Pengertian Tes Obyektif Model melengkapi lima pilihan Model melengkapi berganda

a. Pengertian Tes Obyektif

Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respons yang harus dipilih oleh peserta tes. Pemeriksaan atau penskoran jawabanrespons peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara obyektif oleh pemeriksa dan dapat menggunakan alat bantu. 1 Tes Obyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir- butir soal yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada pasangan masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan mengisikan jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. 2 Tes Obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. 3

b. Penggolongan Tes Obyektif 1. Tes obyektif bentuk benar-salah true-false test

Sering dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk benar-salah atau tes obyektif bentuk “ya-tidak” yes-no test. Tes obyektif bentuk True-false merupakan salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam test hasil belajar berupa pernyataan pernyataan dimana ada yang benar dan ada yang salah. Tugas testee adalah membubuhkan tanda tertentu atau mencoret huruf B apabila menurut mereka pernyataan itu benar, atau mencoret huruf S apabila menurut mereka pernyataan itu salah. Jadi, tes obyektif bentuknya adalah kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawab, benar atau salah, dan testee diminta menentukan pendapat mereka mengenai penyataan tersebut dengan cara seperti yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal. 1 Amin Tabin, Bentuk-Bentuk Tes, http:amintabin.blogspot.com201011bentuk- bentuk-tes.html? m=1, akses tanggal 7 Maret 2012 pukul 16.54 WIB 2 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1996, hal.106-107 3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hal.164-165 2 Bentuk tes benar-salah ada 2 macam jika dilihat dari segi mengerjakanmenjawab soal, yaitu: a. Dengan pembetulan, yaitu siswa diminta untuk membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah b. Tanpa pemmbetulan, yaitu siswa hanya diminta melingkarimencoret huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul Keunggulan tes obyektif bentuk benar-salah true-false test a. Mudah dalam menyusunpembuatannya mudah b. Dapat digunakan berulang kali c. Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertastempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja d. Mampu mencakup bahan pelajaran yang luas e. Bagi testee, cara mengerjakannya mudah f. Bagi tester, cara mengkoreksinya juga mudah Kelemahan tes obyektif bentuk benar-salah true-false test a. Mudah ditebak dan diduga b. Membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban c. Sifatnya terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali, jadi lebih bersifat hafalan d. Umumnya tes obyektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir- butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali e. Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes objektif ini tidak dapat dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul atau salah Petunjuk dalam menyusun true-false test: a. Tuliskan huruf B-S didepan masing-masing pernyataan, agar mudah bagi testee dalam memberikan jawaban, dan mudah juga bagi tester dalam mengoreksi b. Jumlah butir soal hendaknya antara 10-20 soal c. Jumlah butir soal yang jawabannya benar sebaiknya seimbang dengan butir soal yang jawabannya salah d. Urutan soal yang jawabannya benar dan yang jawabannya salah sebaiknya jangan ajeg, tetapi dibuat selang seling, agar adapt mencegah adanya spekulasi e. Butir-butir soal yang jawabannya benar sebaiknya tidak mempunya corak yang berbeda dari soal yang jawabannya salah f. Hindari pernyataan yang susunan kalimatnya persis dalam bahan tes Cara Mengolah Skor a. Dengan denda S=R-W S = Skor yang diperoleh R = Right jawaban yang benar W = Wrong jawaban yang salah b. Tanpa denda S= R Hanya dihitung yang betul, untuk soal yang tidak dikerjakan bernilai 0 3

2. Tes obyektif bentuk menjodohkan Matching Test

Sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri jawaban. 4 Ciri-ciri: a. Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban b. Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari pertanyaannya. Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut. Keunggulan tes obyektif bentuk menjodohkan Matching Test: a. Pembuatannya mudah b. Dapat dinilai dengan mudah, cepat, dan obyektif c. Apabila tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat dhilangkan d. Tes jenis ini berguna untuk menilai berbagai hal, seperti: 1 Antara problem dan penyelesaiannya 2 Antara teori dan penemunya 3 Antara sebab dan akibatnya 4 Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya 5 Antara istilah dan definisinya Kelemahan tes obyektif bentuk menjodohkan Matching Test: a. Cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat saja b. Karena mudah disusun, maka tes ini kadang dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu digunakan apabila pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain c. Tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran interpretasi d. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan Petunjuk penyusunan Matching Test: a. Butir-butir soal yang dituangkan hendaknya tidak kurang dari 10 dan jangan lebih dari 15 sekalipun tidak ada rumusketentuan yang pasti b. Pada kelompok item sebaiknya ditambah sekitar 20 kemungkinan jawab. Hal ini dimaksudkan agar testee tidak terlalu mudah mencari jawabannya jika pasangan yang harus dipilih tinggal sedikit yang belum diisikan. 4 Ibid., hal. 173 4 c. Sebaiknya diatur sedemikian rupa, sehingga kelompok soal maupun jawabannya berada pada satu halaman kertas untuk memudahkan testee dalam mengerjakan d. Petunjuk mengerjakan soal dibuat setegas dan seringkas mungkin Cara mengolah Skor S = R hanya dihitung jawaban yang benar saja

3. Tes obyektif bentuk Isian Fill in test

Tes obyektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita beberapa diantaranya dikosongkan, dan tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan tersebut. Keunggulan tes obyektif bentuk Isian Fill in test: a. Cara penyusunannya mudah b. Masalah yang dujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya c. Berguna untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu halbidang Kelemahan tes obyektif bentuk Isian Fill in test: a. Karena tertuang dalam bntuk rangkaian cerita, maka test jenis ini umumya banyak memakan tempat b. Cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja c. Terbuka peluang bagi testee untuk tebak terka d. Kurang komprehensif, sebab hanya dapat mngungkap sebagian saja dari bahan yang semestinya diteskan Petunjuk menyusun butir-butir item tes Fill in: a. Sebaiknya jawaban yang harus diisikan ditulis pada lembar jawaban tersendiritempat yang terpisah b. Ungkapan cerita hendaknya disusun secara ringkas dan padat c. Usahakan butir-butir item yang disajikan tidak hanya mrngungkap pengetahuan atau pengenalan, tetapi dapat mengungkap taraf kompetensi yang lebih mendalam lagi Cara Mengolah Skor S= R sama dengan bentuk matching

4. Tes obyektif bentuk melengkapi Completion Test

Sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan. Ciri- cirinya: a. Terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan b. Bagian-bagian yang dihilangkan itu diisi dengan titik-titik ….. c. Titik-titik itu harus dilengkapidiisidisempurnakan oleh testee dengan jawaban 5 Jadi, tes obyektif bentuk completion ini mirip sekali dengan tes obyektif bentuk fill in. Perbedaannya ialah, pada tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diujikan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak harus seperti itu. Dengan kata lain, butir-butir soal tes dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain. Keunggulan tes obyektif bentuk melengkapi Completion Test: a. Tes model ini mudah dalam penyusunannya b. Jika dibandingkan dengan tes obyektif bentuk fill in, tes obyektif jenis ini lebih menghemat tempat c. Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini 5 d. Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja Kelemahan tes obyektif bentuk melengkapi Completion Test: a. Pada umunya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja b. Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk diujikan c. Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya Petunjuk penyusunan tes jenis ini pada dasarnya sama dengan tes bentuk Fill in. Cara Mengolah Skor S= R sama dengan bentuk matching

5. Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda Multiple Choice Item Test

Multiple choice test terdiri atas suatu pertanyaan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau dengan kata lain, multiple choice test terdiri atas bagian keterangan stem dan bagian kemungkinan jawaban atau alternative option. Kemungkinan jawaban terdiri atas satu jawaban yang benar sebagai kunci jawaban dan beberapa pengecoh distractor. 6 Sampai saat ini multiple Choice item dapat dibedakan menjadi delapan model, yakni:

a. Model melengkapi lima pilihan

Terdiri atas kalimat pokok yang berupa pernyataan yang belum lengkap, disertai oleh 5 kemungkinan jawaban yang dapat melengkapi 5 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1996, hal.117 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, hal.168 6 jawaban tersebut. Tugas testee adalah memilih salah satu diantara lima kemungkinan jawaban yang menurut keyakinan testee paling tepat =merupakan jawaban yang benar Contoh: 1. Apabila kita memasuki masjid, disunnatkan untuk melakukan solat sunnat… a Tahiyatul masjid c Rawatib e Dhuha b Istisqa’ d Tarawih Kunci jawaban dari pertanyaan tersebut adalah A. tahiyatul Masjid

b. Model melengkapi berganda

Soal jenis ini pada dasarnya sama dengan multiple choice model melengkapi lima pilihan, yaitu terdiri atas pernyataan yang belum lengkap, disertai beberapa kemungkinan jawaban. Perbedaannya adalah, bahwa pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betul bisa satu, dua, tiga, atau empat. Contoh: Tulislah: A. Bila 1, 2, dan 3 betul B. Bila 1 dan 3 betul C. Bila 2 dan 4 betul D. Bila hanya 4 yang betul E. Bila semuanya betul Soal: 1. Haji wada’ adalah haji yang dikerjakan… 1 Sepuluh than sebelum nabi wafat 2 Khusus oleh Nabi Muhammad SAW 3 Oleh semua umat islam 4 Setahun sebelum bulan haji berikutnya Kunci jawabannya adalah C, karena yang benar adalah point nomor 2 dan 4

c. Model asosiasi dengan empat atau lima pilihan