Hakikat Anak Usia Dini

2.3 Hakikat Anak Usia Dini

Terdapat beberapa definisi anak usia dini. Definisi yang pertama, menurut National Association for The Education of Young Children NAEYC anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai berusia kurang lebih delapan tahun 0-8 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 14 disebutkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga usia enam tahun. Pada usia ini anak sedang mengalami perkembangan yang pesat mulai dari perkembangan otak anak, kognitif dan aspek-aspek perkembangan lainnya yang akan sangat menonjol jika distimulasi dengan baik, atau sering disebut dengan usia emas anak. Dalam Diana Mutiah 2010: 2 anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentangan waktu sejak lahir hingga anak usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia direktorat PAUD, 2005. Karena rentang anak usia dini merupakan rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan pada tahap selanjutnya. Periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan spiritual salah satunya untuk mengembangkan psikologi sosial anak. Usia dini merupakan usia yang sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan potensinya. Usia ini sering disebut “usia emas” the golden age yang hanya datang sekali dan tidak dapat diulang lagi. Keith Osborn, Burton L, White, dan Benyamin S. Bloom 1993 dalam Mutiah 2010: 4 menyatakan hasil penelitiannya bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50 variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. peningkatan 30 berikutnya terjadi pada anak usia 8 tahun, dan 20 sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Kehidupan pada masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan stimulasi dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Kehidupan pada masa anak yang merupakan suatu periode yang disebut sebagai periode kritis ataupun periode sensitif dimana kualitas perangsangan harus diatur sebaik- baiknya, tentunya memerlukan intervensi baik dari guru maupun orang tua. Menurut Reber 1995 dalam Diana Mutiah 2010: 3, menyebutkan bahwa periode kritis adalah : “A periode of time, biologically, determened, during which organism is optimally ready for acquisition of spesific responses ” Periode kritis adalah saat dimana individu memperoleh rangsangan, perlakuan atau pengaruh dari lingkungan pada masa atau saat yang tepat. Apabila saatnya tepat artinya dalam keadaan yang sensitif, keadaan yang siap menerima rangsangan dari luar dan memperolehnya maka akan terjadi hubungan yang positif dan berdampak positif pula. Namun sebaliknya apabila tidak siap, maka tidak akan terjadi hubungan apapun, atau akan sia-sia. Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan karena dalam pendidikan tersebut merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia, sebagai peletak dasar budi pekerti luhur, kepandaian dan keterampilan. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia nol sampai delapan tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan disegala aspek perkembangan, pada usia tersebut merupakan usia emas bagi anak dimana perkembangan otak anak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat dan hal itu dimanfaatkan untuk mengembangkan segala kemampuan dan aspek perkembangan yang dimiliki anak dapat terasah dengan baik sehingga dapat menjadi bekal untuk masa depan anak.

2.3.1 Karakteristik Anak Usia 3 – 6 Tahun

Karakteristik anak ditinjau dari tingkat pencapaian perkembangan usia 3-4 tahun ialah: mulai bisa melakukan buang air kecil tanpa bantuan, bersabar menunggu giliran, mulai menunjukkan sikap toleran sehingga dapat bekerja dalam kelompok, mulai menghargai orang lain, bereaksi terhadap hal-hal yang dianggap tidak benar marah apabila diganggu atau diperlakukan berbeda, mulai menunjukkan ekspresi menyesal ketika melakukan kesalahan, mulai menyatakan keinginan dengan mengucapkan kalimat sederhana saya ingin makan telur, mulai menceritakan pengalaman yang dialami dengan cerita sederhana, mulai memahami dua perintah yang akan diberikan bersamaan, mulai memahami pengertian perilaku yang berlawanan meskipun belum selalu dilakukan seperti pemahaman perilaku baik-buruk, benar-salah, sopan dan tidak sopan, mulai memahami arti kasihan dan sayang kepada ciptaan Tuhan. Karakteristik anak ditinjau dari pencapaian perkembangan usia 4-5 tahun ialah: mengenal perilaku baiksopan dan buruk, membiasakan diri berperilaku baik, menyimak perkataan orang lain bahasa ibu atau bahasa lainnya, Mengungkapkan perasaandengan kata sifat baik, senang, nakal, pelit,baik hati, berani,baik, jelek, dsb., mengutarakan pendapat kepada orang lain, menyatakan alasan terhadap sesuatu yang diinginkan atau ketidaksetujuan, menunjukkan sikap mandiri dalam memilih kegiatan, mau berbagi, menolong, dan membantu teman, menunjukan antusiasme dalam melakukan permainan kompetitif secara positif, mengendalikan perasaan, menaati aturan yang berlaku dalam suatu permainan, menunjukkan rasa percaya diri, menjaga diri sendiri dari lingkungannya, menghargai orang lain. Sedangkan karakteristik anak ditinjau dari pencapaian perkembangan usia 5- 6 tahun ialah: Memahami perilaku mulia jujur, penolong, sopan, hormat, dsb, membedakan perilaku baik dan buruk, melakukan kegiatan kebersihan diri, Bersikap kooperatif dengan teman, menunjukkan sikap toleran, mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada senang-sedih-antusias dsb., mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, memahami peraturan dan disiplin, menunjukkan rasa empati, memiliki sikap gigih tidak mudah menyerah, bangga terhadap hasil karya sendiri, menghargai keunggulan orang lain Permendiknas No 58, 2009.

2.4 Hakikat Temperamen