TUGAS AKHIR - Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta

TUGAS AKHIR EKSISTENSI PASAR TRADISIONAL MENGHADAPI PASAR MODERN DI KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh : FITRI MAGDALENA SINAGA

I 0608005

ed

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ ……………..108

6.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 108

6.2 Rekomendasi .................................................................................................. 109

Daftar Pustaka ................................................................................................... ……..………110 Lampiran

ed

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan kerangka awal dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian. Dalam bab ini menerangkan mengenai latar belakang yang menjadi gambaran dan dasar pelaksanaan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian baik tujuan umum maupun tujuan khusus dan sasaran, ruang lingkup penelitian baik secara substansial maupun secara wilayah, posisi penelitian serta urgensi penelitian yang menjadi pemahaman mengenai bentuk penelitian yang dilaksanakan. Selain itu, disusun pula sistematika penulisan laporan untuk memberikan gambaran mengenai laporan penelitian Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta.

1.1 Latar Belakang

1.1.1. Pasar Perkembangan globalisasi, laju kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan perubahan

sistem nilai telah membawa perubahan terhadap pola kehidupan dan kebutuhan masyarakat kota-kota besar. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat muncul berbagai fasilitas perbelanjaan. Pasar sebagai salah satu fasilitas perbelanjaan selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat penting dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat, pasar bukan sekedar tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi juga wadah interaksi sosial dan representasi nilai-nilai tradisional yang ditunjukkan oleh perilaku para aktor-aktor di dalamnya. Secara umum, pasar mempunyai pengertian yaitu tempat di mana penjual dan

ed

Pasar modern berbeda dari pasar tradisional, dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pasar modern adalah tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga (termasuk kebutuhan sehari-hari), dimana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan (konsumen mengambil sendiri barang dari rak

dagangan dan membayar ke kasir) dan tidak dapat dilakukan tawar menawar harga barang. (Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007). Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan, hypermarket , supermarket dan minimarket .

1.1.3. Fenomena Pasar Tradisional dan Pesona Pasar Modern Pasar tradisional merupakan ciri di negara berkembang. Tingkat pendapatan dan

perekonomian masyarakat yang kurang begitu tinggi menyebabkan masyarakat lebih suka berbelanja ke pasar tradisional, akan tetapi seiring dengan perkembangan jaman, budaya masyarakat sudah mulai bergeser. Peritel-peritel besar dan lebih modern telah memasuki daerah perkotaan. Banyak investor yang masuk untuk membangun pasar-pasar modern yang menampung peritel-peritel besar. Era globalisasi ini banyak bermunculan pasar-pasar modern yang dibangun dengan segala kelebihan dan kelengkapan fasilitasnya dalam memperjualbelikan barang-barang kebutuhan masyarakat.

Pasar modern di Indonesia dari sekedar pasar swalayan dengan skala kecil sampai hypermarket dengan skala besar memperdagangkan segala kebutuhan masyarakat Indonesia dari bahan makanan, bumbu dapur, sampai dengan barang-barang elektronik. Pasar modern selain menyediakan segala barang yang dibutuhkan konsumen, juga dibangun dengan segala fasilitas dan kelebihan yang terdapat di dalamnya. Fasilitas dan kelebihan yang terdapat di dalam pasar modern tersebut menyebabkan banyak pasar modern tidak lagi hanya berfungsi

ed

dipengaruhi oleh proses urbanisasi. Namun, ubanisasi bukan hanya merupakan proses pertumbuhan kota, urbanisasi juga merupakan proses yang kompleks dari berbagai perubahan ekonomi, sosial, dan politik yang memunculkan nilai-nilai baru, pemikiran, perilaku, lembaga, dan organisasi dalam masyarakat (Yeates dan Garner, 1980:19).

Proses urbanisasi ini tidak hanya merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota tetapi lebih pada proses masyarakat desa menuju modernisasi, meninggalkan sifat-sifat tradisional menuju modern. Keadaan transisional akibat proses modernisasi ini sering ditandai dengan adanya perubahan pola pikir masyarakat dari sifat tradisional menjadi modern, sehingga hal tersebut mempengaruhi pula pola apresiasi masyarakat yang merupakan perilaku masyarakat dalam memandang, menilai, dan menghargai segala sesuatu yang terjadi di sekitar mereka . Proses modernisasi ini mempengaruhi pola apresiasi masyarakat terhadap perubahan fisik perkotaan yang ditandai dengan adanya peningkatan penggunaan lahan untuk kegiatan non pertanian, salah satu di antaranya adalah perdagangan dan jasa yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan pasar-pasar modern yang semakin marak. Perilaku masyarakat Indonesia selaku konsumen sudah mulai bergeser dari pasar tradisonal ke pasar modern. Adanya perubahan-perubahan sikap dan kebiasaan-kebiasaan sosial dalam masyarakat juga dapat dijadikan indikator keberhasilan pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk.

1.1.5. Pasar Modern dan Pasar Tradisional di Kota Surakarta Proses modernisasi terjadi di hampir semua perkotaan di Indonesia, di antaranya

adalah Kota Surakarta. Kota Surakarta merupakan kota yang menganut sistem ekonomi tradisional dalam atmosfer modernitas yang berkaitan dengan slogan Kota Surakarta yaitu

ed

1.1.6. Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Perkembangan Pasar Modern di Kota Surakarta Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2009 : 208) eksistensi adalah

adanya, keberadaan, isi, kebertahanan. Eksistensi adalah mempertahankan apa yang menjadi salah satu diantara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas (B.N Marbun, 1996:151). Dalam hal

ini, eksistensi dijelaskan sebagai sebuah titik keberadaan pasar tradisional di tengah himpitan pasar modern.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat. Sangat mudah menjumpai minimarket, supermarket, bahkan hypermarket. Tempat-tempat tersebut menjanjikan tempat belanja yang nyaman dengan harga yang tidak kalah menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut telah membuat para peritel kelas menengah dan teri termasuk pasar tradisional di dalamnya ikut mengeluh (Esther dan Dikdik, 2003).

Eksistensi pasar tradisional mengalami penurunan seiring dengan semakin besarnya daya tarik pasar modern. Terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pasar tradisional dan pasar modern. Perbedaannya adalah di pasar tradisional masih terjadi proses tawar- menawar harga, sedangkan di pasar modern harga sudah pasti ditandai dengan label harga. Dalam proses tawar-menawar terjalin kedekatan personal dan emosional antara penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di modern (Aji Setiawan dan Mukhlas 2007).

Penurunan kinerja pasar tradisional selain di sebabkan oleh maraknya pasar modern, juga disebabkan karena kelemahan manajemen pasar tradisional, masalah infrastruktur,

ed

7. Jangkauan pelayanan yang luas dan memberikan pelayanan yang baik.

8. Waktu operasional Pemerintah harus lebih serius dalam menata dan mempertahankan eksistensi pasar

tradisional. Bagaimanapun, keberadaan pasar tradisional merupakan pusat kegiatan ekonomi yang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Atribut pasar tradisional yang terkenal

dengan kekumuhannya harus segera dihilangkan. Agar semua kalangan tidak malas pergi ke pasar tradisional serta kenyamanan pembeli juga harus diprioritaskan agar pasar tradisional tidak tergerus dengan pesona yang diberikan oleh pasar modern. Karena pada dasarnya arus globalisasi mendorong modernisasi di segala dimensi kehidupan. Hal ini dimaksudkan agar pasar tradisional menjadi penyeimbang pasar modern. Sebab, pasar tradisional bisa dijangkau oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari orang kaya hingga orang miskin.

1.2 Perumusan Masalah

Fenomena pasar modern di Surakarta yang pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap pasar-pasar tradisional di Surakarta merupakan fenomena menarik untuk diteliti berkaitan dengan eksistensi pasar tradisional itu sendiri menghadapi pasar modern di Kota Surakarta. Adapun permasalahan penelitian yang diangkat adalah :

“Bagaimanakah eksistensi pasar tradisional menghadapi pasar modern

di Kota Surakarta?”

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ed

1.3.2. Sasaran Penelitian Adapun sasaran penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut :

a. Teridentifikasinya persebaran pasar tradisional di Kota Surakarta.

b. Teridentifikasinya persebaran pasar modern di Kota Surakarta.

c. Tercapainya kajian tentang eksistensi pasar tradisional dalam menghadapi pasar modern di Kota Surakarta.

d. Teridentifikasinya keterkaitan antara pasar modern terhadap eksistensi pasar tradisional di Kota Surakarta.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup substansial. Ruang lingkup wilayah merupakan penjelasan mengenai batasan wilayah penelitian yang dikaji. Sedangkan ruang lingkup substansial terkait dengan penjelasan mengenai batasan substansi penelitian yang berkaitan dengan inti dari topik penelitian.

1.4.1. Ruang Lingkup Substansi Pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian “Eksistensi Pasar Tradisional

Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta” ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan eksistensi dari pasar tradisional menghadapi pasar modern di Kota Surakarta dengan batasan sesuai dengan hasil kajian literatur dan empiris. Penelitian ini dijabarkan dalam beberapa substansi, yaitu :

1. Kajian Pasar Modern

2. Kajian Pasar Tradisional

ed

1.5 Urgensi Penelitian

Eksistensi pasar tradisional mengalami penurunan seiring dengan semakin besarnya daya tarik pasar modern. Di tengah kondisi yang kurang menguntungkan, dengan segala kelebihan yang ditawarkan oleh pasar modern dan kekurangan yang dimiliki oleh pasar tradisional maka diperlukan upaya untuk mempertahankan pasar tradisional yang merupakan salah satu pusat ekonomi yang berbasis rakyat kecil dengan memperhatikan indikator berupa kebijakan (regulasi), infrastruktur, kondisi fisik dan non fisik, manajemen dan pengelolaan pasar, komoditas dagangan, konsumen, dukungan permodalan, jangkauan pelayanan dan waktu operasional.

Sehingga pentingnya dilakukan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana pasar tradisional di Kota Surakarta bertahan dan tetap eksis menghadapi pasar modern di Kota Surakarta. Sehingga pada akhirnya penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik itu berupa manfaat teoritis ataupun manfaat praktis. Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian “Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta” ini, yaitu :

1.5.1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan studi mengenai

eksistensi pasar tradisional terhadap pasar modern.

1.5.2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari studi ini adalah :

1. Memberikan masukan bagi penentu kebijakan, dalam hal ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta berkaitan dengan kebijakan tentang perencanaan kawasan

ed

didasarkan pada 2 hal yaitu eksistensi pasar tradisional dan pasar modern. Penelitian ini merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan di wilayah manapun. Namun hanya saja, penelitian terdahulu sudah pernah ada, tetapi menyangkut dampak yang ditimbulkan oleh pasar modern terhadap pasar tradisional (Jurnal : Dampak Supermarket terhadap Pasar dan

Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan Indonesia). Sehingga peneliti merasa penting untuk meneliti tentang bagaimana pasar modern tidak hanya memberikan dampak terhadap pasar tradisional, melainkan, peneliti ingin melihat bagaimana pasar tradisional itu sendiri mempertahankan eksistensinya dalam menghadapi pasar modern khususnya pasar modern dan pasar tradisional yang ada di Kota Surakarta.

1.7 Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan dalam penelitian “Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta” ini adalah : Bagian Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kerangka awal dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan penelitian. Dalam bab ini menerangkan mengenai latar belakang yang menjadi gambaran dan dasar pelaksanaan penelitian, rumusan masalah, tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus dan sasaran, ruang lingkup penelitian baik secara substansial maupun secara wilayah, posisi penelitian serta urgensi penelitian yang menjadi pemahaman mengenai bentuk penelitian yang dilaksanakan. Selain itu, disusun pula sistematika penulisan laporan untuk memberikan gambaran mengenai laporan penelitian Eksistensi Pasar Tradisional dalam Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta.

ed

urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Bagian Kajian Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta

Kajian pasar tradisional menghadapi pasar modern di Kota Surakarta menjadi penyajian kompilasi data yang dihasilkan selama proses survey, yang didasarkan pada kebutuhan data. Data yang disajikan pada tahap ini, disusun berdasarkan indikator penelitian yang menjadi dasar dalam proses pembahasan. Data yang disajikan antara lain adalah karakteristik pasar tradisional dan pasar modern di Kota Surakarta. Bagian Hasil dan Pembahasan Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta

Hasil dan pembahasan merupakan bagian dalam penelitian yang mengemukakan mengenai analisis dan pembahasan teoritis untuk memperoleh jawaban dari perumusan masalah. Bab ini merupakan hasil pembahasan dari bab sebelumnya, yaitu mengkaji data yang diperoleh untuk mampu menjawab tujuan dan sasaran penelitian. Dalam tahap ini, akan dilakukan analisis mengenai eksistensi pasar tradisional dalam menghadapi pasar modern di Kota Surakarta. Hasil dari pembahasan ini diharapkan mampu menjawab rumusan permasalahan yaitu eksistensi dari pasar tradisional itu sendiri. Bagian Penutup

Penutup merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan merupakan gambaran singkat hasil penelitian, baik yang berkaitan tentang hal yang ditemui di lapangan maupun hasil sintesa pembahasan. Rekomendasi

ed

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori merupakan proses pemahaman terhadap teori yang mendasari proses penelitian. Dalam tinjauan teori dikaji mengenai teori eksistensi, teori pasar tradisional dan pasar modern dengan berbagai bentuk kegiatan dan perkembangan ekonomi. Teori yang dibahas berkaitan pula dengan eksistensi yang mendasari penelitian. Tinjauan teori membantu dalam perumusan variabel penelitian dan arah penelitian dalam kerangka pemikiran.

2.1 Eksistensi

2.1.1. Pengertian Eksistensi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2009 : 208) eksistensi adalah

adanya, keberadaan, isi, kebertahanan. Eksistensi adalah mempertahankan apa yang menjadi salah satu diantara pilihan yang jumlahnya tidak terbatas (B.N Marbun, 1996 :151). Dalam hal ini, eksistensi dijelaskan sebagai sebuah titik keberadaan pasar tradisional di tengah himpitan pasar modern.

2.1.2. Komponen Eksistensi Adapun komponen eksistensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Daya dukung peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mengelola dan melindungi pasar (regulasi/kebijakan)

Daya dukung peraturan atau yang lazim disebut dengan regulasi dimaksudkan untuk memberikan batasan dalam mengelola dan memberikan perlindungan terhadap pasar. Daya

ed

b. Pengaturan lokasi:

1) Perkulakan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder.

2) Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor, dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan

lokal atau lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan.

3) Supermarket dan Departement Store, tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota.

4) Pasar Tradisional, boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan.

c. Perizinan:

1) Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional (IUP2T) untuk Pasar Tradisional

2) Izin Usaha Pusat Perbelanjaan (IUPP) untuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan

3) Izin Usaha Toko Modern (IUTM) untuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket & perkulakan

4) Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dsan IUTM: Studi Kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan UK (Usaha Kecil).

5) IUP2T, IUPP dan IUTM diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman Tata-cara Perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan.

d) Pembinaan dan Pengawasan

ed

2. Dukungan infrastruktur atau sarana dan prasarana yang memadai Menurut UU No. 04 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman yang sudah diperbaharui pada UU No. 01 tahun 2001 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, prasarana diartikan sebagai kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan, kawasan, kota atau

wilayah (spatial space) sehinggga memungkinkan ruang tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sedangkan komponen-komponennya adalah jalan, air bersih, pembuangan sampah, drainase, dan sanitasi. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan- bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Kodoatie,2003:9).

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, yang didefinisikan sebagai fasilitas- fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Kodoatie,2003:9).

Kebutuhan sarana dan prasarana yang penting dalam sarana perdagangan (SNI 03- 1733-2004) tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan adalah :

o Sarana berupa pos keamanan, pemadam kebakaran, sarana ibadah dan sarana kebersihan.

o Prasarana berupa jaringan air bersih, jaringan air kotor, jaringan komunikasi dan jaringan listrik.

ed

pelayanan dalam pengelolaan pasar melalui pembaharuan sikap dan mentalitas dalam pengelolaan pasar yang mencakup pembinaan, pengelolaan seperti perencanaan, arah kebijakan, pengembangan, manajemen, keuangan dan penyerasian.

Ada 4 (empat) aspek penting dalam pengelolaan pasar khususnya pasar tradisional yaitu :

a) Organisasi (kelembagaan) dan sumber daya manusia (SDM)

b) Alat produksi dan pemasaran

c) Pembangunan dan perawatan

d) Keuangan

5. Komoditas barang yang diperdagangkan. Barang atau komoditas dalam teori ekonomi adalah suatu objek atau jasa yang memiliki nilai. Nilai suatu barang akan ditentukan karena barang itu mempunyai kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Menurut kegunaannya, barang atau komoditas dikelompokkan menjadi:

a) Barang produksi, yakni barang yang digunakan untuk proses produksi lebih lanjut. Misal, kain yang akan digunakan untuk dijahit menjadi pakaian.

b) Barang konsumsi, yakni barang yang dapat langsung digunakan dan dikonsumsi oleh seseorang. Misal, pakaian yang bisa langsung digunakan.

6. Dukungan permodalan Dukungan permodalan adalah mencakup keuangan yang digunakan untuk mengelola dan mengembangkan sebuah pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern. Karena pada dasarnya keuangan merupakan bagian dari pilar penting dalam manajemen dan pengelolaan

ed

Permukiman dan Prasarana Wilayah,bidang pelayanan sarana perdagangan harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Indikator berupa tingkat ketersediaan kebutuhan primer dan sekunder

b) Standar pelayanannya mencakup setiap kecamatan

c) Tingkat pelayanannya minimal tersedia 1 pasar untuk setiap 30.000 jiwa penduduk.

d) Kualitasnya harus mudah diakses.

8. Waktu operasional Waktu operasional pasar adalah jangka waktu yang dimiliki pasar untuk beraktivitas (jual beli). Bisa dalam bentuk harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.

Berikut ini adalah komponen eksistensi yang dijabarkan melalui pendapat beberapa ahli yang kemudian disimpulkan menjadi 9 komponen eksistensi yaitu sebagai berikut :

ed

Menurut Sumintarsih dkk, 2011 dalam Menurut Iwan Trisno, 2011 dalam jurnalnya

Menurut Lembaga Penelitian SMERU

bukunya “Eksistensi Pasar Tradisional :Relasi dan “Eksistensi Pasar Tradisional di tengah Pesona Pasar

(Suryadarma et all, 2007) dalam jurnal “ Pasar Jaringan Pasar Tradisional di Kota Surabaya-Jawa Modern” Tradisional di Era Persaingan Global”

Timur”

Adapun komponen eksistensi pasar adalah : Adapun komponen eksistensi pasar adalah :

Adapun komponen eksistensi pasar adalah :

1. Daya dukung permodalan yang menunjang. 1. Kondisi fisik bangunan yang baik.

1. Manajemen pasar yang baik dan tepat guna.

2. Kondisi fisik dan non fisik pasar yang 2. Fasilitas yang memadai

2. Daya dukung peraturan Pemerintah Pusat dan

mendukung perdagangan. ·

Pemerintah Daerah.

3. Komoditas dagangan yang diperdagangkan. ·

Fasilitas pendukung

3. Dukungan infrastruktur yang memadai.

Fasilitas penunjang

4. Daya dukung permodalan

ed dalam melindungi dan mengelola pasar.

4. Harga yang terjangkau

· Fasilitas pelengkap

5. Dukungan infrastruktur yang memadai. 3. Jangkauan pelayanan yang luas dan

5. Komoditas dagangan yang diperdagangkan.

6. Manajemen pasar yang baik. memberikan pelayanan yang baik.

6. Waktu operasional

yang mengatur kewenangan 4. Pengelolaan pasar yang baik.

7. Regulasi

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 5. Komoditas dagangan yang diperdagangkan.

6. Pengunjung ·

Waktu berkunjung

· Pakaian yang digunakan ·

Perilaku pengunjung ·

Alat transportasi yang digunakan

KOMPONEN EKSISTENSI

1. Daya dukung peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah dalam mengelola dan melindungi pasar (regulasi). 2. Dukungan infrastruktur atau sarana prasarana yang memadai. 3. Kondisi fisik dan non fisik yang menunjang kegiatan perdagangan. 4. Manajemen dan pengelolaan pasar yang baik. 5. Konsumen pasar 6. Komoditas barang yang diperdagangkan. UnRegister 7. Dukungan permodalan

8. Jangkauan pelayanan yang luas dan memberikan Sumber : Penulis, 2012 pelayanan yang baik.

9. Waktu operasional

2.2 Perdagangan

Perdagangan adalah suatu aktivitas yang diwujudkan dalam bentuk pertukaran barang dan jasa dari produsen hingga ke konsumen yang terakhir, dimana barang yang dipertukarkan merupakan barang yang memiliki nilai ekonomi. Sementara kawasan perdagangan merupakan wilayah yang menjadi wadah aktivitas perdagangan yang berupa pertokoan, jasa, dan areal parkir di suatu wilayah yang termasuk permukiman di belakangnya.

Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual. Salah satu bentuk perdagangan yang banyak disoroti adalah pasar.

2.2.1. Pengertian Pasar Pengertian pasar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu tempat

orang berjual beli. Menurut William J. Stanton (1993:92) pasar dapat didefinisikan sebagai berikut :“ Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya”. Dari definisi tersebut terdapat 3 unsur penting di dalam pasar yaitu :

1. Orang dengan segala keinginannya

2. Daya beli mereka

3. Kemauan untuk membelanjakannya

ed

2.2.3. Perkembangan Pasar Perkembangan sebuah pasar secara garis besar diawali dengan adanya dua kebutuhan

yang berbeda sehingga muncul barter pada saat itu. Pasar terus berkembang setelah dikenal nilai tukar barang (uang), muncul pasar tradisional yang memiliki lokasi tersebar pada ragam

wilayah dan menempati tempat yang lebih permanen. Pada awalnya pasar tradisional ini mengambil tempat di suatu ruang atau lapangan terbuka, di bawah pohon besar yang telah ada, di salah satu sudut perempatan jalan atau tempat lain yang setidaknya adalah strategis dilihat dari lokasi lingkungan yang bersangkutan (Adhi Moersid,1995). Pedagang dalam berjualan hanya sekedar menempati ruang terbuka tersebut dengan alat bantu berjualan yang dibawa dari tempat tinggalnya dan dibawa pulang setelah selesai berjualan. Pasar berkembang sejalan dengan munculnya bangunan sederhana terbuat dari bahan seperti bamboo, kayu, dan menempati ruang bercampur dengan para pedagang yang berjualan dengan cara sebelumnya. Campur tangan pihak pengelola daerah pada aktivitas pasar ini adalah berupa pembuatan kios/los yang permanen.

Gambar 2.1

Perkembangan Bentuk Pasar

ed

2.2.4. Tipe Pasar Beberapa pasar memiliki karakteristik masing-masing dan ini membuat satu pasar

dengan pasar yang lainnya berbeda (Rizon PU, 1997). Menurut Vagale (1972) dalam Rizon PU (1997) kategori pasar sesuai dengan karakteristiknya dibedakan menurut beberapa hal

yaitu :

1. Skala transaksi

2. Tipe komoditas

3. Sistem pengelolaannya

4. Periodesasi

5. Waktu operasi

6. Kepemilikan tanah dan bangunannya Pendekatan berbeda dalam pengelompokan tipe pasar dilakukan oleh Dewar dan

Watson (1990), yakni ada 5 tipologi pasar, yaitu :

1. Besar kecilnya yang diperjualbelikan yaitu skala besar atau retail (the nature of supply)

2. Fungsi pasar dengan komoditas campuran atau komoditas tertentu (function)

3. Range from just informal street market up to fully serviced market building (degree or formality)

4. Bentuk linier dan nucleated market (form)

5. Waktu operasi yaitu temporal atau pasar permanen (time of operation)

2.2.5. Macam-macam Pasar

ed

2. Pasar Menurut Jenisnya Menurut jenisnya, pasar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Pasar Konsumsi adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi. Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah Pasar Mergan di

Malang, Pasar Kramat Jati di Jakarta, dll.

b. Pasar Faktor Produksi Pasar faktor produksi adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan produksi. Misalnya menjual mesin-mesin untuk alat produksi barang, lahan untuk pabrik, dll.

3. Pasar Menurut Komoditasnya Menurut komoditas yang diperdagangkan, pasar dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Pasar ikan

b. Pasar buah

c. Pasar burung

d. Pasar daging

e. Pasar loak, dan lain-lain.

4. Pasar menurut Waktu Operasional Menurut waktu operasional nya, pasar dikelompokkan ke dalam beberapa jenis yaitu berdasarkan hari operasinya itu sendiri. Misalnya adalah :

a. Pasar Rebo yang dibuka khusus hari Rabu

b. Pasar Minggu dibuka khusus hari Minggu

ed

c. Pasar Nasional yaitu pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.

d. Pasar Internasional Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa

negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.

6. Pasar Menurut Sistem Perdagangannya Menurut sistem perdagangan yang dilakukan, pasar dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :

a. Pasar Retail adalah pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan sistem penjualan yang digunakan dengan sistem eceran.

b. Pasar Grosir adalah pasar yang menjual dagangan jenis tertentu dengan sistem penjualan dengan skala besar.

7. Pasar Menurut Tipologi

Menurut tipologinya, pasar dikelompokkan menjadi 2 bagian besar, yaitu :

a. Pasar Primer yaitu pasar yg memiliki peran utama bukan pada besaran (magnitude) atau skala operasional dari pasar saja, melainkan peran-peran lain yang mengacu kepada kegiatan perekonomian yang sehat.

b. Pasar Sekunder (secondary market) adalah pasar keuangan yang digunakan untuk memperdagangkan sekuriti yang telah diterbitkan dalam penawaran umum perdana. Arti lain dari "pasar sekunder" ialah pasar perdagangan barang-barang bekas.

2.3 Pasar Tradisional

ed

3. Konsumen tidak mengambil sendiri barang yang hendak dibeli

4. Kenyamanan toko atau tempat menjual tidak menjadi pertimbangan khusus bagi konsumen dalam memilih di toko mana ia akan berbelanja

5. Tidak semua barang yang dijual dipajang (display)

6. Pemilik dapat berupa pelaku usaha perorangan

7. Pembayaran pada umumnya dilakukan secara tunai

2.3.3. Pasar Tradisional sebagai Cermin Budaya Masyarakat Disamping fungsi utama pasar sebagai tempat / wadah dimana kegiatan ekonomi

perdagangan berlangsung, pasar juga mengemban misi sebagai wahana kegiatan sosial dan rekreasional (Berry, 1967 dan Smith, 1978 dalam Rizon PU, 1997). Pasar bisa digunakan untuk membaca ‘budaya’ dari masyarakat setempat (Adhi Moersid, 1995), Beberapa pasar memiliki karakteristik masing-masing dan ini membuat satu pasar dengan pasar yang lain berbeda. Pasar juga merupakan aset budaya yang mempunyai peran yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat agraris pedesaan. Dengan mengamati pasar

maka akan diketahui tentang :

1. Menu makanan orang sehari-hari di daerah itu

2. Hasil bumi yang dihasilkan di hinterland kota itu

3. Bagaimana orang bertegur sapa

4. Cara berpakaian orang-orang dari berbagai kelas sekaligus

5. Tingkat disiplin warganya

6. Tingkat-tingkat bahasa yang dipakai dan banyak hal lagi yang bisa dijumpai di pasar.

ed

Pasar tradisional berdasarkan komponen eksistensinya memiliki kelemahan dan kelebihan yang secara langsung perlu untuk dipertahankan dan perlu untuk memberikan perlawanan melalui usaha perbaikan dan perlindungan bagi pasar tradisional itu sendiri. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kebijakan atau regulasi Menurunnya kinerja Pihak Pemerintah dalam memberikan aturan berupa perlindungan terhadap pasar tradisional dan penataan terhadap pasar modern menjadi sesuatu yang sangat penting ketika pasar modern mulai merajalela dan pasar tradisional tidak mendapatkan perhatian lebih dari Pihak Pemerintah. Sebagai pihak yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pasar tradisional, Pihak Pemerintah seharusnya mulai memperbaiki kualitas dari pasar tradisional melalui penetapan aturan-aturan yang mampu melindungi dan merangkul pasar tradisional.

2. Infrastruktur dan pengelolaan serta permodalan Menurunnya kinerja pasar tradisional selain disebabkan oleh adanya pasar modern, penurunannya justru lebih disebabkan oleh lemahnya daya saing para peritel tradisional (Harmanto, 2007). Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen (Wiboonpongse dan Sriboonchitta 2006). Hal ini

ed

kotor, bau, dan terlalu padat lalu lintas pembelinya menjadi aspek penting yang perlu diperbaiki agar pasar tradisional berdaya saing.

4. Komoditas dagangan Tata letak dagangan atau zonasi, keragaman dan kualitas barang, promosi pengeluaran

serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern dari segi komoditas dagangan. Berbeda halnya dengan pasar modern yang serba tertata dan serba menarik, pasar tradisional sebaiknya harus mulai mengoptimalkan pemanfaatan ruangnya, agar pasar tradisional tidak terbelakang.

5. Konsumen pasar dan jangkauan pelayanan Konsumen pasar tradisional semakin menurun dengan kelemahan yang diberikan oleh pasar tradisional. Kurangnya daya tarik yang mampu mendorong konsumen untuk mengunjungi pasar tradisional. Ditambah lagi ancaman bahwa keadaan sosial masyarakat yang berubah, dimana wanita diperkotaan umumnya berkarier sehingga hampir tidak mempunyai waktu untuk berbelanja ke pasar tradisional (Esther dan Dikdik, 2003).

6. Waktu operasional Waktu operasional pasar yang terbatas yang dimiliki oleh pasar tradisional tidak memenuhi kebutuhan konsumen yang belakangan ini sudah mulai berubah menjadi pekerja. Konsumen akhirnya lebih memilih pasar modern yang memiliki waktu operasional yang tidak terbatas. Untuk itu diperlukan optimalisasi terhadap pasar tradisional dan terhadap kebijakan pemerintah untuk memberikan pelayanan sesuai

ed

dan tidak dapat dilakukan tawar menawar harga barang. (Peraturan Presiden No.112 Tahun 2007)

2.5.2. Karakteristik Pasar Modern Adapun karakteristik dari pasar modern adalah (Hadi Hartono, 2007 :11) :

1. Konsumen tidak dapat menawar harga barang yang hendak dibeli

2. Terdapat label harga khusus pada barang yang hendak dijual (barcode)

3. Konsumen memilih dan mengambil sendiri barang yang hendak dibeli (swalayan)

4. Kenyamanan toko atau tempat menjual menjadi pertimbangan khusus bagi konsumen dalam memilih di toko mana ia akan berbelanja

5. Semua barang yang dijual dipajang (display)

6. Pada umumnya pemilik berbentuk badan usaha dengan management yang teratur.

7. Pembayaran pada umumnya dapat dilakukan secara tunai dan kredit.

2.5.3. Perkembangan Pasar Modern Berdasarkan Jenisnya Pasar Modern pertama kali di Indonesia pada era 1970-an. Berdasarkan

karakteristiknya, pasar modern dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu (Hadi Hartono, 2007) :

1. Minimarket (berdasarkan KBBI, minimarket adalah pasar swalayan kecil atau supermarket kecil), selanjutnya disebut dengan minimarket dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Jenis komoditi atau barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti produk makanan dan minuman dalam

ed

b. Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanan dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan menggunakan kereta jinjing atau peralatan lain.

c. Harga barang dagangan yang dijual dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah terlihat oleh konsumen.

d. Luas lantai usahanya maksimal 4.000m 2 .

e. Jumlah item produk yang dijual antar 10.000-18.000 item produk (70% barang ritel dan 30% fresh product).

f. Memiliki cash register lebih dari 3 mesin.

3. Hypermarket yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Jenis komoditi atau barang dagangan yang dijual merupakan barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti produk makanan dan minuman dalam kemasan yang siap saji, kebutuhan Sembilan bahan pokok serta fresh product, dan electronics.

b. Kegiatan penjualan dilakukan secara eceran dan cara pelayanan dilakukan secara sendiri oleh konsumen dengan menggunakan kereta jinjing atau peralatan lain.

c. Harga barang dagangan yang dijual dicantumkan secara jelas dan pasti pada kemasan barang pada suatu tempat tertentu yang mudah dilihat oleh konsumen.

d. Luas lantai usahanya minimal 4.000 m 2 dan maksimal 8.000m 2 .

e. Jumlah item produk yang dijual antara 19.000-40.000 item produk (70% barang ritel dan 30% fresh product).

f. Memiliki cash register sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) mesin. Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis barang

ed

HYPERMARKET (Berdasarkan

Perpres terbaru, yakni No.112 tahun 2007) Luas lahan parkir

Minim

Standard

Sangat luas Modal (di luar tanah dan bangunan)

s/d Rp.200 juta

Rp.200 juta-Rp.10 Milyar

Rp.10 Milyar ke atas

Sumber : Peraturan Presiden No.112 tahun 2007, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Daniel Suryadarma

2.6 Eksistensi Pasar Modern

Eksistensi pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain mengalami pertumbuhan dari sisi jumlah dan angka penjualan, peritel modern mengalami pertumbuhan pangsa pasar sebesar 2,4 persen per tahun terhadap pasar tradisional. Keberadaan pasar modern di Indonesia akan berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan yang pesat ini bisa jadi akan terus menekan keberadaan pasar tradisional pada titik terendah dalam 20 tahun mendatang. Pasar modern yang notabene dimiliki oleh peritel asing dan konglomerat lokal akan menggantikan peran pasar tradisional yang mayoritas dimiliki oleh masyarakat kecil dan sebelumnya menguasai bisnis ritel di Indonesia.

2.7 Pengaturan Pasar Modern dalam Hubungannya dengan Pasar Tradisional dan UKM

Pada dasarnya hukum berfungsi sebagai sarana dan alat untuk menciptakan ketentraman dalam masyarakat. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif. Umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaidah- kaidah. Berdasarkan landasan tersebut, maka diadakan pengaturan atas pasar retail, dengan

ed

ritel kecil/tradisional dapat menjadi permasalahan tersendiri. Di beberapa daerah tidak jarang ditemukan ritel modern yang bahkan bersebelahan dengan ritel tradisional.

b. Ritel Tradisional dan Minimarket Tumbuh pesatnya minimarket (yang dimiliki oleh pengelola jaringan) ke wilayah

pemukiman berdampak buruk bagi ritel tradisional yang telah ada di wilayah tersebut. Keberadaan minimarket ini mematikan toko-toko tradisional seperti “mom & pop store” dan toko kecil lainnya yang termasuk dalam jenis UKM yang berada di wilayah pemukiman.

c. Pemasok Barang dan Ritel Modern Penerapan berbagai macam trading terms oleh ritel modern yang memberatkan pemasok. Hubungan bisnis antara pemasok dan peritel bersifat negosiasi. Namun posisi ritel modern yang dominan, dapat menyebabkan tertekannya para pemasok karena peritel tersebut bisa dengan leluasanya menerapkan trading terms yang berlebihan. Dalam Perpres tersebut, trading terms yang sebelumnya berjumlah 30 jenis dipangkas menjadi hanya tujuh jenis.

d. Pemberdayaan ritel tradisional Kondisi ritel tradisional secara fisik sangat tertinggal. Inilah salah satu alasan mengapa konsumen lebih memilih untuk berpindah ke ritel modern. Kondisi ritel tradisional harus dibenahi dari segi kenyamanan, keamanan, dan kebersihan agar tidak kalah saing dengan ritel modern. Upaya Pemerintah untuk membenahi ritel tradisional sangat diperlukan mengingat sampai saat ini pengelola ritel tradisional sebagian besar dipegang oleh Pemda setempat.

2. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

Undang Undang ini mengatur keberadaan dan perlindungan usaha kecil sehingga

ed

a. Pemberdayaan pedagang kecil dan menengah agar menjadi tangguh, maju dan mandiri dalam mengisi percepatan hasil pembangunan.

b. Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengatur, mengembangkan kegiatan usaha perdagangan di pasar dan pertokoan dan pedagang kecil dan menengah.

c. Pemerintah Daerah menetapkan lokasi pasar dan pertokoan dimana penetapan lokasi pasar ditetapkan berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota.

d. Keberadaan pasar modern wajib menumbuhkembangkan kegiatan usaha pasar tradisional dan pengusaha kecil dan menengah melalui kemitraan.

4. Surat Keputusan Menteri

Perindustrian

dan

Perdagangan Nomor 420/MPP/Kep/1997 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan

Bahwa pada pokoknya Surat Keputusan ini mengatur dampak kehadiran pasar modern yang dapat menekan perkembangan pedagang kecil dan menengah, koperasi serta pasar tradisional, maka pertumbuhan dan perkembangan pasar modern perlu ditata dan dibina agar pedagang kecil, menengah, koperasi dan pasar tradisional dapat tumbuh dan berkembang dalam mengisi peluang usaha yang terbuka.

5. Regulasi dan kebijakan untuk wilayah Kota Surakarta

a. Peraturan Daerah tingkat II Surakarta Nomor 8 Tahun 1993 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Daerah Tingkat II Surakarta tahun 1993-2013.

b. PP Nomor 13 Tahun 1995 tentang Ijin Usaha Industri (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 25 tambahan Lembaran Negara Nomor 3596).

c. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2003 tentang Perijinan Membentuk

ed

Variabel diklasifikasikan dalam empat kategori yaitu : variabel bebas (independence variable), variabel terikat (dependent variable), variabel moderator (moderator variable), variabel antara (intervening variable).

1. Variabel Bebas (Independence Variable) Variabel bebas atau independence variable merupakan sebab yang diperkirakan dari

beberapa perubahan dalam variabel terikat (Robins, 2009:23), biasanya dinotasikan dengan symbol X. Dengan kata lain, variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat atau dependent variable merupakan faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa factor lain (Robbins, 2009:23), biasa dinotasikan dengan Y. Dengan kata lain, variabel terikat inilah yang sebaiknya dikupas pada latar belakang penelitian.

3. Variabel Moderator (Moderator Variable) Variabel moderator juga sering disebut sebagai variabel bebas kedua dan sering digunakan dalam analisis regresi linier atau pada structural equation modeling. Variabel moderating adalah variabel yang mempunyai pengaruh ketergantungan yang kuat dengan hubungan variabel terikat dan variabel bebas yaitu kehadiran variabel ketiga (variabel moderator). Dengan kata lain, variabel moderating yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel independen kedua. Variabel moderator adalah variabel yang memiliki pengaruh memperkuat atau memperlemah hubungan variabel bebas dengan terikat,

ed

2.9 Penentuan Variabel Penelitian

Setelah melakukan pengkajian teori yang berkaitan dengan eksistensi, pasar tradisional, dan perkembangan pasar modern maka ditetapkan variabel yang akan dibahas dalam penelitian “Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta” yang terdiri dari variabel independent dan variabel dependent yang terukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam proses penelitian ini ditentukan kriteria dari variabel yang ada berdasarkan pertimbangan batasan waktu, biaya dan tenaga. Penetapan kriteria dilakukan melalui pengkajian dan preposisi terhadap teori yang digunakan, maka kriteria dari setiap variabel yang ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel independent dari penelitian ini adalah perkembangan pasar modern yang

dijabarkan dalam beberapa sub variabel dengan alasan pemilihan yang diperoleh setelah melakukan tinjauan teori, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Variabel Independent Penelitian

NO. JENIS VARIABEL

SUB VARIABEL

1. Variabel Independent

1) Regulasi tentang perijinan Pasar Modern 2) Kelengkapan infrastruktur Pasar Modern 3) Kondisi fisik dan non fisik Pasar Modern 4) Manajemen dan pengelolaan Pasar Modern 5) Komoditas barang di Pasar Modern 6) Konsumen Pasar Modern 7) Dukungan permodalan terhadap Pasar Modern 8) Jangkauan pelayanan Pasar Modern 9) Waktu operasional Pasar Modern

Sumber : Penulis, 2012

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini merupakan eksistensi pasar

ed

Secara garis besar, paradigma penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta

Variabel Dependent Y

(Pasar Tradisional di Kota Surakarta) Sub variabel : 1) Regulasi pengelolaan dan perlindungan

terhadap Pasar Tradisional 2) Tuntutan Penyediaan Infrastruktur Pasar Tradisional 3) Kondisi fisik dan non fisik Pasar Tradisional 4) Manajemen dan pengelolaan Pasar Tradisional 5) Komoditas barang di Pasar Tradisional 6) Dukungan permodalan terhadap Pasar

Variabel Independent X

( Pasar Modern di Kota Surakarta) Sub variabel :

1) Regulasi tentang perijinan Pasar Modern 2) Kelengkapan infrastruktur Pasar Modern 3) Kondisi fisik dan non fisik Pasar Modern 4) Manajemen dan pengelolaan Pasar Modern 5) Komoditas barang di Pasar Modern 6) Dukungan permodalan terhadap Pasar Modern 7) Jangkauan pelayanan Pasar Modern 8) Waktu operasional Pasar Modern 9) Konsumen Pasar Modern

ed

2.10 Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori Penelitian

“ Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta “

EKSISTENSI

1. Pengertian Eksistensi

Pasar Tradisional

2. Komponen Eksistensi

Pasar Modern

ed ·

PERDAGANGAN

· Pengertian Pasar Tradisional

Pengertian Pasar Modern ·

1. Pengertian Pasar

Karakteristik Pasar Modern Pasar Tradisional sebagai Cermin Budaya

Karakteritik Pasar Tradisional

2. Pengguna Pasar

Perkembangan Pasar Modern Berdasarkan Masyarakat

3. Perkembangan Pasar

4. Tipe Pasar

Jenisnya

5. Macam-macam Pasar

1. Eksistensi Pasar Tradisional 2. Eksistensi Pasar Modern

Pengaturan Pasar Modern dalam Hubungannya dengan

Pasar Tradisional dan UKM

UnRegister

(Regulasi)

VARIABEL PENELITIAN

Sumber : Penulis, 2012

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi adalah suatu pengkajian dalam

memperoleh peraturan-peraturan suatu metode. Nazir (2003) mengemukakan bahwa metode penelitian merupakan suatu kesatuan sistem dalam penelitian yang terdiri dari prosedur dan teknik yang perlu dilakukan dalam suatu penelitian. Prosedur memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sedangkan teknik penelitian memberikan alat-alat ukur apa yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian.

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian dalam mengkaji “Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta“ ini menggunakan pendekatan induktif yaitu kajian yang menyeluruh terhadap kondisi, fenomena, dan karakteristik yang dibutuhkan dari wilayah kajian dengan melakukan pengamatan terhadap isu dan permasalahan yang menjadi objek penelitian serta pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam proses analisis ( Masyuri, 2008). Peneliti melakukan pemahaman terhadap lokasi kajian dengan berbagai fenomena yang terjadi serta isu permasalahan yang timbul pada wilayah kajian dengan dukungan data-data dan informasi yang digunakan dalam proses penelitian.

3.2 Jenis Penelitian

ed

3.3 Variabel Penelitian

Adapun variabel, sub variabel dan indikator dalam penelitian “Eksistensi Pasar Tradisional Menghadapi Pasar Modern di Kota Surakarta” ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Variabel, Sub Variabel dan Indikator Penelitian

NO. VARIABEL

SUB VARIABEL

INDIKATOR

1. Pasar Modern (variabel independent)

Pasar Modern

a)

Peraturan Presiden No.112 tahun 2007

b)

Perda Kota Surakarta No.5 tahun 2011 tentang “Pedoman Penataan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern”

c)

Perda Kota Surakarta No.1 tahun 2010 tentang “ Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional”

Pasar Modern

Kondisi fisik dan non fisik Pasar Modern

Dokumen yang terkait

DOMINASI BUDAYA PADA KELUARGA PERKAWINAN CAMPUR ANTAR ETNIS Febrianti Saputri, Yohanes Bahari, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : febriyantisaputry2017gmail.com Abstract - DOMINASI BUDAYA PADA KELUARGA PERKAWINAN CAMP

0 1 10

Ade Apriliadi Nugraha Lubis, Rosnita, Suhardi Marli Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email: adeapriliadinugrahalubisgmail.com Abstract - PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR

0 0 7

1 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP MUTU LAYANAN DI SMK Indro Wiretno, H.M Chiar, M. Syukri Program Magister Administrasi Pendidikan FKIP Untan Pontianak Email : indrowiretno68gmail.com Abstract - PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA

0 0 10

Dudi Rosmedi, M.Chiar, M. Syukri Program Pendidikan Magister Administrasi Pendidikan Fkip Untan Pontianak Email : dudirosmedyyahoo.com Abstract - PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH PADA SMA

0 0 10

Rusidi, Rustiyarso, Izhar Salim Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN Pontianak Email: rusidisos2gmail.com Abstract - ANALISIS PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X

0 1 10

ANALISIS PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL DI SMK NEGERI 1 PONTIANAK Endah Luthfatul Amelia,Maria Ulfah, Warneri Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNTAN, Pontianak Email: endahluthfatulameliagmail.com Abstract - ANALISIS PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL DI SMK N

0 0 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE MENDONGENG MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN FLANEL Krisensiana, Marmawi R, Dian Miranda Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, FKIP Untan Pontianak Email: kirisensiana21gmail.com Abstract - PENINGKATAN KEMAMPUAN MENY

0 0 11

Ignatia Eni Sri Prabasari, M. Syukri, Wahyudi Program Studi Magister Administrasi Pendidikan FKIP UNTAN Pontianak E-mail: ignatiaenispmail.com Abstract - SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH STUDI KASUS PEMBINAAN KINERJA GURU DALAM PENGELOLA PEMBELAJARAN DI

0 0 11

PENGAMBILALIHAN PRADATA DALEM 1903 (Studi Tentang Pengambilalihan Sistem Peradilan di Kasunanan)

0 0 124

Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Perpustakaan Kelurahan di Kelurahan Panularan Kota Surakarta

0 0 198