa : 10 - 20 mg / dosis, i.m 1 - 2 kali / 24 jamAnak : 0,5 mg / kgBB/ hari, 1 - 2 kali / 24 jam?
Loratadin Dewasa : 1 tablet / hariB. Pengobatan topikal? Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9 %)
atau KMnO4 1 / 5000.? Bentuk kronik dan kering diberi krim hidrokortison 1 - 2 %, flurosinolon 0,025 %, triamsinolon 0,1 %, atau
krim betametason valerat 0,05 ? 0,1 %.KomplikasiInfeksi kulit sekunder adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada dermatitis
kontak alergi. Pencegahan 1. Menghindari kontak dengan alergen adalah satu ? satunya cara untuk mencegah timbulnya dermatitis
kontak alergi. 2. Gunakan sarung tangan atau perlngkapan lainnya jika kontak dengan alergen diharuskan dan tidak dapat dihindari.
3. Cuci permukaan kulit segera setelah kontak dengan alergen. 4. Hindari perawatan yang berlebihan terhadap kulit rusak.Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen ( dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis ), atau
terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari, misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di
lingkungan penderita. DAFTAR PUSTAKA1. SMF Ilmu Kesehatan Kilit dan Kelamin FK UNAIR / RSU Dr. Soetomo. 2007.
Dermatitis Kontak Alergi dalam Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press : Surabaya. hal : 104.2. Sularsito, Sri
Adi dan Suria Djuanda. 2005. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta. hal : 129 ? 138.3. Siregar, Prof.
Dr. SpKK ( K ). 2002. Dermatitis Kontak Alergi dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. EGC : Jakarta. hal : 109 ?
113.4. Harahap, Mawali, Prof. Dr. 2000. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Hipocrates : Jakarta. hal : 24 ? 26.5.
Mansjoer, Arif,dkk. 2000. Dermatitis dalam Kapita Selekta Kedokteran Edusu Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius : Jakarta. hal :
86 ? 89.6. Anonymoys. 2007. Allergic Contact Dermatitis. Available at www.dermnetnz.org.7. Anonymous. 2007. Contact
Dermatitis. Available at www.adam-about.com.8. Moris, Adrian, Dr. 2005. Contact Dermatitis. Available at
www.alergy-clinic.co.uk.9. Barata, Widjaja Karnen. 2004. Alergi dan Imunologi Pada Penyakit Akibat Kerja dalam Cermin Dunia
Kedokteran. Available at www. google.com10. Christijani, revilana, Dr. 1997. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergika dalam Cermin
Dunia Kedokteran. Available at www.google.com.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 4/4 |
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
DERMATITIS KONTAK ALERGI
Pendahuluan Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 70.000 jenis bahan berupa logam, kimia,
pelarut, plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang digunakan secara umum dalam kehidupan sehari - hari dan memberikan
kenyaman dan kemudahan bagi penduduk di seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai
dampak seperti cedera dan penyakit. Perkembangan aneka industri yang menggunakan berbagai macam bahan kimia di Indonesia
kini kian pesat. Hal ini sangat berpotensi sebagai faktor penyebab meningkatnya insiden dermatitis kontak di tengah masyarakat.
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan - bahan dari luar tubuh yang berkontak langsung dengan kulit yang
bersifat toksik, alergi, maupun immunologis. Penyakit ini umumnya terjadi pada orang dewasa dan sering berhubungan dengan
pekerjaan ( Occupational Dermatitis ); sering terjadi pada tukang cuci, mekanis, penata rambut, perawat, koki, dan alat seperti
kateter, dapat menimbulkan dermatitis kontak. Pencetusnya terdiri dari produk rambut, perhiasan, pewarna pakaian, bahan kulit,
karet, semen, makanan mentah, obat ? obatan topikal, tabir surya, kosmetik, pafum, dan tanaman. DefinisiDermatitis merupakan
peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi ) dan keluhan gatal. Tanda
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa ( oligomorfik ). Dermatitis cenderung kronis dan
menjadi residif. Sinonim dermatitis adalah ekzem. Ada yang membedakan antara dermatitis dan ekzem, tetapi pada umumnya
menganggap sama. Dermatitis kontak alergi adalah suatu kelainan pada kulit disertai dengan rasa gatal yang disebabkan oleh reaksi
alergi kulit terhadap bahan ? bahan tertentu. Kelainan ini timbul beberapa jam setelah kontak dengan bahan ? bahan penyebab alergi,
dan dapat menetap hingga beberapa hari. Dermatitis kontak alergi timbul setelah kulit terpapar berulang kali dengan alergen dan
menimbulkan suatu reaksi yaitu reaksi hipersensitivitas tipe lambat, dan dermatitis ini sering diakibatkan oleh bahan ? bahan metal,
cat, produk ? produk yang terbuat dari karet, dan kosmetik. Dermatitis kontak alergi umumnya terjadi pada wanita dewasa ( lebih 10
% dari wanita menderita alergi nikel ). Lesinya berbatas tegas, sesuai dengan daerah yang terpapar ( atau kontak ) dengan alergen
dan timbul dalam waktu lebih dari 48 jam. Awalnya, timbul kemerahan dan rasa gatal, yang diikuti dengan melepuh, vesikel, dan
krusta, yang kemudian kulit mengalami penebalan seiring dengan waktu. Alergi terbatas pada daerah yang terpapar dan sembuh
dalam beberapa minggu setelah alergen hilang.EpidemiologiDermatitis kontak alergi dapat terjadi pada semua umur dan pria
maupun wanita memiliki frekuensi yang sama untuk terkena. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergi lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka ( hipersensitif ). Diramalkan
bahwa jumlah dermatitis kontak alergi maupun dermatitis kontak iritan makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah
produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun informasi mengenai prevalensi dan insidens dermatitis
kontak alergi di masyarakat sangat sedikit, sehingga berapa angka yang mendekati kebenaran belum didapat. Dahulu diperkirakan
bahwa kejadian dermatitis kontak iritan akibat kerja sebanyak 80 %, dan dermatitis kontak alergi 20 %, tetapi data baru dari Inggris
dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitis kontak akibat kerja karena alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50
sampai 60 %. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi dermatitis kontak alergi bukan akibat kerja tiga kali lebih sering
daripada dermatitis akibat kerja. EtiologiPenyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah ( < 1000 dalton ), merupakan alergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya ( sel hidup ). Berbagai faktor berpengaruh dalam
timbulnya dermatitis kontak alergi, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan,
oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (
keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis ), status imunologik ( misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari ).
Alergen ? alergen ini biasanya tidak menyebabkan perubahan kulit yang nyata pada kontak pertama, akan tetapi menyebabkan
perubahan ? perubahan yang spesifik setelah lima sampai tujuh hari atau lebih. Kontak yang lebih lama pada bagian tubuh yang
sama atau pada bagian tubuh lainnya dengan alergen akan menyebabkan dermatitis.Patofisiologi Dermatitis kontak alergi,yang
digolongkan dalam reaksi imunologik type IV, merupakan hipersensitivitas lambat.Ada dua fase untuk menimbulkan dermatitis
kontak alergi : 1. Fase primer ( induktiflafferen ), yaitu penetrasi bahan yang mempunyai berat molekul kecil ( hapten ) ke kulit.
Yang kemudian berikatan dengan karier protein di epidermis. Komponen tersebut akan disajikan oleh sel langerhans ( LCs ) pada sel
T. Dikelenjar limfe regional, komplek yang terbentuk akan merangsang sel limfosit T di daerah parakorteks untuk memperbanyak
diri dan berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel memori. Terbentuklah sel T memori yang akan bermigrasi ke kulit,peredaran
perifer, dll.2. Fase sekunder ( eksitasileferen ), yaitu perjalanan hapten pada individu yang telah tersensitasi, sehingga antigen
disajikan lagi oleh sel langerhans ke sel T memori dikulit dan limfe regional. Kemudian terjadi reaksi imun yang menghasilkan
limfokin. Terjadi reaksi inflamasi dengan perantara sel T, karena lepasnya bahan-bahan limfokin dan sitokin. Terjadinya reaksi ini
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/4 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
maksimum 24 - 48 jam. Setelah pemajanan alergen pada kulit, antigen tersebut secara imunologi ditangkap oleh sel langerhans ( sel
penyaji antigen ), kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T dengan bantuan molekul MHC kelas 2. Sel langerhans dan
keratinosit akan menghasilkan interleukin 1 ( limphocyte aktivating factor ) dan sel langerhans akan mengalami perubahan
morfologis menjadi sel langerhans yang aktif sebagai penyaji sel ( APCs ). Sel ini akan bergerak kekulit di dermis, parakortikal,
kelenjar limfe. Sel langerhans menyajikan dalam bentuk yang sesuai dengan HLA DR dengan reseptor HLA DR yang dimiliki oleh
sel limfosit T. APCs lain seperti sel monosit dan makrofak hanya dapat merangsang sel T memori, tidak dapat mengaktifkan sel T
yang belum disensitasi. Pada fase eferent ini sel TH1 terletak di sekitar pembuluh darah kapiler di dermis. Selain itu, sel limfosit T
itu harus diaktifkan oleh interlukin I yang dihasilkan oleh sel langerhans dan sel keratinosit. Dan sel T ini akan meghasilkan
interlukin II ( lymphocyte proliferating cell ) dan menyebabkan sel T berfloriferasi.Manifestasi Klinis Gejala yang umum dirasakan
penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan seringkali hebat ( sangat gatal ). Dermatitis kontak alergi biasanya ditandai
dengan adanya lesi eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula; gambaran ini menunjukkan
aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan mengeluarkan cairan yang
mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat kontak dengan alergen, sehingga corak dan
distribusinya sering dapat menunjukkan kausanya, misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat curiga dengan shampo atau
cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik
lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke seluruh tubuhCiri khas dermatitis kontak alergi
adalah radang yang secara perlahan meluas, batas peradangan tidak jelas ( difus ), rasa sakit dan panas tidak sehebat pada dermatitis
kontak iritan. Perjalanan dermatitis kontak alergi dapat akut, sub-akut, ataupun kronis. Dermatitis kontak alergi akut ditandai dengan
erupsi eksematosa dengan eritem, udem, papula, vesikula dan biasanya bula, serta patch berbatas tegas, single, ataupun multiple
dengan berbagai bentuk dan ukuran, akan tetapi umumnya diskoid. Erupsi umumnya dapat saling berpengaruh, sehingga daerah
yang terkena dapat meluas. Intensitas dermatitis dapat memberat pada hari ke empat sampai hari ke tujuh, jika tidak diberi
pengobatan dan sudah tidak ada kontak dengan alergen. Penyembuhan biasanya terjadi pada satu sampai dua minggu hingga satu
bulan.Dermatitis sub-akut ditandai dengan eritem, udem yang minimal, vesikula dan krustaDermatitis kronik tampak sebagai patch
kering yang meng-alami likhenifikasi dan berskuama serta fisura. Fase knonik sangat sulit dibedakan dengan dermatitis kontak
iritan, baik secara klinis maupun histopatologis, karena pada keduanya sama-sama ditemukan eritema, penebalan, deskuamasi, fisura
dan gatal.Diagnosis Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Anamnesis
Anamnesis berperan sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, karena sangat
menentukan terapi maupun follow-up-nya, yaitu untuk sedapat mungkin mencegah kekambuhan. Pada anamnesis perlu ditanyakan
pekerjaan, hobi, riwayat kontak dengan kontaktan atau objek personal, misalnya tentang pemakaian kosmetik, pakaian baru,
pemakaian jam tangan atau perhiasan. Selain itu, perlu ditanyakan juga perihal riwayat atopi serta pengobatan yang pernah
diberikan, baik oleh dokter maupun yang dilakukan sendiriPemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema,
edema, papula dan vesikula yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang basah. Lokasi lesi biasanya pada tempat kontak, tidak
berbatas tegas, dan pada penderita yang sensitif dapat meluas. Dalam membantu penegakan diagnosis dikenal istilah regional
diagnosis. Bagian-bagian tubuh tertentu sangat mudah tersensitisasi dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya, misalnya: kelopak
mata, leher dan genital, sedangkan pada bagian tubuh yang kulitnya tebal agak sulit terjadi dermatitis kontak alergi, seperti telapak
tangan, telapak kaki dan kulit kepala. Bila terjadi kontak pada daerah itu, maka daerah yang berbatasan yang kulitnya tipislah yang
mengalami dermatitis.Kelopak mata sangat mudah bereaksi terhadap pemakaian kosmetik ( maskara ), obat ( tetes mata ), air borne
alergen ( hair spray, debu, serbuk sari ) atau terhadap alergen yang terbawa oleh jari tangan ( cat kuku ). Untuk leher, penyebab
umum drmatitis kontak alergi adalah kosmetik, parfum, perhiasan ( kalung ) yang mengandung nikel yang menyebabkan coin shape
dermatitis. Dermatitis dan air borne alergen dan photo sensitizer akan berbatas tegas atau menggambarkan segi tiga di fossa
suprasternal. Untuk daerah genital, baik pada laki - laki maupun perempuan akan bereaksi terhadap alergen dengan tanda utama
udem dan gatal. Sensitizing-agent dapat dibawa ke genital ofeh tangan. Benda-benda dari karet, seperti kondom, pesarium, pakaian
serta obat-obat topikal merupakan causative agent yang sering ditemukan. Bagian-bagian tubuh lain yang juga sering merupakan
tempat terjadinya dermatitis, walaupun kurang sensitif (reaktif),adalah :1 Lengan dan tangan ; hampir 2/3 kasus dermatitis
melibatkan tangan. Pada kasus dermatitis karena pekerjaan, erupsi pertama muncul di tangan, kemudian menyebar ke lengan bawah.
Cairan biasanya berefek di interdigital space; house wives contact dermatitis biasanya muncul di bawah cincin kawin. Pada pekerja
yang menggunakan karet pelindung, dermatitis biasanya muncul pada sisi atas karet pelindung. 2. Muka ; daerah yang paling sering
terkena setelah lengan dan tangan. Biasanya dipengaruhi oleh pemakaian kosmetik atau obat. Juga oleh respon terhadap suatu
kontak dan daerah sekitarnya, terutama dan kelopak mata. 3. Bibir dan daerah perioral; biasanya disebabkan oleh lipstick dan
bermanifestasi bibir kering dan pecah. 4. Paha dan tungkai bawah; clothing dermatitis dapat mempengaruhi bagian dalam dan
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/4 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
bagian belakang paha, biasanya dimulai dan tepi bawah rok dan nyata pada fossa poplitea. 5. Kaki; kaus kaki merupakan penyebab
paling banyak dermatitis pada kaki.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan ? pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis suatu dermatitis kontak alergi, antara lain : 1. Pemerksaan eosinofil darah tepi2. Pemeriksaan imunoglobulin E :? Uji
tempel ( patch test )? Uji gores ( scratch test )? Uji tusuk ( prick test )Uji tempel Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya
dipunggung. Untuk melakukan uji tempel diperlukan antigen, biasanya antigen standar buatan pabrik, misalnya finn chamber system
kit dan T.R.U.E test, keduanya buatan Amerika Serikat. Terdapat juga antigen standar buatan pabrik di Eropa dan negara lain.
Adakalanya test dilakukan dengan antigen yang bukan standar, dapat berupa bahan kimia murni, atau lebih sering bahan campuran
yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi. Mungkin ada sebagian bahan ini yang bersifat sangat toksik
terhadap kulit atau walaupun jarang dapat memberikan efek toksik secara sistemik. Oleh karena itu bila menggunakan bahan tidak
standar, apalagi dengan bahan industri, harus berhati - hati sekali, jangan melakukan uji tempel dengan bahan yang tidak diketahui.
Bahan yang secara rutin dan dibiarkan menempel di kulit misalnya kosmetik, pelembab, bila dipakai untuk uji tempel, dapat
langsung di gunakan apa adanya (as is). Bila menggunakan bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya misalnya
sampoo, pasta gigi, harus diencerkan terlebih dahulu. Bahan yang tidak larut dalam air diencerkan atau dilarutkan dalam vaselin atau
minyak mineral, produk yang diketahui bersifat iritan, misalnya detergen hanya boleh diuji bila diduga keras penyebab alergi.
Apabila pakaian, sepatu, atau sarung tangan yang dicurigai penyebab alergi, maka uji tempel dilakukan dengan potongan kecil bahan
tersebut yang direndam dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air dan ditempelkan dikulit dengan memakai finn
chamber, dibiarkan sekurang-kurangnya 48 jam. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan alergen bukan standar perlu kontrol ( 5-10
orang ), untuk menyingkirkan kemungkinan karena iritasi.Berbagai hal berikut ini perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel
:1. Dermatitis harus sudah tenang atau sembuh, bila masih dalam keadaan akut atau berat dapat terjadi angry back atau excited skin,
reaksi positif palsu, dapat juga menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya makin memburuk. 2. Tes dilakukan sekurang kurangnya 1 minggu setelah pemakaian kortikosteroid sistemik dihentikan ( walaupun dikatakan bahwa uji tempel dapat dilakukan
pada pemakaian prednison kurang dari 20 mg perhari atau dosis ekivalen kortikosteroid lain ), sebab dapat menghasilkan reaksi
negatif palsu. Pemberian kortikosteroid topikal di punggung dihentikan sekurang - kurangnya 1 minggu sebelum tes dilaksanakan.
Luka bakar sinar matahari ( sunburn ) yang terjadi 1 - 2 minggu sebelum tes dilakukan juga dapat memberi hasil negatif palsu.
Sedangkan antihistamin sistemik tidak mempengaruhi hasil tes kecuali diduga karena urtikaria kontak.3. Uji tempel dibuka setelah 2
hari, kemudian dibaca, pembacan kedua dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh setelah aplikasi. 4. Penderita dilarang melakukan
aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi longgar ( tidak menempel dengan baik ) karena memberi hasil negatif palsu.
Penderita juga dilarang mandi sekurang-kurangnya dalam 48 jam dan menjaga agar punggung selalu kering setelah dibuka uji
tempelnya sampai pembacaan terakhir selesai. 5. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakuka terhadap penderita yang
mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan atau immediate urtikaria type karena dapat menimbulkan urtikaria generalisata bahkan
reaksi anafilaksis. Pada penderita semacam ini dilakukan tes dengan prosedur khusus. Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam,
uji tempel dilepas. Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji telah menghilang
atau minimal. Hasilnya dicatat sebagai berikut :1 = reaksi lemah ( non vesikular ) : eritema, infiltrat, papul ( + )2 = reaksi kuat :
edema atau vesikel ( ++ )3 = reaksi sangat kuat ( ekstrim ) : bula atau ulkus ( +++ )4 = meragukan : hanya makula eritematosa ( ? )5
= iritasi : seperti terbakar, pustul, atau purpura ( IR )6 = reaksi negatif ( - )7 = excited skin8 = tidak di tes ( NT = not tested ) Reaksi
excited skin atau ?angry back? merupakan reaski positif palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh 1 atau beberapa reaksi
positif kuat, yang dipicu oleh hipersensitivitas kulit, pinggir uji tempel yang lain menjadi reaktif. Fenomena ini pertama
dikemukakan oleh Bruno Bloch pada abad ke 20, kemudin diteliti oleh Mitchell pada tahun 1975.Pembacaan kedua perlu dilakukn
sampai 1 minggu setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96 jam setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk membantu
membedakan antara respon alergi atau iritasi, dan juga mengidentifikasi lebih banyak lagi respon positif alergen. Hasil positif dapat
bertambah setelah 96 jam aplikasi, olek karena itu perlu dipesan kepada pasien untuk melapor, bila hal itu terjadi sampai 1 minggu
setelah aplikasi. Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Interpretasi dilakukan setelah pembacaan kedua. Respon
alergi biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan kedua, berawal dari +/- ke + atau ++ bahkan ke +++ ( reaksi tipe
crescendo ), sedangkan respon iritan cenderung menurun ( reaksi tipe descrecendo ). Bila ditemukan respon positif terhadap suatu
alergen, perlu ditemukan relevannya dengan keadaan klinik, riwayat penyakit dan sumber antigen di lingkungan penderita. Mungkin
respon positif tersebut berhubungan dengan penyakit yang sekarang atau penyakit masa lalu yang pernah dialami, atau mungkin
tidak ada hubungannya ( tidak diketahui ). Reaksi positif klasik terdiri atas eritem, edem, dan vesikel-vesikel kecil yang letaknya
berdekatan.Reaski positif palsu dapat terjadi antara lain apabila konsentrasi terlalu tinggi, atau bahan tersebut bersifat iritan bila
dalam keadaan tertutup ( oklusi ), efek pinggir uji tempel, umumnya karena iritasi, bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat,
sedang dibagian tengahnya reaksi ringan atau sama sekali tidak ada. Ini disebabkan karena meningkatnya konsentrasi iritasi cairan di
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 3/4 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 23:24:27 2017 / +0000 GMT
bagian pinggir. Sebab lain karena efek tekan, terjadi bial menggunakan bahan padat.Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya
konsetrasi terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahn uji tempel tidak melekat dengan baik atau longgar akibat pergerakan, kurang
cukup waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal poten yang lama dipakai pada uji tempel dilakukan.
Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik Dermatitis seboroik lokasinya di tempat seboroik, yaitu kulit kepala berambut, alis mata,
lipatan nasolabial, retroaurikularis, interskapuler dan di atas sternum; selain itu, ketiak, di bawah mamae, umbilikus, dan daerah
anogenital. Kelainan yang khas yaitu eritema dengan skuama kekuning - kuningan dan berminyak, sedangkan kelainan yang terjadi
pada DKA adalah polimorfik dan bila akut lesi membasah.Dermatitis AtopikKelainan kulit mirip dengan kelainan eritema, tetapi
berbeda predileksi, dan riwayat anamnesis atopiknya. Dermatofitosis Dermatofitosis adalah suatu penyakit jamur dengan kelainan
kulit yang terdiri dari eritema, papul dan skuama. Kelainan di pinggir lebih aktif dan di tengah, dan pada pemeriksaan sediaan
langsung dijumpai elemen dan jamurKandiiasisBiasanya dengan lokalisasi yang khas. Effloresensi berupa eritema, erosi, dan ada
lesi satelitPenatalaksanaan Hal yang perlu diperhatikan pada penatalaksanaan dermatitis kontak alergi adalah upaya pencegahan
berulangnya konak kembali dengan alergen penyebab dan menekan kelainan kulit yang timbul. FkuiPengobatan medikamentosa
terdiri dari :A. Pengobatan sistemik1. Kortikosteroid, hanya untuk kasus yang berat, dan digunakan dalam waktu singkat.?
PrednisonDewasa : 5 ? 10 mg / dosis, 2 ? 3 kali / 24 jam Anak : 1 mg / kgBB / hari ? DeksametasoneDewasa : 0,5 - 1 mg / dosis, 2
? 3 kali / 24 jamAnak : 0,1 mg / kgBB / hari? TriamsinolonDewasa : 4 ? 8 mg / dosis, 2 ? 3 kali / 24 jamAnak : 1 mg / kgBB/
hari2. Anti histamine? Klorfeneramin maleatDewasa : 3 ? 4 mg / dosis, 2 ? 3 kali / 24 jamAnak : 0,09 mg / kgBB/ dosis, 3 kali /
24 jam? DifenhidraminDewasa : 10 - 20 mg / dosis, i.m 1 - 2 kali / 24 jamAnak : 0,5 mg / kgBB/ hari, 1 - 2 kali / 24 jam?
Loratadin Dewasa : 1 tablet / hariB. Pengobatan topikal? Bentuk akut dan eksudatif diberi kompres larutan garam faali (NaCl 0,9 %)
atau KMnO4 1 / 5000.? Bentuk kronik dan kering diberi krim hidrokortison 1 - 2 %, flurosinolon 0,025 %, triamsinolon 0,1 %, atau
krim betametason valerat 0,05 ? 0,1 %.KomplikasiInfeksi kulit sekunder adalah komplikasi yang mungkin terjadi pada dermatitis
kontak alergi. Pencegahan 1. Menghindari kontak dengan alergen adalah satu ? satunya cara untuk mencegah timbulnya dermatitis
kontak alergi. 2. Gunakan sarung tangan atau perlngkapan lainnya jika kontak dengan alergen diharuskan dan tidak dapat dihindari.
3. Cuci permukaan kulit segera setelah kontak dengan alergen. 4. Hindari perawatan yang berlebihan terhadap kulit rusak.Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi
kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen ( dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis ), atau
terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari, misalnya berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat di
lingkungan penderita. DAFTAR PUSTAKA1. SMF Ilmu Kesehatan Kilit dan Kelamin FK UNAIR / RSU Dr. Soetomo. 2007.
Dermatitis Kontak Alergi dalam Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press : Surabaya. hal : 104.2. Sularsito, Sri
Adi dan Suria Djuanda. 2005. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta. hal : 129 ? 138.3. Siregar, Prof.
Dr. SpKK ( K ). 2002. Dermatitis Kontak Alergi dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. EGC : Jakarta. hal : 109 ?
113.4. Harahap, Mawali, Prof. Dr. 2000. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Hipocrates : Jakarta. hal : 24 ? 26.5.
Mansjoer, Arif,dkk. 2000. Dermatitis dalam Kapita Selekta Kedokteran Edusu Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius : Jakarta. hal :
86 ? 89.6. Anonymoys. 2007. Allergic Contact Dermatitis. Available at www.dermnetnz.org.7. Anonymous. 2007. Contact
Dermatitis. Available at www.adam-about.com.8. Moris, Adrian, Dr. 2005. Contact Dermatitis. Available at
www.alergy-clinic.co.uk.9. Barata, Widjaja Karnen. 2004. Alergi dan Imunologi Pada Penyakit Akibat Kerja dalam Cermin Dunia
Kedokteran. Available at www. google.com10. Christijani, revilana, Dr. 1997. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergika dalam Cermin
Dunia Kedokteran. Available at www.google.com.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 4/4 |