Kinerja Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta (Studi Tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta)

(1)

KABUPATEN PURWAKARTA

(Studi Tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta)

LAPORAN KKL

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh : BAGAS PUJO DEWADI

41709018

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

67

RIWAYAT HIDUP PENELITI

DATA PRIBADI

Nama : Bagas Pujo Dewadi

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 04 Januari 1991 Nomor Induk Mahasiswa : 41709018

Program Studi : Ilmu Pemerintahan Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Bangbayang-Regol No.90 RT 04 RW 08 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kotamadya Bandung 40135, Provinsi Jawa Barat.

Status Perkawinan : Belum Kawin

DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Eko Widodo Suprayitno

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Nama Ibu : Jumitri

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Perumahan Griya Mukti Blok E No. 21 RT 05 RW 06 Kelurahan Desa Ciwareng, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat


(5)

PENDIDIKAN FORMAL

1998s/d 2004 : SD Negeri 1 Kabupaten Purwakarta

2004 s/d 2006 : SMP Negeri 1 Kabupaten Purwakarta

2006 s/d 2009 : SMA Negeri 1 Bungursari 2009 s/d Sekarang : Universitas Komputer Indonesia

PENDIDIKAN NON FORMAL

2009 : Peserta Ceramah Umum Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia

2010 : Peserta Ceramah Umum

Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Komputer Indonesia

2011 : Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan,

DODIK Bela Negara,

Universitas Komputer Indonesia

2012 : Latihan Kader I

Himpunan Mahasiswa Islam

Komisariat Universitas Komputer Indonesia 2012 : Training Dasar Organisasi dan Kepemimpinan

Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia 2012 : Latihan Kepemimpinan Manajemen

Mahasiswa,

Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia


(6)

PENGALAMAN ORGANISASI

2008 – 2009 : Ketua Majelis Permusyawartan Kelas SMA Negeri 1 Bungursari

2009 – 2010 : Anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan

Universitas Komputer Indonesia 2010 – 2011 : Anggota Himpunan Mahasiswa

Ilmu Pemerintahan

Universitas Komputer Indonesia 2011 – 2012 : Koordinator Kesejahteraan Mahasiswa

Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia

2011 – 2012 : Sekretaris Negara

Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia

Bandung, November 2012

Bagas Pujo Dewadi NIM. 4.17.09.018


(7)

vii

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………..………... x

DAFTAR LAMPIRAN………..………... xi BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1.2 Kegunaan Laporan KKL... 1.3 Metode KKL... 1.3.1 Teknik Pengumpulan Data ...

1.3.2 Analisa Data………..………..

1.4 Objek Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL……….………….. 1.4.1 Gambaran Umum dan Letak Geografis Kabupaten Purwakarta.

1.4.1.1 Visi dan Misi Kabupaten Purwakarta... 1.4.2 Tugas dan Fungsi Aparatur KPUD Kabupaten Purwakarta... 1.4.2.1 Staf Pelaksana Subbagian Program dan Data... 1.4.2.2 Staf Pelaksana Subbagian Hukum... 1.4.2.3 Staf Pelaksana Subbagian Teknis Pemilu dan Hupmas. 1.4.2.4 Staf Pelaksana Subbagian Keuangan... 1.4.2.5 Staf Pelaksana Subbagian Umum... 1.4.3 Data Aparatur dan Struktur Organisasi KPUD Kabupaten

Purwakarta... 1.4.4 Lokasi Penelitian... 1.4.5 Jadwal Penelitian...

1 5 5 6 7 9 9 11 11 12 13 15 16 17 18 22 22


(8)

viii

2.1 Pengertian Kinerja... 2.2 Pengertian Aparatur...

2.2.1 Hak dan Kewajiban Aparatur………..……….. 2.3 Pengertian Komisi Pemilihan Umum Daerah……….

2.3.1 Tugas dan Kewenangan KPU………..………

24 30 32 33 35

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kegiatan KKL... 3.2 Pembahasan KKL...

3.2.1 Kemampuan Aparatur Dalam Menyelesaikan Tugas di Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta ……….. 3.2.2 Motivasi Dalam Optimalisasi Kinerja Aparatur di Komisi

Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta………... 3.2.3 Ketersediaan Jumlah Individu Aparatur Terhadap Tugas di

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Purwakarta………

3.2.4 Keberadaan Lingkungan Organisasi Yang Beguna Bagi Kinerja Aparatur Komisi Pemilhan Umum Daerah Kabupaten Purwarta………... BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan... 4.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA……….…….

LAMPIRAN-LAMPIRAN………

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….

37 47

47

49

50

52

55 56 58 60 67


(9)

ix

Halaman

Tabel 1.1 Data Aparatur…..………... Tabel 1.2 Jadwal Penelitian………..…… Tabel 3.1 Rekapitulasi Daftar Pemilih Sementara……….

18 23 44


(10)

x

Halaman Gambar 1.1 Gambar Struktur Organisasi Komisi Pemilihan Umum


(11)

xi

Halaman

Lampiran 1 Berita Acara Bimbingan……….

Lampiran 2 Form Aktivitas Harian KKL di KPUD Kabupaten

Purwakarta………..

Lampiran 3 Surat Perizinan KKL di KPUD Kabupaten

Purwakarta……….……….

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan KKL di KPUD Kabupaten Purwakarta……….

61

63

65


(12)

v

Puji syukur penulis panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala berkah dan nikmat serta ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah, yang

selalu kita nantikan syafa’atnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan ini penulis mengambil judul “Kinerja Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta (Studi Tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta)”.

Sehubungan dalam tahap pembelajaran penulis meminta maaf apabila dalam penulisan laporan Kuliah Kerja Lapangan ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, maka dari itu dengan ikhlas penulis memohon saran dan kritiknya sebagai bahan acuan dalam penulisan laporan berikutnya.

Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dari bimbingan, dorongan ataupun segala fasilitas yang bermanfaat. Untuk itu, dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Nia Karniawati S.IP.,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia.

3. Tatik Fidowaty S.IP., M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta saran yang membangun kepada penulis guna menyelesaikan penulisan ini.

4. Kedua Orang Tua Penulis yang selalu memberikan do’a, dukungan moral dan motivasi yang sangat berarti bagi penulis.

5. Fika Ajeng Dewayanti yang merupakan adik kandung penulis yang tidak berhenti member dorongan yang bermakna bagi penulis guna menyelesaikan penulisan ini.


(13)

vi

henti-hentinya memberikan motivasi dan kritik positif yang mendewasakan penulisan.

7. Bapak Deni Ahmad Haidar selaku Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta.

8. Bapak Drs. Karlan selaku Sekretaris Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta.

9. Kanda Halimil Fathi A.Md selaku pembimbing Kuliah Kerja Lapangan yang telah memberikan berbagai saran dan informasi kepada peneliti.

10. Bapak dan Ibu aparatur Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

11. Rekan-rekan angkatan 2009 Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia.

12. Sahabat-sahabat Himpunan Mahasiswa Periode 2011/2012 Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Komputer Indonesia.

13. Sahabat-sahabat dari Badan Eksekutif Mahasiswa Periode 2011/2012 Universitas Komputer Indonesia.

14. Rakanda dan Rakanita seperjuangan Himpunan Mahasiswa Islam

“Yakin Usaha Sampai” Komisariat Universitas Komputer Indonesia. Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan penulisan ini, besar harapan penulis semoga penyusunan laporan KKL ini dapat bermanfaat umumnya bagi semua pihak yang memerlukannya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Bandung, November 2012


(14)

58 Buku-buku:

Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusaka Sinar Harapan.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2000). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung : Rafiak Aditama

Stewart, Aileen Mitchell. (1998). Empowering People Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Kanisius

Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Yudhoyono, bambang. (2002). Otonomi Daerah Desentralisasi Dan Pengembangan SDM Aparatur Pemda Dan Anggota DPRD. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian

Survai. Jakarta: LP3S

Dokumen-dokumen:

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2010 tentang tugas staf pelaksana pada Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten/Kota.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu. Undang-Undang Dasar Pasal 22-E Tahun 1945 dan Undang-undang Nomor

12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.


(15)

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum.

Rujukan Elektronik:

Sumber Daya Manusia dalam Pelayanan Publik melalui http://repository.usu.ac.id diakses 14 April 2012

Efektivitas Kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhinya melalui http://jurnal-sdm.blogspot.com diakses 14 April 2012

Gambaran Umum Kabupaten Purwakarta melalui

http://www.purwakartakab.go.id diakses 14 April 2012

Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif melalui http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id diakses 14 April 2012 Gambaran Umum Komisi Pemilihan Umum melalui http://www.kpu.go.id


(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang KKL

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi, karena kemampuan dalam setiap individu yang disebut sebagai SDM merupakan salah satu faktor yang menjadi bagian sentral dalam berkembang atau menurunnya prestasi sebuah organisasi . Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.

Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusia atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industri organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.

Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat diperhitungkan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.

Sumber Daya Manusia apabila tidak di sinergikan dengan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang memadai untuk mendapatkan hasil kerja yang positif dan juga jelas demi hasil yang memuaskan pula. Sarana


(17)

menurut kamus bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang dapat dipakai, propaganda mencapai maksud atau tujuan, alat media, syarat, upaya dan sebagainya. Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

Kinerja tidak akan terlepas dari ketersediaan anggaran guna melaksanakannya, baik pada skala pribadi, organisasi, atau negara pasti menggunakan anggaran. Tanpa ketersediaan anggaran, maka kegiatan tidak akan bisa dilaksanakan. Oleh karena itu, anggaran dianggap sangat penting. Bahkan, besar kecilnya jumlah anggaran dijadikan ukuran kemajuan atau besar kecilnya program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam suatu lingkungan organisasi ketersediaan anggaran serta kebijakan menjaga hubungan (relationship) antar aparatur dalam suatu instansi akan mampu menjadikan sebuah motivasi yang besar terkait dengan hasil kerja yang maksimal.

Pandangan seperti itu, menjadikan anggaran sebagai sesuatu yang selalu diperebutkan. Berbagai cara dilakukan orang, organisasi atau instansi pemerintah, agar anggaran setiap tahunnya selalu naik. Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun hingga anggaran menjadi turun. Jika itu terjadi, maka kegiatan akan berkurang. Besar kecilnya anggaran juga seringkali dijadikan tolak ukur kemajuan organisasi atau lembaga pemerintah.

Berpikir tentang anggaran memang penting, apalagi bagi lembaga yang diharapkan menjadi semakin maju. Akan tetapi jika hal itu dilakukan secara berlebihan, maka juga tidak akan selalu menguntungkan semua aspeknya bagi lingkungan organisasi atau instansi itu sendiri. Besarnya anggaran menuntut tanggung jawab yang semakin berat. Pemegang anggaran harus bisa mempertanggung jawabkan amanah yang sudah diberikan.

Kenyataannya, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk mengelola sejumlah anggaran yang melebihi batas kesanggupannya.


(18)

Banyaknya orang tersangkut korupsi, manipulasi, dan kemudian dipenjara adalah oleh karena kesalahan dalam mengelola anggaran. Korupsi selalu terkait dengan penyimpangan uang. Maka artinya, tidak semua pejabat mampu mengelola dan menjaga anggaran yang dipercayakan kepadanya. Adanya motivasi dan tingkat kesadaran individu di setiap instansi pemerintah sangat diperlukan disini, karena memang apabila didasarkan dengan motivasi yang positif, maka akan menghasilkan individu-individu atau dalam hal ini adalah aparatur yang giat dan ulet untuk menghasilkan kinerja yang positif dan jauh dari pandangan negatif.

Regulasi dalam pelaksanaan kinerja KPUD Kabupaten Purwakarta sangat perlu diperhatikan guna mencapai kesepakatan yang jelas mengenai pembagian kinerja antara aparatur di KPUD, guna meminimalisir kegiatan negatif, serta kesalahpahaman antar aparatur KPUD. Regulasi adalah "mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan." Regulasi dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, misalnya: pembatasan hukum diumumkan oleh otoritas pemerintah, regulasi sosial (misalnya norma), co-regulasi dan pasar. Seseorang dapat, mempertimbangkan regulasi dalam tindakan perilaku misalnya menjatuhkan sanksi (seperti denda). Tindakan hukum administrasi, atau menerapkan regulasi hukum, dapat dikontraskan dengan hukum undang-undang atau kasus.

Regulasi diamanatkan oleh upaya negara untuk menghasilkan hasil yang tidak mungkin sebaliknya terjadi, memproduksi atau mencegah hasil di tempat yang berbeda dengan apa yang dinyatakan mungkin terjadi, atau memproduksi atau mencegah hasil dalam rentang waktu yang berbeda daripada yang akan terjadi. Dengan cara ini, Regulasi dapat dilihat sebagai artefak laporan pelaksanaan kebijakan. Contoh umum regulasi mencakup kontrol di masukan pasar, harga, upah, persetujuan Pembangunan, efek polusi, pekerjaan bagi orang-orang tertentu dalam industri tertentu, standar produksi untuk barang-barang tertentu, pasukan militer dan jasa.

Penyelenggara Pemilu berpedoman kepada asas : mandiri; jujur; adil; kepastian hukum; tertib penyelenggara Pemilu, kepentingan umum;


(19)

keterbukaan; proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.

Upaya mewujudkan proses penyelenggaraan Pemilu yang cepat, akurat, dan transparan melalui pemanfaatan SDM yang berkualitas guna melaksanakan rangkaian pemilihan umum di tingkat Daerah (Pemilukada) Kabupaten/Kota. Kabupaten Purwakarta menerapkan berbagai konsep untuk menunjang kinerja aparatur KPUD Kabupaten Purwakarta. KPUD Kabupaten Purwakarta memiliki sedikit kendala dalam hal fasilitas dan SDM yang merupakan salah satu alat penunjang dalam melaksanakan kegiatan pemilihan umum Bupati Kabupaten Purwakarta. Pemanfaatan fasilitas dan SDM pada KPUD Kabupaten Purwakarta, memungkinkan proses penyelenggaraan pemilihan Bupati, khususnya dalam penghitungan suara dapat dilaksanakan dengan lebih cepat, akurat, dan transparan. Namun kemampuan para aparatur bisa lebih diperhatikan agar ketersediaan fasilitas berupa perbaikan infrastruktur serta adanya penambahan jumlah kuantitas barang yang nantinya bisa dipersiapkan tidak menjadi sia-sia dan berguna sesuai dengan yang diharapkan.

Metode pelatihan yang diterapkan KPU Kabupaten Purwakarta masih terkendala oleh berbagai faktor yang kurang menunjang pada tahap pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi mulai dari kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), ketersediaan anggaran, motivasi dari pihak ketua, lingkungan orgnisasi yang masih terkesan individualistis dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya pada masing-masing aparatur, regulasi, hingga perubahan proses kerja secara manual yang masih dijadikan prioritas yang menjadi hambatan untuk melaksanaan pemilihan umum Kabupaten Purwakarta secara optimal. Upaya KPU Kabupaten Purwakarta untuk menyelenggarakan proses pelaksanaan Pemilihan Bupati dengan lebih cepat, tepat, dan transparan melalui pemanfaatan fasilitas yang menjadi kendala. Dengan permasalahan yang dihadapi oleh KPU Kabupaten Purwakarta ini maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini,


(20)

Kabupaten Purwakarta (Studi tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta)”.

1.2. Kegunaan Laporan KKL

Hasil KKL ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut:

1. Kegunaan bagi peneliti

Hasil KKL ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan, pengetahuan dan memberikan pemahaman mengenai pengaruh kesiapan KPUD Kabupaten Purwakarta terhadap kinerja anggota KPUD dalam pemilihan Kabupaten.

2. Kegunaan Teoritis

Hasil KKL ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan khususnya dalam rangka mengembangkan teori-teori mengenai Konsep teori Kinerja, Sistem Kepartaian dan Pemilu, yang peneliti gunakan dan relevan dengan permasalahan KKL ini.

3. Kegunaan Praktis

Hasil KKL ini mudah-mudahan dapat dijadikan pertimbangan dan masukan dalam rangka penerapan teori Kinerja, khususnya bagi KPUD Kabupaten Purwakarta dalam mengimplementasikan Pemilihan Umum Kepala Daerah yang akan berlangsung pada tahun ini atau bahkan menjadi sebuah referensi yang berguna bagi dasar pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah pada periode selanjutnya.

1.3. Metode KKL

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada usulan penelitian ini, khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penelitian berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian dan pengamatan.


(21)

Dengan demikian, penulis dalam melakukan Kuliah Kerja Lapangan ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriftif dapat diartikan sebagai berikut:

Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. Penelitian deskriftip dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian. (Burhan Bungin,2001:124).

Berdasarkan pengertian itu, maka metode deskriptif menggambarkan tentang Kinerja Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta (Studi Tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta) sesuai dengan apa yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya berdasarkan bukti-bukti yang ada untuk dianalisa dan interpretasi terhadap data tersebut.

1.3.1. Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan berbagai macam data, guna memperjelas laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, data yang penulis cantumkan diperoleh melalui teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Studi Pustaka

Penggunaan studi pustaka sangat dibutuhkan penulis untuk menambah wawasan berkenaan dengan teori-teori yang digunakan. Studi pustaka merupakan pengambilan data berupa referensi berdasarkan buku yang berkaitan dengan Kinerja, Studi pustaka ini didapat dari buku, artikel, dan dokumentasi untuk dikumpulkan sebagai teori yang dijadikan landasan dalam menyusun usulan penelitian.

b. Observasi Non Partisipan

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data secara Observasi Non Partisipan karena peneliti tidak diperkenankan ikut di dalam kehidupan orang yang akan diobservasi, dan secara terpisah berkedudukan selaku


(22)

pengamat. Di dalam hal ini penulis hanya bertindak sebagai pengamat dalam setiap kejadian yang akan berlangsung di lokasi yang akan di observasi, tanpa harus ikut terjun langsung ke lapangan yang berhubungan dengan gejala-gejala yang diteliti mengenai Kinerja Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta (Studi Tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta).

c. Internet Searching (Pencarian Data di Internet)

Teknik pencarian data melalui internet dengan cara mengunjungi situs jejaring sosial yang sifatnya personal dan situs lain yang bisa memberikan informasi dari dunia maya.

Sebagai gambaran bahwa pencarian data di internet akan membantu penulis dalam menemukan informasi yang lama dan baru, dijelaskan oleh jack febrian sebagai berikut :

“Pada tahun 1996, terdapat sebanyak 30.000 website.

Perkembangan dan peningkatannya cukup menakjubkan, yaitu sebesar 200 % setiap 53 hari. Bisa sama-sama kita bayangkan, betapa kayanya informasi yang ada disana, tiap website mempunyai ciri khasnya masing-masing. Hebatnya lagi, kita bisa mendapatkan berita-berita terkini tanpa harus menunggu koran esok pagi, sehingga jika kita mengetahui informasi terkini, bukalah internet!”. (Febrian, 2005 ; 25)

1.3.2 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Analisa data yang diperoleh dari para Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono yang menyatakan bahwa :

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisa data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. (Sugiono,2005:1)

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dianalisa oleh peneliti yang menekankan pada kinerja anggota dalam memberikan informasi tentang


(23)

pelaksanaan Pemilihan Umum Bupati di Kabupaten Purwakarta kepada masyarakat.

Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data (Bagong Suyatna, 2005:183). Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian laporan ini ada tiga teknik, dikutip dari Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, ketiga teknik tersebut adalah:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal


(24)

tetapi mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

1.4 Objek, Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Objek, lokasi dan waktu pelaksanaan berisikan mengenai bagaimana penjelasan secara ringkas tempat yang diambil dan dimininati penulis guna melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta.

1.4.1 Gambaran Umum dan Letak Geografis Kabupaten Purwakarta Kabupaten Purwakarta memiliki morfologi tanah yang bervariasi, dari dataran rendah ke dataran tinggi, dengan ketinggian 150-1500 di atas permukaan laut (dpl), yang makin meninggi ke arah pegunungan di bagian tenggara. Beberapa gunung yang membentang dari Barat ke Timur, antara lain: Gunung Cantayan, Gunung Bongkok, Gunung cilalawi, Gunung Burangrang, Gunung Cupu, Gunung Dingdingari, Gunung Haur, Gunung Gedogan, Gunung Karadak, Gunung Kancana, Gunung Kacapi, Gunung Lembu, Gunung Mandalawangi, Gunung Masigit, Gunung Parang, Gunung Pamoyanan, Gunung Panawingan, Gunung Pangukus, Gunung Sandaan, Gunung Sanggabuwana dan Gunung Sembung.

Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari Wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107o30' – 107o40' BT dan 6o25' – 6o45' LS. Secara administratif, Kabupaten Purwakarta mempunyai batas wilayah sebagai berikut, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung Barat, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur, Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor.

Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga jalur utama lalu-lintas yang lebih dikenal dengan “segi-tiga emas”, yaitu jalur Purwakarta


(25)

-Jakarta, Purwakarta-Bandung dan Purwakarta-Cirebon yang merupakan jalur utama ke wilayah Jawa Tengah. Dengan kata lain, dari segi transportasi dan komunikasi, letak geografis Purwakarta sangat strategis karena dilalui oleh jalan raya negara/provinsi, jalan tol dan jalan kereta api.

Secara umum Kabupaten Purwakarta terletak dalam elevasi 83,60 – 670 meter dpl, yang terdiri dari Dataran tinggi (pegunungan) dengan luas lebih dari 30% dari luas wilayah kabupaten. Dataran itudi daerah Selatan meliputi wilayah Kecamatan-kecamatan Wanayasa, Darangdan, dan Bojong, Daratan berbukit meliputi hampir 50% dari seluruh wilayah kabupaten, mencakup Kecamatan-kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Plered, Sukatani, Tegalwaru, Maniis, Pondoksalam, Kiarapedes, dan Pasawahan. Bagian terbesar wilayah Barat merupakan daerah Bendungan Ir. H. Djuanda (Waduk Jatiluhur). Dataran rendah di bagian Utara dengan luas sekitar 20% dari luas wilayah kabupaten. Meliputi Kecamatan-kecamatan Purwakarta, Babakan Cikao, Bungursari, Cibatu dan Campaka.

Ditinjau dari aspek geografis, letak Kabupaten Purwakarta dapat dibagi atas beberapa wilayah, yaitu Bagian Utara, Barat, Selatan dan timur. Wilayah Bagian Utara mencakup Kecamatan Campaka, Bungursari, Cibatu, Purwakarta, Babakancikao, Pasawahan, Pondoksalam, Wanayasa dan Kiarapedes. Sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian antara 25-500 m di atas permukaan laut (dpl).

Wilayah Barat meliputi Kecamatan Jatiluhur dan Sukasari, dimana bagian yang merupakan permukaan air danau Ir. H. Juanda mempunyai ketinggian 107 m dpl. Sedangkan tanah daratan disekitarnya berada pada ketinggian sekitar 400 m dpl. Kabupaten Purwakarta Bagian Selatan dan Timur, wilayahnya meliputi Kecamatan Plered, Maniis, Tegalwaru, Sukatani, Darangdan dan Kecamatan Bojong, dengan ketinggian lebih dari 200 m dpl.

Sejak Januari 2001, Kab. Purwakarta mempunyai 17 kecamatan dengan 192 desa/kelurahan (183 desa dan 9 kelurahan). Jarak antara Kecamatan bervariasi, dimana jarak terdekat sepanjang 4 km terdapat anatara Kecamatan Sukatani dengan Kecamatan Plered. Sementara jarak


(26)

terjauh adalah 60 km yang terdapat antara Kecamatan Bojong dengan Kecamatan Sukasari.

1.4.1.1 Visi dan Misi Kabupaten Purwakarta Visi: Purwakarta Berkarakter

Misi:

1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa.

2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global.

3. Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial.

4. Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat.

1.4.2 Tugas dan Fungsi Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta

Tugas dan struktur pada sebuah organisasi atau instansi-instansi pemerintahan sangat berpengaruh terhadap kinerja yang baik pula, adanya konstitusi anggaran dasar dalam stiap .organisasi atau instansi yang membagi anatara tugas fungsi serta struktur organisasinya masing-masing maka akan terciptanya sebuah struktur organisasi yang jelas sesuai dengan tugas dan tujuan setiap organisasi itu sendiri, dan oleh sebab itu, maka akan menciptakan sebuah rasa ketertarikan setiap aparatur sebuah instansi pemerintah untuk mengerjakan sebuah kesesuaian kerja sesuai dengan porsi terhadap tugas dan jabatan yang rasional akan menjadi salah satu sebab prestasi kerja yang positif itu lahir. Begitu pula tanpa terkecuali pada instansi-instansi yudikatif dalam struktur pemerintahan di Indonesia, adanya


(27)

peraturan dan batasan pada setiap kebijakan yang harus diambil dalam sebuah pekerjaan pegawai/aparatur itu harus tetap pada jalurnya, maka akan menciptakan sebuah keseimbangan antara kesesuaian, tingkat motivasi sehingga menghasilkan kerja positif yang diharapkan. Kesesuaian peran dan fungsi Komisi Pemilihan Umum Daerah agar tetap seimbang dan melaksanakan kinerja sesuai dengan visi dan misinya, maka Komisi Pemilihan Umum mengeluarkan peraturan Nomor 4 Tahun 2010 mengenai uraian tugas pokok staf pelaksana di setiap Subbagian pada Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten/Kota, Staf pelaksana pada sekretariat KPU Kabupaten/Kota dapat dibagi sebagai berikut :

1. Staf pelaksana pada Subbagian Program dan Data 2. Staf pelaksana pada Subbagian Hukum

3. Staf pelaksana pada Subbagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat

4. Staf pelaksana pada Subbagian Keuangan,

5. Staf pelaksana pada Subbagan Umum, dan Logistik

Pada kesetaraan terhadap porsi kerja aparatur yang biasa dan terkesan tidak terlalu rumit yang terlihat dalam setiap kinerja aparatur di Komisi Pemilihan Umum Daerah, ternyata ada garis konstitusi yang memisahkan antara Subbagian-Subbagian yang terdaftar dalam struktur organisasi Komisi Pemilihan Umum Daerah itu sendiri, dan peraturan ini tertulis jelas sesuai dengan kebijakan UU Nomor 4 Tahun 2010 Komisi Pemilihan Umum mengenai perbedaan dan pembagian tugas pokok dan fungsi dalam Komisi Pemilhan Umum Kabupaten/Kota.

1.4.2.1 Staf pelaksana pada Subbagian Program dan Data mempunyai tugas:

a. Mengumpulkan dan mengolah bahan penyusunan rencana anggaran Pemilu.

b. Menyusun dan mengelola perencanaan anggaran Pemilu. c. Mengelola, menyusun, data pemilih.


(28)

d. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan kerjasama dengan lembaga pemerintahan lain yang terkait.

e. Mengumpulkan dan mengolah bahan penyusunan kerjasama dengan lembaga non pemerintahan.

f. Melakukan survey untuk mendapatkan bahan kebutuhan Pemilu. g. Mengumpulkan dan mengolah bahan kebutuhan pemilu.

h. Mengumpulkan dan mengolah bahan hasil monitoring penyelenggara Pemilu.

i. Mengumpulkan dan mengolah bahan hasil supervisi penyelenggara Pemilu.

j. Menyusun dan mengelola laporan pelaksanaan kegiatan Subbagian Program dan Data.

k. Memberikan dan mengelola bahan pertimbangan kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

l. Melaporkan hasil penyusunan dan pengelolaan pelaksanaan tugas kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

n. Menyusun dan merencanakan kebutuhan anggaran proses rekruitmen anggota KPU Kabupaten/Kota.

o. Menyusun dan merencanakan anggaran proses Penggantian Antar Waktu Anggota KPU.

p. Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

1.4.2.2 Staf pelaksana pada Subbagian Hukum mempunyai tugas: a. Mengumpulkan dan mengelola bahan untuk materi penyuluhan

peraturan perundan-undangan tentang Pemilu.

b. Mengumpulkan dan mengelola bahan untuk advokasi dan konsultasi hukum penyelenggara Pemilu.

c. Menyusun dan mengolah bahan-bahan yang sudah dikumpulkan untuk advokasi dan konsultasi hukum penyelenggara hukum.


(29)

d. Mengumpulkan dan menyusun bahan-bahan untuk pembelaan dalam sengketa hukum penyelenggara Pemilu.

e. Menyusun dan mengolah bahan-bahan untuk verifikasi adminitrasi dan factual partai politik peserta Pemilu.

f. Menyusun dan mengelola evaluasi terhadap kegiatan verifikasi partai politik peserta Pemilu dan laporannya.

g. Menyusun dan mengelola verifikasi calon anggota DPRD Kabupaten/Kota.

h. Menyusun laporan kegiatan verifikasi partai politik peserta Pemilu. i. Mengumpulkan dan menyusun bahan-bahan untuk verifikasi

administrasi dan faktual perseorangan peserta Pemilu.

j. Menyusun dan mengolah bahan-bahan yang sudah dikumpulkan untuk verifikasi administrasi dan faktual calon perseorangan peserta Pemilu.

k. Mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan informasi administrasi pelaporan dana kampanye peserta Pemilu.

l. Mengumpulkan dan mengolah identifikasi kinerja staf di Subbagian Hukum.

m. Menghimpun dan mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lainnya yang materinya berhubungan dengan bidang tugas Subbagian Hukum.

n. Menyusun dan mencari bahan permasalahan yang terjadi dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka pemecahan masalah.

o. Menyusun dan mencari bahan pertimbangan kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

p. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

q. Menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Subbagian Hukum Kabupaten/Kota.


(30)

s. Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

1.4.2.3 Staf pelaksana pada Subbagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat mempunyai tugas:

a. Mengumpulkan dan menyusun identifikasi bahan dan informasi pembagian daerah pemilihan dan alokasi kursi untuk Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Kabupaten/Kota.

b. Menyusun draft pembagian daerah pemilihan dan alokasi kursi untuk Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota.

c. Mengumpulkan dan menyusun identifikasi bahan dan informasi tentang pemungutan suara, perhitungan suara, dan pendapatan hasil Pemilu.

d. Menyusun dan mencari bahan draft pedoman dan petunjuk teknis pemunguta, perhitungan suara, dan penetapan hasil Pemilu.

e. Mengumpulkan dan menyusun identifikasi masalah bahan informasi untuk penyusunan pedoman dan petunjuk teknis penggantian antar waktu dan pengisian Anggota DPRD Kabupaten/Kota.

f. Menyiapkan semua berkas kelengkapan Penggantian Antar Waktu Anggota DPRD Kabupaten/Kota dan hubungan calon pengganti untuk melengkapi kekurangan persyaratan.

g. Mengumpulkan dan mengidentifikasi bahan pemberitaan dan penerbitan informasi Pemilu.

h. Menyusun draft pemberitaan dan penerbitan informasi Pemilu.

i. Mengumpulkan dan mengidentifikasi bahan dan informasi pelaksanaan kampanye.

j. Menyusun draft tata cara pelaksanaan sosialisasi dan kampanye. k. Mengumpulkan dan mengidentifikasi bahan dan informasi pedoman

teknis bina partisipasi masyarakat, dan pelaksanaan pendidikan Pemilu.

l. Melakukan identifikasi kinerja staf di Subbagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat.


(31)

m. Menginventarisir permasalahan yang terjadi dan menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka pemecaha masalah.

n. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

o. Melaksanakan dan menjalankan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

p. Membantu dan mengelola memfasilitasi pemeliharaan data dan dokumentasi hasil Pemilu.

q. Menyiapkan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Subbagian Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat.

r. Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

1.4.2.4 Staf pelaksana pada Subbagian Keuangan mempunyai tugas: a. Mengelola dan menyusun rencana Subbagian Keuangan.

b. Memberi informasi terbaru menyangkut pengelolaan keuangan yang menjadi kewenangan KPU Kabupaten/Kota.

c. Menyusun dan mengelola bahan peneliti laporan keuangan.

d. Menyiapkan dan menyusun bahan-bahan untuk keperluan realisasi anggaran (SAI dan LPJ/LPAK).

e. Menyusun dan memperbaharui apabila ada peraturan atau ketentuan keuangan yang terbaru.

f. Mengumpulkan dan menyusun data untuk keperluan perhitungan akuntansi.

g. Menyusun dan membuat daftar gaji/honor pegawai.

h. Menyusun dan membuat daftar pengadaan barang dan jasa.

i. Mengelola dan membuat kartu pengawasan pembayaran yang telah diajukan oleh PPK dan diselesaikan oleh KPPN.

j. Menyusun dan membantu pejabat penandatanganan SPM untuk meneliti dokumen pembayaran yang telah diajukan oleh PPK agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.


(32)

k. Menyusun dan membantu mengawasi dan mengecek pembuatan SPM sebelum diajukan dan di tanda tangani oleh pejabat penandatanganan SPM.

l. Menyiapkan dan menyusun, mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan, serta pedoman dan petunjuk teknis tentang pengelolaan keuangan Pemilu.

m. Mengelola dan memonitor serta mengevaluasi pelaksanaan teknis kegiatan pengelolaan keuangan.

n. Menyusun dan mencari bahan pertimbangan kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

o. Menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

p. Menyusun dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

q. Mengelola dan melakukan koordinasi dengan Subbagian yang lain. r. Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

1.4.2.5 Staf pelaksana pada Subbagian Umum mempunyai tugas: a. Mengelola dan menyusun rencana Subbagian Umum.

b. Menyusun dan melakukan urusan kearsipan, surat menyurat, dan ekspedisi.

c. Menyusun dan melaksanakan penomoran, pengetikan dan pengadaan naskah dinas.

d. Menyusun dan melakukan urusan perlengkapan di Subbagian masing-masing.

e. Menyusun dan mengelola urusan rumah tangga. f. Mencatat dan menyusun surat masuk/keluar. g. Menyusun dan mengarsipkan surat masuk/keluar.

h. Menyusun dan mengarsipkan himpunan-himpunan naskah dinas. i. Menyusun dan mencatat himpunan-himpunan naskah dinas yang

keluar.


(33)

k. Mengumpulkan dan penyusunan arsip inaktif.

l. Mengelola dan memelihara barang inventaris milik negara.

m. Menyusun dan mencari bahan pertimbangan kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

n. Menyusun dan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

o. Menyusun dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota.

p. Mengelola dan melakukan koordinasi dengan Subbagian lain. q. Menjalankan tugas lain yang diperintahkan oleh pimpinan.

(Peraturan KPU Nomor 4 Tahun 2010)

1.4.3 Data Aparatur dan Struktur Organisasi Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta

Pada dasarnya setiap instansi memiliki gaya dan struktur organisasi yang berbeda-beda, tergantung dasar konstitusi yang mendasari organisasi atau instansi tersebut yang mendasari gerak dan tindakan aparatur untuk dalam menjalankan setiap visi dan misi dari organisasi yang menaungi aparatur tersebut, pada kesempatan ini penulis menemukan beberapa data mengenai data aparatur yang berada dan terdaftar dalam kepengurusan Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta yang memiliki data aparatur sebagai berikut:

Tabel 1.1

Data Aparatur Sekretariat KPUD Kabupaten Purwakarta

Nama Pendidikan Tingkat

Jenis

kelamin Usia Jabatan

L P

Deni Ahmad Haidar, ST S1   42 tahun Ketua KPUD

Drs. Karlan S1   43 tahun Sekretaris

Asep Fakar, S.H. S1   44 tahun Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan

Ir. Yanto Sugianto S1   50 tahun Ketua Divisi Perencanaan, Keuangan,


(34)

R.M.A. Ahmad Said

Widodo, A.G. S1   39 tahun

Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia

Nurlela Mukaromah, S.Pd S1   40 tahun Ketua Divisi Umum, Rumah Tangga

dan Organisasi

Edi Setiadi, S.H. S1   41 tahun Kasubbag Program dan Data

Heru Purwanto, SmHk S1   45 tahun

Kasubbag Teknis Pemilu dan Hubungan Partisipasi Masyarakat

(Hupmas) Wahyu Tirta Wicaksana,

S.H. S1   38 tahun Kasubbag Hukum

Endan Rudiswara, S.Sos S1   37 tahun Kasubbag Umum

Basuki SMA   32 tahun Pelaksana Subbag Program dan Data

Lia Gusivriyanti, S.E. S1   30 tahun Pelaksana Subbag Program dan Data

Dindin Herdian, S.IA. S1   28 tahun Pelaksana Subbag Program dan Data

Chriftylia Firjayanti, A.Md D3   25 tahun Pelaksana Subbag Program dan Data

Irfan Saeful Hidayat SMA   27 tahun Pelaksana Subbag Program dan Data

Bunyamin SMA   36 tahun Pelaksana Subbag Teknis Pemilu dan

Hupmas

Atik Musrifa, S.IP. S1   30 tahun Pelaksana Subbag Teknis Pemilu dan

Hupmas

Yuyun Ruswana SMA   32 tahun Pelaksana Subbag Teknis Pemilu dan

Hupmas

Rahmat Mulyadi SMA   38 tahun Pelaksana Subbag Teknis Pemilu dan

Hupmas

Azis Wahab L.H SMA   29 tahun Pelaksana Subbag Teknis Pemilu dan

Hupmas

Halimil Fathi A.Md D3   27 tahun Pelaksana Subbag Teknis Pemilu dan

Hupmas

Gitasari Siswinarti, S.H. S1   36 tahun Pelaksana Subbagian Hukum

Rissa Tania Idriyanti, S.H. S1   32 tahun Pelaksana Subbagian Hukum

Sakir SMA   35 tahun Pelaksana Subbagian Hukum

Ilham Ramdhana SMA   27 tahun Pelaksana Subbagian Hukum

R.Uum Aruman, SmHk S1   46 tahun Tata Usaha

Popo Sukmarahayu H,

S.Kom S1   43 tahun Tata Usaha

Sulasmiati SMA   41 tahun Tata Usaha

Asep Setiawan SMA   25 tahun Tata Usaha

Ade Suardi SMA   31 tahun Tata Usaha

M Edi Sutrisno SMA   ฀ 32 tahun Tata Usaha

Nur Eliatriskova, S.Sos S1 ฀   26 tahun Tata Usaha

Cecep Awaludin SMA   27 tahun Tata Usaha

Eka Purwanti SMA   25 tahun Keuangan Subbag Umum

Yogi Saleh, S.E. S1   28 tahun Keuangan Subbag Umum

Rini M. Pulungan, A.Md. D3   25 tahun Keuangan Subbag Umum


(35)

H. Budi Heryadi SMA   29 tahun Keuangan Subbag Umum

Jubaedah SMA   37 tahun Keuangan Subbag Umum

Siti Aisyah SMA   32 tahun Keuangan Subbag Umum

Kiki Rizkiana SMA   24 tahun Satuan Pengamanan

Nurhaer SD   30 tahun Satuan Pengamanan

Sutrisno SD   30 tahun Satuan Pengamanan

Rani Mulyati SMA   32 tahun Pramubakti

Ujang Junaedi SD   27 tahun Pramubakti

Ahmad Sanusi SMA   31 tahun Pengemudi

Dari data yang saya peroleh mengenai aparatur dapat dilihat bahwa banyak aparatur yang menempati kedudukan dan jabatannya tidak sesuai dengan gelar dan tingkat pendidikan yang mereka peroleh di bangku perkuliahan atau Sekolah Menengah Pertamanya yang mereka ambil guna mendidiknya menjadi ahli dalam bidang kajian yang mereka dalami, walaupun ada beberapa juga yang menempati jabatan dan posisi sesuai dengan tingkat dan pendidikan yang mereka ambil di bangku pendidikan dan perkuliahan. Jenis kelaminpun berpengaruh dalam pembagian porsi pekerjaan yang diberikan, aparatur wanita tidak akan mampu bekerja maksimal apabila mendapatkan porsi kerja seperti yang dilakukan oleh aparatur pria, begitupun aparatur pria yang bisa dikatakan tidak akan mungkin bisa bekerja rapih, dan sesuai dengan yang dikerjakan dalam posisi aparatur wanita. Sehingga bukan hal yang mustahil, dan sangat dapat diperkirakan hasilnya apabila memang aparatur tersebut tidak menambahkan kemampuannya guna tujuan untuk mengahasilkan kinerja yang maksimal, maka akan mungkin hasil kinerja yang sangat minimal dalam posisi, guna untuk menempati jabatan yang diperoleh aparatur yang bersangkutan, mungkin akan terjadi sebuah permasalahan yang mengakibatkan sebuah minimalitas hasil kinerja dalam mengimplementasikan para aparatur tersebut. Melihat dari faktor usia dan pendidikan sebenarnya rata-rata dalam usia produktif dalam melaksanakan pekerjaan yang maksimal, tapi memang dalam penempatan jabatan dan


(36)

posisi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sangat menentukan hasil kinerja yang maksimal pula nantinya.

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Sekretariat KPUD Kabupaten Purwakarta

Apabila dilihat dan diperhatikan dari data aparatur dan penempatan secara struktural pada penempatan posisi atau jabatan di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Purwakarta bisa terlihat sebuah ketimpangan dalam penempatannya tersebut terutama karena adanya sebuah posisi atau jabatan yang seharusnya ditempati dan diisi oleh Sumber Daya Manusia yang ahli di bidang dalam memperoleh pendidikan dan keahliannya, masih ada yang ditempati oleh SDM yang salah, karena pendidikan sangat berpengaruh pada setiap kemampuan aparatur dalam menjalankan tugasnya, sehingga apabila salah ditempatkan maka memungkinkan kurangnya hasil prestasi kerja yang diharapkan.


(37)

1.4.4 Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil guna melaksanakan KKL penulis adalah di Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta Jl. Flamboyan No. 60 Kabupaten Purwakarta Telp. (0264) 218017 Fax. (0264) 218016, dengan subjeknya adalah para aparatur negara yang bekerja di Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta.

1.4.5 Jadwal Penelitian

Penjadwalan penelitian kuliah kerja lapangan sampai dengan pengumpulan laporan dan seminar Lokakarya ini melewati beberapa tahapan, yaitu terdiri dari :

a. Observasi awal ke Lokasi tempat dilaksanakannya KKL b. Pengajuan Judul KKL

c. Bimbingan Usulan KKL

d. Penyusunan Usulan Penelitian e. Pelaksanaan KKL

f. Penyusunan Laporan KKL g. Bimbingan Laporan KKL h. Pengumpulan Laporan KKL i. Seminar Lokakarya


(38)

Tabel 1.2

Jadwal Kuliah Kerja Lapangan

Kegiatan Tahun 2012/2013

Mei Juni Juli Agsts Sept Okt Nov Feb

Obserbasi awal KKL Pengajuan Judul KKL Bimbingan Usulan KKL Penyusunan Usulan KKL

Pelaksanaan KKL Penyusunan Laporan KKL

Bimbingan Laporan KKL Pengumpulan Laporan

KKL Seminar Lokakarya


(39)

24

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kinerja

Kinerja aparatur pada dasarnya terbentuk setelah pegawai merasa adanya kepuasan, karena kebutuhannya terpenuhi dengan kata lain apabila kebutuhan pegawai belum terpenuhi sebagaimana mestinya maka kepuasan kerja tidak akan pernah tercapai, dan pada hakikatnya kinerja aparatur akan sulit terbentuk. Setiap orang yang bekerja digerakkan oleh suatu motif.

Motif pada dasarnya bersumber pertama-tama berbagai kebutuhan dasar individu atau dapat dikatakan bahwa akan memberikan kepuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya. Dengan demikian, dampak motivasi yang diinginkan pimpinan dari pegawai (aparatur) sebagai bawahannya bisa berasal dari tingkat pengaruh penilaian aparatur atas nilai (valuensi) terhadap hasil yang baik secara langsung maupun hasil sekunder yang dinikmati karena melakukan perilaku yang ditentukan dari kuatnya pengharapan agar perilaku tersebut akan benar-benar direalisasikan pada hasil pelayanan tersebut. Disinilah terciptanya sebuah faktor motivasi kerja ikut menentukan terbentuknya kinerja pegawai dalam pelayanan masyarakat yang baik.

Atribusi yang dibuat oleh para pegawai memiliki sejumlah akibat psikologis dan berdasarkan kepada tindakan. Seorang pegawai yang mengangap kinerjanya baik berasal dari faktor-faktor internal seperti kemampuan atau upaya. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu mempunyai tipe pekerja keras. Sedangkan seseorang mempunyai kinerja buruk disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki kemampuanya

Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi apapun, yakni bagaimana seorang aparatur melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan


(40)

dalam suatu organisasi yang menaunginya. Unsur penting dalam kinerja pekerjaan adalah :

1. Tugas fungsional, berkaitan dengan seberapa baik seorang aparatur menyelesaikan seluk-beluk pekerjaan, termasuk bagaimana cara penyelesaian aspek-aspek teknis dalam pekerjaan.

2. Tugas perilaku, berkaitan dengan seberapa baik seorang aparatur menangani kegiatan antar personal dengan anggota lain (hubungan) dalam organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu kerja, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri.

Kinerja pada dasarnya adalah produk waktu dan luang peluang tanpa waktu untuk mengejar peluang tersebut bukan apa-apa. Dan waktu, yang tidak kita miliki, yang tidak memberi peluang, bahkan memiliki lebih sedikit nilai.

(Gilbert, 1978:30).

Pandangan Gilbert mengenai kinerja dalam konteks vitalitas kerja dalam suatu organisasi adalah sangat penting, karena di dalam sebuah kinerja sangat dibutuhkan adanya konsistensi dengan apa yang dianggap penting untuk memberdayakan pekerja. Untuk bekerja secara cakap, serta untuk membuat pekerja dapat menciptakan suatu prestasi yang bernilai bagi organisasi seraya mengurangi biaya untuk mencapai sebuah tujuan bersama.

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan sebuah tugas di dalam roda organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta. Kinerja berasal dari bahasa inggris yaitu job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang atau suatu organisasi/instansi). Berikut pengertian kinerja :

Menurut Anwar Prabu Mangku Negara dalam bukunya yang berjudul

evaluasi kinerja sumber daya manusia, “kinerja sumber daya

manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja output baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai dalam persatuan periode waktu


(41)

dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya”.

(Mangkunegara, 2000:9)

Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam organisasi pemerintahan tergantung bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. Karena, kinerja tidak akan pernah lepas dari faktor yang mempengaruhinya. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Keith Davis dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara:

1. Faktor Kemampuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (Ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan nyata (real ability) berupa pengetahuan dan kemahiran (knowledge+skill), artinya pimpinan dan pegawainya yang memiliki IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari maka akan mudah dalam mencapai kinerja yang maksimal.

2. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap (attitude) pimpinan dan pegawainya terhadap situasi kerja (situation of work) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi, begitu pula sebaliknya jika mereka berfikir negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya maka akan menunjukkan sikap pada motivasi kerja yang rendah. Situasi ini meliputi hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. 3. Faktor individu

Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan memdayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka mimpi pemimpin mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan organisasi. Yaitu kecerdasan pikiran/Inteligensi Quotiont (IQ) dan kecerdasan emosi/Emotional Quotiont (EQ).

4. Faktor Lingkungan Organisasi

Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian jabatan yang jelas, otoritas kerja yang yang memadai, serta target kerja yang menantang untuk mencapai suatu prestasi kerja yang positif.


(42)

Berdasarkan pengertian diatas bahwa suatu kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung dan penghambat berjalannya sebuah pencapaian prestasi dalam sebuah kinerja. Faktor tersebut meliputi faktor di dalam organisasi (intern) maupun faktor yang berasal dari luar organisasi (ekstern). Maka, dalam menilai sebuah kinerja aparatur secara keseluruhan, apakah sudah berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang direncanakan atau perlu diadakan suatu evaluasi kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Andrew E. Sikula dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara, yaitu:

“Evaluasi kinerja atau penilaian merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan seorang pegawai dan dari potensi dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun

sesuatu (barang)”.

(Mangkunegara, 2006:69)

Dari beberapa pendapat tentang penilaian atau evaluasi kinerja dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk menilai kinerja pegawai dan organisasi. Disamping itu juga menentukan kebutuhan pelatihan kerja dengan tepat dan memberikan tanggung jawab kepada pegawai dalam organisasi sehingga dapat meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.

Kinerja adalah kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana seseorang melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Menurut A.A Anwar Prabu Mangunegara, kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

(Mangkunegara, 2000:67)

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan diatas kinerja pegawai adalah prestasi atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang


(43)

dicapai karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan di definisikan sebagai berikut:

Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pemimpin untuk menentukan apakah seseorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa penelitian prestasi kerja merupakan proses pemimpin di dalam menentukan seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh pemimpin.

Selanjutnya Andrew E. Sikula dikutip A.A Anwar Mangkunegara mengemukakan bahwa:

Penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu (barang).

(Sikula dalam Mangkunegara, 1981:2005)

Dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu, evaluasi kinerja diperlukan juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada pegawai sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan. Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja meliputi:

1. Faktor kemampuan, 2. Faktor motivasi, 3. Faktor individu,

4. Faktor lingkungan organisasi, (Davis, 2006:67)


(44)

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar

Prabu Mangkunegara. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara : “kinerja

adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai negeri sipil/aparatur negara dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

(Mangkunegara, 2006:67)

Hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur dalam menjalankan tugasnya yang disertai dengan tanggung jawab, dapat mempermudah arah penataan organisasi kepemerintahan yang baik dan menemukan kejelasan dalam setiap hasil kinerjanya. Sehingga bukan hal yang mustahil akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.

Organisasi pemerintahan menggunakan alat untuk mengukur kinerja birokrasi publik, indikator yang digunakan menurut Dwiyanto dalam bukunya Supriatna yang berjudul Manajemen Pemerintahan adalah sebagai berikut :

1. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga tingkat efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output.

2. Kualitas Layanan

Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik, muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian kepuasan dari masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi public agar bisa lebih memperhatikan dan meningktakan prestasi kerjanya, bukan hanya mencari sebuah cara pencitraan yang baik namun dengan mengembangkan semua potensi yang ada.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi mengenali masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

4. Responbilitas

Responbilitas menjelaskan apakah kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukkan pada berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat


(45)

digunakan untuk melihat berapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. (Dwiyanto, 2002:48-49).

Dapat disimpulkan bahwa apabila organisasi pemerintahan ditata dengan benar dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan memperhatikan prinsip-prinsip organisasi modern, yaitu mempunyai visi dan misi yang jelas, maka akan dapat mempermudah kinerja aparatur pemerintahan. Keadaan seperti ini tentunya akan menciptakan pemerintahan yang responbilitas, responsivitas, dan akuntabilitas sehingga dapat mewujudkan good governance yang diimpikan.

2.2 Pengertian Aparatur

Aparatur negara merupakan pelaksana roda birokrasi. Menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, aparatur adalah :

1. Birokrat adalah pegawai yang bertindak secara birokratis. 2. Birokrasi adalah :

a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang kepada hierarki dan jenjang jabatan.

b. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut tata aturan (adat atau sebagainya) yang banyak liku-likunya. c. Birokrasi sering melupakan tujuan pemerintah yang sejati, karena terlalu mementingkan cara dan bentuk. Ia menghalangi pekerjaan yang cepat serta menimbulkan semangat yang dinantikan, menghilangkan inisiatif, terikat dalam peraturan yang rumit dan bergantung pada perintah atasan, berjiwa statis dank arena itu menghambat kemajuan.

(Sedarmayanti, 2009:319-320)

Birokrat adalah aparatur yang bertindak secara birokratis. Menjunjung tinggi nilai-nilai dan aturan-aturan secara sistematis. Birokrat


(46)

harus mampu mengimplementasikan sebuah inovasi dalam bekerja. Kemajuan bukanlah sebuah tujuan yang mutlak karena harus tetap berpacu pada aturan yang ada. Aparatur sebagai pelaksana dari sebuah jalannya birokrasi sering melupakan tujuan dan tugas pokok serta fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Aparatur lebih memprioritaskan kepada bentuk organisasi dan cara-cara yang sering bahkan selalu dilaksanakan yang menjadikan pemikiran para aparatur menjadi statis untuk melahirkan sebuah inovasi.

Menurut Dharma Setyawan Salam dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pemerintahan Indonesia menjelaskan bahwa “Aparatur pemerintah adalah pekerja yang digaji pemerintah yang melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku”. (Salam, 2004:169).

Pengertian diatas mengenai aparatur adalah sumber daya manusia yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, di bidang dan menggunakan caranya masing-masing dengan segala ketentuan yang ada. Berkewajiban dalam melayani setiap warga negara untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka pengertian kinerja aparatur adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi atau instansi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soewarno Handayaningrat yang mengatakan bahwa:

“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisas. Aspek-aspek administrasi itu terutama

ialah kelembagaan atau organisasi dan kepergawaian”. (Soewarno,

1982 : 154).

Aparatur pemerintahan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara. Maka diperlukan aspek-aspek administrasi terutama kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian. Maka dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara dibutuhkan suatu alat untuk mencapai tujuan organisasi, maksud alat disini


(47)

adalah seorang aparatur atau pegawai yang ada dalam suatu pemerintahan atau negara.

Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat yang berbasis teknologi misalnya komputer dan internet. Oleh karena itu, sumber daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam melakukan pekerjaan.

2.2.1 Hak dan Kewajiban Aparatur

Unsur dari aparatur adalah pegawai negeri yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) pusat dan daerah, Anggota Tentara Republik Indonesia dan Anggota Kepolisian Republik Indonesia. Aparatur bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bertindak secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Aparatur adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut Sedarmayanti hak-hak yang diterima oleh PNS, antara lain :

1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab.

2. Memperoleh cuti

3. Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.

4. Memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapu juga.

5. Memperoleh uang duka dari kerabat Pegawai Negeri Sipil yang tewas.

6. Memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

7. Memperoleh kenaikan pangkat regular.


(48)

9. Menjadi peserta Asuransi Kesehatan/Askes (Keppres No. 8 Tahun 1977).

10. Memperoleh perumahan (Keppres No. 14 Tahun 1993). (Sedarmayanti, 2009 : 371)

Hak-hak PNS menurut Sedarmayanti diatas merupakan hak dasar. Yaitu seperti berpenghasilan layak, mendapatkan waktu istirahat yang sesuai, serta tunjangan-tunjangan yang sewajarnya. Aparatur akan memenuhi kewajibannya jika hak-hak tersebut terpenuhi. Jika kesejahteraan aparatur tercapai, maka tidak mustahil maka aparatur akan meningkatkan hasil kinerjanya sesuai dengan apa yang menjadi kewajibannya secara maksimal.

Berdasarkan pendapat tersebut, kesejahteraan merupakan balas jasa berbentuk materiil atau non materiil. Kesejahteraan dapat berupa penghargaan yang diberikan. Tujuan dari kesejahteraan adalah untuk memperbaiki kondisi fisik dan mental aparatur dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Tujuan lainnya adalah agar tetap terjaga produktivitas kerja dari pihak individu aparatur itu sendiri. Aparatur akan melaksanakan kewajibannya dengan lebih maksimal jika memang hak-hak mereka dapat direalisasikan dengan baik.

2.3 Pengertian Komisi Pemilihan Umum Daerah

Komisi Pemihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia, yakni meliputi Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Secara institusional, KPU yang ada sekarang merupakan KPU ketiga yang dibentuk setelah Pemilu demokratis sejak reformasi 1998. KPU pertama (1999-2001) dibentuk dengan Keppres No 16 Tahun 1999 yang berisikan 53 orang anggota yang berasal dari unsur pemerintah dan Partai


(49)

Politik dan dilantik oleh Presiden BJ Habibie. KPU kedua (2001-2007) dibentuk dengan Keppres No 10 Tahun 2001 yang berisikan 11 orang anggota yang berasal dari unsur akademis dan LSM dan dilantik oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tanggal 11 April 2001. KPU ketiga (2007-2012) dibentuk berdasarkan Keppres No 101/P/2007 yang berisikan 7 orang anggota yang berasal dari anggota KPU Provinsi, akademisi, peneliti dan birokrat dilantik tanggal 23 Oktober 2007 minus Syamsulbahri yang urung dilantik Presiden karena masalah hukum.

Untuk itu atas usul insiatif DPR-RI menyusun dan bersama pemerintah mensyahkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu. Sebelumnya keberadaan penyelenggara Pemilu terdapat dalam Pasal 22-E undang Dasar Tahun 1945 dan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur mengenai penyelenggara Pemilihan Umum yang dilaksanakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Sifat nasional mencerminkan bahwa wilayah kerja dan tanggung jawab KPU sebagai penyelenggara Pemilihan Umum mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sifat tetap menunjukkan KPU sebagai lembaga yang menjalankan tugas secara berkesinambungan meskipun dibatasi oleh masa jabatan tertentu. Sifat mandiri menegaskan KPU dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum bebas dari pengaruh pihak mana pun.

Perubahan penting dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu, meliputi pengaturan mengenai lembaga penyelenggara Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden; serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang sebelumnya diatur dalam


(50)

beberapa peraturan perundang-undangan kemudian disempurnakan dalam 1 (satu) undang-undang secara lebih komprehensif.

Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu diatur mengenai KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai lembaga penyelenggara pemilihan umum yang permanen dan Bawaslu sebagai lembaga pengawas Pemilu. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dalam hal penyelenggaraan seluruh tahapan pemilihan umum dan tugas lainnya. KPU memberikan laporan Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu juga mengatur kedudukan panitia pemilihan yang meliputi PPK, PPS, KPPS dan PPLN serta KPPSLN yang merupakan penyelenggara Pemilihan Umum yang bersifat ad hoc. Panitia tersebut mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan semua tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum dalam rangka mengawal terwujudnya Pemilihan Umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

2.3.1 Tugas dan Kewengangan Komisi Pemilihan Umum

Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai berikut :

1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum; 2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak

sebagai peserta Pemilihan Umum;

3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;


(51)

4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan;

5. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II;

6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum;

7. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.

Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf: “Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum”.

Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan Umum.


(1)

52 melaksanakan sosialisasi tersebut. Kecerdasan pikiran dan perilaku yang baik juga sangat berpengaruh terhadap maksimal atau tidaknya sebuah sosialisasi yang notabene di prioritaskan kepada calon pemilih dini akan tercapai apabila setiap aparatur mampu menjaganya dengan baik, karena emosional para komunikan (calon pemilih dini) akan jauh lebih besar dibandingkan penyampai komunikator, jadi sangat dibutuhkan kecerdasan bukan hanya dari pemikiran namun juga kecerdasan dalam melakukan tindakan persuasif yang nyata.

3.2.4 Keberadaan Lingkungan Organisasi Yang Beguna Bagi Kinerja Aparatur Komisi Pemilhan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta Lingkungan organisasi memang erat kaitannya dengan hubungan emosional antar aparatur, pengadaan dan pemanfaatan fasilitas dan infrastruktur yang tersedia. Ketika saya melihat sebuah hubungan antar aparatur di KPUD Kabupaten Purwakarta terlihat sangat harmonis dan tidak terlihat sama sekali sebuah perselisihan yang berarti sehingga menjadikan sebuah penurunan prestasi kerja bagi KPUD Kabupaten Purwakarta itu sendiri, dalam hal pengadaan fasilitas dan pemanfaatan infrastruktur di Sekretariat KPUD Kabupaten Purwakarta sudah cukup layak dan baik. namun masih banyak ruangan yang terlihat kurang terawat dan seakan tidak diperhatikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta. Sehingga, menjadi sebab menurunnya tingkat semangat kerja dan menghasilkan prestasi kerja yang positif dari pihak aparatur di KPUD Kabupaten Purwakarta. Keberadaan fasilitas yang sudah cukup lama dijanjikan oleh pihak KPU pusat juga belum terlaksana. Namun, perhatian dari pihak Pemerintah Daerah yang sangat diharapkan oleh para aparatur di KPUD Kabupaten Purwakarta, karena pihak Pemerintah Daerah yang paling dekat keberadaannya dan diharapkan bisa lebih siap dan sigap dalam menanggapi permasalahan fasilitas dan infrastruktur dalam ruangan KPUD di Kabupaten/Kota itu sendiri, tanpa harus menjadikan program kerja sebagai alasan yang paling hakiki untuk tidak memperhatikan keberadaan KPUD Kabupaten/Kota yang sejatinya juga sangat berjasa dalam


(2)

pelaksanaan pesta Demokrasi setiap 5 tahunnya. Jadi, semua harapan mengenai infrastruktur dan fasilitas sangat diharapkan segera dibenahi, agar bisa mencapai sebuah hasil kerja yang lebih positif.

Ekologi pemerintahan mempelajari secara jelas bagaimana cara seorang aparatur mampu bertahan dalam sebuah lingkungan kerjanya, sehingga mampu memupuk motivasi untuk mencapai prestasi kerja yang baik. Kebijakan untuk menentukan sebuah jabatan yang sesuai, otoritas kerja yang memadai, serta target kerja yang menantang setiap aparatur KPUD untuk membuat suatu prestasi kerja yang positif dalam pelaksanaan Pemilu Bupati di Kabupaten Purwakarta dapat tercapai dengan baik. Lingkungan organisasi menjadi sebuah indikator penunjang namun berpengaruh dalam setiap semangat aparatur guna membuktikan setiap kemampuan. Hubungan antar individu dalam lingkungan organisasi akan menciptakan sebuah paradigma baru untuk mencapai suatu prestasi yang nyata.

Setiap program kerja yang sudah direncanakan akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan apabila memang hubungan kerja antar individu aparatur di KPUD Kabupaten Purwakarta dapat terjalin dengan baik, dan sudah semestinya para apartur berfikir untuk meminimalisir terjadinya sebuah kesenjangan atau perselisihan pemikiran yang mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis antar aparatur yang bekerja di KPUD Kabupaten Purwakarta. Saling menghormati antar satu sama lain, mampu memposisikan diri sesuai dengan jabatan dan tugas kerja akan sepertinya akan mampu untuk meminimalisir terjadinya tingkat perselisihan yang akan terjadi antar individu aparatur. Mengingat setiap manusia mempunya tingkat pemikiran, kecerdasan, perilaku, serta keegoisan dalam tingakatan yang berbeda. Sehingga apabila itu bisa dipertahankan dan selalu berusaha untuk diminimalisir, maka tidak akan menjadi angan-angan saja prestasi kerja akan mudah dicapai bersama demi kemajuan dan prestasi sebuah instansi KPUD Kabupaten Purwakarta itu sendiri. Kepentingan harus lebih diutamakan dibandingkan kepentingan pribadi yang pragmatis harus segera


(3)

54 ditinggalkan karena kebijakan sebuah pemikiran individu tanpa dibawa ke sebuah rapat kerja akan menimbulkan kecemburuan sosial yang tidak mungkin dan sangat sulit untuk dihindari di lingkungan organisasi, lingkungan organisasi yang mampu terjaga dengan baik akan mampu menciptakan sebuah tujuan KPUD yang baik pula nantinya, dan akan menciptakan Pemilu Bupati yang tepat pada waktunya, dan lancar dari awal hingga akhir pelaksanaannya.


(4)

55

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab sebelumnya, mengenai Kinerja Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta (Studi tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta), maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan guna melengkapi penulisan peneliti, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan setiap aparatur memang sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya, namun kemampuan dalam pekerjaan yang melibatkan keahlian pada bidang yang dijabatnya terkadang masih sangat terlihat dikarenakan masih ada aparatur yang mendapatkan jabatan tidak sesuai dengan apa yang menjadi ahlinya.

2. Motivasi pemimpin atau ketua KPUD di Kabupaten Purwakrata sudah terlihat, namun masih sangat kurang untuk turun kebawah dan menanyakan hasil kinerja yang baik di setiap Subbagian di KPUD itu sendiri, sehingga bisa saya simpulkan kurang efektif dalam menyampaiakan motivasi kepada bawahannya, namun motivasi untuk menghasilkan kinerja yang positif sangat terlihat dari pihak aparatur itu sendiri.

3. Individu dari setiap aparatur merupakan pribadi yang mempunyai kinerja yang baik, apabila memang ditempatkan dalam koridor dan posisi jabatan yang jelas. Namun, masih banyak individu yang kurang dalam pengetahuan mengenai teknologi, sehingga menjadikan sebuah sedikit hambatan dalam setiap penyelesaian kerja yang diberikan kepadanya dan individu pemimpin yang baik dan menjadi panutan saja belum cukup, tapi pemimpin yang baik haruslah mampun menjadi sosok contoh dalam mengerjakan setiap urusan yang menjadi prioritas tanggung jawabnya.


(5)

56 4. Lingkungan organisasi dari hubungan antar aparatur sudah terjaga cukup baik, namun dari segi hal fasilitas dan infrastruktur di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta harus ditambahkan guna pencapaian hasil kinerja yang lebih positif. 4.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti kemukakan, maka peneliti dapat memberikan dan mengemukakan beberapa saran yang nantinya dapat dijadikan atau bahan masukkan dan pertimbangan bagi Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta khusunya dan bagi para pembaca tulisan peneliti pada umumnya, untuk meningkatkan kualitas serta bahan pengetahuan mengenai Kinerja Aparatur Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Purwakarta (studi tentang Persiapan Pemilihan Umum Bupati Kabupaten Purwakarta), maka saran tersebut antara lain:

1. Saya menyarankan kepada KPUD Kabupaten Purwakarta dalam tahap persiapan pelaksnaan Pemilihan Umum Bupati untuk memperhatikan cara dan kinerja aparatur yang diterapkan lebih baik melalui sebuah elemen atau cara pelaksanaan yang terbaru (inovatif) dan berkelanjutan (adaptif) guna meningkatkan prestasi kerja KPUD itu sendiri, selain itu aparatur KPUD Kabupaten Purwakarta diharapkan dapat menjadwalkan untuk mengenalkan peran dan fungsi KPUD Kabupaten Purwakarta ke khlayak luas dalam hal ini masyarakat, baik itu melalui sebuah seminar, stadium general, ataupun hanya dengan sosialisasi sederhana.

2. Untuk mendapatkan motivasi yang tinggi maka harus diagendakan bagi setiap aparatur sebuah pelatihan yang lebih intensif dan adanya studi banding antar aparatur KPUD Kabupaten/Kota nampaknya menjadi jalan yang cukup baik guna meningkatkan kemampuan komunikasi dalam menyampaikan motivasi baik itu dari internal maupun eksternal bagi kemajuan KPUD Kabupaten/Kota.

3. Individu yang menurut saya yang biasanya menjadi sebuah masalah serius dan sangat penting adalah Kesigapan Ketua KPUD, dengan


(6)

adanya penyeleksian yang bertahap dan selektif untuk pemilihan seorang ketua nampaknya menjadi sebuah solusi yang adaptif, karena faktor individu dari seorang ketua dalam memanajemen dan serta memimpin sangat berpengaruh bagi kemajuan instansi atau organisasi yang dipimpinnya.

4. Lingkungan organisasi bisa diselesaikan hanya dengan adanya sebuah hubungan kedekatan emosinal yang baik, ketersediaan fasilitas dan infrastruktur demi keinginan dan motivasi yang lebih juga untuk setiap aparatur menghasilkan sebuah prestasi kerja yang baik. Mendesak Pemerintahan Daerah bahkan KPU pusat untuk memperhatikan dan segera membangun infrastruktrur, serta melakukan penambahan fasilitas yang memadai demi kenyamanan dan kesejahteraan pegawai/aparatur dalam bekerja, adalah conclusion yang baik, karena tidak dapat dipungkiri fasilitas dan infrastruktur baik disadari ataupun tidak sangat berpengaruh dalam peningkatan kualitas kerja di dalam sebuah lingkungan organisasi.


Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Peranan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Dalam Lingkungan Wilayah Propinsi Aceh (Studi Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Periode 2007-2012)

2 58 135

Model Pemrograman Kuadratik Dalam Pembagian Daerah Pemilihan Umum .

2 32 59

KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PILKADA (Studi di Kabupaten Seruyan)

2 18 2

PERANAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PEMILIHAN BUPATI KARAWANG TAHUN 2005

0 7 1

KESIAPAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH KABUPATEN BANTUL DALAM MENSOSIALISASIKAN PEMILIHAN UMUM 2014

0 3 125

Evaluasi Kinerja Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sukoharjo Dalam Persiapan Pilkada Sukoharjo 2015.

0 0 14

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATENKOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang

0 1 40