Konsep Faktor Kepastian Pemakai

2.2.4.1 Logika Proposisi

Logika proposisi atau biasa disebut kalkulus proposisi merupakan logika simbolik untuk memanipulasi proposisi. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat bernilai benar atau salah. P dan Q merupakan contoh dari simbol untuk pernyataan pada logika proposisi. Dua atau lebih proposisi dapat dihubungkan dengan menggunakan operator logika : ฀ untuk konjungsi AND DAN V untuk disjungsi OR ATAU untuk negasi NOT TIDAK Untuk implikasi kondisional IF......THENJIKA....MAKA Untuk equivalensi bikondisional IF AND ONLY IF JIKA DAN HANYA JIKA

2.2.4.2 Logika Predikat

Logika predikat atau kalkulus predikat merupakan logika yang digunakan untuk mempresentasikan masalah yang tidak dipresentasikan oleh logika proposisi. Logika predikat dapat memberikan representasikan fakta – fakta sebagai suatu pernyataan yang mapan well – form

2.2.5 Konsep Faktor Kepastian

Ketidakpastian dapat dianggap sebagai suatu kekurangan informasi yang memadai untuk membuat suatu keputusa. Ketidakpastian merupakan suatu permasalahan karena mungkin dapt menghambat dalam membuat suatu keputusan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. terbaik bahkan mungkin dapt menghasilkan keputusan yang buruk. Dalam dunia medis, ketidakpastian mungkin menghalangi pemeriksaan yang terbaik untuk para pasien dan berperan untuk suatu terapi yang keliru. Dalam membangun sistem pakar ini perlu dipikirkan cara untuk menangani kondisi data yang kurang lengkap dalam diagnosis. Selain itu untuk memperoleh hasil diagnosis yang cukup akurat juga diperlukan ketelitian tinggi dalm perhitungan terhadap kemungkinan terhadap kemungkinan keberadaa penyakit. Beberapa teori yang dikembangkan untuk menangani ketidakpastian data dalam sistem pakar antara lain metode Bayes, Faktor Kepastian, Teori Dampster Shafer dan Logika Fuzzy. Namun dalam penelitian ini teori yang digunakan untuk menangani ketidakpastian data pada sistem pakar adalah dengan menggunakan Faktor Kepastian. Faktor kepastian merupakan cara dari penggabungan kepercayaan dan ketidakpercayaan dalam bilangan yang tunggal. Faktor Kepastian memperkenalkan konsep belief keyakinan dan disbelief ketidakyakinan. Konsep ini kemudian diformulasikan dalam rumusan dasar sebagai berikut : CF [H,E] = MB [H,E] – MD [H,E] Keterangan : CF [H,E] = Certainty Factor Faktor Kepastian dalam hipotesis H yang dipengaruhi Oleh fakta E Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. MB [H,E] = Measure of Belief Tingkat Keyakinan merupakan ukuran dari kepercayaan hipotesis H dipengaruhi oleh fakta E MD {H,E} = Measure of Disbelief Tingkat Ketidakyakinan merupakan ukuran dari ketidakpercayaan hipotesis H dipengaruhi oleh fakta E Beberapa fakta dapat dikombinasikan untuk menentukan factor kepastian dari suatu hipotesis [ Wahyu Prabowo dkk, 2008 ]. Jika e1 dan e2 adalah observasi maka : MB [h,e1 □ e2] = Contoh : Andaikan suatu observasi memberikan kepercayaan terhadap h dengan MB [h,e1] = 0.80 dan MD {h,e1} = 0.01 , sehingga : CF [h,e1] = 0.80 – 0.01 = 0.79 Jika ada observasi baru dengan MB [h,e2] = 0.70 dan MD [h,e2] = 0.08, maka MB[h,e1 ฀ e2] = 0.80 + 0.70 1 – 0.80 = 0.94 MD[h,e1 ฀ e2] = 0.01 + 0.80 1 – 0.01 = 0.0892 CF[h,e1 ฀ e2] = 0.94 – 0.0892 = 0.8508 Dapat dilihat bahwa semula faktor kepercayaan adalah 0.79, setelah muncul gejala baru, maka faktor kepercayaan berubah lebih besar menjadi 0.8508. Penggabungan kepercayaan dan ketidakpercayaan dalam bilangan yang tunggal digunakan untuk tingkatan hipotesis di dalam urutan kepentingan. Sebagai Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. contoh jika seorang pasien mempunyai gejala tertentu yang menyarankan beberapa kemungkinan penyakit, kemudian penyakit dengan faktor kepastian CF tertinggi urutan pertama dalam urutan pengujian. Dalam sistem pakar MYCIN digunakan aturan untuk mengkombinasikan fakta – fakta di dalam anteseden, seperti dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut : Tabel 2.2 Aturan untuk mengkombinasikan fakta di dalam anteseden Evidence E Ketidakpastian anteseden E1 AND E2 Min [CFH,E1,CFH,E2] E1 OR E2 Max [CFH,E1,CFH,E2] NOTE CF H,E Sebagai contoh, diketahui suatu ekspresi logika penggabungan fakta : E = E1 AND E2 AND E3 OR E4 AND NOT E5 Fakta E akan dihitung sebagai berikut : E = max [min E1,E2,E3,min E4, – E5 ] Jika diketahui nilai : E1 = 0.9 , E2 = 0.8 , E3 = 0.3 , E4 = – 0.5 , E5 = – 0.4 Maka hasilnya adalah : E = max [min 0.9 ; 0.8 ; 0.3, min – 0.5 ; – 0.4] = max [0.3 ; – 0.5] = 0.3 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Rumus dasar untuk menghitung faktor kepastian dari kaidah IF E THEN H, diberikan dengan rumus di bawah ini : CFH,e = CFE,e . CFH,E Keterangan : CF H,e = faktor kepastian hipotesis yang didasarkan pada ketidakpastian fakta e CF E,e = faktor kepastian dari fakta E membuat anteseden dari kaidah berdasarkan pada ketidakpastian fakta e CF H,E = faktor kepastian dalam hipotesis dengan asumsi bahwa fakta diketahui dengan pasti bila CCF E,e = 1 Contoh perhitungan dengan faktor kepastian pada sebuah aturan menggunakan penelusuran maju forward chaining dapat dilihat pada gambar 2.7 Gambar 2.7 Faktor Kepastian dengan Beberapa Premis Gabungan Diketahui nilai CF A = 0.9 , CF B = 0.7, CF C = 0.5 Maka, CF E,e = min 0.9 ; 0.7 ; 0.5 = 0.5 Sehingga, CF H,e = 0.5 x 0.9 = 0.45 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Jika ada aturan lain memiliki hipotesis yang sama tetapi berbeda dalam faktor kepastian, maka perhitungan faktor kepastian dari kaidah yang sama dihitung dari penggabungan fungsi.

2.2.6 Block Diagram