Faktor faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Wonosobo

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA

TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DI DESA

DIENG WETAN KECAMATAN KEJAJAR

KABUPATEN WONOSOBO

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Ainuddin Mukhlis NIM. 3201407020

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I

Drs. Hariyanto, M.Si.

NIP. 19620315 198901 1 001

Pembimbing II

Drs. Suroso, M.Si.

NIP. 19600402 198601 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

Drs. Apik Budi Santoso, M.Si. NIP. 19620904 198901 1 001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada

Hari : Kamis

Tanggal : 22 September 2011

Penguji Utama

Drs. Tukidi

NIP. 19540310 198303 1 002

Pembimbing I

Drs. Hariyanto, M.Si.

NIP. 19620315 198901 1 001

Pembimbing II

Drs. Suroso, M.Si.

NIP. 19600402 198601 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M.Pd.


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang ditulis di dalam skripsi ini benar-benar skripsi saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, September 2011

Ainuddin Mukhlis NIM. 3201407020


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Bikin hidup kita lebih hidup (Ainuddin Mukhlis)

Perjalanan hidup takkan berhenti meski daratan telah habis ku jejaki, lautan telah usai ku arungi dan langit yang luas telah aku jelajahi (Ainuddin Mukhlis)

Cintailah alam, maka alam pun akan mencintai kita (Ainuddin Mukhlis)

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini ku persembahkan untuk

Bapak dan Ibu serta kakak-kakakku tersayang, Terima kasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi

dan semua hal yang mungkin takkan terhitung dan terbalas oleh apapun.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo ini dengan baik.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi atas segala bimbingan

dan arahan selama menjadi mahasiswa Geografi

2. Drs. Hariyanto, M.Si, Pembimbing I dan Drs. Suroso, M.Si, Pembimbing II atas segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Para Dosen dan karyawan Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi serta abntuan dan motivasinya.

4. Kepala Desa dan seluruh keluarga besar Desa Dieng Wetan Kecamatan

Kejajar Kabupaten Wonosobo yang telah membantu dalam penelitian di ini.

5. Keluarga besar Jurusan Geografi, Pend. Geografi 2007 Terima kasih untuk

semua yang sangat indah,

6. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini.


(7)

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, September 2011

Penulis


(8)

viii

ABSTRAK

Ainuddin Mukhlis. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Jurusan Geografi. FIS. UNNES. Pembimbing I. Drs. Hariyanto, M.Si. Pembimbing II. Drs. Suroso, M.Si

Kata kunci: Faktor-faktor Rendahnya Tingkat Pendidikan

Sebagian besar masyarakat di Desa Dieng Wetan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Data BPS menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dieng masih berpendidikan rendah, sekitar 1357 jiwa atau 62,53% masyarakat Dieng tingkat pendidikannya SD, tibak/belum tamat SD, dan tidak pernah sekolah, hanya terdapat 22 jiwa atau 1,01% saja dari jumlah penduduk Desa Dieng Wetan yang melanjutkan sampai jenjang Akademi dan Perguruan Tinggi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat usia sekolah yaitu 841 jiwa, dengan jumlah sampel 84 jiwa. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat yang meliputi motivasi individu, kondisi sosial, kondisi ekonomi keluarga, motivasi orang tua, budaya dan aksesibilitas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis frekuensi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa motivasi individu dalam pendidikan memiliki skor rata-rata 11,68 (rendah); faktor kondisi sosial 16,05 (sedang); faktor ekonomi keluarga 26,38 artinya kondisi ekonomi keluarga tinggi; motivasi orang tua dalam mendukung pendidikan anak sangat rendah dengan skor rata-rata 10,39; budaya pendidikan dalam masyarakat memiliki skor rata-rata 14,02 atau rendah; dan faktor aksesibilitas tergolong tinggi dengan skor rata-rata 20,84.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Dieng Wetan antara lain faktor motivasi individu, faktor motivasi orang tua, dan faktor budaya. Faktor sosial tidak begitu berpengaruh terhadap rendahnya tingkat pendidikan masyarakat . Sedangkan faktor kondisi ekonomi keluarga dan faktor aksesibilitas tidak mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan ... 8

B. Tingkat Pendidikan ... 9

C. Keluarga Sejahtera ... 11

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan ... 12

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 25

B. Populasi ... 25

C. Sampel dan teknik pengambilan sampel ... 25

D. Variabel Penelitian ... 27


(10)

F. Metode Pengumpulan Data ... 29

G. Metode Pengolahan Data ... 30

H. Metode Analisis Data ... 35

I. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Daerah Penelitian... 38

B. Hasil Penelitian ... 42

C. Pembahasan ... 49

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 61


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Dieng Wetan Tahun 2009 ... 3

2. Penduduk Menurur Tingkat Pendidikan (10 tahun keatas) di Desa Dieng Wetan Tahun 2009 ... 4

3. APK dan APM Kabupaten Wonosobo dan Kecamatan Kejajar ... 5

4. Klasifikasi pendapatan orang tua ... 18

5. Populasi dan Sampel ... 29

6. Kriteria Motivasi Individu ... 35

7. Kriteria Kondisi Sosial ... 35

8. Kriteria Kondisi Ekonomi Keluarga ... 36

9. Kriteria Motivasi Orang Tua ... 36

10. Kriteria Budaya ... 37

11. Kriteria Aksesibilitas ... 37

12. Penggunaan Lahan Desa Dieng Wetan ... 42

13. Mata Pencaharian Penduduk Desa Dieng Wetan ... 43

14. Frekuensi Tentang Faktor Motivasi Individu terhadap Pendidikan ... 44

15. Frekuensi Tentang Faktor Kondisi Sosial terhadap Pendidikan ... 45

16. Frekuensi Tentang Faktor Kondisi Ekonomi Keluarga terhadap Pendidikan46 17. Frekuensi Tentang Faktor Motivasi Orang Tua terhadap Pendidikan ... 47

18. Frekuensi Tentang Faktor Budaya terhadap Pendidikan ... 49


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Pebelitian ... 26

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 39

3. Peta Administrasi Desa Dieng Wetan ... 41

4. Kondisi lahan di Desa Dieng Wetan ... 42

5. Diagram Mata Pencaharian Masyarakat Dieng Wetan ... 43

6. Seorang anak SD yang membantu orang tuanya bekerja di ladang. .... 52

7. Kegiatan sehari-hari masyarakat Dieng yang menggambarkankondisi sosial dan kegiatan ekonomi masyarakat ... 53

8. Kondisi jalan di Dieng (kanan) dan Mikrobus yang merupakan salah satu alat transportasi yang ada di Dieng (kiri)... 57

9. Kegiatan penelitian kepada orang tua dan anaknya ... 84


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen ... 62

Lampiran 2. Instrumen penelitian ... 64

Lampiran 3. Tabulasi Validitas dan Reliabilitas ... 72

Lampiran 4. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ... 74

Lampiran 5. Daftar Responden ... 76

Lampiran 6. Tabulasi Hasil Penelitian ... 79

Lampiran 7. Uji Normalitas... 82

Lampiran 9. Foto-foto Penelitian ... 86

Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian ... 87


(14)

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan yang dilakukan oleh seseorang tidaklah terbatas oleh tempat dan waktu. Kegiatan pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Seperti tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Pada pasal 3 juga disampaikan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan masa yang akan datang karena dengan pendidikan yang lebih baik dapat diharapkan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga mampu dalam mengembangkan taraf hidupnya.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan


(16)

yang setinggi-tingginya. Pendidikan merupakan sektor yang sangat penting dan harus diutamakan demi tercapainaya tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, yang tentunya akan diikuti oleh peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas menuju pembangunan nasional yang berkelanjutan. (Hasbullah, 2009:4)

Kelangsungan pendidikan seseorang tidaklah lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi di sekitarnya. Salah satunya adalah di lingkungan keluarga, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak mendapatkan pendidikan. Disebut sebagai lingkungan pendidikan pertama karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama, karena proses pendidikan terjadi sejak manusia lahir bahkan sejak masih dalam kandungan yang dapat mempengaruhi karakter anak. Oleh karena itu, peranan orang tua sangatlah penting untuk mendukung kelangsungan pendidikan anak baik dorongan moral maupun material sangatlah penting bagi seorang anak untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Kondisi sosial ekonomi keluarga dan dorongan keluarga terhadap pendidikan akan berpengaruh pada pendidikan seseorang.

Desa Dieng Wetan merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian. Daerah ini terletak di salah satu bagian dari deretan pegunungan Dieng yang membentang di sebelah utara Kabupaten Wonosobo.


(17)

Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Dieng Wetan Tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. Petani Sendiri 671 57,16 %

2. Buruh Tani 133 11,33 %

3. Industri 10 0,85 %

4. Bangunan 49 4,17 %

5. Perdagangan 66 5,62 %

6. Transportasi 32 2,73 %

7. PNS 24 2,04 %

8. Polisi 2 0,17 %

9. Pensiunan 13 1,11 %

10. Lainnya 174 14,82 %

Jumlah 1174 100 %

Sumber : BPS, Kecamatan Kejajar Dalam Angka 2010

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dieng sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian yang mereka tekuni yaitu sebesar 68,49% atau sekitar 804 orang.

Secara keseluruhan, jumlah penduduk di Desa Dieng adalah 2.170 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 658 KK. (BPS Kab. Wonosobo, 2009). Hasil pertanian di daerah Dieng yang baik telah meningkatkan kesejahteraan mereka. Jika dilihat dari tahapan Keluarga Sejahtera (KS), diketahui bahwa banyaknya keluarga yang termasuk dalam tahapan keluarga sejahtera III (KS III) dan Keluarga Sejahtera III+ (KS III+) adalah sebanyak 263 keluarga atau sekitar 39,97% dari jumlah keluarga yang ada. Sedangkan rata-rata tingkat tahapan keluarga sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III+ Kecamatan Kejajar adalah sebesar 28,63 %. Ini menunjukkan bahwa keluarga di Desa Dieng Wetan jauh lebih sejahtera dibandingkan dengan rata-rata tingkat kesejahteraan desa-desa di Kecamatan Kejajar. (BPS, Kejajar dalam angka tahun 2010). Namun dibalik kesejahteraan masyarakat Dieng yang tinggi, ternyata kesadaran masyarakat akan pendidikan masih sangat rendah. Bahkan anak-anak di Dieng lebih suka


(18)

membantu orang tuanya di sawah daripada harus bersekolah, Hal ini karena mereka lebih ingin mengikuti jejak orang tua mereka sebagai petani.

Data BPS menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dieng masih berpendidikan rendah, sekitar 1357 jiwa atau 62,53% masyarakat Dieng tingkat pendidikannya SD, tidak/belum tamat SD, dan tidak pernah sekolah, serta hanya 22 jiwa atau 1,01% saja dari jumlah penduduk Desa Dieng Wetan yang melanjutkan sampai jenjang Akademi dan Perguruan Tinggi. Lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan (10 th keatas) di Desa Dieng Wetan tahun 2009

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1. SD 958 jiwa 44,15 %

2. SLTP 221 jiwa 10,18 %

3. SLTA 224 jiwa 10,32 %

4. AKD / PT 22 jiwa 1,01 %

5. Tidak / Belum Tamat SD 342 jiwa 15,76 %

6. Tidak Pernah Sekolah 57 jiwa 2,63 %

Jumlah 1.844 jiwa

Sumber : BPS, Kecamatan Kejajar dalam angka 2010

Kecamatan Kejajar merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Wonosobo yang memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah. Kondisi ini dapat dilihat dari angka partisipasi murni (APM) pendidikan SD, SMP dan SMA di Kecamatan kejajar yang masih lebih rendah dibandingkan rata-rata APM di Kabupaten Wonosobo.


(19)

Tabel 3. Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Wonosobo dan Kecamatan Kejajar

Tingkat Pendidikan

APM

Kabupaten Wonosobo Kecamatan Kejajar

SD 97,57 95,45

SMP 64,49 42,60

SMA 29,76 3,19

Sumber : Kemendiknas Tahun 2009 (www.psp.kemdiknas.co.id)

Pekerjaan orang tua sebagai petani juga sangat menyita banyak waktu untuk anak-anaknya. Keberadaan kondisi sosial ekonomi mempunyai dampak yang sangat luas dalam berbagai sendi kehidupan baik pada diri sendiri maupun pada anggota keluarga termasuk anak-anaknya baik berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan primer yang berupa pangan, sandang dan papan maupun kebutuhan sekunder termasuk didalamnya pendidikan. Kesibukan orang tua sebagai petani tentunya akan banyak menghabiskan tenaga dan pikiran mereka di tempat mereka bekerja, sehingga mereka kurang dapat meluangkan waktu mereka untuk mengajari anak-anak mereka belajar, bahkan hanya sekedar bermain dan bercengkrama. Kurangnya perhatian orang tua yang kurang pada pendidikan anak-anaknya juga disebabkan oleh tingkat pendidikan orang tua sendiri yang sangat rendah, sehingga mereka merasa kesulitan dan tidak bisa untuk mengajari anak-anak mereka saat belajar. Terkadang orang tua justru mengajak berbicara anak-anak mereka tentang pekerjaan mereka sebagai petani, hal ini menyebabkan semakin tertanamnya budaya petani pada anak-anak mereka yang akan membawa mereka tertarik untuk mengikuti jejak orang tuanya dibandingkan dengan menggapai pendidikan setinggi mungkin.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud mengadakan


(20)

Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.

D. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca sebagai penambah ilmu pengetahuan serta dapat menjadi masukan bagi semua pihak yang ingin mempelajari lebih lanjut mengenai permasalahan pendidikan di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.


(21)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua, dapat menjadi peringatan agar memberikan perhatian dan

peranan yang lebih dalam mengarahkan dan mendukung baik secara moral maupun material terhadap pendidikan anak-anaknya, dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia Indonesia.

b. Bagi Instansi pemerintahan, memberikan informasi mengenai masalah

pendidikan yang terdapat di Desa Dieng agar dapat dicarikan jalan keluarnya, serta menjadi himbauan bagi instansi pemerintah yang bersangkutan untuk lebih memperhatikan kondisi pendidikan di daerah terpencil.

c. Bagi masyarakat, menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

pendidikan.

d. Bagi penulis, penelitian ini dilakukan untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah di dapatkan semasa kuliah.

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang diteliti sehingga jelas batas-batasnya, untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran judul skripsi, maka dibutuhkan penegasan istilah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor pendidikan

Faktor-faktor pendidikan dalam penelitian ini semua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya animo masyarakat untuk menempuh pendidikan


(22)

mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan yang dimaksud antara lain kondisi sosial keluarga, kondisi ekonomi keluarga, motivasi masyarakat untuk bersekolah, motivasi orang tua, budaya, dan aksesibilitas.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pengertian sesuai yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003: pasal 13 yaitu jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh seorang anak yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

3. Masyarakat

Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat usia sekolah. Masyarakat usia sekolah adalah seluruh masyarakat yang berusia sekolah baik usia SD, usia SMP, usia SMA maupun perguruan tinggi.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003: pasal 1).

Menurut Langeveld, pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa (Hasbullah, 2009:2).

Daoed Joesoef menegaskan, bahwa pengertian pendidikan mengandung dua aspek yakni sebagai proses dan sebagai hasil/produk. Proses yang dimaksud adalah proses bantuan, pertolongan, bimbingan, pengajaran, dan pelatihan. sedangkan yang dimaksud dengan hasil/produk adalah manusia dewasa, susila, bertanggung jawab, dan mandiri (Munib, 2007:33).


(24)

Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak (Munib, 2007:32). Di dalam buku yang lain, Ki Hajar Dewantara juga menyatakan bahwa pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan stinggi-tingginya (Hasbullah, 2009:4).

Dari beberapa pengertian pendidikan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yaitu berupa pengaruh, perlindungan, bantuan, bimbingan dan pelatihan yang diberikan kepada anak untuk pengembangan potensi diri di dalam proses pendewasaannya.

B. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh seseorang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003: pasal 13). Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada bab VI menjelaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.


(25)

1. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar dijabarkan dalam pasal 17 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarkan program pendididkan 6 tahun terdiri atas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibidaiyah (MI), sedangkan bentuk satuan program pendidikan 3 tahun setelah 6 tahun adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah dijabarkan dalam pasal 18 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2003. Pendidikan menengah adalah lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Bentuk satuan pendidikan menengah terdiri atas Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah umum adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.

3. Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi dijabarkan dalam pasal 19 dan pasal 20 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2003. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan


(26)

diploma, sarjana, magister spesialis, doktor yang disediakan oleh pergururan tinggi. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidiakn tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute atau universitas.

C. Keluarga Sejahtera

Menurut BKKBN (1999:16) dalam buku Pedoman Keluarga Sejahtera, tingkat kesejahteraan keluarga dibagi dalam lima tahapan keluarga sejahtera, antara lain :

1. Keluarga Prasejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan akan

pengajaran agama, pangan, sandang, papan dan kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I ( KS I ) yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological needs), seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

3. Keluarga Sejahtera II ( KS II ) yaitu keluarga-keluarga yang disamping telah

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi deluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan perkembangannya (developmental needs) seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

4. Keluarga Sejahtera III ( KS III ) yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan


(27)

kebutuhan pengembangannya. Namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan/ yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya. 5. Keluarga Sejahtera III plus ( KS III+ ) yaitu keluarga-keluarga yang telah

dapat memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan

1. Motivasi individu

Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sementara itu Gates dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu (Djali, 2008:101).

Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya. Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi ditunjukkan dalam berbagai tingkatan


(28)

prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk terus berprestasi, maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka ke jejang yang lebih tinggi (Djali, 2008:110).

Bentuk motivasi pendidikan yang terdapat pada individu dapat kita lihat dari beberapa hal, antara lain :

a. Keinginan untuk menempuh pendidikan

Keinginan untuk menempuh pendidikan merupakan modal awal bagi seseorang untuk terus menempuh pendidikan. Tidak adanya unsur terpaksa pada anak untuk bersekolah menjadikan anak menikmati dan mengerti akan pentingnya pendidikan yang dijalaninya. Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya, sehingga akan mucul suatu suatu rasa percaya diri bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu. Apabila seseorang mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang dia pelajari maka dia akan percaya diri untuk menggapai kompetensi yang ingin dia dapatkan (Rifa’i, 2010:168-169).

b. Cita-cita

Hal yang dapat menjadi motivasi dan tujuan seorang anak menjalani jenjang pendidikan mereka adalah karena adanya cita-cita yang ingin mereka raih. Cita-cita yang terdapat pada anak akan memberikan gambaran bagi mereka jalan mana yang harus dia tempuh untuk dapat mewujudkannya, dan salah satu jalannya adalah dengan menempuh pendidikan. Hal ini di tegaskan oleh Achmad Rifa’i (2010:158) bahwa salah satu motif seseorang melakukan kegiatan belajar adalah untuk mengarahkan pada prilaku tertentu, dan hal ini


(29)

merupakan suatu bentuk cita-cita. Motif anak yang dibawa ke dalam suatu situasi belajar sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka belajar dan apa yang mereka pelajari.

2. Kondisi Sosial

Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan

kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interaksi sosial. Interaksi sosial dapat membentuk suatu norma-norma sosial tertentu dalam kelompok masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interaksi sosial antaranggota suatu kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut (Gerungan, 2009:110). Kondisi sosial dalam penelitian ini adalah:

a. Kondisi lingkungan keluarga

Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi sosial dengan masyarakat lingkungannya. Interaksi sosial di dalam keluarga biasanya didasarkan atas rasa kasih sayang dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan termasuk terhadap masa depan anggota keluarga, salah satunya dalam penyelenggaraan pendidikan anak. Interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah laku seseorang dalam pergaulan sosial di dalam masyarakat pada umumnya (Gerungan, 2009:195).


(30)

Menurut Slameto (2003:62), relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi pendidikan anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih saying dan perhatian, ataukah sikap yang terlalu keras dan acuh tak acuh dan sebaginya.

b. Kondisi lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi pola pemikiran dan norma serta pedoman yang dianut oleh seseorang dalam suatu masyarakat, karena di dalam masyarakat terjadi suatu proses sosialisasi. hal ini juga terdapat dalam dunia pendidikan, seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk ikut mementingkan pendidikan. begitu juga sebaliknya, jika seseorang berada pada lingkungan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut beranggapan bahwa pendidikan kurang penting. Lewat proses sosialisasi, seorang individu menghayati, mendarahdagingkan (internalize) nilai-nilai, norma dan aturan

yang dianut kelompok dimana ia hidup (Ihromi, 2004:68).

3. Kondisi Ekonomi Keluarga

Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun


(31)

keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan (Made Pidarta, 2007:255-256).

Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat-alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang (Ahmadi, 2007:266).

Menurut Gerungan (2009:196), keadaan ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila diperhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di keluarganya itu lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya.

Beberapa kondisi ekonomi yang mempengaruhi pendidikan anak adalah:

a. Pendapatan

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers dalam Rokhana. (2005:8), yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Jadi yang dimaksud pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan


(32)

yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Pendapatan seseorang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan survey dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, tingkat pendapatan rumah tangga di pedesaaan berdasarkan pengeluaran setiap bulan dari penduduk, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 4. Klasifikasi Pendapatan Orang Tua No

.

Klasifikasi pendapatan Jumlah pendapatan

1. Pendapatan sangat tinggi > Rp. 3.100.000,-

2. Pendapatan tinggi Rp. 2.400.000,- - Rp. 3.099.000

3. Pendapatan menengah Rp. 1.700.000,- – Rp. 2.399.000,-

4. Pendapatan sedang Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.699.000,-

5. Pendapatan rendah < Rp. 1.000.000,-

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2009

Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan (Made Pidarta, 2007:255-256).

Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan alat-alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi


(33)

kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang (Ahmadi, 2007:266).

b. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan

Jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang penting dalam menjamin kesejahteraan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan seluruh anggota keluarga, sehingga jumlah anggota keluarga hendaknya dibatasi menurut kemampuan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1992 Pasal 7 yang menyatakan bahwa setiap penduduk sebagai anggota keluarga mempunyai hak untuk membangun keluarga sejahtera dengan mempunyai anak yang jumlahnya ideal, atau mengangkat anak, atau memberikan pendidikan kehidupan berkeluarga kepada anak-anak serta hak lain guna mewujudkan keluarga sejahtera. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi pembagian pendapatan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari yang nantinya juga akan berpengaruh pada pembagian pendapatan untuk kebutuhan pendidikan. Seluruh anggota keluarga memiliki kebutuhan masing-masing yang tentunya harus dipenuhi. sehingga semakin banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan, maka akan semakin kecil kebutuhan akan pendidikan dapat terpenuhi begitu pula sebaliknya.

4. Motivasi orang tua

Menurut Slameto (2003:61), orang tua yang kurang/tidak

memperhatikan dan memberikan dorongan atau motivasi terhadap pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan


(34)

kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tau kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin hasil yang didapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa motivasi yang berasal dari orang tua sangatlah dibutuhkan oleh seorang anak dalam menempuh pendidikannya.

Motivasi pada orang tua dapat kita ketahui dari hal-hal sebagai berikut:

a. Kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan

Arti penting pendidikan seharusnya sudah dipahami oleh orang tua, hal ini karena dapat berpengaruh pada pendidikan anak-anak mereka. Kesadaran orang tua yang baik akan arti penting pendidikan akan mengarahkan anak-anak mereka untuk menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah di dasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman (Hasbullah, 2009:46).


(35)

b. Tujuan orang tua menyekolahkan anak

Munib (2007:48), mengatakan bahwa setiap kegiatan pendidikan baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat tentu memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya supaya pandai berbicara, membaca dan menulis, berhitung dan sebagainya, bertambah cerdas, rajin, teliti, berani dan sebagainya, bahkan ada orang tua yang mengarahkan anak mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Tujuan orang tua menyekolahkan anak mereka tentunya bermacam-macam. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan yang dapat ditempuh oleh anaknya.

c. Kesediaan orang tua menyekolahkan anak

Kesedianan orang tua untuk menyekolahkan anaknya merupakan sarat mutlak bagi terlaksananya pendidikan bagi anak. Karena secara material dan moral orang tua mempengaruhi tingkat pendidikan anak-anaknya. Seperti yang disampaikan oleh Hasbullah (2009:45), salah satu tanggung jawab orang tua dan keluarga terhadap anak-anak mereka adalah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri.

5. Budaya

Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Ini artinya bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan


(36)

masyarakat yang tidak dibiasakan dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144).

Slameto (2003:64) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. Di dalam menempuh jenjang pendidikan, seseorang juga akan mempelajari keadaan yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Sehingga ketika lingkungan di sekitarnya memiliki budaya dengan pendidikan yang rendah dan sudah merasa cukup, maka hal tersebut akan dilakukan kembali ke generasi berikutnya. Hal semacam ini dapat belangsung secara turun-temurun bahkan dapat berkembang menjadi suatu tradisi dalam masyarakat.

6. Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang menggabungkan (mengkombinasikan): Sistem tata guna lahan secara geografis dengan system jaringan transportasi yang menghubungkannya, dimana perubahan taa guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis di suatu wilayah atau kota,akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana atau sarana angkutan (Black, 1981 dalam Miro, 2005:18).

Menurut Tamin dalam Miro (2005:18), aksesibilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya. Dengan kata lain, suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai cara


(37)

lokasi tata guna lahan yang saling berpencar, dapat berinteraksi (berhubungan) satu sama lain. dan mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut dicapai melalui system jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat subyektif, kualitatif, dan relatif sifatnya. Artinya, yang mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain.

Aksesibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kemudahan pencapaian terhadap suatu wilayah yang meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, fasilitas jalan, dan sarana transportasi. Lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Jarak Tempuh

Salah satu variabel yang bisa menyatakan apakah ukuran tingkat kemudahan pencapaian suatu tata guna lahan dikatakan tinggi atau rendah adalah jarak fisik dua tata guna lahan (dalam kilometer). Jika kedua tata guna lahan mempunyai jarak yang berjauhan secar fisik, maka aksesnya dikatakan rendah (Miro, 2005:19).

b. Waktu Tempuh

Menurut Miro (2005:20), waktu tempuh adalah banyak waktu yang ditempuh untuk melakukan perjalanan dari rumah menuju sekolah, sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak yang relatif jauh maka secara otomatis waktu yang ditempuh akan semakin banyak dan juga memerlukan biaya yang banyak, dengan biaya yang semakin banyak maka motivasi orang tua juga akan semakin sedikit. Faktor ini sangat ditentukan oleh ketersediaan prasarana transportasi dan sarana transportasi yang dapat dihandalkan


(38)

(reliable transportation system). Contohnya adalah dukungan jaringan jalan

yang berkualitas, yang menghubungkan asal dengan tujuan, diikuti dengan terjaminnya armada yang siap melayani kapan saja.

c. Fasilitas Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian

jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No. 38 Tahun 2004, pasal 1).

Jalan sebagai bagian dari jasa pelayanan transportasi mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan

pertahanan keamanan serta dipergunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat (Bina Marga, 2007). Ini menunjukkan bahwa jalan memiliki peranan penting terhadap semua sektor, tidak terkecuali terhadap pedidikan. Untuk memperlancar transportasi menuju ke sekolah tentunya keberadaan jalan beserta kondisinya sangat mempengaruhi kelancaran mobilitas seseorang menuju sekolah yang mereka tuju.

d. Sarana Transportasi

Menurut Miro (2005:4) transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Transportasi


(39)

dalam penelitian ini berkaitan dengan pergerakan seseorang untuk mencapai sekolah yang dituju. Dibutuhkan sarana transportasi untuk memudahkan seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sarana transportasi yang dimaksud adalah fasilitas yang digunakan untuk mengangkut anak ke sekolah meliputi : jenis transportasi yang digunakan, jumlah angkutan umum, frekuensi kendaraan dalam 1 hari, serta biaya atau ongkos naik kendaraan tersebut.


(40)

E. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian

Masyarakat Usia Sekolah

Kondisi Sosial

Tingkat Pendidikan Masyarakat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Pendidikan Aksesibilitas Kondisi Ekonomi Keluarga Motivasi Individu Motivasi Orang tua Budaya

a. Interaksi sosial dalam keluarga b. Interaksi sosial

terhadap masyarakat

a. Jarak Tempuh

b. Waktu Tempuh

c. Fasilitas Jalan d. Sarana

Transportasi

1)Pendapatan

Keluarga

2)Jumlah anggota

keluarga a. Keinginan individu menempuh pendidikan b. Cita-cita a. Kesadaran

orang tua akan arti penting pendidikan

b. Tujuan orang

tua menyekolahkan anak c. Kesediaan orang tua menyekolahkan anak 1)Budaya pendidikan di dalam keluarga


(41)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.

B. Populasi

Menurut Sugiyono (2010 : 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat usia sekolah di Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Jumlah keseluruhan penduduk Desa Dieng adalah 2.170 jiwa dan 658 kepala keluarga. Sedangkan jumlah penduduk usia sekolah di Desa Dieng Wetan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 841 jiwa.

C. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi (Sugiyono, 2010: 118).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara proporsional pada populasi penduduk usia sekolah tiap jenjang pendidikan. Pengambilan


(42)

sample pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik proporsional

stratified sampling yaitu teknik pengambilan sampel pada populasi yang tidak

homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2010: 120).

Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Tetapi jika dalam subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10% - 15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006: 134). Penelitian ini akan menggunakan sampel sejumlah 10% dari jumlah populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah 841 jiwa, Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah 84 jiwa.

Menurut Sugiyono (2010 : 130), masing-masing populasi dapat diambil sampel secara proporsional dengan rumus:

= populasi tiap jenjang

Jumlah total populasi x jumlah sampel

Sehingga dihasilkan jumlah populasi pada tiap jenjang pendidikan sebagai berikut :

SD = 175 / 841 x 84 = 17,48 = 18 jiwa

SMP = 197 / 841 x 84 = 19,68 = 20 jiwa

SMA = 234 / 841 x 84 = 23,37 = 23 jiwa


(43)

Tabel 5. Populasi dan sampel

Tingkat Pendidikan Populasi Masyarakat Usia Sekolah Sampel

SD 175 jiwa 18 jiwa

SMP 197 jiwa 20 jiwa

SMA 234 jiwa 23 jiwa

Perguruan Tinggi 235 jiwa 23 jiwa

Jumlah 841 jiwa 84 jiwa

Sedangkan dalam penentuan responden yang akan diteliti dilakukan secara insidental, yaitu masyarakat yang dapat ditemui di lapangan. Sehingga teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah proporsional stratified incidental

sampling.

D. Variabel penelitian

Variabel Penelitian menurut Sutrisno Hadi didefinisikan sebagai gejala yang bervariasi. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi (Arikunto, 2006 : 116). Variabel dalam penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak, antara lain :

1. Motivasi Individu

a. Keinginan individu untuk menempuh pendidikan

b. Cita-cita

2. Kondisi Sosial

a. Interaksi sosial dalam keluarga


(44)

3. Kondisi Ekonomi Keluarga

a. Pendapatan

b. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan

4. Motivasi Orang Tua

a. Kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan

b. Tujuan orang tua menyekolahkan anak

c. Kesediaan orang tua menyekolahkan anak

5. Budaya

a. Budaya pendidikan di dalam keluarga

6. Aksesibilitas

a. Jarak Tempuh

b. Waktu Tempuh

c. Fasilitas Jalan

d. Sarana Transportasi

E. Validitas dan reliabilitas instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono. 2007; 172). Suatu instrument yang valid atau sahih memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.


(45)

Pengukuran validitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh pearson dalam Arikunto (2006. 170), yaitu rumus korelasi product moment sebagai berikut.

∑ (∑ ) (∑ )

[ ∑ (∑ ) ] [ ∑ (∑ ) ]

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi product moment

N = jumlah responden

X = skor uji coba tes I

Y = skor uji coba tes II

Untuk menentukan tingkat validitas instrumen, harga rxy dikonsultasikan

dengan r tabel product moment dengan α = 5%. Jika r hitung > r tabel maka instrumen dinyatakan valid.

Sedangkan reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas instrument menggunakan rumus Spearman-Brown sebagai berikut (Arikunto, 2006: 180):

×

( )

Keterangan:

r11 = koefisien korelasi Spearman-Brown

rxy = rxy yang disebutkan sebagai koefisien korelasi antara jumlah skor uji coba

tes I dan uji coba tes II

Untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen selanjutnya adalah harga r11 dikonsultasikan dengan r tabeldengan α = 5%. Jika r hitung > r tabel maka soal dinyatakan reliabel.


(46)

F. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005: 74). Adapun metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang mereka katahui. Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrument (Arikunto. 2006; 151). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan seluruh data pada tiap variabel penelitian yaitu kondisi sosial, kondisi ekonomi, motivasi individu, motivasi orang tua, budaya dan aksesibilitas. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan kondisi mereka. Penggunaan kuesioner diharapkan akan memudahkan bagi responden dalam memberikan jawaban, karena pilihan jawaban telah tersedia.

Untuk menentukan kriteria dalam penilaian instrumen, dapat

menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale. Dalam skala model rating scale, responden

tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif. Bentuk rating scale dalam


(47)

dibubuhkan nilai pada tiap alternatif jawaban. Pada penelitian ini akan digunakan 5 (lima) kriteria untuk memaparkan kondisi dari hasil penelitian, yaitu :

1. Sangat Tinggi

2. Tinggi

3. Sedang

4. Rendah

5. Sangat Rendah

Sehingga pada tiap alternatif jawaban akan diberikan skor penilaian terlebih dahulu sebagai berikut :

1. Jawaban “a” skor 5

2. Jawaban “b” skor 4

3. Jawaban “c” skor 3

4. Jawaban “d” skor 2

5. Jawaban “e” skor 1

G. Metode pengolahan data

Seluruh data yang terkumpul dari sumber data, tentunya perlu untuk diolah agar data-data yang ada dapat tersusun dengan rapi dan mudah untuk di analisa. Data yang terkumpul dari responden masih berupa data mentah yang tertuang dalam lembar-lembar instrumen. Kemudian data diolah untuk dimasukkan kedalam tabel, sehingga data akan tersusun rapi dan mudah untuk diolah pada tahap selanjutnya. Setelah itu dilakukan Uji normalitas data. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data yang telah diperoleh mengikuti


(48)

distribusi normal ataukah tidak, untuk itu uji normalitas dibutuhkan. Dalam pengujian normalitas pada penelitian ini, digunakan pengujian dengan alat bantu pengujian yaitu dengan mengguakan program SPSS.

Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan teknik tabulasi distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi merupakan suatu cara penyajian data skor ke dalam bentuk tabel. skor-skor tersebut diurutkan dari yang tertinggi ke yang lebih rendah, atau sebaliknya, dan kemudian dihitung frekuensi masing-masing skor atau kelas interval skor. penyajian data ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tersebut akan memudahkan kita untuk membaca (Nurgiyantoro, 2002 :32).

Data yang telah terkumpul nantinya akan di kelompokkan sesuai dengan kriteria yang telah ada. sehingga untuk mengelompokkan data tersebut dibutuhkan kelas interval skor. Untuk mendapatkan kelas interval skor maka terlebih dahulu harus menentukan berapa skor maksimal dan minimalnya. Dengan mengetahui skor maksimal dan minimal maka kita dapat menentukan rentang skor maksimal dan minimal. Dari rentang skor tersebut, maka kita dapat menentukan panjang interval pada tiap kelas interval.

Skor maksimal = skor maksimal tiap item soal x jumlah item soal

Skor minimal = skor minimal tiap item soal x jumlah item soal

Rentang skor = skor maksimal – skor minimal

Panjang interval = rentang skor : jumlah kriteria

Dari hasil pengakumulasian skor tersebut, dapat diklasifikasikan kriteria setiap variabel sebagai berikut.


(49)

1. Motivasi Individu

Skor maksimal = 5 x 5 = 25

Skor minimal = 1 x 5 = 5

Rentang = 25 – 5 = 20

Interval = 20 : 5 = 4

Tabel 6. Kriteria Motivasi Individu

Skor Kriteria

24 – 28 20 – 24 15 – 19 10 – 14 5 – 9

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

2. Kondisi Sosial

Skor maksimal = 5 x 6 = 30

Skor minimal = 1 x 6 = 6

Rentang = 30 – 6 = 24

Interval = 24 : 5 = 4.8 dibulatkan menjadi 5

Tabel 7. Kriteria Kondisi Sosial

Skor Kriteria

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(50)

3. Kondisi Ekonomi Keluarga Skor maksimal = 5 x 7 = 35

Skor minimal = 1 x 7 = 7

Rentang = 35 – 7 = 28

Interval = 28 : 5 = 5,6 dibulatkan menjadi 6

Tabel 8. Kriteria Kondisi Ekonomi Keluarga

Skor Kriteria

30 – 35 24 – 29 18 – 23 12 – 17

7 – 11

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

4. Motivasi Orang Tua

1. Skor maksimal = 5 x 6 = 30

2. Skor minimal = 1 x 6 = 6

3. Rentang = 30 – 6 = 24

4. Interval = 24 : 5 = 4.8 dibulatkan menjadi 5

Tabel 9. Kriteria Motivasi Orang Tua

Skor Kriteria

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(51)

5. Budaya

1. Skor maksimal = 5 x 7 = 35

2. Skor minimal = 1 x 7 = 7

3. Rentang = 35 – 7 = 28

4. Interval = 28 : 5 = 5,6 dibulatkan menjadi 6

Tabel 10. Kriteria Budaya

Skor Kriteria

30 – 35 25 – 29 19 – 24 13 – 18

7 – 12

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

5. Aksesibilitas

Skor maksimal = 5 x 6 = 30

Skor minimal = 1 x 6 = 6

Rentang = 30 – 6 = 24

Interval = 24 : 5 = 4,8 dibulatkan menjadi 5

Tabel 11. Kriteria Aksesibilitas

Skor Kriteria

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah


(52)

H. Metode analisis data

Secara konseptual, analisis deskriptif merupakan metode untuk menggambarkan data yang dikumpulkan secara sederhana. Salah satunya yaitu dengan analisis dengan menggunakan frekuensi, yaitu dengan menggunakan tabel frekuensi. Dengan demikian, tabel ini dapat menjelaskan jumlah atau proporsi sampel pada suatu karakteristik tertentu (Nasution, 2008 : 118).

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis frekuensi. Data yang telah diolah akan menghasilkan basis data dari tiap-tiap variabel yaitu berupa data kelompok distribusi frekuensi. Dengan menggunakan metode ini, distribusi frekuensi data pada tiap variabel akan di deskripsikan sesuai dengan frekuensi skor yang di dapatkan pada tiap variabelnya. Kemudian digunakan nilai rata-rata (mean) untuk dapat mengetahui skor

rata-rata pada tiap variabelnya. Nilai rata-rata ini dapat digunakan untuk mengetahui kondisi pada tiap variabelnya yaitu masuk kedalam kriteria apa, setelah itu data di analisis secara deskriptif. Penganalisisan data dengan cara ini dilakukan pada tiap variabel yang diteliti, sehingga nantinya akan ditarik kesimpulan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Desa Dieng Wetan.


(53)

I. Kerangka pemikiran penelitian

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Masyarakat Usia Sekolah

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

di Desa Dieng Wetan Tabulasi Distribusi Frekuensi Angket / Kuesioner Analisis Frekuensi Data Aksesibilitas Data Kondisi Sosial Data Kondisi Ekonomi Keluarga Data Motivasi Individu Data Motivasi Orang tua Data Budaya Basis Data Aksesibilitas Basis Data Kondisi Sosial Basis Data Kondisi Ekonomi Keluarga Basis Data Motivasi Individu Basis Data Motivasi Orang tua Basis Data Budaya Orang Tua

Masyarakat Usia Sekolah

Angket / Kuesioner


(54)

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Desa Dieng Wetan merupakan salah satu desa di Kecamatan Kejajar,

Kabupaten Wonosobo. Secara Astronomis Desa Dieng terletak antara 109o54’34”-

109o55’40” BT – 7o11’49” -7o13’27” LS. Jarak Desa Dieng ke ibukota

Kecamatan Kejajar berjarak 9 km dan 17 km dari ibu kota Kabupaten Wonosobo. Desa Dieng Wetan merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 2093 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata di Desa Dieng

Wetan antara 14o-23oC (Kecamatan Kejajar dalam Angka 2010).

Lokasinya berada di dataran tinggi yang kondisinya berbukit-bukit. Dieng merupakan dataran tinggi tertinggi kedua di dunia setelah dataran tinggi Tibet.

Desa Dieng memiliki luas sekitar 282.000 Ha (28,2 km2) atau sebesar 4,89% dari

luas keseluruhan Kecamatan Kejajar. Secara administratif Desa Dieng Wetan terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Dieng dan Dusun Kalilembu. Desa Dieng Wetan memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Batang

Sebelah Timur : Desa Patakbanteng, Desa Jojogan

Sebelah Selatan : Desa Sikunang

Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara


(55)

41


(56)

42

2. Tata guna lahan

Luas wilayah Desa Dieng Wetan adalah 282,000 Ha dengan penggunaan lahan sebagai berikut.

Tabel 12. Penggunaan lahan Desa Dieng Wetan

Jenis Penggunaan Lahan Luas lahan (Ha)

Pekarang 10,064

Tegalan/lading 79,936

Hutan Negara 181,000

Rawa/ telaga 9,000

Lainnya 2,000

Jumlah 282,000

Sumber: Kecamatan Kejajar dalam Angka tahun 2010


(57)

3. Kondisi Sosial-Ekonomi

Jumlah penduduk di Desa Dieng Wetan adalah 2.170 jiwa dengan luas

wilayah 2,82 km2 sehingga kepadatan penduduknya adalah770 jiwa/km2. Mata

pencaharian penduduk dapat dilihat dari tabel dan diagram berikut ini. Tabel 13. Mata Pencaharian Penduduk Desa Dieng Wetan

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. Petani Sendiri 671 57,16 %

2. Buruh Tani 133 11,33 %

3. Industri 10 0,85 %

4. Bangunan 49 4,17 %

5. Perdagangan 66 5,62 %

6. Transportasi 32 2,73 %

7. PNS 24 2,04 %

8. Polisi 2 0,17 %

9. Pensiunan 13 1,11 %

10. Lainnya 174 14,82 %

Jumlah 1174 100 %

Sumber : BPS, Kecamatan Kejajar Dalam Angka 2010

Gambar 5. Diagram Mata Pencaharian Masyarakat Desa Dieng Wetan

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Dieng sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian yang mereka tekuni yaitu sebesar 68,49% atau sekitar 804 orang.

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Ji

w


(58)

Tingkat pendidikan masyarakat Dieng masih dinilai rendah karena banyak masyarakat Dieng yang hanya berpendidikan sekolah dasar (SD), hal ini disebabkan karena Sekolah Lanjutan Menengah Pertama (SLTP) yang masih terbatas. Data BPS menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Dieng masih berpendidikan rendah, sekitar 1357 jiwa atau 62,53% masyarakat Dieng tingkat pendidikannya SD, tidak/belum tamat SD, dan tidak pernah sekolah. Selain karena SLTP yang terbatas, penduduk yang tidak melanjutkan ke SLTP sangat banyak karena kebanyakan mereka lebih memilih bekerja (membantu orang tua ataupun menjadi buruh tani) ataupun melanjutkan ke pondok pesantren, disamping itu ada juga yang tidak melanjutkan karena keterbatasan ekonomi.

B. Hasil penelitian

1. Motivasi Individu

Tabel 14. Frekuensi Tentang Faktor Motivasi Individu Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

21 – 25 17 – 20 13 – 16 9 – 12

5 – 8

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 11 3 4 52 14 13,09 3,57 4,76 61,91 16,67

Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 11,68 (Rendah) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan dari hasil penelitian (tabel 14), dapat diketahui bahwa skor rata-rata untuk motivasi individu masyarakat Dieng wetan terhadap pendidikan yaitu 11,68 atau dalam kriteria rendah. Artinya bahwa motivasi individu masyarakat Dieng Wetan pada pendidikan termasuk rendah. Kondisi ini dapat dilihat dari data yang telah dikumpulkan terdapat 14 orang atau


(59)

16,67% memiliki motivasi individu yang sangat rendah, 52 orang atau 61,91% memiliki motivasi individu rendah, 4 orang atau 4,76% memiliki motivasi individu yang sedang, 3 orang atau 3,57% memiliki motivasi tinggi dan hanya 11 orang atau 13,09% saja yang memiliki motivasi individu yang sangat tinggi terhadap pendidikan mereka.

Kondisi ini menunjukkan bahwa motivasi individu masyarakat Dieng untuk mengenyam pendidikan di sekolah hingga jenjang tinggi sangatlah rendah. Mereka kurang tertarik untuk memiliki pendidikan yanr tinggi, masyarakat lebih banyak memilih di pesantren atau bekerja daripada bersekolah formal.

2. Kondisi Sosial

Tabel 15. Frekuensi Tentang Faktor Kondisi Sosial Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 0 3 50 31 0 0 3,57 59,52 36,91 0

Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 16,05 (Sedang) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan tabel 15, dapat kita lihat kondisi sosial dari 84 responden terdapat 3 orang atau 3,57% termasuk dalam kondisi sosial yang tinggi, 50 orang atau 59,52% termasuk dalam kondisi sosial yang sedang, dan 31 orang atau 36,91% termasuk dalam kondisi sosial yang rendah. Rata-rata skor untuk kondisi sosial masyarakat Dieng Wetan adalah 16,05 atau dalam kriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sosial masyarakat di Desa Dieng Wetan masih cukup baik.


(60)

Kondisi sosial masyarakat Desa Dieng Wetan masih tergolong cukup baik. Meskipun masyarakatnya adalah masyarakat petani yang memiliki kesibukan masing-masing, namun hubungan sosial masyarakat terutama di dalam keluarga dan tetangga terdekat masih cukup baik yaitu terhadap pendidikan mereka. Kondisi sosial ini berarti kondisi lingkungan keluarga responden dan kondisi lingkungan masyarakat yang meliputi interaksi antar anggota keluarga, interaksi dengan anggota masyarakat dan komunikasi antar keduanya.

3. Kondisi Ekonomi Keluarga

Tabel 16. Frekuensi Tentang Faktor Kondisi Ekonomi Keluarga

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

30 – 35 24 – 29 18 – 23 12 – 17

7 – 11

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 2 79 3 0 0 2,38 94,05 3,57 0 0

Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 26,38 (Tinggi) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 16, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga di Desa Dieng Wetan termasuk tinggi. Keadaan ini dapat terlihat dari data penelitian menunjukkan bahwa dari 84 responden terdapat 2 orang atau 2,38% memiliki kondisi ekonomi sangat tinggi, 79 orang atau 94,05% memiliki kondisi ekonomi keluarga yang tinggi, dan sisanya sejumlah 3 orang atau 3,57% memiliki kondisi ekonomi keluarga yang sedang. Jika kita lihat dari skor rata-rata kondisi ekonomi keluarga adalah sebesar 26,38 atau termasuk dalam kriteria tinggi.


(61)

Rata-rata tingkat pendapatan masyarakat disana adalah Rp. 1.700.000,- sampai dengan Rp. 2.399.000,- per bulannya, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang terpenuhi meskipun tidak sampai memiliki tabungan. Namun yang membuat mereka memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik adalah jumlah anggota keluarga yang tidak terlalu banyak yaitu berkisar 4 sampai 5 orang saja dalam satu keluarga yang menjadikan beban keluarga tidak terlalu berat. Namun yang terjadi pada masyarakat Dieng tidaklah demikian. Kondisi ekonomi keluarga yang tergolong baik ini tidak kemudian turut mendorong masyarakatnya menempuh pendidikan setinggi mungkin.

4. Motivasi Orang Tua

Tabel 17. Frekuensi Tentang Faktor Motivasi Orang Tua dalam Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 0 0 3 29 52 0 0 3,57 34,52 61,91

Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 25,51

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Motivasi orang tua merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi pendidikan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa motivasi dari orang tua masih sangat rendah dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Berdasarkan tabel 17 terdapat 3 orang atau 3,57% orang tua memiliki motivasi yang sedang terhadap pendidikan anak, 29 orang atau 34,52% orang tua memiliki motivasi yang rendah terhadap pendidikan anak,


(62)

dan terdapat 52 orang atau 61,91% orang tua memiliki motivasi sangat rendah terhadap pendidikan anak.

Dilihat dari rata-rata skor motivasi orang tua yang didapatkan adalah 10,39 atau masuk dalam kriteria sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi orang tua masih sangat rendah dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Secara umum orang tua masyarakat Desa memiliki harapan agar anak-anak mereka dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin, namun pada kenyataannya orang tua kurang dapat memotivasi anak untuk bersekolah. Orang tua lebih menyerahkan keinginan bersekolah pada anak.

5. Budaya

Tabel 18. Frekuensi Tentang Faktor Budaya Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

30 – 35 25 – 29 19 – 24 13 – 18

7 – 12

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 0 0 18 64 2 0 0 21,43 76,19 2,38

Jumlah 84 100

Rata-rata skor = 27,88

Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkanhasil penelitian pada tabel 18, diketahui bahwa budaya masyarakat Dieng Wetan dalam berpendidikan masih tergolong rendah. Hal ini dapat di lihat dari 84 responden terdapat 18 orang atau 21,43% memiliki budaya dalam pendidikan yang sedang, 64 orang atau 76,19% memiliki budaya dalam pendidikan yang rendah, dan 2 orang atau 2,38% memiliki kebudayaan yang masuk dalam kriteria sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan dari skor rata-rata budaya yaitu 14,02, menunjukkan bahwa


(63)

budaya masyarakat Dieng Wetan terhadap pendidikan masih tergolong rendah.

Kebiasaan yang sudah melekat di masyarakat Dieng adalah orang yang berpendidikan tinggi pada akhirnya mereka akan menjadi petani juga. Hal tersebut membuat masyarakat menjadi tidak tertarik untuk bersekolah tinggi-tinggi karena mereka menganggap percuma sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya menjadi petani lagi di desa. Anggapan semacam ini sudah membudaya di masyarakat Dieng.

6. Aksesibilitas

Tabel 19. Frekuensi Tentang Faktor Aksesibilitas Terhadap Pendidikan

Jumlah Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%)

26 – 30 21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10

Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 5 35 43 1 0 5,95 41,67 51,19 1,19 0

Jumlah 84 0

Rata-rata skor = 20,84 (Tinggi) Sumber : Hasil Penelitian 2011

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 19, diketahui bahwa tingkat aksesibilitas Desa Dieng Wetan tergolong tinggi. Dari 84 responden, terdapat 5 orang atau 5,95% menunjukkan bahwa aksesibilitasnya sangat tinggi, 35 orang atau 41,67% menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitas Desa Dieng Wetan termasuk tinggi, 43 orang atau 51,19% menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitasnya sedang, dan hanya 1 orang atau 1,19% menunjukkan bahwa aksesibilitas Desa Dieng Wetan masuk dalam kriteria rendah. Jika dilihat dari nilai rata-rata skor untuk aksesibilitas adalah 20,08 atau dalam kriteria tinggi.


(64)

Artinya bahwa aksesibilitas di Desa Dieng Wetan masuk dalam kriteria tinggi.

Desa Dieng Wetan memiliki akses jalan yang sudah baik, sarana transportasi juga sangat mudah ditemukan karena Dieng merupakn objek wisata yang menarik. Kondisi jalan yang baik dan sarana transportasi angkutan yang banyak dan mudah ditemui menjadikan Dieng mudah untuk di jangkau. Dieng yang juga merupakan objek wisata yang terkenal hingga mancanegara menjadikan sarana dan prasarana transportasi di Dieng selalu diperbaiki.

C. Pembahasan

Berdasarkan data Kecamatan Kejajar dalam angka 2010, Desa Dieng Wetan merupakan daerah yang tingkat pendidikan penduduknya adalah rendah. Berdasarkan tabel 2. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan (10 tahun ke atas) Desa Dieng Wetan Tahun 2009 sebanyak 44,15% penduduk Desa Dieng Wetan berpendidikan SD, 10,18% berpendidikan SLTP, berpendidikan SLTA sebanyak 10,32%, berpendidikan PT sebnayak 1,01%, tidak atau belum tamat SD sebanyak 15,76%, dan yang tidak pernah bersekolah adalah 2,63%. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Dieng Wetan di duga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu motivasi individu, kondisi sosial, kondisi ekonomi keluarga, motivasi orang tua, budaya dan aksesibilitas. Berikut akan dibahas untuk setiap faktor-faktor tersebut.


(65)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi individu masyarakat Dieng untuk mengenyam pendidikan di sekolah hingga jenjang tinggi sangatlah rendah. Diketahui bahwa rata-rata skor motivasi individu masyarakat Dieng adalah 11,68 yang termasuk dalam kriteria rendah, artinya bahwa motivasi masyarakat di Desa Dieng Wetan tergolong rendah dalam hal pendidikan. Masyarakat kurang berminat untuk bersekolah hingga jenjang tinggi, mereka lebih banyak memilih di pesantren atau bekerja daripada bersekolah formal. Keinginan masyarakat untuk bersekolah rendah, mereka lebih memilih untuk belajar agama di pesantren maupun bekerja menjadi petani membantu orang tua mereka. Selain itu cita-cita yang dimiliki individu juga tidak jauh dari pekerjaan orang tua yaitu menjadi petani, hanya beberapa yang punya harapan besar untuk keluar dari lingkaran petani.

Gambar 6. Seorang anak SD yang membantu orang tuanya bekerja di ladang. Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk terus berprestasi, maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka ke jejang yang lebih


(66)

tinggi (Djali, 2008:110). Kondisi yang terjadi di Dieng adalah masyarakatnya kurang memiliki motivasi individu untuk berprestasi dengan menempuh pendidikan yang tinggi. Sehingga perlu dorongan terutama dari pihak keluarga dalam hal ini orang tua untuk memotivasi anak-anak mereka agar dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Selain itu juga diperlukan sosialisasi pada mereka tentang arti penting pendidikan dan manfaat serta tujuan pendidikan sekolah. Hal ini akan turut mendorong dan memotivasi mayarakat di Desa Dieng Wetan untuk menempuh pendidikan sekolah hingga jenjang tinggi.

Kondisi sosial dapat memberikan pengaruh pada norma sosial dalam masyarakat. Ini juga berlaku pada norma-norma yang berkaitan dengan pendidikan. Kondisi masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurang mementingkan pendidikan formal, dapat menjadikan orang yang berada di dalam lingkungan tersebut juga mengakui dan terbiasa bahkan mengikuti hal tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interaksi sosial antaranggota suatu kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut (Gerungan, 2009:110).

Gambar 7. Kegiatan sehari-hari masyarakat Dieng yang menggambarkan kondisi sosial dan kegiatan ekonomi masyarakat


(1)

26 4 5 3 4 1 5 2 1 4 1 2 4 4 3 5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 4 5 4 3 5 4 115 27 4 5 3 2 3 3 1 1 3 3 4 2 2 2 4 4 4 5 4 1 2 1 1 1 4 2 2 3 3 1 1 5 5 5 1 5 4 106 28 4 5 4 4 4 5 3 2 4 4 3 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 5 4 4 5 1 5 4 120 29 1 2 1 4 1 4 1 1 4 1 3 3 3 4 5 4 4 5 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 5 1 5 4 95 30 1 2 1 3 2 5 1 1 5 1 3 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 1 2 1 3 2 1 2 3 2 1 2 2 5 3 5 4 95 31 2 2 1 4 1 4 2 1 5 1 3 3 3 3 5 3 3 5 1 1 2 1 2 1 3 2 1 2 3 2 2 1 2 4 3 5 4 93 32 1 1 1 2 2 4 1 1 4 4 3 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 4 1 5 4 91 33 2 2 1 4 1 5 2 1 5 1 3 3 4 4 2 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 4 3 5 4 96 34 3 4 3 2 3 5 2 1 5 1 2 4 3 4 5 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 1 2 5 3 5 4 108 35 2 2 1 2 1 4 2 1 4 1 3 3 4 4 1 4 4 5 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 5 1 5 5 92 36 2 2 1 4 1 5 1 1 4 1 4 3 3 3 5 3 4 4 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3 2 1 5 5 4 1 5 5 95 37 2 2 1 4 1 4 2 1 4 1 3 4 4 4 2 4 4 5 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 1 2 5 3 5 5 99 38 1 1 1 4 1 4 1 1 5 1 3 3 4 4 5 5 5 5 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 2 3 4 3 5 5 100 39 2 2 1 4 2 5 2 3 4 1 3 3 3 3 3 3 4 4 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 4 1 5 5 94 40 1 2 1 4 1 4 1 1 5 1 4 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 2 1 5 5 4 1 5 4 98 41 3 4 3 4 1 3 1 4 4 2 2 3 3 3 2 3 3 5 1 4 2 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 5 5 4 1 5 4 103 42 4 5 4 5 4 5 2 3 4 1 3 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 3 2 1 5 5 4 1 5 5 113 43 2 2 1 4 2 5 5 4 4 1 3 3 4 4 3 4 4 5 3 3 4 2 2 1 3 2 2 3 3 2 4 5 5 4 1 5 5 119 44 2 2 1 4 2 4 2 1 5 1 3 4 4 4 2 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 1 2 3 4 4 1 5 4 97 45 1 1 1 3 1 4 2 1 4 2 2 3 3 4 5 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 4 3 5 4 91 46 2 2 1 4 2 5 2 1 4 1 3 4 4 5 2 4 4 5 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 1 1 1 3 5 1 5 4 99 47 2 2 1 4 2 4 2 1 5 2 3 3 3 4 2 4 4 5 1 1 2 1 2 2 3 1 1 1 3 1 2 3 3 4 1 5 4 94 48 1 1 1 3 1 4 1 1 4 1 3 3 3 3 5 3 4 4 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 4 1 5 4 87 49 2 2 1 4 2 4 2 1 5 1 2 4 4 4 1 4 4 5 1 1 2 1 2 3 2 2 1 1 3 1 2 1 2 4 1 5 4 91 50 1 1 1 4 2 5 1 1 4 1 2 3 3 3 5 4 4 5 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1 2 1 1 1 2 5 1 5 5 95 51 1 2 1 3 1 4 1 1 4 1 4 3 4 4 5 3 3 5 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 3 1 1 1 2 4 3 5 5 90 52 2 2 1 3 2 5 2 1 5 1 3 4 4 4 2 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 4 5 5 4 98 53 1 2 1 3 2 4 1 1 5 1 1 3 3 4 5 3 4 4 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 2 4 3 5 4 88 54 2 2 1 4 1 5 2 1 5 1 3 4 4 4 2 4 4 5 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 4 3 5 5 98 55 4 5 4 4 4 5 1 1 5 1 3 3 4 4 5 4 4 5 2 2 4 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 4 5 5 5 122


(2)

56 4 5 4 4 4 5 1 1 5 3 2 3 3 4 5 4 4 5 2 3 3 3 2 1 2 2 3 3 3 2 4 2 3 4 3 4 4 119 57 2 2 1 3 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 3 4 1 5 5 97 58 2 2 1 4 3 4 2 1 4 3 3 3 4 4 3 4 4 5 1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 1 3 5 5 103 59 1 1 1 4 1 5 1 1 5 1 4 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 1 1 2 3 2 1 1 3 1 1 1 2 4 1 5 4 89 60 2 2 1 3 1 4 1 1 4 1 1 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 1 1 2 3 2 1 1 2 1 2 1 2 4 3 5 5 88 61 1 1 1 4 2 5 1 1 4 1 1 3 4 4 5 3 3 5 2 1 2 1 1 2 3 2 1 1 3 1 1 1 2 4 1 5 5 88 62 2 2 1 4 2 5 2 1 5 1 2 4 3 4 2 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 5 3 4 5 98 63 4 5 4 4 4 5 1 1 4 2 2 3 4 4 5 4 4 5 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 1 1 2 4 4 3 5 4 117 64 1 1 1 3 1 4 1 1 4 2 3 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 1 2 3 4 3 5 5 93 65 3 4 1 3 2 4 2 1 4 3 3 3 3 4 3 4 4 5 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 2 2 3 5 1 5 4 100 66 2 2 1 5 2 5 2 1 5 1 3 4 4 5 1 3 3 5 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 5 3 5 5 100 67 2 2 1 4 2 4 2 1 5 1 2 4 4 4 2 4 4 5 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 4 1 5 4 98 68 4 5 4 4 4 5 1 1 4 2 2 3 4 4 5 4 4 5 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 1 1 2 4 4 3 5 5 116 69 2 2 1 4 1 4 2 1 4 1 3 3 4 4 2 4 4 5 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 4 1 5 4 93 70 1 2 1 4 1 4 1 1 4 1 3 3 3 3 5 4 4 5 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 1 1 2 4 5 3 5 4 95 71 1 1 1 3 1 5 1 1 4 1 2 3 3 3 5 4 4 5 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 1 1 2 4 3 5 5 90 72 2 2 1 3 1 4 2 1 4 3 3 3 3 4 3 3 3 5 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 4 1 5 4 93 73 2 2 1 4 2 5 2 1 5 1 2 4 4 5 1 3 3 5 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 5 1 5 5 97 74 2 2 1 4 2 5 2 1 5 1 3 4 4 4 2 4 4 5 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 1 2 4 3 5 4 98 75 4 5 4 4 4 5 1 1 4 3 2 3 3 3 5 4 4 5 2 3 3 3 2 1 2 3 3 3 3 1 2 2 4 5 3 5 5 119 76 3 4 1 3 3 4 2 1 4 3 2 3 3 4 4 4 4 5 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 4 1 5 4 105 77 1 1 1 4 1 4 1 1 5 1 3 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 3 1 1 2 3 3 1 5 4 91 78 2 2 1 4 3 4 2 1 4 2 3 4 4 4 1 3 4 5 2 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 3 3 4 5 5 4 110 79 4 5 4 4 4 5 2 3 4 3 4 4 4 5 1 4 3 5 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 1 2 2 3 4 3 5 4 120 80 1 4 1 2 2 4 1 1 4 2 2 4 3 4 5 3 3 5 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 3 4 4 88 81 1 1 1 4 1 5 1 1 5 1 3 3 3 3 3 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 5 1 5 4 89 82 2 2 1 4 2 5 2 1 4 3 2 4 4 4 2 4 4 5 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 4 1 5 4 103 83 1 1 1 3 1 4 1 1 5 1 3 3 3 3 5 4 4 5 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 3 4 1 5 4 87 84 2 2 1 4 2 5 2 1 4 1 3 4 4 5 2 3 4 4 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 3 1 2 1 2 5 1 5 4 100


(3)

83

Lampiran 7

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Motivasi Individu

Kondisi Sosial

Kondisi Ekonomi

Motivasi Orang

Tua

Budaya

Aksesibilitas

N

84

84

84

84

84

84

Normal Parameters

a

Mean

11.6786

16.0476

26.3333

10.3929

14.0238

20.7619

Std. Deviation

4.22032

1.64942

1.39994

2.15663

1.72142

2.75339

Most Extreme Differences

Absolute

.290

.175

.219

.191

.160

.157

Positive

.290

.175

.186

.191

.160

.157

Negative

-.134

-.132

-.219

-.128

-.114

-.083

Kolmogorov-Smirnov Z

2.658

1.601

2.005

1.753

1.469

1.435

Asymp. Sig. (2-tailed)

.056

.073

.083

.067

.081

.062

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel di atas normalitas dapat dilihat dari besarnya nilai asymp. sig (2-tailed) pada setiap variabel. Nilai asymp. sig

pada setiap variabel > dari

α

= 0,05 maka distribusi data setiap variabel tersebut normal. Lebih jelasnya normalitas dapat dilihat dari

grafik di bawah ini. titik-titik yang berad dekat dengan garis horizontal menunjukkan bahwa distribusi atau persebaran data-data

tersebut adalah normal.


(4)

Grafik Normalitas


(5)

83

Lampiran 8


(6)

84

Lampiran 9

Foto-foto Penelitian

Gambar 8. Kegiatan penelitian kepada orang tua dan anaknya