Pembelajaran Berbicara Landasan Teoretis

22 Effendi Media Indonesia, 22 November 1990 mengatakan bahwa seseorang dikatakan mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar apabila ia dapat berbahasa sesuai dengan maksud dan tujuannya., serta sesuai pula dengan kaidah tata bahasa dan kaidah kesantunan bahasa yang berlaku dalam masyarakat bahasa. Secara khusus Semi dalam Rizal 1991:14 menjelaskan tujuan berbicara di depan kelas antara lain agar: a.murid mampu menggunakan alat bicara secara tepat dan sempurna, baik volume maupun warna suara. b.murid terlatih menggunakan bahasa Indonesia secara aktif, sehingga mampu berkomunikasi dengan baik dalam kegiatan formal sehari-hari. c.murid dapat berbahasa dengan sopan santun yang berlaku d.murid mampu melafalkan dan mengucapkan kalimat-kalimat dengan intonasi yang betul. e.murid berani mengeluarkan pendapat secara lisan dalam berbagai situasi.

2.2.2 Pembelajaran Berbicara

Karo dkk 1979:5 mengatakan teknik adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam mengajar perlu teknik yang tepat, karena teknik pengajaran adalah suatu cara atau jalan yang berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan pengajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. Pendapat tersebut juga dijelaskan oleh Surachmad 1961:74 yang menyatakan bahwa makin baik pemilihan teknik pengajaran makin efektif pula pencapaian tujuan. 23 Tujuan mengajar menurut Karo dkk, 1979:5 ialah agar siswa atau orang yang diberi pelajaran dapat menerima bahan yang disajikan dan lebih daripada itupelajar mampu mengembangkan bahan-bahan yang diterima dan telah dikuasainya itu. Rahmanto 1988:113 berpendapat bahwa bercerita adalah mengungkapkan perasaan yang dialami si tokoh, menceritakan hubungan tokoh satu dengan yang lain, atau mengungkapkan jiwa serta suasana yang meliputi cerita seperti keingintahuan, kebahagiaan, kecemasan, kecurigaan, misteri dan lain sebagainya. Selanjutnya masih menurut Rahmanto, bercerita juga merupakan aktivitas untuk melatih imjinasi dan keterampilan berbahasa. Kegiatan bercerita yang dilaksanakan secara lisan itu melibatkan kemampuan berbicara. Menurut Laksono 2003:14 kemampuan berbicara adalah kemampuan mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, tetapi kemampuan berbicara tidak hanya persoalan mengucapkan kata- kata saja. Ada beberapa unsur yang terlibat dalam kegiatan berbicara, yaitu pembicara, pendengar, pesagagasan yang ingin disampaikan, situasi, dan saran pembicaraan verbal dan nonverbal. Doyin 2004:1 dalam pelatihan teknik mendongeng mengatakan bahwa bercerita sama artinya dengan mendongeng. Pengertian tersebut tidak berbeda, yang membedakan adalah materi, cakupan, hakikat, dan sifat. Dalam mendongeng materi yang disampaikan adalah dongeng, cakupan cerita lebih luas dan hakikat dongeng itu termasuk cerita, cerita dongeng bersifat khayal. Sedangkan dalam bercerita materi yang disampaikan adalah cerita, cerita lebih luas daripada dongeng, sebab dongeng termasuk cerita. Selain itu cerita dapat bersifat khayal dan nyata. 24 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan seseorang memliki kemampuan bercerita bila sanggup dan cakap mengungkapkan gagasan cerita baik nyata maupun khayal secara lisan kepada orang lain. Dalam mengungkapkan gagasan memperhatikan kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaannya. Pembelajaran berbicara dengan teknik bercerita hasil pengamatan disajikan dalam kurikulum 2004 mata pelajaran bahasa Indonesia. Hasil belajar yang diharapkan adalah menceritakan hasil pengamatan dengan bahasa yang runtut dan komunikatif. Berkaitan dengan hal itu, guru diharapkan dapat memilih teknik atau media yang dianggapsesuai dengan tujuan, bahan materi pokok, dan indikator yang diharapkan. Guru diharapkan menggunakan teknik yang dapat mendorong mengembangkan pemikiran-pemikiran siwa learning to think, dan menambah pengalaman belajar baru learning by experience Yamin 2003:96 Dalam penelitian ini teknik bercerita hasil pengamatan merupakan suatu cara yang diduga dapat digunakan agar kemampuan berbicara dapat mencapai tujuan. Untuk mengukur kemampuan berbicara siswa dalam menggunakan teknik bercerita hasil pengamatan dapat menuntun siswa ke arah pembicaraan yang lebih baik. Lancar bercerita berarti lancar berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, intonasi yang tepat, urutan kata sistematis, menguasai masa pendengar dan berperilaku menarik. Pertama-tama siswa melakukan pengamatan terhadap objek secara langsung atau melalui media gambar. Kemudian siswa membuat peta konsep tentang hasil pengamatan tersebut. Setelah mengidentifikasi objek langsung dan 25 mengamati gambar, siswa menceritakannya di depan pendengarnya. Melalui kegiatan menceritakan hasil pengamatan ini siswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berbicaranya. Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam merencanakan dan mempersiapkan suatu pembicaraan dalam situasi foraml atau berbicara di depan kelas. Langkah-langkah tersebut adalah : 1 memilih pokok pembicaraan yang menarik, 2 menentukan tujuan 3 mengumpulkan bahan-bahan, dan 4 menyusun kerangka Arsjad 1988:28-30. Pokok pembicaraan merupakan salah satu penunjang keefektifan berbicara yang akan disampaikan kepada pendengar sehingga pokok pembicaraan menarik hati pendengarnya. Umumnya orang lebih cenderung mendengarkan suatu pembicaraan yang disenangi pembicara daripada mendengarkan suatu pembicaraan yang membosankan mengenai suatu pokok pembicaraan yang sedikit diketahui oleh pembicara. Sehingga pokok pembicaran perlu dibatasi agar tidak menyimpang pada hal-hal yang tidak berhubungan. Dengan membatasi pokok pembicaraan yang akan disampaikan oleh pembicara, akan tercakup suatu bidang tertentu secara baik dan menarik. Kalau pokok pembicaraan tidak dibatasi, pembicaraan menjadi terlalu umum dan akan meninggalkan kesan yang samar-samar pada pendengar Tarigan 1985:29. Apabila pembicara sudah menetapkan pokok pembicaraan yang akan disampaikan, pembicara akan mencari bahan-bahan yang berhubungan dengan pokok pembicaraannya. Bila dibutuhkan bahan tambahan, dapat dicari dari berbagai 26 sumber, misalnya dari buku, majalah, surat kabar, atau dari orang yang ahli dalam bidang tertentu yang berhubungan dengan pokok pembicaraan si pembicara. Dalam menyampaikan pembicaraan perlu adanya penyusunan kerangka pembicaraan yang akan disampaikan oleh pembicara. Penyusunan kerangka digunakan sebagai pedoman dalam berbicara, sehingga dapat berbicara secara sistematis. Dengan adanya kerangka pembicaraan akan terarah dan tersusun secara sistematis.

2.2.3 Pembelajaran Berbicara di Sekolah Dasar Berdasarkan Kurikulum 2004