Personal Computer (PC) Sebagai Pengendali Peralatan Elektronika Menggunakan Program Pascal

(1)

PERSONAL COMPUTER (PC) SEBAGAI PENGENDALI

PERALATAN ELEKTRONIKA MENGGUNAKAN PROGRAM

PASCAL

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

GOKLI L. T 042408019

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

PERSETUJUAN

Judul : PERSONAL COMPUTER (PC) SEBAGAI

PENGENDALI PERALATAN ELEKTRONIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : GOKLI L.T

Nomor induk mahasiswa : 042408019

Program Studi : D3 FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Agustus 2007

Diketahui/ disetujui oleh Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua jurusan Fisika instrumentasi Dosen pembimbing

(Dr. Marhaposan Situmorang) (Drs. Anwar) NIP : 1 3 0 8 1 0 7 7 1 NIP : 1 3 1 5 6 9 4 1 1


(3)

PERNYATAAN

PERSONAL COMPUTER (PC) SEBAGAI PENGENDALI PERALATAN ELEKTRONIKA MENGGUNAKAN PROGRAM PASCAL

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2007

GOKLI L. T 042408019


(4)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada bapak Drs. Anwar selaku dosen pembimbing pada penyelesaian laporan tugas akhir ini yang telah memberikan panduan dan perhatian kepada penulis untuk menyempurnakan laporan ini.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ketua jurusan Fisika Instrumentasi bapak DR. Marhaposan Situmorang dan dosen – dosen pengajar pada jurusan Fisika Instrumentasi.Saya juga tidak lupa menyampaikan terimakasih kepada Ayahanda H.Sibarani dan Ibunda T.Siagian atas kasih sayang yang melimpah, dan dukungannya baik berupa materil maupun spritual.Terimakasih juga kepada teman – teman seperjuangan yang tergabung dalam Generation off Instrumentation “GENIT” atas segala motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini,semoga Tuhan akan membalasnya.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i PERNYATAAN ii PENGHARGAAN iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penulisan 1

1.2Tujuan Penulisan 2

1.3Batasan Masalah 2

1.4Sistematika Penulisan 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Port Paralel 5

2.1.1 Penjelasan Umum Port Paralel 6 2.1.2 Spesifikasi Port Paralel 10 2.1.3 Alamat-Alamat Port Paralel 11 2.1.4 Register-register Perangkat Lunak PP (Standart Paralel Port) 14 2.1.5 Port Dwi Arah (Bi-Directional Port) 18 2.1.6 Menggunakan Port Paralel Untuk Masukan 8 bit 20

2.1.7 Mode Nibel 24

2.1.8 Penggunaan Interupsi Pada Port Paral 27 2.1.9 Mode –Mode Port Paralel dalam Bios 32


(6)

Halaman

2.2.1 DIODA 37

2.2.2 Zener 39

2.2.3 LED 40

2.2.4 Aplikasi Dioda 41

2.3 Transistor Bipolar 42

2.3.1 Bias Dc 43

2.3.2 Transistor Sebagai Saklar 45

2.4 Resistor 48

2.4.1 Jenis-jenis Resistor 49

2.4.2 Gelang Warna Pada Resistor 50

2.5 Relay 52

2.6 Optocoupler 54

BAB III PERANCANGAN ALAT 55

3.1Blok Diagram Rangkaian 55

3.2Rangkaian Driver 56

3.3Rangkaian Relay 56

3.4Rangkaian Power Supply 57

3.5Perancangan Perangkat Lunak (software) 58

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN 69

4.1Pengujian Rangkaian 69

4.1.1 Pengujian Rangkaian dengan menggunakan

tegangan sebesar 5 volt 69 4.1.2 Pengujian Rangkaian menggunakan Komputer 70 4.1.3 Pascal (Bahasa Pemograman) 70


(7)

Halaman 4.2Menganalisa Komponen Aktif Yang terdapat pada rangkaian 72 4.2.1 Pengujian Komponen Dioda 72 4.2.2 Pengujian Komponen Transistor 73

4.3Pengujian Rangkaian Relay 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 76

5.1Kesimpulan 76

5.2Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 78


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Daftar pin pada DB 25 dan Centronic 8

Tabel 2.2. Alamat – alamat port paralel 12

Tabel 2.3. Daftar alamat port paralel 14

Tabel 2.4. Register data port paralel 15

Tabel 2.5. Register status port paralel 16

Tabel 2.6. Register kontrol port paralel 17

Tabel 2.7. ECR (Extended Control Register) 36


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Port paralel DB 25 7

Gambar 2.2. Diagram pewaktuan hanshake pada Centronic 10 Gambar 2.3. Operasi port paralel Dwi-arah standar 19 Gambar 2.4. Inverter Heks 74LS05 kolektor terbaru 20 Gambar 2.5. Masukan 8 Bit menggunakan 74LS157 24

Gambar 2.6. Simbol dan struktur dioda 37

Gambar 2.7. Dioda dengan Bias maju 38

Gambar 2.8. Dioda dengan Bias Negatif 38

Gambar 2.9. Grafik arus dioda 39

Gambar 2.10. Simbol Zener 40

Gambar 2.11. Simbol LED 40

Gambar 2.12. LED Array 41

Gambar 2.13. Transistor NPN dan PNP 42

Gambar 2.14. Arus elektron Transistor NPN 43


(10)

Halaman

Gambar 2.16. Transistor sebagai saklar ON 45

Gambar 2.17. Karakteristik daerah saturasi pada Transistor 46

Gambar 2.18. Transistor sebagai saklar OFF 47

Gambar 2.20. Simbol Resistor (Eropa,IEC) 48

Gambar 2.21. Resistor 48

Gambar 2.22. Simbol Relay dan Rangkaian Driver 53

Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian 55

Gambar 3.2. Rangkaian Relay 56

Gambar 3.3. Rangkaian power supplay (PSA) 58


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada mulanya Port Paralel hanya digunakan sebagai port printer saja, namun seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dibidang teknik antar muka komputer, maka port paralel tidak hanya digunakan sebagai port printer saja, namun dapat digunakan juga sebagai port pengendali peralatan elektronik, dengan menambah rangkaian luar (peripheral).

Rangkaian luar (peripheral) ini digunakan sebagai penggerak (driver) untuk mengendalikan (ON/OFF) peralatan elektronik. Peralatan dikendalikan oleh bit D0 pada pin 2 dari 25 pin paralel port PC. Hal yang serupa juga digunakan untuk bit data D1 hingga D7 (pada pin 3 hingga pin 9). Peralatan pengendali ini menggunakan

optocoupler untuk meyakinkan bahwa PC benar-benar terisolasi dari rangkaian pengendali.

Terdapat banyak cara untuk mengendalikan perangkat keras menggunakan software. Dalam proyek ini akan kita gunakan program sederhana yang menggunakan Turbo Pascal. Kita akan menggunakan port paralel LPT1 dengan alamat port $378 dan nilai adalah nilai data D0 hingga D7, masing-masing bersesuaian dengan peralatan yang dikendalikan. Nilai “0” berarti OFF dan nilai “1” berarti on. Sebagai contoh, jika nilai = 27 desimal atau sama dengan 00010111 (biner) maka berarti D0, D1, D2, dan D4 akan on, sedangkan yang lain akan off.


(12)

I.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukannya penulisan Tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan program Diploma Tiga (D-III) Fisika Instrumentasi FMIPA Universitas Sumatera Utara.

2. Pengembangan kreatifitas mahasiswa dalam bidang ilmu instrumentasi pengontrolan dan elektronika sebagai bidang yang diketahui.

3. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan terhadap realita.

4. Mempelajari sistem pengendalian peralatan elektronik melalui personal computer sehingga diperolah pengendali peralatan elektronik yang dapat mempermudah manusia untuk mengendalikan peralatan elektronik.

I.3 Batasan Masalah

Pembahasan dalam laporan ini hanya mencakup masalah – masalah sebagai berikut :

1. Cara kerja rangkaian, serta menguraikan secara umum fungsi masing-masing komponen.


(13)

I.4 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari pengontrolan peralatan elektronik berbasis PC ini sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori pendukung itu antara lain tentang Port Paralel, bahasa program yang digunakan, serta komponen pendukung.

BAB 3. PERANCANGAN ALAT

Perancangan Alat, dalam bab ini dibahas tentang sistem kerja per-blok diagram dan flow chat, serta sistem kerja program.


(14)

BAB 4. PENGUJIAN DAN ANALISA

Dalam bab ini dibahas mengenai cara menganalisa rangkaian, bagaimana mengenalisa rangkaian dengan menggunakan software, menganalisa komponen aktif dan menganalisa rangkaian relay.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.


(15)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 PORT PARALEL

Komputer atau disebut PC (personal computer) sudah berada hampir di semua Rumah, gedung atau perkantoran. Kebanyakan komputer lebih sering digunakan untuk keperluan ketik-mengetik, film, musik dan permainan. Padahal komputer juga bisa digunakan untuk keperluan pengontrolan peralatan elektronika rumah tangga seperti lampu, kipas angin dan lain-lain dengan memanfaatkan Paralel Port (Port printer) pada komputer tersebut.

Dalam dunia komputer, port adalah satu set instruksi atau perintah sinyal dimana microprocessor atau CPU (Central Processing Unit) menggunakannya untuk memindahkan data dari atau ke piranti lain. Penggunaan umum port adalah untuk berkomunikasi dengan printer, modem, keyboard dan display. Kebanyakan port-port komputer adalah berupa kode digital, dimana tiap-tiap sinyal atau bit adalah berupa kode biner 1 atau 0.

Dalam tugas akhir ini, penulis akan mencoba memanfaatkan fungsi dari paralel port dengan membuat program aplikasi komputer beserta peralatan yang nantinnya dapat digunakan untuk pengontrolan 8 buah lampu pijar.


(16)

2.1.1 Penjelasan Umum Port Paralel

Port paralel banyak digunakan dalam berbagai macam aplikasi antarmuka. Port ini membolehkan kita memiliki masukan hingga 8 bit atau keluaran hingga 12 bit pada saat yang bersamaan, dengan hanya membutuhkan rangkaian eksternal sederhana untuk melakukan suatu tugas tertentu. Port paralel ini terdiri dari 4 jalur kontrol, 5 jalur status dan 8 jalur data. Biasanya dapat di jumpai sebagai port pencetak (printer), dalam bentuk konektor DB-25 betina (female).

Port paralel yang baru, distandarisasi dengan IEEE.128 yang dikeluarkan pada tahun 1984. standar ini mendefinisikan 5 macam mode operasi sebagai berikut:

1. Mode Kompatibilitas.

2. Mode Nibel.

3. Mode Byte.

4. Mode EPP (Enhanced Parallel Port).

5. Mode ECP (Enhanced Capabilities Port).

Tujuan standarisasi ini untuk membantu merancang penggerak (driver) dan piranti yang baru yang kompatibel antara satu dengan yang lainnya serta kompatibel mundur (backwards) dengan SPP (Standard Printer Port). Mode kompatibilitas, Nibel dan Byte menggunakan perangkat keras standar yang tersedia pada kartu port paralel asli, sedangan mode ECP dan mode EPP membutuhkan perangkat keras tambahan yang mampu bekerja secara cepat, namun masih kompetibel dengan SPP.


(17)

mampu mengirim data searah saja pada kecepatan normal 50 Kbyte per detik namun dapat lebih dipercepat hingga 150 Kbyte per detik. Untuk dapat menerima data, maka harus dirubah menjadi mode Nibel atau Byte. Mode Nibel mampu memasukan data nibel (4 bit). Sedangkan mode Byte menggunakan sifat dwi arah dari port paralel untuk memasukkan data byte (8 bit).

2.1.2 Diagram Pin Port Paralel

Ada dua macam konektor parallel port, yaitu 36 pin dan 25 pin. Konektor 36 pin dikenal dengan nama Centronics dan konektor 25 pin dikenal dengan DB25. Centronics lebih dahulu ada dan digunakan dari pada konektor DB-25. DB-25

diperkenalkan oleh IBM (bersamaan dengan DB-9, untuk serial port), yang bertujuan untuk menghemat tempat. Karena DB-25 lebih praktis, maka untuk koneksitor parallel port pada komputer sekarang hanya digunakan DB-25.

Di komputer, konektor parallel port yang terpasang adalah DB-25 betina , sehingga kabel penghubung keluar adalah DB-25 jantan. Susunan atau bentuk DB-25 dapat dilihat pada gambar dibawah :


(18)

Dari 25 pin konektor DB-25 tersebut, hanya 17 pin yang digunakan untuk saluran pembawa informasi dan yang berfungsi sebagai ground 8 pin. Ketujuh belas saluran informasi itu terdiri dari tiga bagian, yakni data 8 bit; status 5 bit; dan control 4 bit. Bit control dan status berfungsi dalam “jabat tangan” dalam proses penulisan data ke paralel port.

Adapun fungsi dari masing – masing port paralel DB – 25 dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :


(19)

2.1.3 Alamat – alamat port paralel

Port paralel umumnya memiliki tiga alamat dasar yang bisa digunakan, alamat dasar 3BCh pertama kali diperkenalkan sebagai alamat port paralel pada kartu-kartu vidio lama. Alamat ini kemudian sempat menghilang, pada saat port paralel dicabut dari kartu-kartu video. Sekarang muncul kembali sebagai pilihan untuk port paralel yang terpadu dengan motherboard, yang konfigurasinya dapat diubah melalui BIOS.

Alamat (heks) Keterangan

3BC – 3BF Dipergunakan untuk port paralel yang terpadu dengan kartu-kartu video, tidak mendukung alamat-alamat ECP.

378 – 37F Biasa digunakan untuk LPT1 278 – 27F Biasa digunakan untuk LPT2

Tabel 2.2. Alamat-alamat port paralel.

LPT1 biasanya memiliki alamat dasar $378, sedangkan LPT2 adalah $278h. Ini adalah alamat umum yang biasa dijumpai, namun alamat-alamat dasar ini bisa berlainan antara satu komputer dengan komputer lainnya.

Saat pertama kali komputer dihidupkan, BIOS (Basic Input/Output System) akan menentukan jumlah port yang dimiliki kemudian diberi label LPT1, LPT2, dan LPT3. pertama kali BIOS akan memeriksa alamat $ 3BC, jika ditemukan port paralel pada


(20)

alamat tersebut, maka akan diberi label LPT1, kemudian dicari pada lokasi berikutnya $ 378, jika ditemukan akan diberi label selanjutnya yang sesuai. Bisa jadi LPT1 jika tidak ditemukan port paralel di $ 3BC atau mungkin LPT2, jika ditemukan port paralel dialamat tersebut. Alamat port terakhir yang diperiksa adalah $ 278 dan mengikuti langkah-langkah yang telah dijelaskan tadi. Sehingga memungkinkan kita memiliki LPT2 dengan alamat $ 378 bukan $ 278 sebagai mana yang diharapkan.

Apakah yang membuat hal seperti ini menjadi membingungkan adalah, karena beberapa perusahaan memasang jumper yang membolehkan kita untuk mengatur port kita ke LPT1, LPT2, dan LPT3. sekarang hampir semua kartu, untuk LPT1

dialamatkan pada $ 378 dan LPT2 pada $ 278 namun beberapa menggunakan $ 3BC sebagai LPT1, $ 378 sebagai LPT2, dan $ 278 sebagai LPT3.

Label-label LPT1, LPT2 dan LPT3 seharusnya tidak perlu dikhawatirkan bagi mereka yang hanya menginginkan pengantarmukaan piranti dengan komputer. Bisanya alamat dasarlah yang digunakan dalam program antarmuka dari label LPT1 dan seterusnya. Namun jika anda tetap ingin tahu alamat LPT1 atau LPT yang lain, kita dapat menggunakan tabel tengok (lookup tabel) yang disediakan BIOS. Saat BIOS mengarahkan alamat-alamat pada piranti pencetak, maka BIOS akan menyimpan alamat pada lokasi khusus dalam memori, sehingga kita dapat menemukannya.

Untuk mengeluluarkan data di port parallel,digunakan fungsi outport (8 bit ) dan outportb(16 bit). Perlu diketahui bahwa port control di port paralel menggunakan jenis open kolektor, dimana jika diukur dengan voltmeter, maka output port control akan selalu bernilai tinggi (5V). Yang dibutuhkan di sini ialah kecerdikan di dalam


(21)

membuat program.Alamat port paralel umumnya 378H, dengan menggunakan bahasa Pascal untuk mengeluarkan data ke port paralel berikut contoh kodenya :

Prosedure lampu_hidup_naik;

Begin

I:=1;

repeat

Port[$378]:=I;

I:=I*2;

until I>255;

End;

2.2.1 DIODA.

Dioda termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor. Beranjak dari penemuan dioda, para ahli menemukan juga komponen turunan lainnya yang unik.Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.


(22)

Gambar 2.2. Simbol dan struktur dioda

Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi kecil yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat keseimbangan

hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.

Gambar 2.3. dioda dengan bias maju

Sebalikya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas tegangan lebih besar dari sisi P.


(23)

Gambar 2.4. dioda dengan bias negatif

Tentu jawabanya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran

hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.

Demikianlah sekelumit bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor. Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi (deplesion layer). Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan konduksi adalah diatas 0.7 volt. Kira-kira 0.2 volt batas minimum untuk dioda yang terbuat dari bahan Germanium.


(24)

Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi

breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di lapisan deplesi.

2.2.2 Zener.

Phenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan komponen elektronika lainnya yang dinamakan zener. Sebenarnya tidak ada perbedaan sruktur dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi dengan memberi jumlah doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N, ternyata tegangan breakdown dioda bisa makin cepat tercapai. Jika pada dioda biasanya baru terjadi breakdown

pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan volt. Di datasheet ada zener yang memiliki tegangan Vz sebesar 1.5 volt, 3.5 volt dan sebagainya.

Gambar 2.6. Simbol Zener

Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju maka zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias).


(25)

LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkna emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.

Gambar 2.7. Simbol LED

Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah, kuning dan hijau.LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong.

2.2.4 Aplikasi Dioda

Dioda banyak diaplikasikan pada rangkaian penyerah arus (rectifier) power suplai atau konverter AC ke DC. Dipasar banyak ditemukan dioda seperti 1N4001, 1N4007 dan lain-lain. Masing-masing tipe berbeda tergantung dari arus maksimum dan juga tegangan breakdwon-nya. Zener banyak digunakan untuk aplikasi regulator


(26)

tegangan (voltage regulator). Zener yang ada dipasaran tentu saja banyak jenisnya tergantung dari tegangan breakdwon-nya. Di dalam datasheet biasanya spesifikasi ini disebut Vz (zener voltage) lengkap dengan toleransinya, dan juga kemampuan disipasi daya.

Gambar 2.8. LED array

LED SERING DIPAKAI SEBAGAI INDIKATOR YANG MASING-MASING WARNA BISA MEMILIKI ARTI YANG BERBEDA.MENYALA, PADAM DAN BERKEDIP JUGA BISA BERARTI LAIN.LED DALAM BENTUK SUSUNAN (ARRAY) BISA MENJADI DISPLAY YANG BESAR.DIKENAL JUGA LED DALAM BENTUK 7 SEGMENT ATAU ADA JUGA YANG 14

SEGMENT.BIASANYA DIGUNAKAN UNTUK MENAMPILKAN ANGKA NUMERIK DAN

ALPHABET.

2.3 Transistor Bipolar

Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan (junction). Sambungan itu membentuk transistor PNP maupun NPN. Ujung-ujung terminalnya berturut-turut disebut emitor, base dan kolektor. Base selalu berada di tengah, di antara emitor dan kolektor. Transistor ini disebut transistor bipolar, karena struktur dan prinsip kerjanya tergantung dari perpindahan elektron di kutup negatif mengisi kekurangan elektron (hole) di kutup positif. bi = 2 dan polar = kutup. Adalah William Schockley pada tahun 1951 yang pertama kali menemukan transistor bipolar.


(27)

Gambar 2.9. Transistor npn dan pnp

Akan dijelaskan kemudian, transistor adalah komponen yang bekerja sebagai sakelar (switch on/off) dan juga sebagai penguat (amplifier). Transistor bipolar adalah inovasi yang mengantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar yang relatif lebih kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu yang lebih dingin. Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih digunakan terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik, namun konsumsi dayanya sangat besar. Sebab untuk dapat melepaskan elektron, teknik yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti pada lampu pijar.

2.3.1 Bias DC

Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan dengan penggabungan 2 buah dioda. Emiter-Base adalah satu junction dan Base-Kolektor junction lainnya. Seperti pada dioda, arus hanya akan mengalir hanya jika diberi bias positif, yaitu hanya jika tegangan pada material P lebih positif daripada material N (forward bias). Pada gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini, junction base-emiter diberi bias positif sedangkan base-colector mendapat bias negatif (reverse bias).


(28)

Gambar 2.10. arus elektron transistor npn

Karena base-emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda, elektron mengalir dari emiter menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif sebab mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran elektron bergerak menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron seluruhnya akan menuju base seperti pada dioda. Tetapi karena lebar base yang sangat tipis, hanya sebagian elektron yang dapat bergabung dengan hole yang ada pada base. Sebagian besar akan menembus lapisan base menuju kolektor. Inilah alasannya mengapa jika dua dioda digabungkan tidak dapat menjadi sebuah transistor, karena persyaratannya adalah lebar base harus sangat tipis sehingga dapat diterjang oleh elektron.

Jika misalnya tegangan base-emitor dibalik (reverse bias), maka tidak akan terjadi aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika pelan-pelan 'keran' base diberi bias maju (forward bias), elektron mengalir menuju kolektor dan besarnya sebanding dengan besar arus bias base yang diberikan. Dengan kata lain, arus base mengatur banyaknya elektron yang mengalir dari emiter menuju kolektor. Ini yang dinamakan efek penguatan transistor, karena arus base yang kecil menghasilkan arus emiter-colector yang lebih besar. Istilah amplifier (penguatan) menjadi salah kaprah, karena


(29)

dengan penjelasan di atas sebenarnya yang terjadi bukan penguatan, melainkan arus yang lebih kecil mengontrol aliran arus yang lebih besar. Juga dapat dijelaskan bahwa base mengatur membuka dan menutup aliran arus emiter-kolektor (switch on/off).

Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan dengan memberikan bias seperti pada gambar berikut. Dalam hal ini yang disebut perpindahan arus adalah arus hole.

Gambar 2.11. arus hole transistor pnp

2.3.2 Transistor Sebagai Saklar

Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar (switching) dengan memanfaatkan daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut off) yang ada pada karakteristik transistor.

Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung (short). Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emiter (VCE) = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi pada


(30)

kenyataannya VCE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor

sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar 2.16

Saklar On Vcc

Vcc

IC R

RB

VB

IB VBE

VCE

Gambar 2.12. Transistor sebagai Saklar ON

Saturasi pada transistor terjadi apabila arus pada kolektor menjadi maksimum dan untuk mencari besar arus basis agar transistor saturasi adalah :

Rc Vcc

Imax= ………..……….(2.1)

Rc Vcc I

.

hfe B = ……….……….(2.2)

Rc . hfe

Vcc

IB= ……….(2.3)

Hubungan antara tegangan basis (VB) dan arus basis (IB) adalah :

B BE B B R V V

I = − ……….(2.4)

VB = IB . RB + VBE………..(2.5)

BE B B V Rc . hfe R . Vcc


(31)

Jika tegangan VB telah mencapai B B VBE Rc . hfe R . Vcc

V = + , maka transistor akan saturasi, dengan Ic mencapai maksimum.

Gambar 2.17 dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan VCE (sat) adalah

harga VCE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan pada

lembar data. Biasanya VCE (sat) hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada arus

kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar 2.17 dikenal sebagai daerah saturasi.

Titik sumbat (cu IB > IB(sat)

IB = IB(sat)

IB Penjenuhan (saturation) IC tt off) Rc Vcc

IB = 0

VCE

Titik sumbat (cu IB > IB(sat)

IB = IB(sat)

IB Penjenuhan (saturation) IC tt off) Rc Vcc

IB = 0

VCE

Gambar 2.13. Karakteristik daerah saturasi pada transistor

Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka (open). Keadaan ini menyebabkan tegangan (VCB) sama dengan tegangan sumber (Vcc).

Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini.


(32)

Gambar 2.14.Transistor Sebagai Saklar OFF

Keadaan penyumbatan terjadi apabila besar tegangan habis (VB) sama dengan

tegangan kerja transistor (VBE) sehingga arus basis (IB) = 0 maka :

hfe I

I C

B = ………(2.6)

IC = IB . hfe ….………(2.7)

IC = 0 . hfe ………..………(2.8)

IC = 0 ………..(2.9)

Hal ini menyebabkan VCE sama dengan Vcc dapat dibuktikan dengan rumus :

Vcc = Vc + VCE …………..………(2.10)

VCE = Vcc – (Ic . Rc) …..………(2.11)

VCE = Vcc …..………(2.12)

2.4 Resistor

Sebuah resistor sering disebut werstan, tahanan atau penghambat, adalah suatu komponen elektronik yang dapat menghambat gerak lajunya arus listrik

Saklar Off Vcc

R Vcc

IC

RB

VB

IB VBE


(33)

Gambar 2.19. Simbol resistor (AS dan Jepang)

GAMBAR 2.20.SIMBOL RESISTOR (EROPA,IEC)

.Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan resistor adalah Ohm, yang menemukan adalah George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika bangsa Jerman. Tahanan bagian dalam ini dinamai konduktansi. Satuan konduktansi ditulis dengan kebalikan dari Ohm yaitu mho.

Gambar 2.21. Resistor

GAMBAR DIATAS ADALAH GAMBAR RESISTOR BERIKUT TABEL DAN BESAR HAMBATAN BESERTA GELANG WARNANYA. KEMAMPUAN RESISTOR UNTUK MENGHAMBAT DISEBUT JUGA RESISTENSI ATAU HAMBATAN LISTRIK. BESARNYA DIEKSPRESIKAN DALAM SATUAN OHM. SUATU RESISTOR DIKATAKAN MEMILIKI HAMBATAN 1OHM APABILA RESISTOR TERSEBUT MENJEMBATANI BEDA TEGANGAN SEBESAR 1 VOLT DAN ARUS LISTRIK YANG TIMBUL AKIBAT TEGANGAN TERSEBUT ADALAH SEBESAR 1 AMPERE, ATAU SAMA DENGAN SEBANYAK 6.241506 × 1018


(34)

ARUS.HUBUNGAN ANTARA HAMBATAN, TEGANGAN, DAN ARUS, DAPAT DISIMPULKAN MELALUI HUKUM BERIKUT INI, YANG TERKENAL SEBAGAI HUKUM OHM:

... (2.13)

Di mana V adalah beda potensial antara kedua ujung benda penghambat, I adalah besar arus yang melalui benda penghambat, dan R adalah besarnya hambatan benda penghambat tersebut.

2.4.1 Jenis-jenis Resistor

Berdasarkan kegunaannya resistor dapat dibedakan atas berbagai jenis. Adapun jenis-jenis resistor tersebut adalah sebagai berikut:

1. RESISTOR BIASA (TETAP NILAINYA), IALAH SEBUAH RESISTOR PENGHAMBAT GERAK ARUS, YANG NILAINYA TIDAK DAPAT BERUBAH, JADI SELALU TETAP (KONSTAN).RESISTOR INI BIASANYA DIBUAT DARI NIKELIN ATAU KARBON.

2. RESISTOR BERUBAH (VARIABLE), IALAH SEBUAH RESISTOR YANG NILAINYA DAPAT BERUBAH-UBAH DENGAN JALAN MENGGESER ATAU MEMUTAR TOGGLE PADA ALAT TERSEBUT. SEHINGGA NILAI RESISTOR DAPAT KITA TETAPKAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN.BERDASARKAN JENIS INI KITA BAGI MENJADI DUA, POTENSIOMETER, RHEOSTAT DAN TRIMPOT (TRIMMER

POTENSIOMETER) YANG BIASANYA MENEMPEL PADA PAPAN RANGKAIAN

(PRINTED CIRCUIT BOARD,PCB).

3. RESISTOR NTC DAN PTS, NTC (NEGATIVE TEMPERATURE COEFFICIENT),


(35)

SUHU PANAS. SEDANGKAN PTS (POSITIFE TEMPERATURE COEFFICIENT),

IALAH RESISTOR YANG NILAINYA AKAN BERTAMBAH BESAR BILA TEMPERATURNYA MENJADI DINGIN.

4. LDR(LIGHT DEPENDENT RESISTOR), IALAH JENIS RESISTOR YANG BERUBAH HAMBATANNYA KARENA PENGARUH CAHAYA. BILA CAHAYA GELAP NILAI TAHANANNYA SEMAKIN BESAR, SEDANGKAN CAHAYANYA TERANG NILAINYA MENJADI SEMAKIN KECIL.

2.4.2 Gelang Warna pada Resistor

Pada Resistor biasanya memiliki 4 gelang warna, gelang pertama dan kedua menunjukkan angka, gelang ketiga adalah faktor kelipatan, sedangkan gelang ke empat menunjukkan toleransi hambatan.

Tabel 2.8 dibawah menunjukan gelang warna dimulai dari warna Hitam, Coklat, Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Ungu (violet), Abu-abu dan Putih. Sedangkan untuk gelang toleransi hambatan adalah: Coklat 1%, Merah 2%, Hijau 0,5%, Biru 0,25%, Ungu 0,1%, Emas 5% dan Perak 10%. Kebanyakan gelang toleransi yang dipakai oleh umum adalah warna Emas, Perak dan Coklat.


(36)

Warna

Gelang Pertama

Gelang Kedua

Gelang Ketiga (multiplier)

Gelang ke Empat (toleransi)

Temp. Koefisien

Hitam 0 0 ×100

Coklat 1 1 ×101 ±1% (F) 100 ppm

Merah 2 2 ×102 ±2% (G) 50 ppm

Jingga 3 3 ×103 15 ppm

Kuning 4 4 ×104 25 ppm

Hijau 5 5 ×105 ±0.5% (D)

Biru 6 6 ×106 ±0.25% (C)

Ungu 7 7 ×107 ±0.1% (B)

Abu-abu

8 8 ×108 ±0.05% (A)


(37)

Emas ×0.1 ±5% (J)

Perak ×0.01 ±10% (K)

Polos ±20% (M)

2.5 Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan dalam suatu rangkaian.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :


(38)

b. Normaly Close (OFF), saklar akan terbuka bila dialiri arus.

c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A, sebaliknya bila kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B. Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.

Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan kawat.

Bentuk relay yang digunakan dengan rangkaian driver dapat dilihat pada gambar2.22.

Gambar 2.22. Simbol Relay dan Rangkaian Driver Vcc

Tr VB

Dioda


(39)

2.6 OPTOCOUPLER.

KOMPONEN INI SEBENARNYA TERMASUK KELUARGA SWITCH ON/OFF. NAMUN, KARENA DIGUNAKAN SECARA KHUSUS DENGAN MEMANFAATKAN TRANSMISI CAHAYA, BAIK CAHAYA “PUTIH” (VISIBLE LIGHT) MAUPUN CAHAYA INFRA MERAH SEBAGAI PEMICU ON/OFF-NYA MAKA OPTOCOUPLER DIMASUKAN DALAM KELOMPOK SWITCH YANG KHUSUS.

OPTOCOUPLER DIARTIKAN SEBAGAI OPTO (OPTIC) DAN COUPLER. JADI IA ADALAH SUATU KOMPONEN PENGHUBUNG (COUPLING) YANG BEKERJA BERDASARKAN

“PICU” CAHAYA/OPTIK. OPTOCOUPLER TERDIRI DARI BAGIAN, YAITU BAGIAN TRANSMITER DAN BAGIAN RECEIVER.TRANSMITER BIASANYA DIBANGUN DARI SEBUAH

LED(LIGHT EMITING DIODE) INFRA MERAH, UNTUK MEMPEROLEH KETAHANAN YANG LEBIH BAIK TERHADAP CAHAYA TAMPAK DARIPADA BILA MENGGUNAKAN LED BIASA.

RECEIVER DIBANGUN DENGAN DASAR KOMPONEN PHOTOTRANSISTOR, YANG AKAN MEMPEROLEH BIAS MAJU/ON BILA MENDAPAT CAHAYA (INFRA MERAH) DARI LED

TRANSMITER.

DITINJAU DARI PENGGUNAANNYA, FISIK OPTOCOUPLER DAPAT BERBENTUK BERMACAM-MACAM.BILA HANYA DIGUNAKAN UNTUK MENGISOLASI LEVEL TEGANGAN ATAU DATA ANTARA SISI KIRI TRANSMITER DAN SISI KANAN RECEIVER MAKA

OPTOCOUPLER INI BIASANYA DIBUAT DALAM BENTUK YANG “SOLID” TANPA ADA RUANG ANTARA LED TRANSMITER DAN PHOTOTRANSISTOR RECEIVER. JADI CAHAYA YANG LEWAT TIDAK DAPAT DIHALANGI. NAMUN, BILA KEGUNAANNYA JUSTRU UNTUK MENDETEKSI ADANYA PENGHALANG ANTARA TRANSMITER DAN RECEIVER MAKA

DIBAGIAN TENGAH (ANTARA LED DAN PHOTOTRANSISTOR) DIBERI RUANG UJI UNTUK PENGHALANG TERSEBUT.CONTOH APLIKASINYA ANTARA LAIN OPTOCOUPLER DENGAN


(40)

PIRINGAN ROTARI ENCODER UNTUK DETEKSI KECEPATAN PUTARAN MOTOR, SISTEM DETEKSI “LUBANG PENANDA” DISKET PADA DISK DRIVE KOMPUTER,(OPTO) LIMIT PADA PRINTER, DAN LAIN-LAIN.


(41)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT

3.1 Blok Diagram Rangkaian.

OPTOCOU PLER Relay Peralatan Elektronik(lampu pijar) PSA P E R S O N A L C O U M P U T E R

Gambar 3.1. Diagram Blok Rangkaian.

Dari diagram blok diatas, Personal Computer (PC) adalah pusat kendali dari seluruh sistem, dimana komputer dihubungkan dengan rangkaian driver, dimana input dari driver ini dihubungkan ke port paralel yang ada di komputer. Adapun pin-pin yang digunakan dari port paralel ini adalah pin data yaitu pin 2 sampai pin 9 (D0 sampai D7).

Untuk dapat mengendalikan driver, diperlukan port paralel yang dapat digunakan sebagai pengendali driver tersebut. Port ini dapat dikendalikan dengan menggunakan berbagai macam softwer, diantaranya adalah pascal, C++, Visual Basic


(42)

dan lain-lain. Alamat port yang digunakan adalah LPT1(378) atau LPT2(379), namun yang umum digunakan dalam Tugas akhir ini adalah turbo pascal dengan alamat LPT1 (378).

3.2 Rangkaian Driver

Rangkaian ini berfungsi sebagai pengerak (drive). Dimana driver ini akan aktif apabila salah satu bit mendapat tegangan masukan sebesar + 5 V. Input sebesar 5 V ini dapat mengendalikan IC Optocoupler guna mengkopling tegangan VCC ke rangkian saklar otomatis yang terdapat pada rangkaian driver ini yang dibangun dengan menggunakan transistor 2N2222 ataupun transistor BC 148. Rangkaian driver inilah yang akan menggerakkan rangkaian relay .

3.3 Rangkaian Relay

Rangkaian relay pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan peralatan elektronik dengan tegangan AC 220 V. Gambar rangkaian relay ini ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini:

5V VCC

Gambar 3.2 Rangkaian relay BC148

470

Driver Dioda

K Relay

AC 220V

LAMPU PIJAR


(43)

Output dari relay yang satu dihubungkan peralatan elektronik dan yang lainnya dihubungkan tegangan AC 220 V. Hubungan yang digunakan adalah normally open. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari rangkaian driver. Pada saat rangkaian driver mendapat masukan tegangan sebesar 5 volt dari salah satu bit pada port atau salah bit pada port berlogika tinggi (high), maka optocoupler akan mengkopling tegangan ke basis transistor, sehingga transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup, sehingga peralatan elektronik akan terhubung dengan tegangan AC 220 V. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada salah satu bit pada port paralel adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terbuka, sehingga hubungan antara peralatan elektronik dengan tegangan AC 220 V akan terputus.

3.4 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt, keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian, sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mengaktipkan relay. Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.3 berilut ini :


(44)

Vreg

LM7805CT

IN OUT

TIP32C

100ohm

100uF

330ohm 220V 50Hz 0Deg

TS_PQ4_12

2200uF 1uF 1N5392GP

1N5392GP

12 Volt

5 Volt

Gambar 3.3 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 2200 F. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.5 Perancangan Perangkat Lunak (Software)

Untuk dapat mengendalikan peralatan perlu dirancang perangkat lunak yang dapat mengontrol port paralel yang ada pada komputer. Karena dari pengontrolan port inilah keseluruhan dari rangkaian dapat dikendalikan.


(45)

Diagram alir programnya adalah sebagai berikut : Start

Periksa karakter penekanan

Gambar 3.4 Diagram Alir Program

Lampu 1 Mati

Ya Ya

Tidak

If C = 1 If a = 1 Lampu 1 Hidup

Lampu 2 Mati

Ya Ya

Tidak

If C = 2 If b = 1 Lampu 2 Hidup

Lampu 3 Mati

Ya Ya

Tidak

If C = 3 If d = 1 Lampu 3 Hidup

Lampu 4 Mati

Ya Ya

Tidak

If C = 4 If e = 1 Lampu 4 Hidup

Lampu 5 Mati

Ya Ya

Tidak

If C = 5 If f = 1 Lampu 5 Hidup

Lampu 6 Mati

Ya Ya

Tidak

If C = 6 If g = 1 Lampu 6 Hidup

Lampu 7 Mati

Ya Ya

Tidak

If C = 7 If h = 1 Lampu 7 Hidup

Lampu 8 Mati

Ya Ya

Tidak If C = 8

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Lampu 8 Hidup If i = 1

Tidak

Tidak Ya

Selesai If C = S


(46)

Adapun program selengkapnya adalah sebagai berikut dibawah ini:

program penekanan; uses wincrt;

var a,b,d,e,f,g,h,i,p,n:integer; C: char;

z: Char;

Label 1.2,3,4,5,6,7,8,9,10; begin clrscr;

writeln ('[1] Tombol untuk ON/OFF lampu 1'); writeln ('[2] Tombol untuk ON/OFF lampu 2'); writeln ('[3] Tombol untuk ON/OFF lampu 3'); writeln ('[4] Tombol untuk ON/OFF lampu 4'); writeln ('[5] Tombol untuk ON/OFF lampu 5'); writeln ('[6] Tombol untuk ON/OFF lampu 6'); writeln ('[7] Tombol untuk ON/OFF lampu 7'); writeln ('[8] Tombol untuk ON/OFF lampu 8'); writeln ('[S] Keluar');

writeln ('==============================='); gotoxy (1,11);

writeln ('Lampu 1: Mati '); gotoxy (1,12);

writeln ('Lampu 2: Mati '); gotoxy (1,13);

writeln ('Lampu 3: Mati '); gotoxy (1,14);

writeln ('Lampu 4: Mati '); gotoxy (20,11);


(47)

gotoxy (20,12);

writeln ('Lampu 6: Mati '); gotoxy (20,13);

writeln ('Lampu 7: Mati '); gotoxy (20,14);

writeln ('Lampu 8: Mati '); 1: repeat

C:= readkey; if C='1' then begin

if a= 0 then goto 2 else

gotoxy (10,11); writeln ('Mati '); a:=0;

n:= n-1;

port[$378]:=n; end;

if C='2' then begin

if b= 0 then goto 3 else

gotoxy (10,12); writeln ('Mati '); b:=0;

n:= n-2;

port[$378]:=n; end;


(48)

if C='3' then begin

if d= 0 then goto 4 else

gotoxy (10,13); writeln ('Mati '); d:=0;

n:= n-4;

port[$378]:=n; end;

if C='4' then begin

if e= 0 then goto 5 else

gotoxy (10,14); writeln ('Mati '); e:=0;

n:= n-8;

port[$378]:=n; end;

if C='5' then begin

if f= 0 then goto 6 else

gotoxy (29,11); writeln ('Mati '); f:=0;

n:= n-16; port[$378]:=n; end;

if C='6' then begin


(49)

else

gotoxy (29,12); writeln ('Mati '); g:=0;

n:= n-32; port[$378]:=n; end;

if C='7' then begin

if h= 0 then goto 8 else

gotoxy (29,13); writeln ('Mati '); h:=0;

n:= n-64; port[$378]:=n; end;

if C='8' then begin

if i= 0 then goto 9 else

gotoxy (29,14); writeln ('Mati '); i:=0;

n:= n-128; port[$378]:=n; end;

until C='s' ; goto 10; 2:begin

gotoxy (10,11); writeln ('Hidup '); a:=1;


(50)

n:=n+1; port[$378]:=n; goto 1 end; 3:begin gotoxy (10,12); writeln ('Hidup '); b:=1; n:=n+2; port[$378]:=n; goto 1 end; 4:begin gotoxy (10,13); writeln ('Hidup '); d:=1; n:=n+4; port[$378]:=n; goto 1 end; 5:begin gotoxy (10,14); writeln ('Hidup '); e:=1; n:=n+8; port[$378]:=n; goto 1 end; 6:begin gotoxy (29,11); writeln ('Hidup '); f:=1;


(51)

port[$378]:=n; goto 1

end; 7:begin

gotoxy (29,12); writeln ('Hidup '); g:=1; n:=n+32; port[$378]:=n; goto 1 end; 8:begin gotoxy (29,13); writeln ('Hidup '); h:=1; n:=n+64; port[$378]:=n; goto 1 end; 9:begin gotoxy (29,14); writeln ('Hidup '); i:=1; n:=n+128; port[$378]:=n; goto 1 end; 10:begin clrscr ; gotoxy (5,10); writeln ('Keluar'); gotoxy (6,11); writeln ('Keluar');


(52)

gotoxy (7,12); writeln ('Keluar'); gotoxy (8,13); writeln ('Keluar'); readln (p);

port[$378]:=0; end;

end.

Pada saat program dijalankan, program akan memeriksa karakter dari penekanan tombol. Apabila kita menekan salah satu tombol (1-8 dan Tombol S) program akan memeriksa data yang disimpan pada salah satu variabel untuk melihat apakah itu penekanan tombol pertama atau kedua. Adapun prinsip kerja dari program untuk setiap penekanan masing-masing tombol adalah sebagai berikut

Jika tombol satu (1) ditekan program akan mengaktifkan bit 2 pada port paralel atau bit 2 berlogika high (1). Jika tombol satu kembali ditekan program akan menonaktifkan bit 2 pada port paralel atau bit 2 berlogika low (0), jika tombol 1 kembali ditekan bit 2 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya.

Jika tombol dua (2) ditekan program akan mengaktifkan bit 3 pada port paralel atau bit 3 berlogika high (1). Jika tombol dua kembali ditekan program akan menonaktifkan bit 3 pada port paralel atau bit 3 berlogika low (0), jika tombol 2 kembali ditekan bit 3 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya.

Jika tombol tiga (3) ditekan program akan mengaktifkan bit 4 pada port paralel atau bit 4 berlogika high (1). Jika tombol empat kembali ditekan program akan


(53)

menonaktifkan bit 4 pada port paralel atau bit 4 berlogika low (0), jika tombol 4 kembali ditekan bit 4 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya.

Jika tombol empat (4) ditekan program akan mengaktifkan bit 5 pada port paralel atau bit 5 berlogika high (1). Jika tombol empat kembali ditekan program akan menonaktifkan bit 5 pada port paralel atau bit 5 berlogika low (0), jika tombol 4 kembali ditekan bit 5 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya.

Jika tombol lima (5) ditekan program akan mengaktifkan bit 6 pada port paralel atau bit 6 berlogika high (1). Jika tombol lima kembali ditekan program akan menonaktifkan bit 6 pada port paralel atau bit 6 berlogika low (0), jika tombol 5 kembali ditekan bit 6 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya.

Jika tombol enam (6) ditekan program akan mengaktifkan bit 7 pada port paralel atau bit 7 berlogika high (1). Jika tombol enam kembali ditekan program akan menonaktifkan bit 7 pada port paralel atau bit 7 berlogika low (0), jika tombol 1 kembali ditekan bit 7 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya.

Jika tombol tujuh (7) ditekan program akan mengaktifkan bit 8 pada port paralel atau bit 8 berlogika high (1). Jika tombol tujuh kembali ditekan program akan menonaktifkan bit 8 pada port paralel atau bit 8 berlogika low (0), jika tombol 7 kembali ditekan bit 8 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya.

Jika tombol delapan (8) ditekan program akan mengaktifkan bit 9 pada port paralel atau bit 2 berlogika high (1). Jika tombol delapan kembali ditekan program


(54)

akan menonaktifkan bit 9 pada port paralel atau bit 9 berlogika low (0), jika tombol 8 kembali ditekan bit 9 akan berlogika high (1) kembali begitu seterusnya. Dan apabila tombol yang ditekan adalah (S) maka program akan diakhiri dan sekaligus menonaktifkan seluruh bit pada port paralel.


(55)

BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

Setelah perangkat proyek akhir terbentuk, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian dan pengukuran rangkaian, karena dengan pengujian dan pengukuran, suatu desain dapat diperiksa sehingga kesalahan suatu sistem dapat diketahui, serta untuk mengetahui kemampuan perangkat dalam melaksanakan fungsinya tanpa kegagalan.

4.1 Pengujian Rangkaian.

Pengujian rangkaian dapat dilakukan dengan cara menggunakan PC ataupun dengan cara memberi tegangan langsung sebesar +5 V pada masing-masing bit masukan yang nantinya akan dihubungkan dengan port paralale. Pada pengujian rangkain yang dilakukan dengan menggunakan komputer, komputer tersebut harus dilengkapi dengan port paralel, setelah itu periksa apakah port paralel tersebut aktif atau tidak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara masuk ke SETUP BIOS pada komputer tersebut.

4.1.1 Pengujian Rangkaian Menggunakan Tegangan Sebesar +5 Volt.

Pengujian rangkaian dengan cara ini sangatlah mudah, karena kita hanya perlu melakukan pemberian tegangan masukan sebesar +5 Volt pada masing-masing bit masukan. Untuk menganalisa apakah rangkaian aktif atau tidak kita dapat


(56)

menggunakan lampu LED sebagai indikator-nya. Disini untuk memudahkan kita untuk menganalisa rangkaian, sebaiknya kita melakukan (memberikan) tegangan tersebut secara bit per bit, sehingga akan lebih teliti dan memudahkan kita untuk menganalisa rangkaian pada bit mana yang tidak bekerja.

4.1.2 Pengujian Rangkaian Menggunakan Komputer.

Pengujian rangkaian dengan cara ini memerlukan komputer yang dilengkapi dengan port paralel (DB 25) serta softwer yang dapat mengontrol port paralel tersebut. Softwer-softwer yang bisa digunakan untuk mengendalikan port paralel tersebut antaralain Visual Basic, C/C++, Visual C, Pascal, dan lain sebagainya. Namun dalam tugas akhir ini kita menggunakan program pascal.

4.1.2.1Pascal (bahasa pemrograman)

Pascal adalah bahasa pemrograman yang pertama kali di buat oleh Profesor Niklaus Wirth, seorang anggota International Federation of Information Processing (IFIP) pada tahun 1971. Profesor Niklaus Wirth membuat Pascal sebagai bantuan untuk mengajarkan konsep pemrograman kepda mahasiswanya. Selain itu, Profesor Niklaus Wirth membuat Pascal juga untuk melengkapi kekurangan-kekurangan bahasa pemrograman yang ada pada saat itu.

Adapun kelebihan dari bahasa pemrograman Pascal adalah:

Tipe Data Standar, tipe-tipe data standar yang telah tersedia bahasa pemrograman. Pascal memiliki tipe data standar boolean, integer, real, char, string,


(57)

User defined Data Types, programmer dapat membuat tipe data lain yang diturunkan dari tipe data standar.

Strongly-typed, programmer harus menentukan tipe data dari suatu variabel, dan variabel tersebut tidak dapat dipergunakan untuk menyimpan tipe data selain dari format yang ditentukan.

Terstruktur, memiliki sintaks yang memungkinkan penulisan program dipecah menjadi fungsi-fungsi kecil (procedure dan function) yang dapat dipergunakan berulang-ulang.

Sederhana dan Ekspresif, memiliki struktur yang sederhana dan sangat mendekati bahasa manusia (bahasa Inggris) sehingga mudah dipelajari dan dipahami.

Bahasa PASCAL juga merupakan bahasa yang digunakan sebagai standar bahasa pemrograman bagi tim nasional Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI). Selain itu masih digunakan di IOI (International Olympiad in Informatics).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan pengujian rangkaian menggunakan program pascal adalah sebagai berikut:

1. Hubungkan rangkaian dengan port paralel pada komputer 2. Hubungkan rangkaian dengan power supply.

3. Aktifkan (compile) program yang akan digunakan untuk mengaktifkan atau menon-aktifkan port.

4. Aktifkan masing bit dengan menekan tombol yang mewakili masing-masing bit tersebut pada komputer.


(58)

5. Ukur tegangan keluaran dari bit pada port paralel, periksa apakah relay aktif atau tidak, begitu seterusnya untuk masing-masing bit.

6. Apabila ada rangkaian yang tidak bekerja, namun port telah aktif, perlu dilakukan penganalisaan terhadap komponen-komponen aktif yang terdapat dalam rangkaian seperti dioda dan transistor.

4.2 Menganalisa Komponen Aktif Yang Terdapat Pada Rangkaian

Apabila perangkat pada proyek akhir tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap komponen aktif, apakah komponen-komponen tersebut masih dapat bekerja atau tidak, komponen-komponen-komponen-komponen aktif ini lebih sensitif dibanding komponen-komponen lain seperti resistor.

4.2.1 Pengujian Komponen Dioda.

Komponen dioda merupakan salah satu komponen aktif yang sensitif, baik terhadap temperatur, tegangan maupun arus. Komponen ini dapat mengalami kerusakan ketika pada saat penyolderan temperatur yang diterima komponen ini terlalu tinggi, begitu juga halnya dalam pemberian tegangan maupun arus, harus sesuai dengan kemampuan penerimaan tegangan maupun arus maksimumnya.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menganalisa komponen dioda adalah sebagai berikut:

1. Lepas komponen dioda dari rangkaian yang tidak bekerja. 2. Lakukan pengukuran dengan menggunakan multimeter. 3. Letakkan saklar jangka alat ukur ohm pada posisi Rx 100.


(59)

4. Nolkan alat ukur.

5. Tempelkan kawat positif (merah) pada katoda dan kawat hitam (negatif) pada anoda.

Dengan demikian katoda diberi potensial negatif dari baterai dan anoda diberi potensial positif. Apabila jarum penunjuk sekala bergerak, maka dioda dalam keadaan baik, tetapi apabila jarum penunjuk tidak bergerak dioda telah putus. 6. Sekarang langkah ke-5 diulangi hanya saja sekarang kawat posistif (merah)

ditempelkan pada anoda dan kawat negatif (hitam) ditempelkan pada katoda. Dengan demikian katoda diberi potensial negatif sedangkan anoda diberi tegangan positif dari baterai. Apabila jarum penunjuk tidak bergerak maka dioda dalam keadaan baik, namun bila jarum penunjuk bergerak maka dioda dinyatakan dalam keadaan rusak (bocor).

Selain dengan multimeter, dioda juga dapat dianalisa dengan menggunakan Osiloscop, dalam pengujian menggunakan osiloscop komponen dapat dianalisa langsung tanpa harus melepas dari rangkaian, namun disini kita hanya membahas penganalisaan dioda dengan menggunakan multimeter.

4.2.2 Pengujian Komponen Transistor.

Sama halnya dengan komponen dioda, komponen transistot ini juga merupakan salah satu komponen aktif yang digunakan dalam rangkaian. Komponen ini juga peka terhadap suhu dan tegangan. Dalam pemasangan komponen ini juga harus diperhatikan tata letak kaki dari transistor, karena apabila pemasangan tata letak dari kaki komponen ini terbalik, maka komponen ini tidak akan dapat bekerja dan juga dapat mengalami kerusakan.


(60)

Adapun langkah langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian komponen transistor dengan menggunakan multimeter adalah sebagai berikut :

1. Lepas komponen yang dicurigai mengalami kerusakan. 2. Letakkan saklar jangka alat ukur ohm pada posisi Rx 100. 3. Nolkan alat ukur.

4. Tempelkan kawat positif (merah) pada basis dan kawat hitam (negatif) pada emitor, sehingga basis diberi tegangan negatif dan emitor diberi tegagangan positif dari baterai, apabila jarum penunjuk bergerak, maka transistor dinyatakan dalam keadaan baik, namun jika jarum tidak bergerak, maka transistor dinyatakan rusak.

Posisikan kabel positif (merah) pada emitor dan kawat negatif (hitam) pada basis, apabila jarum penunjuk tidak bergerak, maka transistor dinyatakan dalam keadaan baik, namun jika juarum penunjuk bergerak transistor dinyatakan rusak.

5. Tempelkan kabel positif (merah) pada basis dan kabel negatif (hitam) pada kaki kolektor, sehingga kaki basis diberi tegangan negatif dan kaki kolektor diberi tegangan positif dari baterai. Jika jarum penunjuk bergerak, transistor dinyatakan dalam keadaan baik, namun jika jarum penunjuk tidak bergerak, maka transistor dinyatakan rusak.

6. Posisikan kabel positif (merah) pada kaki kolektor dan kabel negatif (hitam) pada kaki basis sehingga kaki kolektor mendapat tegangan positif dan kaki basis mendapat tegangan negatif. Jika jarum penunjuk tidak bergerak, maka transistor dinyatakan dalam keadaan baik, namun jika jarum penunjuk tidak bergerak, maka transistor dinyatakan dalam keadaan rusak.


(61)

Langkah-langkah diatas digunakan untuk menganalisa transistor jenis NPN, karena transistor yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah transistor jenis NPN. Namun hal yang sama dapat dilakukan untuk transistor jenis PNP, namun peletakan posisi kabel adalah kebalikan dari transistor jenis NPN.

4.3 Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor BC148. Transistor BC148 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktipnya transistor akan mengaktipkan relay. Pada alat ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan tegangan 220V dengan peralatan listrik, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay tidak aktip maka hubungan tegangan 220 Volt ke peralatan listrik akan terputus, sebaliknya jika relay aktip, maka tegangan 220 V dengan peralatan listrik akan terhubung.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktip dan peralatan listrik terhubung ke tegangan 220 V maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.


(62)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Pengontrolan Peralatan Elektronika Berbasis Personal Computer (PC)” dan diteruskan dengan pengujian alat dan pembahasan sistem maka dapat disimpulkan,antara lain :

1. Penggunaan IC (Integraited Circuit) 4N35 adalah sebagai Optocoupler

yang berfungsi sebagai pengkopling tegangan, sehingga PC benar-benar terisolasi dari rangkaian pengendali.

2. Penggunaan komponen Dioda pada rangkaian relay adalah sebagai pengaman dari umpan balik (feedback) dari tegangan yang dihasilkan dari relay pada saat relay dinon-aktifkan dari keadaan aktif yang dihasilkan dari gulungan kumparan pada relay.

3. Sebelum melakukan pengalamatan dalam penulisan program pengendali port paralel, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan alamat port paralel dengan cara masuk ke SETUP BIOS.

4. Penggunaan perangkat ini hanya dapat mengontrol sebanyak 8 bit (8 relay) disebabkan port paralel jenis DB 25 hanya memiliki 8 jalur data, namun hal ini dapat diatasi dengan menambah rangkaian luar lain untuk dapat mengontrol peralatan listrik.


(63)

5.2 Saran.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Fungsi rangkaian pengontrol peralatan listrik melalui PC dapat dikembangkan lagi tidak hanya sebatas meng-ON-kan atau Meng-OFF-kan saja, tetapi dapat divariasiMeng-OFF-kan sehingga dapat mengetahui peralatan yang dikontrol aktif (bekerja) atau tidak aktif (tidak bekerja).

2. Untuk dimasa yang akan datang,agar alat ini lebih ditingkatkan dan dikembangkan,seperti dilengkapinya dengan mikrokontroler.


(64)

Albert P. Malvino, 1994, Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor , Penerbit Erlangga Jakarta.

David A. Hodges dan Horace G . Jakson, 1987, Analsis Dan Desain Rangkaian

Terpadu Digital , Penerbit Erlangga, Jakarta.

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

M. G. Joshi, Transducers For Instrumentation, Penerbit: Laxmi Publications, New Delhi, 2002

Widodo, S.Si, Mkom, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Penerbit: Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.

K F Ibrahim, Diterjemahkan Oleh Ir. P. Insap Santoso, M.Sc,2002,Teknik Digital ,


(65)

Peralatan elektronika

(lampu pijar) Relay

Dioda AC 220 Volt K メ IN4007

5 TR 470 4K7 2N2222 Pin 2 BC 148 4 1 DB 25 4k7 2 GROUND

GAMBAR RANGKAIAN

R

R 4 N 35 R

R


(1)

Adapun langkah langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian komponen transistor dengan menggunakan multimeter adalah sebagai berikut :

1. Lepas komponen yang dicurigai mengalami kerusakan. 2. Letakkan saklar jangka alat ukur ohm pada posisi Rx 100. 3. Nolkan alat ukur.

4. Tempelkan kawat positif (merah) pada basis dan kawat hitam (negatif) pada emitor, sehingga basis diberi tegangan negatif dan emitor diberi tegagangan positif dari baterai, apabila jarum penunjuk bergerak, maka transistor dinyatakan dalam keadaan baik, namun jika jarum tidak bergerak, maka transistor dinyatakan rusak.

Posisikan kabel positif (merah) pada emitor dan kawat negatif (hitam) pada basis, apabila jarum penunjuk tidak bergerak, maka transistor dinyatakan dalam keadaan baik, namun jika juarum penunjuk bergerak transistor dinyatakan rusak.

5. Tempelkan kabel positif (merah) pada basis dan kabel negatif (hitam) pada kaki kolektor, sehingga kaki basis diberi tegangan negatif dan kaki kolektor diberi tegangan positif dari baterai. Jika jarum penunjuk bergerak, transistor dinyatakan dalam keadaan baik, namun jika jarum penunjuk tidak bergerak,


(2)

Gokli L.T : Personal Computer (PC) Sebagai Pengendali Peralatan Elektronika Menggunakan Program Pascal, 2007 USU Repository © 2008

75

Langkah-langkah diatas digunakan untuk menganalisa transistor jenis NPN, karena transistor yang digunakan dalam proyek akhir ini adalah transistor jenis NPN. Namun hal yang sama dapat dilakukan untuk transistor jenis PNP, namun peletakan posisi kabel adalah kebalikan dari transistor jenis NPN.

4.3 Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0 volt pada basis transistor BC148. Transistor BC148 merupakan transistor jenis NPN, transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktipnya transistor akan mengaktipkan relay. Pada alat ini relay digunakan untuk memutuskan hubungan tegangan 220V dengan peralatan listrik, dimana hubungan yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay tidak aktip maka hubungan tegangan 220 Volt ke peralatan listrik akan terputus, sebaliknya jika relay aktip, maka tegangan 220 V dengan peralatan listrik akan terhubung.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay aktip dan peralatan listrik terhubung ke tegangan 220 V maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah menyelesaikan laporan tugas akhir yang berjudul “Pengontrolan Peralatan Elektronika Berbasis Personal Computer (PC)” dan diteruskan dengan pengujian alat dan pembahasan sistem maka dapat disimpulkan,antara lain :

1. Penggunaan IC (Integraited Circuit) 4N35 adalah sebagai Optocoupler yang berfungsi sebagai pengkopling tegangan, sehingga PC benar-benar terisolasi dari rangkaian pengendali.

2. Penggunaan komponen Dioda pada rangkaian relay adalah sebagai pengaman dari umpan balik (feedback) dari tegangan yang dihasilkan dari relay pada saat relay dinon-aktifkan dari keadaan aktif yang dihasilkan dari gulungan kumparan pada relay.

3. Sebelum melakukan pengalamatan dalam penulisan program pengendali port paralel, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan alamat port paralel dengan cara masuk ke SETUP BIOS.


(4)

Gokli L.T : Personal Computer (PC) Sebagai Pengendali Peralatan Elektronika Menggunakan Program Pascal, 2007 USU Repository © 2008

77

5.2 Saran.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Fungsi rangkaian pengontrol peralatan listrik melalui PC dapat dikembangkan lagi tidak hanya sebatas meng-ON-kan atau Meng-OFF-kan saja, tetapi dapat divariasiMeng-OFF-kan sehingga dapat mengetahui peralatan yang dikontrol aktif (bekerja) atau tidak aktif (tidak bekerja).

2. Untuk dimasa yang akan datang,agar alat ini lebih ditingkatkan dan dikembangkan,seperti dilengkapinya dengan mikrokontroler.


(5)

Albert P. Malvino, 1994, Aproksimasi Rangkaian Semikonduktor , Penerbit Erlangga Jakarta.

David A. Hodges dan Horace G . Jakson, 1987, Analsis Dan Desain Rangkaian

Terpadu Digital , Penerbit Erlangga, Jakarta.

Malvino, Albert paul, Prinsip-prinsip Elektronika, Jilid 1 & 2, Edisi Pertama, Penerbit: Salemba Teknika, Jakarta, 2003.

M. G. Joshi, Transducers For Instrumentation, Penerbit: Laxmi Publications, New Delhi, 2002

Widodo, S.Si, Mkom, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler, Penerbit: Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.

K F Ibrahim, Diterjemahkan Oleh Ir. P. Insap Santoso, M.Sc,2002,Teknik Digital , Penerbit ANDI Yogyakarta, Yogyakarta.


(6)

Lampiran

+VCC 5 Volt

Peralatan elektronika

(lampu pijar) Relay

Dioda AC 220 Volt K メ IN4007

5 TR 470 4K7 2N2222 Pin 2 BC 148 4 1 DB 25 4k7 2 GROUND

GAMBAR RANGKAIAN

R

R 4 N 35 R

R