Partuturan Jumlah Sampel Penelitian

Nilai budaya hamajuon ini sangat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok tanah air. Hukum mencakup patik dohot uhum aturan dan hukum. Nilai patik dohot uhum merupakan nilai yang kuat disosialisasikan oleh orang Batak. Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba, sehingga mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi. Pengayoman yaitu kehidupan sosio-kultural orang Batak kurang kuat dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. Hal ini mungkin disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayom, pelindung, pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak. Sumber konflik pada orang Batak Toba tidak hanya kehidupan kekerabatan melainkan lebih luas lagi karena menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya, antara lain hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi orang Toba.

4. Partuturan

Kata partuturan dalam bahasa Batak tidaklah sama dengan kekerabatan dalam bahasa Indonesia. Sebab partuturan adalah juga kekerabatan, namun karena ada kaitannya dengan marga, maka partuturan lebih khas. Partuturan erat kaitannya dengan marga sekaligus dengan tarombo silsilah, sebab melalui marga dan silsilah dapat ditarik hubungan kekerabatan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Dasar fundamental hubungan sosial orang Batak Toba adalah marga. Didalam hubungan sosial, marga adalah unsur dasar yang menentukan hubungan sosial partuturan. Setelah saling memberitahukan marga, masing-masing mengingat latarbelakang silsilah. Latarbelakang silsilah antara lain tingkatan kedudukan dalam silsilah. Dengan cara ini dapat ditentukan referensi panggilan. Dengan mengetahui silsilah dari marga maka mudah untuk menyatakan bentuk hubungan dan terminologi panggilan satu sama lain. Demikian seterusnya sampai dapat menempatkan diri pada struktur Dalihan na tolu, sebagai hula-hula, boru, dongan tubu Sinaga, 2013. Partuturan dalam adat Batak dapat dibagi tiga. Pertama adalah mardongan tubu yaitu hubungan antara sesama marga. Kedua disebut marboru yaitu hubungan kekerabatan terhadap marga yang mengawini wanita yang semarga dengan kita atau marga yang lahir dari wanita yang semarga degan kita. Ketiga adalah marhula-hula yaitu hubungan kekerabatan terhadap marga ibu kita, istri kita, marga ibu yang melahirkan ayah kita, dan marga ibu yang melahirkan kakek kita.

5. Martarombo

Martarombo adalah mencari atau menentukan titik pertalian darah yang terdekat dalam rangka menentukan hubungan kekerabatan. Martarombo adalah salah satu komunikasi yang efisien dalam menjalin kekerabatan pada orang Batak. Martarombo dan martutur adalah sebagai dasar penentu posisi pada marga lain atau marga yang sama dan boleh dikatakan menjadi suatu tolak ukur bagi prinsip Universitas Sumatera Utara Dalihan na tolu, karena martarombo adalah saling menanyai marga, Bila orang Batak berkenalan sesama orang Batak pertama kali, biasanya mereka saling tanya marga dan martarombo. Dengan Tarombo atau martutur suatu nilai budaya yang sangat mendasar dalam melestarikan tradisi, adat dan kekarabatan, berbicara dengan tarombo maka berbicara tentang Marga Sinaga, 2013. Dengan mengetahui hubungan kekerabatan, maka dengan sendirinya dapat ditentukan kata sapaan yang akan digunakan. Sapaan yang digunakan bukan sapaan sehari-hari, melainkan berdasarkan dalam suasana ke-Batakan. Tarombo Batak adalah silsilah garis keturunan secara patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan na tolu. Kata sapaan atau panggilan kekerabatan berperan dalam menunjukkan hubungan kekerabatan. Salah atau sembarangan menggunakan sapaan dapat digolongkan sebagai orang yang tidak beradat dan dapat menimbulkan rasa antipasti terhadap dirinya. Sapaan sementara sebelum mengetahui hubungan kekerabatan antara dua orang adalah amang, inang, lae, eda, ito, dan ampara. 1. Sapaan terhadap sesama dongan tubu a. Amang adalah ayah kita, disapa dengan amang Inang adalah ibu kita, disapa dengan inang b. Amangtua adalah abang ayah kita, disapa amangtua Inangtua adalah istri abang ayah kita, disapa inangtua c. Amanguda adalah adik ayah kita, disapa amanguda Universitas Sumatera Utara Inanguda adalah istri adik ayah kita, disapa inanguda d. Ampara adalah seseorang yang semarga dengan kita yang belum jelas hubungan sebagai abang, adik atau anak, maka disapa dengan sebutan ampara. 2. Sapaan terhadap kelompok boru a. Ito adalah saudara kita perempuan, anak perempuan dari namboru kita, ibu dari amangboru b. Namboru adalah saudara perempuan ayah kita, disapa namboru c. Amangboru adalah suami dari saudara perempuan ayah d. Bere adalah anak laki-laki dari saudara perempuan kita e. Ibebere adalah anak perempuan dan suami dari saudara kita perempuan. 3. Sapaan terhadap kelompok hula-hula a. Tulang adalah saudara laki-laki ibu kita Nantulang merupakan sebutan untuk istri tulang b. Eda adalah sapaan sesama perempuan, yaitu sapaan saudara perempuan kita terhadap isteri, dan sebaliknya. c. Ompung adalah orangtua ibu, yang disapa dengan ompung Universitas Sumatera Utara

C. MAHASISWA 1. Definisi Mahasiswa

Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut, maupun akademi. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia bahwa mahasiswa merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa dalam perkembangannya berada pada kategori remaja akhir yang berada dalam rentang usia 18-21 tahun Monks dkk, 2001.

2. Definisi mahasiswa Batak toba

Mahasiswa batak toba adalah individu yang belajar di Perguruan tinggi baik di Universitas, Institut, maupun Akademi yang berada pada rentang usia 18- 21 yang bersuku Batak Toba serta kedua orangtuanya juga bersuku Batak Toba. Universitas Sumatera Utara

D. GAMBARAN SIKAP MAHASISWA BATAK TOBA TERHADAP DALIHAN NA TOLU

Perkembangan globalisasi menyebabkan perubahan baik segi perekonomian, sosial dan juga budaya. Salah satu perubahan tersebut adalah pada kebudayaan. Ketidakmampuan mempertahankan budaya dasar membuat kaum muda mengadopsi kebudayaan lain Novianto, 2008. Hal ini yang mungkin terjadi pada kaum muda Batak, karena perubahan tersebut bisa menyebabkan kaum muda tidak mengetahui konsep budaya asalnya. Konsep budaya asal dapat berupa sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan berfungsi untuk membangun ikatan antar individu. Dalam budaya Batak sistem kekerabatan ini dinamakan Dalihan na tolu. Dalihan na tolu merupakan sistem kekerabatan yang menggambarkan konsep kebudayaan Batak Toba yang terdiri dari 3 unsur yaitu hula-hula, boru dan dongan tubu Siahaan, 1982. Dalihan na tolu yang merupakan salah satu contoh kearifan lokal yang memiliki sifat relatif dan bisa berubah, maka hal ini menyebabkan diperlukannya informasi untuk mengetahui penilaian, pemaknaan mengenai Dalihan na tolu oleh kaum muda Batak Toba agar perubahan tersebut tidak diarahkan pada perubahan negatif dan tetap dijadikan pegangan dalam mengatur kehidupan masyarakat Batak Damanik, 2006. Perilaku mahasiswa yang tidak menggunakan bahasa Batak, martutur, martarombo dipengaruhi oleh berbagai hal. Psikolog sosial menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap. Dari segi psikologis dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Sehingga Universitas Sumatera Utara dengan mengetahui gambaran sikap dapat diketahui bagaimana seseorang memandang Dalihan na tolu. Dengan mengetahui bagaimana seseorang memandang Dalihan na tolu, maka diketahui mengapa dia berperilaku demikian. Sikap attitude adalah suatu bentuk evaluasi seseorang untuk bereaksi secara positif maupun negatif terhadap objek tertentu yang dibentuk dari interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif perilaku. sikap terdiri dari 3 komponen yaitu komponen kognitif, afektif dan juga konatif. Komponen kognitif didasarkan pada pengalaman sebelumnya mengenai Dalihan na tolu, sedangkan afektif lebih kepada ekspresi emosiperasaan terhadap Dalihan na tolu kompoen konatif yaitu kecenderungan untuk bertindak. Ketika individu memiliki evaluasi negatif yang ditunjukkan dengan penilaian yang negatif yang ditunjukkan dengan ketidaktahuan dan tidak ada pengalaman terhadap Dalihan na tolu dan sebaliknya, sedangkan individu dikatakan memiliki persepsi positif ketika adanya evaluasi yang positif berdasarkan pengetahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap Dalihan na tolu. Universitas Sumatera Utara Kerangka Berpikir Globalisasi Budaya Dalihan Na Tolu Local Wisdom Mahasiswa tidak mengetahui partuturan MEMUDARBAHKAN HILANG Mahasiswa tidak mengetahui silsilahtarombo Sikap terhadap Dalihan na tolu Mahasiswa tidak bisa berbahasa Batak Universitas Sumatera Utara 33

BAB III METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Menurut Azwar 2010 penelitian deskriptif merupakan metode yang menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dengan tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran sikap Mahasiswa Batak Toba terhadap Dalihan na tolu. Penelitian ini akan memperoleh data berupa skor mean, dan standar error. Data tersebut akan diolah untuk mendapatkan tiga kategori subjek, yaitu kategori positif, netral dan negatif.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Variabel merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif maupun kualitatif Azwar, 2010. Sesuai dengan judul tersebut di atas, maka terdapat satu variabel dalam penelitian ini. Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sikap mahasiswa Batak Toba terhadap Dalihan na tolu.

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Untuk menghindari salah pengertian mengenai data yang akan dikumpulkan serta menghindari kesesatan dalam menentukan alat-alat pengumpul Universitas Sumatera Utara data, maka batasan operasional dari variabel penelitian perlu dikemukakan terlebih dahulu. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Definisi Sikap terhadap Dalihan Na Tolu

Sikap terhadap Dalihan na tolu adalah suatu bentuk evaluasi seseorang untuk bereaksi secara positif maupun negatif terhadap objek tertentu yang terbentuk dari komponen kognitif, afektif, dan konatifperilaku. Sikap terhadap Dalihan na tolu dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang didalamnya terdapat komponen sikap mencakup aspek kognisi, afeksi dan konasi yang dikaitkan dengan Dalihan na tolu. Tinggi rendahnya skor yang dihasilkan akan menggambarkan sikap terhadap Dalihan na tolu pada mahasiswa Batak Toba. Semakin tinggi skor total skala sikap mahasiswa terhadap Dalihan na tolu, maka semakin positif sikap mahasiswa terhadap Dalihan na tolu. Sebaliknya, semakin rendah skor total skala sikap terhadap Dalihan na tolu, semakin negatif sikap mahasiswa terhadap Dalihan na tolu.

C. POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu Universitas Sumatera Utara sifat yang sama Hadi, 2000. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Batak Toba dari beberapa Universitas di Medan. Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki penulis, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama Hadi, 2000. Adapun karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa bersuku Batak Toba di Medan.

2. Jumlah Sampel Penelitian

Sugiarto 2003 berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30, walaupun ia juga mengakui bahwa banyak peneliti lain menganggap bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Azwar 2012 menyatakan tidak ada angka yang dikatakan dengan pasti, karena secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang.

3. Teknik Pengambilan Sampel