Tinjauan Tentang Kebijakan Publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik

1. Pengertian Kebijakan Publik Secara etimologi kebijakan diterjemahkan dari kata policy yang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah ataupun tindakan pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu. Wahab dalam 2004: 2 berpendapat kebijakan sering dipertukarkan dengan: tujuan, program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, rancangan-rancangan besar yang dikaitkan dengan keputusan pemerintah pada semua level dalam menyikapi suatu permasalahan atau isu yang terjadi dalam konteks atau lingkungan system politiknya. Edwards III dan Sharkansky dalam Hariyoso 2002: 62 mengartikan bahwa kebijakan publik adalah pernyataan pilihan tindakan pemerintah yang berupa tujuan dan program pemerintah. Istilah kebijakan publik secara umum dapat diartikan sebagai aturan dalam kehidupan bersama yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan publik berkenaan dengan hubungan antar-warga maupun antara warga dengan pemerintah. Menurut Dunn 2003:132: “kebijakan publik public policy merupakan pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Istilah ”kebijakan” di dalam masyarakat sering sekali dipertukarkan dengan: tujuan, program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan rancangan- rancangan besar”. Definisi kebijakan diatas mempunyai makna sangat luas dan bersifat umum sehingga awalnya membingungkan masyarakat awam maupun akademisi. Namun sejalan dengan perkembangannya banyak para ahli secara eksplisit mulai menegaskan penjelasan seperti ilmuwan Friedrich dalam Wahab 2004: 3 yang menyatakan bahwa kebijaksanaan ialah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dinginkan. Setelah itu kebijaksanaan seringkali dikaitkan dengan setiap tindakan atas nama dan yang dilakukan oleh pemerintah baik dalam hal ini pemerintah pusat maupun lembaga-lembaga dan badan-badan serta kepanjangan tangan dari pemerintah. Pendapat tersebut dipertegas R. Dye dalam Wahab 2004: 4 yang menjelaskan bahwa kebijaksanaan negara adalah tindakan apapun yang dilakukan atau tidak ingin dilakukan oleh pemerintah Dalam kepustakaan ilmu kebijaksanaan negara pun hingga kini mungkin sudah mencapai ratusan definisi yang menjelaskan makna kebijaksanaan negara atau sekarang lebih populer dengan kebijakan publik. Kebijakan juga sering disamaartikan dengan pengertian kebijaksanaan, namun para ahli tidak mempertentangkan akan hal itu. Wahab 2004: 3 menekankan bahwa kebijakan policy merupakan suatu tindakan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu dan bukan sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu. Tambahan lain oleh Easton dalam Hariyoso 2002: 61, menjelaskan kebijakan publik adalah alokasi nilai-nilai secara otoritatif bagi masyarakat, tetapi hanya pemerintahlah yang dianggap cakap dalam bertindak secara otoritatif dalam hal ini, walaupun ada beberapa aspek dimana pemerintah memilih untuk tidak berbuat apa-apa. Dalam Islamy 2003: 102-106 Easton membedakan kebijakan publik, ditinjau dari sifat pelaksanaannya, menjadi dua jenis yaitu, kebijakan yang bersifat self executing, dan yang bersifat non-self executing. Kebijakan yang bersifat self executing artinya, dengan dirumuskannya kebijakan itu sekaligus dengan sendirinya kebijakan itu ter-implementasi-kan. Sedangkan kebijakan yang bersifat non-self executing, yakni kebijakan publik itu perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak sehingga nampak efeknya. Bedasarkan bentuk formalnya kebijakan publik diklasifikasikan menjadi dua yaitu, kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan pemerintah yang tertulis undang-undang, perda dan lainya, serta peraturan-peraturan yang tak tertulis atau konvensi, hal ini sebagaimana tertera dalam Dwijowijoto 2003: 57. Sementara menurut Islamy dalam Sulistio 2004:2, Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat”. Menurut Jenkins dalam Wahab 2004:4 merumuskan kebijaksanaan negara sebagai serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di mana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut. Menurut Wahab 2004:6-7 kebijakan publik memiliki ciri-ciri antara lain: a. Kebijaksanaan negara lebih merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan dari pada sebagai perilaku atau tindakan yang serba acak dan kebetulan tindakan yang terpola. b. Kebijaksanaan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling terkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri. c. Kebijaksanaan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya dilakukan oleh pemerintah dalam bidang-bidang tertentu. d. Kebijakan publik mempunyai dampak positif dan negatif. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa kebijakan publik merupakan serangkaian keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menyelesaikan persoalan-persoalan publik atau dalam rangka mencapai tujuan demi kepentingan seluruh masyarakat. 2. Tahap-tahap Kebijakan Publik Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tahap-tahap kebijakan publik tersebut Dunn dalam Winarno, 2002:28 adalah sebagai berikut: a. Tahap Penyusunan Agenda Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini, suatu masalah mungkin tidak disentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama. b. Tahap Formulasi Kebijakan Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah. c. Tahap Adopsi Kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan. d. Tahap Implementasi Kebijakan Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah ditingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini, berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana. e. Tahap Penilaian Kebijakan Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan. Paparan tentang tahap-tahap kebijakan di atas telah menjelaskan bahwa tahap- tahap kebijakan tersebut merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dan semuanya merupakan bagian integral yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Tahap penyusunan agenda merupakan tahap awal dimana dalam tahap tersebut dilakukan identifikasi persoalan masalah publik yang layak untuk dibahas dalam tahap berikutnya, yaitu tahap formulasi kebijakan. Setelah diformulasikan, pada tahap tahap adopsi kebijakan akan dipilih alternatif terbaik yang akan dijadikan solusi bagi pemecahan masalah publik. Selanjutnya, kebijakan yang telah diputuskan dan disahkan akan diimplementasikan untuk meraih tujuan awal yang telah ditentukan. Pada tahap akhir, evaluasi penilaian kebijakan. Pada penelitian ini merupakan tahap akhir dari tahap-tahap kebijakan di atas, penelitian ini akan menilai ketepatan, manfaat, dan efektivitas hasil kebijakan yang telah dicapai melalui implementasi dan kemudian dibandingkan dengan tujuan kebijakan yang telah ditentukan. Penulis menyimpulkan bahwa tahap pelaksanaan kebijakan publik meliputi tahap penyusunan agenda, tahap formulasi kebijakan, tahap adopsi kebijakan, tahap implementasi kebijakan, dan tahap penilaian kebijakan. Pada penelitian ini memfokuskan pada tahap penilaian kebijakan yaitu lebih mengarah pada penilaian dampak kebijakan pengelolaan pasar oleh Pemerintah Kota Metro.

B. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan Publik