1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastrawan Goenawan Mohamad mengatakan bahwa “Kesusastraan adalah
hasil proses yang berjerih payah , dan setiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu bahwa ini bukan sekedar soal keterampilan teknik. Menulis
menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin” http:www.scribd.comPengertian-Karya-
Sastra.Pengertian sastra secara umum yaitu hasil cipta manusia berupa tulisan maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung
pesan yang bersifat relatif. Sastra juga merupakan karya sastra imajinatif bermedia yang nilai estetiknya bernilai dominan. Melalui karya sastra, seorang pengarang
bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Hal-hal yang disampaikan biasanya merupakan gagasan tentang
kehidupan yang ada di sekitar pengarang Purba 2010: 3. Pada dasarnya karya sastra merupakan karya cipta yang mengungkapkan
kembali pengamatan dan pengalaman pengarang tentang peristiwa pada kehidupan yang menarik. Peristiwa-peristiwa itu merupakan peristiwa nyata atau
mungkin hanya terjadi dalam dunia khayal pengarang. Sastra memiliki dunia sendiri. Suatu kehidupan yang tidak harus identik dengan kenyataan hidup.
Sastra dibagi menjadi dua, yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat, contoh karya sastra prosa yaitu novel, cerpen, dan drama. Puisi
adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu, contoh karya sastra puisi yaitu puisi, pantun, dan syair.
Semua karya sastra merupakan sesuatu totalitas yang memiliki nilai seni, yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu dari unsur intrinsik dan
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun karya sastra itu sendiri yang meliputicerita, peristiwa, plot, penokohan, tema,
latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa, dan sebagainya Nurgiyantoro 2009: 23 dalam http:eprints.uny.ac.idBAB2.pdf. Unsur ekstrinsik adalah unsur-
unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistemorganism karya sastra. Unsur-unsur
ekstrinsik meliputi latar belakang kehidupan pengarang, keyakinan, dan pandangan hidup pengarang, adat istiadat yang berlaku saat itu, situasi politik,
persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lain-lain yang semuanya akan mempengaruhi karya yang ditulisnyaSuroto 1989: 138 dalam
http:eprints.uny.ac.idBAB2.pdf. Unsur ini mencakup berbagai aspek kehidupan sosial menjadi latar belakang penyampaian tema dan amanat cerita
http:eprints.uny.ac.idBAB2.pdf. Ahmad Badrun1983: 1; Purba 2010: 1 di dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Sastra: Teori Sastra, menyatakan bahwa ilmu sastra adalah ilmu yang menyelidiki sastra secara ilmiah. Nyoman Tusthi Eddy dalam
Kamus Istilah Sastra Indonesia,menyatakan bahwa ilmu sastra merupakan segala bentuk dan
cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala sastra 1991: 96; Purba 2010: 1- 2. Dalam
Kamus Sastra, Ernest berpendapat bahwa ilmu sastra adalah bidang
keilmuan yang obyek utamanya adalah karya sastra 1994: 94; Purba 2010: 2. Dalam
Ensiklopedia Sastra Indonesia, Hasanuddin WS.; Mursal Esten;dan Maizar Karim mengemukakan bahwa ilmu sastra dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah general literature yang meliputi semua pendekatan ilmiah terhadap gejala
sastra Purba 2010: 2. Maman S. Mahayana dalam
9 Jawaban Sastra Indonesia, mengemukakan bahwa ilmu sastra adalah ilmu yang menyelidiki kesusastraan dengan berbagai
masalahnya secara ilmiah 2003: 223; Purba 2010: 2. Dalam Pengantar Ilmu
Sastra, Jan Van Luxemburg, dkk menguraikan ilmu sastra sebagai berikut: 1.
Ilmu sastra meneliti sifat-sifat yang terdapat di dalam teks-teks sastra, yang dapat berfungsi di dalam masyarakat sehingga masyarakat dapat mengambil
pelajaran dari teks-teks tersebut. 2.
Ilmu sastra umum merupakan telaah sistematik mengenai sastra dan komunikasi sastra yang pada prinsipnya tidak menghiraukan batas-batas
antarbangsa dan antarkebudayaan 1989: 2 ; Purba 2010: 3. Pada penelitian ini penulis memilih untuk meneliti salah satu karya sastra
prosa yaitu novel. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak,
dan melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Di dalam novel terdapat nilai- nilai, salah satunya adalah nilai pendidikan yang digunakan sebagai cermin atau
perbandingan dalam kehidupan. Penulis memilih untuk meneliti novel karya Tahar Ben Jelloun yang
berjudul L‟Homme rompu sebagai objek penelitian karena pengarang tersebut
merupakan seorang francophonie dan dikenal dengan karya-karyanya yang
bernuansa poskolonialisme dan realisme magis dengan kritik sosial yang cerdas dan tajam.
Dalam http:fr.wikipedia.orgwikiTahar_Ben_Jelloun dijelaskan bahwa Tahar Ben Jelloun adalah seorang penulis dan penyair Maroko yang berbahasa
Perancis. Dia lahir di Fez, Maroko, pada 1 Desember 1944. Dia menyelesaikan sekolah dasarnya di sekolah berbahasa Arab-Perancis, kemudian dia melanjutkan
sekolah di sekolah Perancis di Tangier sampai berusia delapan belas tahun, dan belajar ilmu filsafat di Universitas Mohammed V di Rabat dan mengajar filsafat di
Maroko. Di sana dia menulis puisi untuk pertama kalinya yangkemudian dia kumpulkan menjadikumpulan puisi
Hommes sous linceul de silence pada tahun 1971. Pada 1971 dia hijrah ke Paris, Perancis bersama keluarganya sampai saat
ini. Pada tahun 1972 dia banyak menulis artikel untuk koran harian
Le Monde. Pada 1975 dia berhasil meraih gelar doktor dalam bidang psikiatri sosial.
Tulisannya yang berjudul La Réclusion solitaire pada tahun 1976 mendapatkan
penghargaan dari pengalamannya sebagai seorang psikoterapis. Tahun 1985, dia menerbitkan novelnya yang berjudul
L‟Enfant de sable yang membuatnya terkenal.
La Nuit sacrée adalah novelnya yang mendapatkan penghargaan Prix Goncourt pada tahun 1987, novel tersebut merupakan sekuel dari novel
L‟Enfant de sable.
Prix Goncourt merupakan sebuah penghargaan paling terkemuka dalam kesusatraanPerancis. Novelnya yang berjudul
La Nuit sacréediangkat ke dalam
film di Maroko pada tahun 1993. Pada 2005 dia mendapatkan penghargaan Hadiah Ulysses yang diterimanya untuk pencapaian seumur hidup dan pada 2008
dia meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Montreal, Kanada. Penulis memilih novel
L‟Homme rompu karena novel ini menceritakan tentang praktek-praktek korupsi yang terjadi di kalangan birokrasi di
Maroko.Novel ini terilhami oleh karya pengarang besar Indonesia yang sangat dikagumi oleh Tahar, yaitu Pramoedya Ananta Toer 1925-2006 dengan judul
Korupsi. Kedua novel ini memiliki kesamaan cerita. Novel L‟Homme rompu terbit
di Perancis pada 1994 dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Dalam novel terjemahan
L‟Homme rompu, yaitu Korupsi dijelaskan bahwa sejarah novel ini berawal ketika Tahar berada di Jakarta, dia membaca novel
Korupsi karya Pramoedya yang terbit di Indonesia pada 1954 yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh Denys Lombard dan diterbitkan
oleh penerbit Philippe Picquier. Novel tersebut ditulis oleh Pramoedya ketika mendapatkan beasiswa kebudayaan untuk tinggal selama setahun di Belanda
Kurnia dalam Tahar 2010: 5. Novel
Korupsi mengilhami Tahar untuk menulis novel yang serupa dengan latar belakang Maroko, negara asalnya yang dalam berbagai hal menyimpan
banyak persamaan dengan Indonesia. Tahar menulis novel ini dengan maksud sebagai pemenuhan kewajiban moral kepada Pramoedyayang kemudian menjadi
karya persembahan Tahar untuk Pramoedya. Pramoedya adalah seorang sastrawan besar Indonesia yang menjadi tahanan rumah dan dilarang untuk menerbitkan
buku-bukunya. Tahar menyerahkan sebagian royalti dari penjualan novel ini
kepada Pramoedya. Pramoedya menyampaikan rasa terima kasih melalui sepucuk surat priba
di yang menurut Tahar “ditulis dengan indah” Kurnia dalam Tahar 2010: 7.
Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun dan novel Korupsi karya
Pramoedya Ananta Toer ini mempunyai kesamaan cerita, yaitu cerita mengenai kasus korupsi yang terjadi di kalangan birokrat. Tahar mengangkat cerita ini
berdasarkan situasi yang terjadi di Maroko, selain terilhami dari cerita novel Korupsi karya Pramoedya yang menceritakan kebobrokan akan kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia. Novel
L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun, terbitan Edition du Seuil, Paris, 1994, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Okke K.S.
Zaimar dengan judul Korupsi yang diterbitkan oleh Penerbit Serambi bekerja
sama dengan Forum Jakarta-Paris Kurnia dalam Tahar 2010: 10. Novel
L‟Homme rompu, arti harfiahnya adalah “Lelaki yang Patah”, dengan permainan kata
“rompu” patah dan “corrompu” korup. L‟Homme rompu adalah pria yang mematahkan kejujuran dalam hidupnya, sehingga dia
menjadi koruptor Kurnia dalam Tahar 2010:10. Novel ini merupakan sebuah novel yang berkisah tentang seorang pegawai
negeri jujur yang berupaya melawan arus agar tidak terperangkap jaring korupsi. Mourad, seorang insinyur yang bekerja di Kementerian Pekerjaan Umum di
Casablanca, Maroko. Tuntutan istrinya yang mata duitan, tekanan kehidupan yang menghimpit, serta arus buruk lingkungan kerjanya yang korup, menggodanya
menjadi koruptor. Novel ini juga mengisahkan tentang kisah cinta antara Mourad
dengan sepupu jauhnya, Nadia, seorang janda cantik dengan satu anak perempuan.
Novel ini pernah dibahas dalam sebuah tesis dengan judul “Tinjauan Intertekstual terhadap
Korupsi Karya Pramoedya Ananta Toer dan L‟Homme
rompu Karya Tahar Ben Jelloun Sebagai Karya Sastra Francophone ” oleh Astri
Adriani Allien yang diajukan sebagai persyaratan mencapai gelar S2 program studi Ilmu Sastra Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Humaniora di Universitas Gajah
Mada Yogyakarta pada 2007 http:etd.ugm.ac.id PenelitianDetail. Novel ini dibedah dengan menggunakan teori, karenanovel ini berlatar
belakang di Maroko, negara yangpernah dijajah oleh Perancis selama 44 tahun. Maroko terletak di barat laut Afrika yang merdeka pada 2 Maret 1956. Terdapat
banyak pengaruh Perancis di Maroko contohnya yaitu bahasa, walaupun bahasa resmi masyarakat Maroko adalah bahasa Arab, bangunan, sistem pendidikan,
kebudayaan, ekonomi, politik, sosial, hukum dan sistem pemerintahan. Munculnya protektorat Perancis atas Maroko berdasarkan perjanjian Fez
yang ditandatangani oleh pemerintah Perancis dan Sultan Maroko, Maulay Abdul Hafiz. Isi perjanjian tersebut adalah tentang kewenangan pemerintah Perancis
untuk bertindak atas nama Sultan Maroko. Dengan kata lain, segala hal yang dilakukan oleh Perancis adalah atas izin Sultan. Kekuasaan Perancis yang berjalan
selama 44 tahun telah meninggalkan pengaruh besar di Maroko, sehingga hukum negara
di Maroko
didasarkan pada
kitab hukum
Perancis http:en.wikipedia.orgwikiMorocco.
Maroko merupakan salah satu negara Maghreb yang telah dijajah oleh
Perancis, sehingga mempunyai konsekuensi untuk menggunakan bahasa Perancis. Pemakaian bahasa Perancis di negara-negara Arab disepakati di
Maghreb pada abad XIX. Masyarakat di wilayah-wilayah Arab, terutama di Maroko menjadikan
bahasa Perancis sebagai bahasa kedua setelah bahasa Arab, bahasa perdagangan, bahasa transformasi ekonomi, bahasa administratif, bahasa diplomatik, dan bahasa
teknik Joubert-Louis 1994: 8; Sastriyani 2006: 80. Penyebaran bahasa Perancis di Maroko didukung oleh pengajaran bahasa
tersebut di sekolah-sekolah. Bahasa Perancis berfungsi sebagai bahasa tulis dan dalam pengajarannya dilakukan di bawah situasi kolonialisasi sehingga
menumbuhkan kegiatan bersastra dan menimbulkan akulturasi budaya. Sastra berbahasa Perancis di Maroko mulai tahun 50-andikenal melalui majalah
Souffles Joubert-Louis 1994: 9; Sastriyani 2006: 81.
Korupsi merupakan masalah yang sangat sulit untuk diberantas karena ada persoalan penegakan hukum. Seseorang yang memiliki kekuasaan seolah-olah
mempunyai kekebalan hukum. Para pejabat menyalahgunakan kekuasaan dengan sembunyi-sembunyi. Korupsi tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga
terjadi di negara maju seperti di Perancis. Perbedaan pemberantasan korupsi di negara berkembang dan maju, adalah sistem pemerintahan dan hukum di negara
berkembang masih lemah. Gaji para hakim masih rendah yang mengakibatkan tidak tercukupinya untuk membiayai hidup sehari-hari. Hal tersebut merupakan
pemicu tindakan korupsi di negara berkembang, salah satunya di Maroko yang menjadi latar di novel
L‟Homme rompu.
Pemberantasan korupsi di Perancis telah tertangani dengan baik sejak didirikannya SCPC
Service Central de la Prévention de la Corruption pada tahun 1993. SPCP merupakan lembaga independen dan permanen yang
melakukan pencegahan korupsi di Perancis.Lembaga ini secara administratif berada di bawah Kementrian Kehakiman Perancis.Tujuan awal berdirinya SCPC
adalah untuk memberantas korupsi di parlemen yang terjadi pada tahun 1990-an. Pada tahun tersebut, korupsi yang terjadi di parlemen sangatlah mengkhawatirkan
http:hukum.kompasiana.comperancis-dan-masa-depan-uu-kpk.html. Korupsi yang terjadi di Perancis ditularkan kepada Maroko melalui
penjajahan.Hal itu yang membuat masyarakat Maroko melakukan tindak korupsi, terutama di dalam pemerintahan.Dalam hal pemberantasan korupsi di dua negara
tersebut masing-masing memiliki lembaga independen yang mengatasi masalah tersebut.Di Perancis memiliki lembaga pemeberantas korupsi, yaitu SCPC yang
didirikan pada tahun 1993.Sedangkan di Maroko memiliki lembaga yang sama, yaitu ICPC
L‟Instance Centrale de la Prévention de la Corruption. Lembaga tersebut didirikan pada tahun 2008. Namun karena ICPC mempunyai anggaran
yang kecil, kurangnya sumber daya manusia, kurangnya kemandirian, kurangnya kekuatan investigasi, dan adanya campur tangan politik maka ICPC hanyalah
lembaga konsultatif dengan tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran tentang korupsi dan mengumpulkan informasi http:www.business-anti-
corruption.compublic-anti-corruption-initiatives. Ratna 2003 : 25 mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah penelitian
terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya,
sehingga penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan
menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan- perubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya. Sebagai multidisiplin, maka
ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Dalam penelitian sosiologi sastra yang perlu diperhatikan adalah dominasi karya sastra,
sedangkan ilmu-ilmu yang lain berfungsi sebagai pembantu. Hal itu disebabkan objek yang memegang peranan adalah karya sastra dengan berbagai implikasinya,
seperti teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra Ratna 2008: 338-339. Teori poskolonialisme merupakan teori yang digunakan untuk menganalisis
berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan lain sebagainya yang terjadi di negara-negara bekas koloni Eropa. Teori ini
memaparkan tentang hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis novel
L‟Homme rompu. Teori poskolonialismedigunakan untuk menganalisis karya-karya sastrayang
lahirdi negara-negara jajahan dan mengangkat berbagai bukti nyata hasil kolonialismebaik secara fisik, politis, maupun kultural. Dengan kata lain tujuan
dari teori poskolonialisme adalah untuk melawan sisa-sisa dampak dari kolonialisme yang pernah terjadi di negara-negara jajahan dalam pengetahuan
termasuk pada sisi kultur. Poskolonialisme menitikberatkan pandangan pada terwujudnya tata hubungan dunia yang baru di masa depan. Teori poskolonialisme
diterapkan untuk mengkaji karakter budaya yang lahir terutama pada negara- negara bekas jajahan
.
Oleh karena itu, penulis menggunakan teori ini pada novel
L‟Homme rompu karena novel ini banyak menggambarkan pengaruh dari negara Perancis yang pernah menjajah Maroko. Pengaruh-pengaruh tersebut pada novel
ini yaitu bahasa yang digunakan, keadaan masyarakat Maroko, ekonomi, budaya, dan kebobrokan pada sistem birokrasi yaitu kasus korupsi yang menjadi inti dari
cerita novel ini.
1.2 Rumusan Masalah