Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut di JTV ( Studi Deskriptif Tentang Opini Penonton Terhadap Gerakan Erotis Pada Acara Stasiun Dangdut di JTV ).

(1)

Gerakan Erotisme Pada Acara Stasiun Dangdut Di JTV)

SKRIPSI

Di ajukan Untuk memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

LINDA AUGUSTINA NPM.0643010203

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

LINDA AUGUSTINA NPM 0643010203

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada 11 Juni 2010

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra.Sumardjijati, M.Si NPT. 96203231993092001

Tim Penguji : 1. Ketua

Dra.Sumardjijati,M.Si NPT. 96203231993092001s

2. Sekretaris

Drs. Kusnarto, M.Si NIP.195808011984021001 3. Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 0025 1

Mengetahui, D E K A N

Dra. EC. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349


(3)

SWT atas segala rahmat dan rihonya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “OPINI PENONTON SURABAYA TERHADAP ACARA STASIUN DANGDUT DI JTV (Studi Deskriptif Tentang Opini Penonton Terhadap Gerakan Erotisme Pada Acara Stasiun Dangdut Di JTV). Penulisan Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, baik dalam penyajian material maupun dalam pengungkapan bahasanya.

Disadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari segala bimbingan, bantuan, dan dorongan serta semangat dari Ibu Dra. Sumardjijati, Msi selaku dosen pembimbing skripsi dan tentunya juga dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini maka dengan kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati ingin menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

2. Bapak Juwito, S.Sos, MSi Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jatim.


(4)

iv

Komunikasi di Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur. 5. Kedua Orangtua yang selalu memberikan support dan doa kepada penulis. 6. Buat Papanya Dinda yang tidak bosan mendengarkan keluhan dan

memberikan support bagi penulis.

7. Sobatku Yuzman manis yang sudah membantu penulis dalam menyusun skripsi diwaktu yang singkat, saya ucapkan terima kasih.

8. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan memberi masukan semangat untuk mengerjakan skripsi ini, Madhe, Mbak Lala, Winda, Mbak Evian dan Qeis.

9. Kakak tercinta Mbk Ila dan Mbk Nanik telah membantu dan mendengarkan curahan hati penulis, terima kasih. mmuaah

10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah banyak membantu dalam penyusunan laporan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Skripsi ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangundari semua pihak sangat diharapkan demki kesempurnaan penulisan laporan Skripsi ini. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Wassalamu’alaikum wr wb

Surabaya, 14 Juni 2010 Penulis


(5)

Gerakan Erotisme Pada Acara Stasiun Dangdut Di JTV)

Disusun Oleh : LINDA AUGUSTINA

NPM.0643010203

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 96203231993092001

Mengetahui, DEKAN

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 030 175 349


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 14

2.1 Landasan Teori ... 14

2.1.1 Opini ... 14

2.1.2 Televisi Sebagai Media Massa ... 16

2.1.3 Pemirsa Sebagai Khalayak aktif... 19

2.1.4 Stasiun Dangdut ... 21

2.1.5 Erotis ... 22


(7)

2.1.5.1 Erotisme Dalam Seksualitas... 24

2.1.6 Gerakan Dalam Erotisme ... 26

2.1.7 Erotisme Dalam Karya Visual ... 27

2.1.8 Teori S-O-R... 29

2.2 Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Definisi Operasional ... 33

3.1.1 Tayangan Stasiun Dangdut Jtv... 33

3.1.2 Opini ... 34

3.1.3 Pengukuran Variabel... 35

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 37

3.2.1 Populasi ... 37

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 37

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 42

3.4 Teknik Analisis Data... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dan Penyajian Data .... 44

4.1.1 Gambaran Umum PT. Jawa Pos Media TV (JTV) .. 44

4.1.2 Visi dan Misi PT. Jawa Pos Media TV (JTV) ... 46

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 48

4.2.1 Identitas Responden ... 48

4.2.2 Penggunaan Media ... 51 4.2.3 Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut


(8)

JTV... 53

4.3 Arah Opini Penonton (positif, netral, negatif) Terhadap Stasiun Dangdut JTV ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN... 71


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jenis Kelamin Responden ... 48 Tabel 2. Usia Responden... 49 Tabel 3. Pekerjaan Responden ... 50 Tabel 4. Frekuensi Responden Menonton dalam Kurun Waktu Satu

Minggu ... 51 Tabel 5. Durasi Menonton Acara Stasiun Dangdut JTV... 52 Tabel 6. Tujuan Menonton Acara Stasiun Dangdut JTV ... 53 Tabel 7. Acara Stasiun Dangdut JTV Merupakan Jenis Program Variety

Show yang Anda Sukai ... 54 Tabel 8. Leni dan Stefani Merupakan Host yang Sangat Sesuai Untuk

Acara Stasiun Dangdut JTV... 54 Tabel 9. Suatu Arti / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut JTV

Mengandung Unsur Erotis Seperti Desahan-desahan ... 55 Tabel 10. Busana Artis / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut JTV Terbuka

dan Sexy ... 56 Tabel 11. Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut JTV Menampilkan Gerakan

Erotis ... 57 Tabel 12. Gerakan Erotis Penyanyi Dangdut Acara Stasiun Dangdut JTV

Lebih Menonjol Dibanding Kualitas Suara... 58 Tabel 13. Gerakan Erotis Penyanyi Stasiun Dangdut JTV Menarik Perhatian 59


(10)

Tabel 14. Gerakan Erotis Acara Stasiun Dangdut JTB Layak Ditonton Semua Usia... 60 Tabel 15. Gerakan Erotis pada Acara Stasiun Dangdut JTV Mengangkat

Citra Musik Dangdut di Masyarakat ... 61 Tabel 16. Gerakan Erotis Stasiun Dangdut Dapat Menghibur Masyarakat ... 62 Tabel 17. Secara Keseluruhan Tayangan Acara Stasiun Dangdut Masih

Mengandung Gerakan Erotis... 63 Tabel 18. Arah Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut JTV... 65


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Teori Stimulus-Organisme-Response ... 32 Gambar 2. Kerangka Berpikir... 34


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Kuisioner... 71 Lampiran 2 Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 74


(13)

Menonton program acara variety show “Stasiun Dangdut” di JTV memang selalu menarik perhatian orang. Program acara variety show “Stasiun Dangdut” di JTV itu sendiri adalah acara yang dikemas musik dangdut masa kini yang masih menjadi kontroversi sebagian masyarakat karena terdapat gerakan erotis yang banyak menonjolkan bagian-bagian tubuh. Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa acara “Stasiun Dangdut”banyak yang menonton dan banyak dari masyarakat tidak menyukai dikarenakan konsep acara, musik kurang bagus, kostum penyanyi dan goyangan artis penyanyi dangdut dianggap terlalu vulgar & erotis. Dengan demikian peneliti melanjutkan penelitian terdahulu karena sampai sekarang masih mengandung gerakan erotis. Berkaitan dengan hal-hal tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apa opini masyarakat Surabaya terhadap acara “Stasiun Dangdut” di JTV.

Sebagian masyarakat menilai gerakan tersebut negatif, selain itu juga masalah goyangan yang ada dalam “Stasiun Dangdut” di JTV ini menjadi kontroversi dan pro knotra yag muncul dari masyarakat sering kali dipicu oleh gerakan erotis yang dinilai berbenturan dengan tata nilai budaya masyarakat dan juga telah mengabaikan pentingnya etika dan moral bangsa Indonesia. Teori yang diguanakan adalah teori S-O-R ( Stimulus-Organisme-Response ). Menurut teori stimulus ini, masyarakat Surabaya memperoleh pesan ( Stimulus ) dari media massa elektronik. Yang dimana disini adalah acara “Stasiun Dangdut” di JTV dan masyarakat Surabaya memberikan perhatian, pengertian, dan penerimaan dari acara tersebut, sehingga akan menimbulkan opini yang merupakan respon dari masyarakat Surabaya setelah melihat acara “Stasiun Dangdut” di JTV.

Populasi subjek penelitian adalah masyarakat Surabaya yang berumur 17 tahun keatas khususnya penonton acara “Stasiun Dangdut” di JTV dan bertempat tinggal di Surabaya. Penarikan sampel dengan menggunakan teknik Multistage Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data pada tiap motif mengguankan kuesioner dengan skala likert. Analisis data dan menggunakan analisis deskriptif.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa arah dari opini masyarakat Surabaya terhadap acara “Stasiun Dangdut” di JTV adalah positif. Hal ini berarti acara “Stasiun Dangdut” di JTV banyak disukai. Hal yang disukai karena acara ini hanya bertujuan untuk menghibur dan menarik perhatian penonton. Walaupun ada sebagian tidak menyukai karena acara “Stasiun Dangdut” menampilkan gerakan erotis, pada kenyataannya pun dalam gerakan tersebut tetap disukai masyarakat.

Kesimpulan dari penelitian opini penonton terhadap acara “Stasiun Dangdut” adalah positif.


(14)

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi komunikasi terutama komunikasi massa semakin memudahkan manusia dalam memperoleh informasi. Salah satu saluran atau media komunikasi massa adalah media elektronika, yaitu televisi.

Media massa sarana merupakan untuk menyampaikan isi pesan yang bersifat umum kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, melembaga, memiliki perhatian yang berpusat pada isi pesan yang sama, dengan tidak memberikan arus balik secara langsung pada saat itu. Menurut jenisnya media massa dibagi menjadi dua yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, tabloid, dan surat kabar, sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi dan radio yang masing-masing memilki sifat, karakter, daya tarik, dan ciri khas sendiri-sendiri (Wahyudi, 1991:50-51). Menurut Sastro (1992:23) dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir keadaannya. Meskipun demikian, televisi merupakan media massa yang paling efektif dan banyak menarik simpatik serta perhatian dari masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak dimiliki oleh media massa lainnya. Dalam hal penayangannya televisi memiliki jangkaun yang tidak


(15)

terbatas. Dengan modal visual yang dimiliki, siaran televisi bersifat sangat komulatif dalam memberikan pesan-pesannya, karena itulah media televisi sangat bermanfaat bagi upaya pembentukan sikap maupun perilaku sekaligus perubahan pola pikir.

Menurut Kuswandi (1996:21-24), munculnya media televisi dalam kehidupan manusia telah menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi. Kemampuan media televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik yang dimiliki media televisi semakin besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali.

Sejak tahun 1990, dunia pertelevisian di Indonesia berkembang pesat dengan munculnya TVRI, RCTI, SCTV, ANTV, INDOSIAR, TRANS 7, GLOBAL TV, LATIVI, dan METRO TV. Sedangkan untuk willayah Jawa Timursendiri stasiun lokal seperti JTV, Doho TV, dan TV anak. JTV singkatan dari Jawapos Media Televisi yang lahir dari PT. Jawapos Group yang berdiri pada tanggal 8 November 2001. JTV sebagai badan hukum Lembaga Penyiaran Swasta penyelenggara jasa penyiaran televisi berbasis lokal atau regional di Jawa Timur yang memfokuskan diri terhadap minat dan keinginan pemirsa di Jawa Timur dengan slogannya yaitu LOKAL, NAKAL, dan MASSAL. Segmentasi pemirsa di JTV adalah kalangan menengah kebawah yang rata-rata menyukai aliran musik dangdut. JTV dalam upaya mendukung kebijakan pemerintah, mempunyai


(16)

beberapa program siaran televisi berita yaitu : B-cak, Stasiun Dangdut, Dangdut ZR, ludruk Kartolo dan sebagainya. Dari beberapa program acara yang ada di stasiun JTV, peneliti memilih acara Stasiun Dangdut, karena peneliti beranggapan bahwa acara stasiun dangdut yang disiarkan JTV menampilkan sisi erotisme, ini dapat dilihat dari gerakan tariannya, pakaian yang dikenakan, tidak sesuai dengan UU Penyiaran dan Standar Program Siaran ( SPS )

Dangdut merupakan salah satu dari generasi musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Penyebutan nama “dangdut” merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang aja) yang khas dan disominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer dikalangan masyarakat kelas pekerja kelas menengah kebawah saat itu. (www.wikipediaindonesia.com) diakses pada hari minggu tanggal 25 Februari 2010 pukul 08.00 WIB.

Perkembangan musik dangdut berikutnya, digerakkan oleh Rhoma Irama, yang memasukkan unsur musik rock dan menjadikan musik dangdut sebagai media berdakwah, katanya. Ketika kita merujuk kepada para ulama yang menegaskan bahwa musik itu haram, maka berdakwah dengan musik dangdut tidak hanya aneh, tetapi sudah menyimpang karena memadukan dua hal yang bertolak belakang. Apalagi, dakwah melalui dangdut yang diekspresikan melalui syair atau lirik yang mengandung nasehat (agama)


(17)

seperti larangan berjudi, diragukan efektivitasnya. Semenjak Inul Daratista yang berasal dari kota Pasuruan menggebrak panggung hiburan dengan alunan musik dangdut yang khas dengan goyang ngebornya sejak tahun 2003, stratifikasi musik dangdut berubah, dangdutpun naik kelas. Artis papan atas tak segan-segan menyayikan lagu dangdut seperti Julia Peres, Titi Kamal. Banyak artis-artis lokal yang berlomba-lomba menyanyikan lagu dangdut dengan goyangan yang mengumbar erotisme dan sensualitas sebagai ciri khas tersendiri untuk menarik perhatian pemirsa.

Maraknya persaingan antara stasiun televisi swasta maupun lokal berpengaruh pada program acara yang dibuat, mulai dari berita, musik, film, sinetron, pendidikan, kesehatan, infotainment, talk show, home shopping, sampai acara variety show yang menampilkan musik dangdut dan artis penyanyi lokal Jawa Timur. Dengan berbagai macam isi acara yang ditampilkan, akan membuat para pemirsa televisi bebas untuk memilih acara-acara mana yang disukai yang sesuai dengan apayang dibutuhkannya.

Stasiun dangdut adalah tayangan variety show musik dangdut yang dikemas secara menarik dengan menampilkan orkes melayu Jawa Timur dan tiga penyanyi dangdut dari Jawa Timur. Serta kemampuan persenter yaitu Stefani dan Leni yang membawakan acara ini dengan menarik tak lupa juga menggunakan bahasa Suroboyoan sebagai ciri khas membuat “stasiun dangdut” banyak diminati pemirsa. (www.jtv.co.id) di akses pada hari Rabu tanggal 24 Februari 2010, pukul 13.00 WIB.


(18)

Acara “Stasiun Dangdut” tergolong program reguler entertainment berbasis musik yang melibatkan pemirsanya. Program acara dangdut meningkat dikarenakan pemirsa JTV dari kalangan menegah kebawah yang menyukai segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercemin dari lirik serta kesederhanaan lagunya. Acara ini tidak terlepas dari gaya pentas yang sensasional. Dangdut selalu mendapat respons baik dari penonton dengan pencapaian rating tertinggi, tapi kenyataan di masyarakat masih timbul pro dan kontra dari goyangan dan cara berpakaian. Musik dangdut sangat disukai penonton lokal dan masih menjadi musik rakyat, ini juga dilihat dari performa ratingnya dibandingkan dengan musik Pop dan Rock. Dangdut yang dianggap sebagai ekspresi musik khas Indonesia , lebih meyakinkan JTV untuk melangkah lebih maju dengan mengusung musik program musik dangdut lebih maju. Selain itu alasan mengusung tema dangdut dikarenakan PT Jawa Pos Media Televisi sebagai televisi lokal atau regional Jawa Timur yang mayoritas dari bangsa kulonan (daerah) yang menyukai musik dangdut. Artisnya pun diambil dari daerah Jawa Timur sendiri. Hal ini ditujukkan untuk menggali potensi terpendam dari artis-artis Jawa Timur karena sebenarnya artis papan atas nasional dahulunya juga dari artis-artis lokal.

Seperti yang dilihat pada penayangan “Stasiun Dangdut” hari Sabtu pada 23 Desember 2009 yang dimeriahkan oleh artis lokal yaitu Trio Macan ular sebagai bintang tamu. Acara ini tampak meriah karena


(19)

artis asli Surabaya ini memakai pakaian yang ketat dengan bagian dada terbuka. Tidak lupa mereka mengeluarkan goyang andalan mereka. Hari sabtu 19 November 2009 yang dimeriahkan oleh artis lokal yaitu all artis trio dangdut, dengan pakaian ketat dengan dada terbuka, pakain mini di atas lutut. Pemirsa juga diperbolehkan kirim salam untuk orang-orang terdekat dan keluarga. Kesempatan untuk kirim salam via handphone dengan mengetik nama dan usia_isi salam dan dikirimkan ke 0817338450. Orkes melayu lokal dari Jawa timur ikut meramaikan suasana dengan gaya tampilan yang indah mereka dengan seragam dan kompak.

Semua acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi selalu menimbulkan dampak psikologi bagi pemirsanya tidak terkecuali dengan acara stsiun dangdut di JTV. Karena terdapat goyangan erotis yang dapat menimbulkan syahwat. Adapun pengertian erotisme sendiri adalah Erotisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1992) didefinisikan sebagai (1) keadaan bangkitnya nafsu birahi; (2) keinginan akan nafsu seks secara terus menerus. Namun pada kata erotisme ada bagian yang penting yaitu ”sous-tendus par le libido” yang berarti ”didasari oleh libido” atau ”diilhami oleh libido” (http://warnadunia.com/penjelasan-tentang-erotisme-dan-pornografi/

diakses kamis tanggal 25 februari 2010).

Goyangan artis “Stasiun Dangdut” yang mengumbar erotisme dan sensualitas ini menjadi fenomena dalam masyarakat. Sebagian bagi kaum


(20)

laki-laki menganggap hal ini sangat menarik dan menjadi daya tarik tersendiri. Sedangkan dari para ibu rumah tangga menganggap goyangan ini tidak layak dipertontonkan dimuka umum mengingat acaranya pukul 12.00-13.00 WIB yang kebanyakan pemirsanya anak-anak dibawah umur. Para ibu rumah tangga menilai artis penyanyi dangdut berpenampilan kurang sopan dan bergoyang erotis (www.jtv.co.id) diakses pada hari Rabu 24 maret 2010 pada pukul 09.00.

Fenomena Dangdut atau musik dangdut yang erat dengan goyangannya kini menjadi pergunjingan ditengah masyarakat. Perdebatan pro dan kontra yang muncul dari masyarakat, seringkali dipicu oleh tayangan acara yang berbenturan dengan tata nilai budaya masyarakat yang masih menjujunjung adat ketimuran. Semua orang ikut berbicara mulai dari masyarakat biasa, pakar hukum, pakar media, ulama, bahkan raja dangdut sendiri Rhoma Irama yang menganggap goyangan dangdut sekarang lebih erotis dan bisa merusak citra musik dangdut itu sendiri. Padahal sebenarnya dangdut identik dengan goyangan yang berpusat dipinggul, pinggang serta dada. Tanpa goyang dangdut akan terasa hampa. Bagai sayur tanpa garam. Dangdut mempunyai 2 kekuatan yaitu : lirik lagu dan visualisasi goyangan (www.suaramerdeka.com) diakses pada hari Rabu 24 Februari 2010 pukul 14.30 WIB. Goyangan inilah yang membedakan dangdut dengan aliran musik lainnya.

Dalam UU Pornografi no. 44 tahun 2008 (pasal 1, ayat 1 ) dijelaskan bahwa pornografi adalah bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto,


(21)

tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan/atau melanggar nilai-nilai kesusilaan dalam masyarakat.

Meskipun sudah adanya peraturan mengenai pornografi, tetap saja ada tayangan yang mengeksploitasi bagian-bagian tubuh wanita. Bentuk tayangan yang mengeksploitasi perempuan dan menggunakan unsur pornografi, ditujukan untuk membuat acara programnya dilihat sehingga mereka mengandalkan unsur tersebut sebagai tayangannya. Dimana isi siaran yang digunakan mengarahkan pikiran pemirsa, bahkan seringkali unsur pornografi dimasukkan kedalam sebuah tayangan tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari program acara. (http://www.nahimunkar.com/579/) diakses tanggal 7 maret 2010).

Dalam standard program siaran (SPS) pasal 17 tentang pelarangan adegan seksual, bahwa program siaran yang bermuatan adegan seksual dilarang sebagai berikut :

a. Mengeksploitasi bagian-bagian tubuh yang lazim dianggap dapat membangkitkan birahi, seperti : paha, bokong, payudara, dan atau alat kelamin.

b. Menayangkan penampakan alat kelamin, ketelanjangan, dan atau kekerasan seksual.


(22)

c. Adegan gerakan tubuh atau tarian yang dapat membangkitkan gairah seks, khususnya bagian tubuh sekitar dada, perut, pinggul atau bokong.

d. Adegan berpelukan mesra sambil bergumul antara lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat membangkitkan libido.

e. Adegan menyentuh, meraba, atau meremas bagian tubuh yang dapat membangkitkan birahi, seperti paha : paha, selangkangan, bokong, payudara, atau perut.

f. Adegan cium bibir penuh nafsu dan adegan ciuman pada bagian-bagian tubuh yang dapat membangkitkan birahi seperti : pada leher, payudara, telinga atau perut.

g. Adegan yang mengesahkan ciuman bibir secara samar-samar. h. Adegan masturbasi secara terbuka.

i. Adegan yang mengesahkan masturbasi secara samar-samar.

j. Percakapan atau adegan yang menggambarkan rangkaian aktivitas ke arah hubungan seks dan atau persenggamaan.

k. Menampilkan persenggamaan atau hubungan seks heteroseksual, homoseksual atau lesbian, atau benda tertentu yang menjadi simbol seks secara terbuka atau samar-samar.

l. Suara-suara atau bunyi-bunyian yang mengesankan berlangsungnya kegiatan hubungan seks dan atau persenggamaan.

m. Adegan yang menggambarkan hubungan seks antar binatang secara vulgar, antara manusia dan binatang atau alat peraga lainnya.


(23)

n. Adegan pemerkosaan atau kekerasan seksual secara vulgar.

o. Adegan yang menunjukkan terjadinya pemerkosaan atau kekerasan seksual secara samar-samar.

p. Lirik lagu yang secara eksplisit dapat membangkitkan hasrat seksual dan atau

q. Pembicaraan mengenai hubungan seksual secar vulgar.

Erotis merupakan bagian dari seksualitas. Seksualitas bukan hanya tentang hubungan seks. Seksualitas adalah tentang bagaimana seorang mengalami, menghayati, dan mengekspresikan diri sebagai makhluk seksual, dengan kata lain tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bertindak berdasarkan posisinya sebagai makhluk seksual. Hubungan seks hanyalah salah satu aspek. Seksualitas mencakup banyak hal diluar itu. Segala sesuatu ada kaitannya dengan seks ( ada kaitannya dengan kelamin ) tercakup di dalamnya. Sungguhpun seks merupakan hal yang sangat universal sifatnya hampir semua peradaban dan budaya, seksualitas itu sangat privat, tertutup dan diatur serta dilambangkan dalam aturan agama dan negara yang ketat. Hampir semua agama memberikan batasan pada kegiatan yang berhubunag dengan seks. ( Ibrahim, 2004: 102 )

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu bahwa acara stasiun dangdut banyak yang menonton, hanya karena kesibukan dari masyarakat. Dan banyak juga masyarakat yang tidak menyukai dikarenakan tidak menyukai konsep acara yang disajikan dengan alasan musiknya kurang bagus, kostum penyanyi dan goyangan aris penyanyi dangdut dianggap terlalu vulgar/


(24)

erotis.(Indri Anjar Kartika Sari,2007 :hal 56-60). Penelitian ini dilakukan atas dasar untuk melanjutkan penelitian terdahulu karena sampai sekarang acara stasiun dangdut masih mengandung sisi erotis dari gerakan dan pakaian yang digunakan oleh artis dangdut. Ini yang mendasari peneliti ingin mengetahui bagaimana opini penonton terhadap gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV yang didalam nya masih menampilkan sisi erotisnya. Apakah opini mereka cenderung positif, negatif, ataukah netral terhadap kontroversi tersebut. Karena disatu sisi muatan goyangan atau gerakan erotis tersebut memberikan hiburan. Sedangkan disisi lain muatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama, budaya bangsa serta dalam Undang- Undang Pers dan SPS (Standart Program Siaran ) dan juga dapat merusak moralitas seseorang terutama bila ditonton oleh anak-anak. Gerakan erotis yang ada pada acara stasiun dangdut banyak ditampilkan penonjolan perut, lengan, payudara, punggung, paha, dan pantat. Dalam acara tersebut artis penynyi dangdut juga menggunakan pakaian mini dengan berbagai macam model dan warna.

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat surabaya yang menonton acara stasiun dangdut di JTV. Maka masyarakat yang menonton dibatasi mereka berusia 17 tahun ke atas (sama dengan batasan syarat seseorang untuk memiliki identitas penduduk ). Alasan lain ditentukannya batasan usia ini adalah karena pada usia ini seseorang diharapkan telah memiliki kemampuan berpikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pandang yang lebih realistis terhadap lingkungannya.


(25)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana opini penonton terhadap acara Stasiun Dangdut di JTV?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana opini masyarakat tentang acara Stasiun Dangdut di JTV.

1.4 Kegunaan penelitian

Manfaat yang didapat dari pelaksanaan penelitian ini antara lain, adalah :

1. Melihat kecenderungan opini masyarakat terhadap gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV.

2. Mencari tahu opini dari masyarakat terhadap acara stasiun dangdut di JTV yang disisi lain masih terdapat gerakan erotisnya.

3. Mengungkapkan fenomena penerapan teori komunikasi di kehdupan masyarakat. Beberapa teori tersebut antara lain: penonton sebagai khalayak aktif dan teori S-O-R.


(26)

4. Memberikan informasi kepada pihak penyelenggara siaran tentang dampak tayangan acara televisi yang dapat menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.

5. Sebagai masukan dan evaluasi bagi tim produksi acara Stasiun Dangdut, guna menjaga keseimbangan antara kretifitas seni dan tanggung jawab sosial.


(27)

2.1.1 Opini

Istilah opinion yang kita terjemahkan menjadi “opini” didefinisikan oleh cutlip dan center sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoaalan yang mengandung pertentangan. (Effendy, 1999: 86)

Opini juga diartikan sebagai pendapat atau pandangan tentang sesuatu. Karena itu, opini bersifat subyektif karena pandangan atau penilaian seseorang dengan yang lainnya selalu berbeda. Jadi, kendati faktanya sama, namun ketika orang beropini, antara yang lainnya memperlihatkan adanya perbedaan. (Abdullah, 2001: 14 ).

Opini merupakan kata serapan dari bahasa inggris opinion, yaitu berarti tanggapan atau jawaban terhadap suatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan kata-kata, bisa juga sebagai perilaku, sikap tindakan, pandangan dan tanggapan lain sebagainya (Ruslan, 1998: 51 ). Sedangkan pendapat lain mengatakan opini adalah pengekspresian sikap mengenai suatu persoalan tertentu dimana pengukuran ekspresi sikap tersebut melalui jawaban positif untuk responden yang mendukung, jawaban netral untuk responden yang mendukung dan tidak mendukung, dan jawaban negatif untuk jawaban responden yang tidak mendukung. (Effendy, 1999: 112 ).


(28)

Secara sederhana opni sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan ( stimuli ) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Oleh sebab itu, opini dikaji, dipahami, dan dipergunakan karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini masukan bagi badan penerbitan media massa cetak dan dapat pula dijdikan dasar untuk menetapkan kebijakan selanjutnya.

Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah, yaitu seperti dibawah ini:

1. Arah positif, jika responden memberikan pernyataan setuju.

2. Netral, jika responden memberikan pernyataan antara positif dengan negatif atau tidak memberikan pernyataan.

3. Arah negatif, jika responden memberikan pernyataaan tidak setuju. (Effendy, 1993: 85 )

Berdasakan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa: opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon ) terhadap suatu masalah / situasi tetentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan / diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.


(29)

2.1.2 Televisi Sebagai Media Massa

Pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang memunculkan motif menggunakan media massa khususnya televisi.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia,memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi semakin besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Pengaruh dari pada televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembuas ruang dan jarak geografis pemirsa ( Kuswandi, 1996 : 21-23 ).

Televisi merupakan bagian media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karena perkembanga teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak lainnya penangannya


(30)

mempunyai jangkauan yang relative tidak terbatas dengan modal audio visual yang dimiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus perubahan pola pikir, pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual yang menyentuh segi-segi kejiwaan.

Televisi sifatnya langsung, suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit seperti halnya dengan menggunakan bahan cetak. ( Effendi, 2000 : 176 ). Pesan disini dapat berupa hiburan atau informasi-informasi yang dihsilkan, mengutamakan kecepatan, mengandung nilai penting dan menarik. Setiap stasiun televisi memiliki program acara dokumenter yang tidak sama, acara dokumenter yang ditampilkan tidak hanya bersifat informatif saja melainkan ada pula yang mengajak yang mengajak pemirsanya yang seolah-olah ikut dalam suatu perjalan dokumenter. Media televis dipilih karena televisi lebih mampu menjangkau pemirsa dan mampu memenuhi kebutuhan khyalak, mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga khayalak yang tinggal di daerah-daerah dapat menikmati siaran televisi.

Televisi sendiri dapat didefinisikan sebagai televisi siaran ( television broadcast ) yang merupakan media dan jaringan komunikasi dengan ciri-ciri komunikasi massa yakni : berlangsung satu arah,


(31)

komunikator melembaga, pesan besifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen ( Effendy, 1993:21 ).

Televisi pada pokonya mengandung tiga fungsi ( Effendy, 2000 : 24 ) yaitu sebagai berikut.

1 Fungsi Penerangan

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, televisi selain menyiarkan informasi dalam siaran pandangan mata atau berita yang dibaca penyiar, dilengkapai gambar-gambar faktual dan realistis.

2 Fungsi Pendidikan

Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan media yang layak untuk menyiarkan acara pendidikan pada khyalak yang jumlahnya begitu banyak seacara simultan, sesuai dengan makna pendidikan yakni meningkatkan penegtahuan dan penalaran masyarakat.

3 Fungsi Hiburan

Fungsi hibuaran terdapat pada siaran televisi tampak dominan. Hal ini karena televisi dapat menampilkan gambar hidup serta suaranya yang tampak nyata dan bias dinikmati bersama.

Khayalak mempunyai berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa dan pengkomsusian media hanya untuk memuaskan kebutuhan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, bila kita merasa kesepian, media massa dapat berfungsi sebagai teman. Bila kita


(32)

merasa bosan dan menemui perasaan yang tidak enak ( bad mood ), media massa berfungsi sebagai tempat pelarian dari perasaan yang tidak enak. Bila kita ingin mendapatkan sesuatu untuk dipelajari maka media massa berfungsi sebagai sahabat. Bila kita mengalami goncangan batin maka media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan ( Escapist ).

2.1.3 Pemirsa Sebagai Khalayak Aktif

Salah satu prinsip dari teori Uses and Gratification adalah anggota khyalak dianggap secara aktif menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhannya ( Rakhmat, 2004 : 65 ).

Pada setiap komunikasi, pesannya selalu ditujukkan kepada pihak tertentu, yaitu komunikan memiliki karakteristik tertentu, sebagaimana dikatakan ( Sari, 1993 : 4 ) bahwa “ dalam komunikasi massa penerima adalah mereka yang menjadi khayalak media massa yang bersangkutan, dimana khyalak tersebut bersifat heterogen dan anonim”.

Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi.

Menurut Jhon Hartley dalam labib ( 2002 : 27 ), pemirsa televisi adalah konsepsi ( cnstruct ) imajiner dari wacana-wacana yang menggelinding dan melembagakan praktik siaran dalam latar belakang ( setting ) tertentu. Wacana itu dimainkan oleh kelompok yang memiliki


(33)

kepentingan tertentu terhadap televisi. Dalam arti destruktif, pemirsa televisi adalah suatu proyeksi oleh suatu lembaga atas keanekaragaman tanpa batas dari praktik-praktik menonton yang nyata dari individu-individu dan kelompok.

Dalam Labib ( 2002 : 28 ) pandangan Hartley dikembangkan lagi oleh Ien Ang, lembaga-lembaga penyiaran membayangkan pemirsa melalui analisis rinci terhadap peran pengukuran pemirsa atau audience rating ( tingkat ketontonan acara televisi ). Audience Rating adalah presentase orang ( pemilik rumah ) dalam satu populasi yang menyetel televisi tertentu, jadi, audience rating menunjukkan audience televisi dibagi dengan total telveisi rumah dalam satu populasi.

Secara demografis, pemirsa televisi dapat dikategorikan atas dasar seks ( laki-laki dan wanita ), usia ( dewasa, remaja dan anak-anak ), pendidikan, agama, suku, dan kebangsaan, serta status sosial ekonomi ( sosial economic status-SES ) yang dilihat dari tingkat lanjut belanja rutin keluarga per bulan. Program televisi harus memperhatikan faktor demografis agar lebih tersegmentasi. Menurut Kasali dalam Labib ( 2002 : 30 ) segmentasi pemirsa adalah suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompok-kelompokkan konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen.

Konsep alternatif tentang audience, adalah audience sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa, kumpulan inilah disebut sebagai udience dalam bentuk yang paling dikenali dan versi yang


(34)

diterapkan seluruh penelitian media itu sendiri. Audience yang pertama dan yang terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu. Dengan demikian semua yang memiliki pesawat televisi.(http://www.shsu.edu/-listtwh/book/other_notable_genres /video% 20clips.htm ).

2.1.4 Stasiun Dangdut JTV

Stasiun dangdut adalah tayangan variety show musik dangdut yang dikemas secara atraktif denga menampilkan orkes melayu “Jatim” dan trio penyanyi dangdut dari Jawa Timur. Acara ini dibawakan oleh dua presenter yaitu stefani dan Leni dengan menarik, dilihat dari penggunaan bahasa Suroboyoan sehingga acaraa ini banyak disukai pemirsa.

Acara “stasiun dangdut” tergolong program reguler entertainment berbasis musik yang melibatkan pemirsanya, acara ditayang secara langsung pada pukul 12.00-13.00 WIB. JTV menayangkan program musik dangdut dikarenakan pemirsa JTV dari kalangan menengah kebawah yang menyukai kesederhanaan dan kekhasan dengan bahasa suroboyoan. Gerakan artis penyanyi dangdut yang sensasional tidak terlepas dari acara ini. Dangdut selalu mendapatkan respon baik dari penonton dengan pencapaian rating yang tertinggi. Pemirsa juga diijinkan kirim salam untuk orang-orang terdekat dan sanak keluarga. Kesempatan untuk kirim via handphone dengan mengetik nama dan usia isi salam dan kirimkan ke 0817338450.


(35)

2.1.5 Erotis

Erotis adalah kemampuan manusia untuk mengalami dan menyadari hasrat dan dorongan seksual,orgasme dan hal-hal lain yang menyenangkandari seks. Apa yang menyebabkan hasrat seksual seseorang naik adalah kajian utama erotisme. Misalnya tentang bagaimana perempuan “berdada” besar dan berbokong besar mengundang hasrat laki-laki dan tentang bagaimana dada bidang dan berotot mengundang hasrat perempuan. Erotis merupakan cakupan dari seksualitas. Seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang mengalami, menghayati dan mengekspresikan diri sebagai makhluk sesual, dengan kata lain tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bertindak berdasarkan posisinya sebagai makhluk seksual ( Mendatu, Achmanto 2007 ).

Selain itu menurut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1992) erotisme didefinisikan sebagai (1) keadaan bangkitnya nafsu birahi; (2) keinginan akan nafsu seks secara terus menerus. Sedangkan di dalam bahasa Inggris (The American Heritage Dictionary 1985), eroticism didefinisikan sebagai (1) an erotic quality or theme; (2) sexual excitement; (3) abnormally persistent sexual excitement. Dari tiga definisi dalam bahasa Inggris, definisi (2) dan (3) sesuai dengan apa yang ada dalam KBBI. Pada definisi (1) terkandung sifat dan tema erotis atau erotic yang berarti (1) of or concerning sexual love and desire; (2) tending to arouse sexual desire; (3) dominated by sexual love or desire. Dalam Bahasa


(36)

Perancis (Kamus Lexis 1979) pun mempunyai pengertian yang sama dengan bahasa Inggris. Namun pada kata erotisme ada bagian yang penting yaitu ”sous-tendus par le libido” yang berarti ”didasari oleh libido” atau ”diilhami oleh libido”. Sedangkan libido dalam KBBI diartikan sebagai ”nafsu berahi yang bersifat naluri”. Kata libido ini berasal dari bahasa Latin ’desir’ yang berarti ’keinginan’, ’hasrat’.

Sehingga dengan demikian erotisme berkaitan erat dan bahkan didasari oleh libido yang dalam perkembangan selanjutnya teraktualisasi dalam keinginan seksual. dalam erotisme, libido merupakan dasar atau ilham untuk menggambarkan sesuatu yang lebih luas (misalny konsep cinta , perbedaan antar jenis, atau masalah yang timbul dalam interaksi sosial). Terlihat makna erotisme lebih mengarah pada ”penggambaran perilaku, keadaan atau suasana yang didasari oleh libido dalam keinginan seksual”. Erotisme tidak mempunyai makna dasar ”cabul”, melainkan menggambarkan perilaku, keadaan, atau suasana berdasarkan atau berilhamkan ”libido dan Seks”.( http://warnadunia.com/penjelasan-tentang-erotisme-/, diakses 18 maret 2010, 15.00 WIB ).

Oleh karena itu, tidak heran bila muncul istilah erotis merupakan bagian dari seksualitas. Hal ini karena seksualitas bukan hanya hubungan seks saja melainkan tentang bagaimana seorang mengalami, menghayati dan mengekspresikan diri sebagai makhluk seksual atau dengan kata lain tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bertindak berdasrkan posisinya sebagai makhluk seksual (Mendatu, 2007 ).


(37)

2.1.5.1 Erotisme Dalam Seksualitas

Erotisme adalah kemampuan manusia untuk mengalami dan menyadari hasrat dan dorongan seksual, orgasme dan hal-hal lain yang menyenangkan dari seks. Aktivitas seksual, misalnya berhubungan seks, ditujukkan untuk mencari erotisme. Orang menikah, berpacaran, pergi ke pelacuran dan semacamnya, didorong oleh erotisme. Ketika tertarik dengan laki-laki atau dengan perempuan adalah karena adanya erotisme itu. Mereka yang disukai, menimbulkan erotisme itu.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sunarto dalm buku TV, kekerasan dan perempuan bahwa seksualitas merupakan proses sosial. Seksualitas (sexuality), menurut Humm (1995: 262-263), merupakan proses sosial yang menciptakan, mengatur, mengekspresikan dan mengarahkan hasrat. Freud mencirikan seksualitas wanita sebagai secara inheren pasif, masokistis dan narsistis. Pandangan semacam ini sering dikritik kaum feminis, misalnya Anne Koedt yang menyatakan, bahwa seksualitas wanita tidak tergantung penetrasi vaginal tetapi beragam dan menyebar. Dalam pandangan feminis tertentu (radikal), kontrol pria atas seksualitas dan fertilitas wanita merupkan salah satu bentuk penindasan terhadap wanita. Sedangkan obyektifikasi seksual ( Seksual Objectification) merupakan pemujaan (fetishisation) terhadap seksualitas wanita. Gerakan wanita dalam kampanye melawan kontes kecantikan dan pornografi membuat kritik feminis kontemporer pada


(38)

obyektifitasi seksual muncul ke permukaan. Dalam teori film, Laura Mulvey menyatakan, keseluruhan aparatus sinematika tergantung pada konsep tatapan pria atau obyektifikasi wanita.

Selain itu erotisme dibagi menjadi beberapa kategori, antara lain :

1. Oto-erotisme adalah keterbangkitan erotik yang dialami seorang tanpa adanya stimulus erotik dari luar diri seseorang yang hadir secara fisik. Jadi, tanpa ada kehadiran orang lain, tetap mampu mersakan erotisme. Istilah lainnya adalah autoerastia, authophilia, monoseksual, idiosyncrasy dan onanisme.

2. Oto-Erotik yang lain adalah lamunan erotik, yakni pikiran dan fantasi erotis selama tersadar. Boleh jadi melamunkan keindahan tubuh seseorang melamunkan ciuman dengan seseorang atau yang lain. Bahkan, bisa saja erotisme itu muncul dalam situasi romantis, musik yang mengalun merdu, cahaya yang temaram, menikmati seni dan lainnya. Lamunan erotik biasanya tidak menimbulkan orgasme. Oleh karenanya, tidak heran bila pada kenyataanya praktek seksual mencakup banyak hal. Termasuk didalamnya adalah perilaku mencari erotisme saat berdua dengan pasangan (pegangan tangan, saling meraba daerah sensitif, menggesekkan alat kelamin, sampai melakukan hubungan seksual), mencari erotisme dengan mendatangi pelacur (tentu saja lewat hubungan seksual), mencari erotisme dengan melihat gadis-gadis seksi atau


(39)

laki-laki seksi, mencari erotisme dengan masturbasi sampai mencari erotisme dengan melihat gambar atau video porno.

Pornografi adalah mengungkapkan seksualitas yang bersifat pribadi ke ruang publik, misalnya membuat gambar telanjang atau seronok dan film seks (ketelanjangan dan hubun seksual dianggap bersifat pribadi dan maka ketika diungkapkan ke publik menjelma menjadi pornografi). Pornogarfi sebenarnya bersifat kenyal alias sulit didefinisikan secara tegas, sebab sesuatu bersifat porno bagi satu orang mungkin bukan hal porno bagi orang lain. Goyang ngebor Inul Daratista mngkin porno bagi Rhoma Irama sehingga Inu dicekal. Namun bagi yang lain, goyang tersebut tidaklah porno. Karena kekenyalannya inilah, selalu menimbulkan perdebatan hangat (Burhanbungin,2003 : hal) Porno aksi (gerak, porno kata dan lain-lain) porno aksi adalah sebuah gerakan atau akting baik disengaja maupun tidak disengaja maupun tidak yang dilakuakan para artis atau aktor dalam tayangan acara tv. Akibatanya muncul gerakan dalam erotisme (www.lib.atmajaya.ac.id).

2.1.5 Gerakan Erotis

Menurut dalam Bahasa Inggris : motion, dari latin motio, movere (menggerakkan, memindahkan ).Beberapa pengertian :


(40)

1. Secara Umum : gerak merupakan suatu perubahan dalam arti klasik, gerak ( kinesis ), mencakup semua bentuk perubahan seperti perubahan dalam kualitas, kuantitas, posisi, bentuk dan potensi.

2. Secara Khusus : perubahan lokasi spasial dari benda-benda yang berhubungan dengan satu sama lain, proses ( tindakan atau keadaan ) perubahan tempat ( posisi ).

Seks bagian dari hidup manusia. Ia tidak dapat ditekan. Apabila revolusi seks sudah meletus, maka erotisme dapat pula. Disatu pihak seks harus ditutupi, di lain pihak seks pun mulai dibuka secara terang-terangan. Semua tahu hal itu, menurut normay yang berlaku, erotisme dikutuk. Namun diam-diam erotisme dijadiakan lamba kebebasan. Inilah pemujaan terhadap kenikmatan. Masyarakat diminta untuk memaklumi, bahwa pengertian transparan sudah memasuki ranah yag dianggap sau, tabu, tidak senonoh. Gejala apakah ini ? mungkin masyarakat telah menjadi bisionistik. Suka pamer, pamer pusar, paha dada, atas dan sebagainya. Keindahan adalah sesuatu yang dapat dinikmati secara lebih terbuka dan enak ditonton. (Subroto,2005; 17)

2.1.6 Erotisme dalam Karya Visual

Erotika adalah gairah seksual yang dibangkitkan dengan stimulus internal dan eksternal. Sedangkan erotika melalui media massa adalah stimulus eksternal. Menurut Griffit, pengaruh stimulus eksternal melalui erotika bersifat subjektif dan relatif, yang tergantung kepada pengalaman masing-masing individu. Walaupun demikian menurut Baron dan Byrne,


(41)

tetap ada yang bersifat universal, yaitu stimulus eksternal yang dapat membangkitkan fantasi erotika dalam diri setiap orang. Dalam hal ini media elektronika seperti sinema, TV, video, dan disk bukanlah stimulus netral, karena dapat membangkitkan gairah dan fantasi seksual pemirsanya.

Dalam karya-karya seni dan hiburan, karya-karya seks visual melalui film atau fotografi paling banyak mendapatkan kritik. Hal ini dikarenakan semakin dekatnya karya tersebut dengan makna seks yang sebenarnya. Karya-karya visual selalu menghadirkan objek seks dalam bentuk-bentuk yang sebenarnya. Dan juga sifat visual yang lebih “berkesan” dari verbal, maka visualitas seksual ini lebih banyak diperdebatkan. Film dan fotografi, umpamanya selalu menyuguhkan objek-objek manusia sebagai sasaran langsung dalam karya-karya seni yang berhubungan dengan seks ( Bungin, Burhan, 2003 : 66 ).

Lebih khusus lagi, permasalahan seksual dalam video klip sebenarnya telah diatur oleh KPI dalm Pasal 44, diantaranya bahwa (1) lembaga penyiaran dilarang menyiarkan lagu dan video klip berisikan lirik bermuatan seks, baik secara eksplisit maupun implisit (2) lembaga penyiaran dilarang menyiarkan adegan tarian dan atau lirik lagu yang dapat dikategorikan sensual, menonjolkan seks, membangkitakan hasrat seksual, atau memberi kesan hubungan seks (3) lembaga penyiaran dilarang menyiarkan program, adegan dan atau lirik yang dapat dipandang merendahkan perempuan menjadi sekedar objek seks (4) lembaga


(42)

penyiaran dilarang menampilkan tayangan yang menjadi anak-anak dan remaja sebagai objek seks, termasuk didalamnya adalah adegan yang menampilkan anak-anak dan remaja berpakaian minim, bergaya dengan menonjolkan bagian tubuh tertentu atau melakukan gerakan yang lazim diasosiasikan dengan daya tarik seksual ( Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia ).

2.1.7 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organisme – Response ini semula berasal dari psikologi. Kemudian menjdi teori komunikasi, karena obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwaanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, feksi, dan konasi. (Effendy, 2000: 254 ).

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (Stimulus, S )

b. Komunikan (Organisme, O ) c. Efek (Respon, R )


(43)

Mengetahui pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah opini yang baru ada tiga variabel penting, yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

ORGANISME :  Perhatian 

STIMULUS  RESPONSE 

 Pengertian 

 Penerimaan

GAMBAR 1. TEORI S-O-R

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah tang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilh kesediaan untuk mengubah sikap. ( Effendy, 2000: 254 ).


(44)

2.2 Kerangka Berpikir

Acara musik dangdut merupakan acara yang banyak diminati oleh masyarakat karena selain lagunya, artis dangdut serta penampilan yang menarik penonton, terkadang juga ada goyangan yang diikuti gerakan yang menarik perhatian para penonton (seperti: gerakan erotis ) yang dilakukan oleh penyanyinya. Musik dangdut yang terkadang juga menampilkan gerakan-gerakan erotis dapat menjadikan musik dangdut semakin diminati masyarakat.

Mereka melihat bahwa gerakan erotis adalah sebatas goyangan yang diikuti dengan gerakan, tidak lebih. Dengan kata lain, mereka tidak menyematkan predikat-predikat atau bahkan tuduhan tertentu, seperti misalnya: Mereka melihat bahwa goyangan adalah sebatas goyangan, tidak lebih. Dengan kata lain, mereka tidak menyematkan predikat-predikat atau bahkan tuduhan tertentu, seperti misalnya : dancehall, tarian modern, tarian mengubar syahwat dan sejenisnya. Akan tetapi, sebagian masyarakat justru memberikan nilai yang berseberangan. Gerakan erotis terkadang menyertai dalam musik dangdut, dinilai negatif karena sering dianggap menyebabkan laki-laki hidup dalam desakan-desakan nafsu birahi. Lebih jauh lagi ‘dituduh’ dapat merusak moral bangsa.

Perbedaan opini masyarakat yang menimbulkan pro dan kontra ini, melatarbelakangi dilakukannya penelitian opini masyarakat tentang gerakan erotis yang ada pada sebuah acara musik dangdut di televisi.


(45)

1. Adanya acara stasiun dangdut yang menampilkan penyanyi dengan gerakan erotis.

2. Adanya goyangan penyanyi yang dinilai mengandung unsur erotisme. 3. Munculnya pro dan kontra, pendapat masyarakat antara mereka yang

menilai positif dan negative dan mereka yang menilai positive terhadap masih adanya gerakan-gerakan erotis.

4. Melakukan survei terhadap opini penonton kemudian dikategorikan dalam tiga arah, apakah opini tersebut positive, netral ataupun negative.

5. Dihitung presentase masing-masing kategori dan opininya.

Bagan Kerangka Berfikir Sebagai Berikut :   

     

Gerakan erotis pada stasiun

dangdut 

Opini : Komunikan

 Positive

 Netral

Negative

 

   

Gambar 2. BAGAN KERANGKA BERFIKIR


(46)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan definisi operasional disini adalah suatu pembatasan atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Opini disini diwujudkan sebagai suatu proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita. Penelitian ini hanya difokuskan pada opini individu yang berusia 17 tahun keatas tentang gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV. tipe penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif.

3.1.2 Tayangan Stasiun Dangdut

Stasiun dangdut adalah tayangan variety show musik dangdut masa kini yang dikemas secara atraktif dengan menampilkan orkes melayu dan trio penyanyi dangdut dari jawa timur. Acara ini dipandu oleh 2 presenter yaitu Stefani dan Leni dengan bahasa suroboyoan. Variety Show merupakan format acara televisi yang mengkombinasikan berbagai format lain seperti Talk Show, Magazine Show, Kuis, Game Show dan Musik . Variasi dipadukan dalam sebuah pertunjukkan dalam bentuk siaran langsung maupun siaran rekaman.


(47)

Unsur-unsur visual dalam tayangan stasiun dangdut di JTV adalah:

Gerakan artis penyanyi dalam Stasiun Dangdut JTV : gerakan merupakan goyangan atau anggota tubuh mengikuti irama lagu dangdut. Gerakan dangdut telihat cukup khas atau mudah dikenali karena biasanya mengkonotasikan atau merepresentasikan sebuah gerakan erotis.

3.1.3 Opini

Opini dinyatakan dalam sesuatu hal yang kontroversial atau paling sedikit terdapat pandangan yang berlainan mengenai masalah tersebut. Opini berupa reaksi pertama ketika orang mempunyai rasa ragu-ragu terhadap suatu masalah yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan, dan adanya perubahan penilaian sehingga mendorong orang untuk saling mempertentangkannya. Opini bisa juga disebut pendapat, yaiu suatu pernyataan mengenai masalah yang kontroversial, pendapat itu dapat dinyatakan dengan kata-kata atau ditunjukkan dengan tingkah laku.

Secara operasional, opini dikategorikan menjadi 3 ( tiga ), yaitu :

1. Opini positif, yaitu opini yang mendukung atau memberikan pernyataan positif tentang tayangan stasiun dangdut di JTV.

2. Opini netral, yaitu opini yang tidak mendukung dan tidak memberikan pernyataan negatif tentang tayangan stasiun dangdut di JTV.

3. Opini negatif, yaitu opini yang tidak mendukung atau memberikan pernyataan negatif tentang tayangan stasin dangdut di JTV.


(48)

Semua jawaban dari setiap item pertanyaan dalam kusioner tersebut disampaikan beserta alasan-alasan yang bersifat menjelaskan dan menegaskan sebuah opini dalam menanggapi masalah yang diajukan peneliti.

Pengukuran opini dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan mengenai gerakan erotis pada acara stasiun dangdut di JTV. responden dikatakan memiliki opini :

a. positif apabila setuju terhadap pernyataan dalam kuesioner mengenai acara stasiun dandut JTV.

b. Netral apabila menyatakan tidak mempermasalahkan terhadap pernyataan dalam kuesioner mengenai acara stasiun dangdut JTV.

c. Negatif apabila tidak setuju terhadap pernyataan dalam kuesioner mengenai acara Stasiun Dangdut di JTV.

3.1.4 Pengukuran Variabel

Opini dapat diekspresikan sebagai salah satu pernyataan sikap dalam kata-kata yang digolongkan menjadi pendapat positif (pernyataan setuju ), netral dan negatif (pernyataan yang tidak setuju ). Untuk mengetahui opini masyarakat terhadap masih adanya gerakan erotis di ukur dengan menggunakan skala likert yaitu skala sikap yang berisi pernyataan -pernyataan terpilih dan telah memiliki nilai skala bagi setiap kategori jawabannya. Untuk setiap pernyataan, responden akan diberikan skor sesuai dengan nilai skala kategori jawaban yang diberikannya. Skor responden pada setiap pernyataan kemudian dijumlahkan sehingga merupakan skor responden pada skala sikap (Azwar, 2007: 154 ).


(49)

Bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

Positif diberi skor 3 Netral dberi skor 2 Negatif diberi skor 1

Maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu tinggi, sedang, dan rendah dengan mudah menggunakan rumus :

skor tertinggi – skor terendah Interval =

Jenjang yang diinginkan

Keterangan : 

Interval : Berdasarkan dari setiap tingkatan.

Skor tertinggi : Pertikaian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan.

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan.

Jenjang : 3.

Masing-masing jumlah item dalam kuesioner untuk topik pembicaraan adalah 11, sehingga skor tertinggi diperoleh dan skor pertanyaan tertinggi dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah yaitu : 3 x 11 = 33.


(50)

Skor terendah diperoleh dari skor pertanyaan terendah dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 1 x 11 = 11.

Dengan demikian fungsi R ( Range ) adalah : R ( Range ) = 33 – 11 : 3 = 7

Sehingga R ( Range ) berikut tingkatan yang didapatkan : Opini Negatif : dengan skor antara 11 sampai dengan 17 Opini Netral : dengan skor antara 18 sampai dengan 24 Opini Positif : dengan skor antara 25 sampai dengan 33

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis.

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

    Populasi dari penelitian ini adalah pemirsa dalam hal ini masyarakat yang berusia 17 tahun keatas bertempat tinggal di Surabaya yang berjumlah 2.902.507 orang (BPS 2008).

3.2.2 Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian masyrakat berusia 17 tahun yang bertempat tinggal di kota Surabaya. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik cluster beberapa tahap (Multi Stage Cluster Random Sampling), adapun bagannya adalah sebagai berikut:


(51)

N

N.1 N.2

Gambar 3. Bagian Multistage Cluster Random Gambar 3. Bagian Multistage Cluster Random

Maka secara sistematis teknik penarikan sampel dilakukan 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

Maka secara sistematis teknik penarikan sampel dilakukan 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut :

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan pada wilayah penelitian di kota Surabaya. Kota Surabaya memiliki lima bagian wilayah yakni Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, dan Surabaya Barat. Setelah diacak akan terpilih dua (2) wilayah Surabaya, yaitu wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan pada wilayah penelitian di kota Surabaya. Kota Surabaya memiliki lima bagian wilayah yakni Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya Timur, dan Surabaya Barat. Setelah diacak akan terpilih dua (2) wilayah Surabaya, yaitu wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

b. Tahap kedua dilakukan pemilihan kecamatan, dimana wilayah Surabaya Timur memiliki tujuh (7) kecamatan dan Surabaya Selatan memiliki delapan (8) kecamatan. Setelah dilakukan pengundian secara random maka untuk Surabaya Timur terpilih kecamatan Sukolilo dan Tenggilis Mejoyo dan untuk Surabaya Selatan terpilih kecamatan Wiyung dan Wonocolo.

b. Tahap kedua dilakukan pemilihan kecamatan, dimana wilayah Surabaya Timur memiliki tujuh (7) kecamatan dan Surabaya Selatan memiliki delapan (8) kecamatan. Setelah dilakukan pengundian secara random maka untuk Surabaya Timur terpilih kecamatan Sukolilo dan Tenggilis Mejoyo dan untuk Surabaya Selatan terpilih kecamatan Wiyung dan Wonocolo.

N.1.a N.1.b N.2.a N.2.b

N.b


(52)

c. Tahap ketiga dilakukan pemilihan kelurahan setelah dilakukan pemilihan secara random. Untuk kecamatan Sukolilo terpilih keluharan Nginden Jangkungan dan Semolowaru sedangkan untuk kecamatan Tenggilis Mejoyo terpilih kelurahan Kutisari dan Tenggilis Mejoyo. Untuk kecamatan Wiyung setelah dilakukan pemilihan secara acak terpilih kelurahan Balasklumprik dan Babatan serta untuk kecamatan Wonocolo terpilih kelurahan Margorejo dan Bendul Merisi.

Jumlah sampel yang terdapat pada delapan (8) kelurahan adalah sebagai berikut :

1) Kelurahan Nginden Jangkungan : 15.097 orang 2) Kelurahan Semolowaru : 14.597 orang 3) Kelurahan Kutisari : 19.519 orang 4) Kelurahan Tenggilis Mejoyo : 10.366 orang 5) Kelurahan Balasklumprik : 6.189 orang 6) Kelurahan Babatan : 14.398 orang 7) Kelurahan Margorejo : 8.926 orang 8) Kelurahan Bendul Merisi : 11.899 orang +

100.991 orang

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunnakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

N n =


(53)

Keterangan : N = Populasi n = Jumlah Sampel

d = Presisi ( derajat ketelitian ) 1 = angka konstan

Guna lebih proposionalnya dalam menentukan sampel yang digunakan maka dari jumlah dapat diperoleh sampel untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Nginden Jangkungan : 15097

n = x 100 = 14.04 = 15 orang 100991

2. Kelurahan Semolowaru : 14597

n = x 100 = 14.45 = 14 orang 100991

3. Kelurahan Kutisari : 19519

n = x 100 = 19.32 = 19 orang 100991

4. Kelurahan Tenggilis Mejoyo 10366

n = x 100 = 10.26 = 10 orang 10091

5. Kelurahan Balasklumprik 6189

n = x 100 = 6.12 = 6 orang 10091


(54)

6. Kelurahan Babatan : 14398

n = x 100 = 14.26 = 14 orang 10091

7. Kelurahan Margerejo : 8926

n = x 100 = 8.83 = 9 orang 10091

8. Kelurahan Bendul Merisi : 11899

n = x 100 = 11.78 = 12 orang 10091

Berdasrkan hasil perhitungan diatas maka sampel yang diteliti untuk masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan Nginden Jangkungan : 15 orang 2. Kelurahan Semlowaru : 14 orang 3. Kelurahan Kutisari : 19 orang 4. Kelurahan Tenggilis Mejoyo : 10 orang 5. Kelurahan Balasklumprik : 6 orang 6. Kelurahan Babatan : 14 orang 7. Kelurahan Margerejo : 9 orang 8. Kelurahan Bendul Merisi : 12 orang

Berdasarkan data tersebut maka untuk mengetahui jumlah sampel maka digunnakan rumus Yamane yaitu sebagai berikut :

N n =


(55)

Keterangan : N = Populasi n = Jumlah Sampel

d = Presisi ( derajat ketelitian ) 1 = angka konstan

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Data Primer yaitu dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden yaitu masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas

yang menoton tayangan Stasiun Dangdut Jtv.

2. Data Sekunder yaitu melalui studi kepustakaan, referensi dan literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3.4 Metode Analisis Data

Metode Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner terdiri dari : mengedit, mengkode, dan memasukkan data tesebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara diskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalaisis secara kuantittatif dengan menggunakan rumus :


(56)

F

P = x 100% N

Keterangan :

P : Presentase Responden F : Frekuensi Responden N : Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh apa yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah diintrepertasikan.


(57)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1 PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV)

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) mulai tanggal 1 Januari 2001 lalu, memungkinkan suatu propinsi untuk menumbuh kembangkan potensi daerahnya dengan seoptimal mungkin. Perkembangan tersebut dapat dilakukan dari berbagai macam segi, baik segi bisnis maupun dari segi non bisnis dan peningkatan potensi daerah itu tidak terlepas dari peran serta penyedia jasa layanan informasi.

Industri televisi juga diyakini mampu menjaga dan membangun komunikasi yang berkualitas antara masyarakat dengan elit pemerintahan dan stakeholder penyelenggaraan kehidupan sehari-hari di Jawa Timur. Pross demokrasi yang terus ditumbuh kembangkan dengan sistem desentralisasi dan otonomi daerah sebagai spirit utamanya sesungguhnya membutuhkan medium raksaa yang disebut televisi sebagai pentas milik bersama untuk beraktivitas.

Atas dasar pemikiran tersebut lahir sebuah gagasan yang sangat inovatif untuk mendirikan PT. Jawa Pos Media Televisi sebagai bahan hukum Lembaga Penyiaran Swasta penyelenggara jasa penyiaran televisi yang berbasis station lokal di Jawa Timur. Yang kemudian dinamakan JTV, sebagai televisi lokal/regional Jawa Timur memfokuskan diri terhadap minat dan keinginan pemirsa di Jawa Timur dengan slogan yaitu “LOKAL”, “NAKAL” “MASSAL”.


(58)

Sudah menjadi tekad para pendirinya bahwa JTV sebagai lembaga penyiaran tetap setiap pada prinsipnya dalam menyelenggarakan fungsinya bersikap independen, obyektif, jujur dan mampu berpartisipasi dalam usaha pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur.

JTV sebagai model televisi kota raya adalah model televisi regional paket-paket nasional, menjangkau kota-kota sasaran, menyentuh pelosok-pelosok daerah, dan dibuat untuk memenuhi harapan pemirsa khususnya pemirsa Jawa Timur. Untuk memaksimalkan keingina pemisa maka acara akan menjadi andalan JTV adalah semua acara yang disukai oleh masyarakat Jawa Timur sesuai hasil riset, khususnya bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya.

JTV akan memberikan bobot sangat besar kepada acara-acara hiburan dan sedikit kepada acara berita. Perbandingannya lebih kurang, entertainment 60%, infotainment 20%, dan interactive news 20%.

Pada awal berdirinya tahun 2002, siaran yang dilakukan JTV hanya mampu ditangkap di daerah Surabaya dan Malang. Pada tahun 2003, covered area lebih luas hingga ke Kediri, Jember, Banyuwangi, dan Magetan.

JTV menjadi sangat penting dan ditunggu kehadirannya. Pertumbuhan penduduk di Jawa Timur yang terus bertambah juga merupakan salah satu alasan yang melatarbelakangi hadirnya JTV sebagai station televisi lokal yang peduli dengan kebutuhan masyarakat Jawa Timur untuk memberikan informasi dalam bentuk audio visual yang merupakan program-program yang bersikap lokal yang berdasarkan data jumlah penduduk di Jawa Timur pada tahun 2004 adalah sekitar 36,3 juta penduduk yang tersebar di 38 Kabupaten / Kota. Mereka semua


(59)

memerlukan mediumnya sendiri untuk mengapresiasikan kearifan lokal yang dimilikinya melalui layar kaca televisi.

4.1.2 Visi dan Misi PT. Jawa Pos Media Televisi (JTV) Visi :

Mewujudkan budaya dan potensi ekonomi Jawa Timur yang “Satus persen Jawa Timur” (Jawa Timur yang sesungguhnya / truly Jawa Timur).

Misi :

1. Memberikan informasi yang lebih kepada masyarakat sekitar melalui peningkatan program-programnya sesuai dengan kondisi masyarakat Jawa Timur yang mayoritas terbagi dalam tiga klan dan daerah besar yaitu Surabaya (Suroboyoan), Madura (Maduraan), dan Mataraman (Kulonan) melalui program siarannya.

2. Melalui program siarannya, menjadi partner bagi masyarakat dan pemerintah daerah dalam ikut mensukseskan program-program pembangunan untuk kepentingan masyarakat banyak.

3. Program siaran memberikan nilai tambah bagi potensi peningkatan pendapatan daerah Jawa Timur dengan melakukan usaha-usaha baru dan pendapatan usaha yang semakin meningkat.

Membuat program-program siaran unggulan yang menggambar kebudayaan masyarakat Jawa Timur, baik program yang bersifat kesenian seperti program acara “Raka-Raki”, Anugrah Wisata maupun program yang bersifat off air, seperti program dzikir.


(60)

4.1.3 Acara Stasiun Dangdut JTV

Stasiun Dangdut adalah tayangan variety show musik dangdut masa kini yang dikemas secara atraktif dengan menampilkan orkes melayu dan Trio penyanyi dangdut yang berasal dari Jawa Timur. Kemampuan olah vokal dan goyangan para penyanyi membuat suasana tayangan siang hari lebih seru disertai wajah cantik yang mengagumkan ditambah kemampuan presenter yaitu Stefani dan Leni yang membawakan acara ini dengan menarik dan bahasa Suroboyoan membuat “stasiun dangdut” banyak digemari pemirsa.

Acara “Stasiun Dangdut” tergolong program regular entertainment berbasis music yang melibatkan pemirsa JTV menayangkan program musik dangdut dikarenakan pemirsa JTV dari kalangan menengah ke bawah yang menyukai segala kesederhanaan dan keluagasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya, alasan lainnya PT. Jawa Pos Media Televisi mengusung tema dangdut dikarenakan JTV sebagai televisi lokal regional Jawa Timur yang mayoritas dari bangsa kulonan (daerah) yang menyukai musik dangdut dimana artisnya pun diambil dari daerah Jawa Timur sendiri. Pemirsa dapat berinteraksi secara langsung hanya dengan memilih lagu yang telah disediakan melalui respon interaktif di 031-8250070. Selain itu pemirsa juga diberi kesempatan kirim salam via handphone dengan mengetik nama dan usia_isi salam dan dikirimkan ke 081 7338450.


(61)

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Bagaimana telah dikemukakan pada terdahulu, bahwa penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik analisis deskriptif. Dalam penelitian ini disebarkan kuesioner kepada responden dimana sampel penelitian ini adalah 100 orang yang berusia 17 tahun keatas, pernah menonton Acara Stasiun Dangdut di JTV.

4.2.1 Identitas Responden

Pada bagian identitas responden ini dijabarkan mengenai karakteristik ditinjau dari Jenis Kelamin, Usia dan Pendidikan Terakhir. Untuk selengkapnya terdapat pada tabel berikut :

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin Jumlah (orang)

Persentase (%)

Laki-laki 30 30 %

Perempuan 70 70 %

Jumlah 100 100 %

Sumber : Kuisioner identitas jenis kelamin responden

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian ini adalah 30 orang atau sebesar 30 % berjenis kelamin laki-laki dan 70 orang atau sebesar 70 % berjenis kelamin perempuan. Karena perbedaan jumlah responden yang cukup jauh, maka dianggap bahwa perempuan sering melihat acara stasiun dangdut JTV dikarenakan kebanyakan dari ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu luang dirumah pada waktu siang hari


(62)

Tabel 2 Usia Responden

Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

17 – 24 18 18 %

25 – 34 36 36 %

35 – 42 36 36 %

43 – 50 10 10 %

Jumlah 100 100 % Sumber : Kuesioner Identitas Usia Responden

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa opini responden yang menonton acara Stasiun Dangdut JTV terdapat 18 orang atau sebesar 10 % mempunyai usia antara 17-24 tahun, 36 atau 36 % berusia 25-34 tahun dan 35-42 tahun. Hal ini disebabkan karena lebih selektif dalam menerima hiburan, artinya tayangan Stasiun Dangdut masuk dalam kategori (segmentasi) acara untuk orang dewasa. Untuk usia 43-50 terdapat 10 orang atau sebesar 10 %, umumnya mereka sudah tidak terlalu mengikuti beberapa acara hiburan, dan cenderung memberikan saran tentang bagaimana memberikan tayangan yang baik kepada masyarakat luas yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma serta budaya yang sudah mengakar kuat di masyarakat.

Identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir, dapat dilihat pada penjabaran tabel berikut :


(63)

Tabel 3

Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden Frekuensi %

Pelajar/ Mahasiswa 15 15

Pegawai Negeri 15 15

Karyawan Swasta 20 20

Wiraswasta 20 20

Ibu Rumah Tangga 30 30

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner identitas pekerjaan responden

Berdasarkan tabel diatas, responden yang paling banyak menonton acara stasiun dangdut JTV adalah Ibu rumah tangga sebanyak 30 orang atau sebesar 30 %, kemudian responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 20 orang atau sebesar 20 %, respopnden bekerja sebagai PNS dan Mahasiswa sebanyak 15 orang atau 15 %, dan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 20 orang atau 20 %. Hal ini dikarenakan Ibu rumah tangga yang tidak bekerja pastinya memiliki banyak waktu dirumah terutama pada waktu siang hari untuk mengisi waktu luang dan ketertarikan menonton televisi cukup besar apalagi jam-jam tersebut. Sehingga Ibu rumah tangga lebih detail melihat perkembangan acara stasiun dangdut, khususnya mengenai gerakan erotis dalam acara tersebut. Sedangkan responden yang bekerja sebagai mahasiswa dan pegawai negeri dengan frekuensi rendah dalam menonton tayangan stasiun dangdut JTV. Hal ini dikarenakan ada yang masih melakukan pekerjaan dan tidak banyak yang melihat acara stasiun dangdut JTV. Rata-rata responden yang bekerja sebagai karyawan swasta dann wiraswasta memiliki jam kerja lebih panjang dibandingkan dengan Ibu rumah tangga yang kesehariannya dirumah.


(64)

4.2.2 Penggunaan Media

Penggunaan media dalam penelitian ini adalah memisahkan responden yang mengetahui dan tidak mengetahui tayangan Stasiun Dangdut di JTV dan sejauh mana respondenn menggunakan media televisi sebagai media hiburan, informasi dan edukatif.

Tabel 4

Frekuensi Responden Menonton Dalam Kurun Waktu Satu minggu No Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

1. 1 – 2 Kali 51 51 2. 3 – 4 Kali 34 34 3. > 4 kali 15 15

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 2

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa si responden atau 51 % menjawab bahwa dalam satu minggu menonton acara stasiun dangdut JTV antara 1 – 2 kali karena mereka menganggap acara stasiun dangdut JTV sebagai tayangan hiburan yang kurang disukai dan hanya menonton sesekali saja. Sedangkan responden yang menonton acara stasiun dangdut antara 3 – 4 kali sebanyak 34 responden atau 34 % karena mereka menganggap acara stasiun dangdut merupakan acara hiburan yang biasa-biasa saja dan menonton bila ada waktu luang. Dan 15 responden atau sebanyak 15 % responden ini yang merupakan penggemar setia acara stasiun dangdut dan selalu menyempatkan diri untuk menonton acara tersebut. Hal ini disebabkan karena responden merasa


(65)

terhibur dengan apa yang ditampilkan pada Acara Stasiun Dangdut JTV sehingga responden merasa sayang dan tidak menonton acara tersebut setiap episodenya.

Tabel 5

Durasi Menonton Acara Stasiun Dangdut di JTV

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

1 – 30 menit 65 65

31 – 60 menit 35 35

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 3

Sebanyak 65 responden dengan persentase 65% menjawab menonton acara stasiun Dangdut JTV dengan durasi menonton selama kurang dari atau usama dengan 15 menit. Hal ini dikarenakan responden mengatakan bahwa acara stasiun Dangdut tidak mendidik dan menayangkan sesuatu yang tidak layak ditayangkan pada waktu siang hari dan disaksikan anak-anak dibawah umur, karena dikhawatirkan akan memberikan wrong education nantinya sehingga menumbuhkan sikap yang negatif khususnya kepada anak. Untuk jawaban 35 responden atau dengan presentase 35 % menjawab menonton dengan durasi 31 – 60 menit, rata-rata jawaban dari responden mengatakan bahwa acara stasiun Dangdut merupakan acara yang cukup menghibur. Karena menurut mereka, acara stasiun dangdut benar-benar menyuguhkan hiburan yang menarik yang dikemas dalam format acara Variety Live.


(66)

Tabel 6

Tujuan Anda Menonton Acara Stasiun Dangdut Di JTV Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%) Untuk mengisi waktu luang 48 48 Sebagai hiburan 48 48 Mencari informasi 3 3

Yang lain-lain 1 1

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner No. 4

Dari data diatas bahwa 48 responden atau 48% menjawab bahwa tujuan menonton acara Stasiun Dangdut JTV untuk mengisi waktu luang. Sebanyak 48 responden atau sebesar 48% menjawab sebagai hiburan. Hal ini dikarenakan pada waktu siang hari khususnya jam-jam istirahat selesai. Sedangkan 3 responden atau 3% menjawab untuk mencari informasi, dikarenakan mereka suka dengan informasi dikarenakan mengetahui perkembangan musik dangdut, sedangkan 1 responden atau 1% menjawab yang lain-lain, dikarenakan

4.2.3 Opini Penonton Terhadap Acara Stasiun Dangdut di JTV

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana opini penonton terhadap Acara Stasiun Dangdut di JTV, apakah positif, netral atau negatif. Berikut ini terbagi dalam tiga indikator dalam beberapa pertanyaan yang diajukan peneliti dalam bentuk kuesioner.


(67)

Tabel 7

Acara Stasiun Dangdut Merupakan Jenis Program Variety Show Yang Paling saya Sukai

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 25 25 %

Netral 49 49 %

Tidak setuju 26 26 % Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 1

Berdasarkan pada tabel 7 tersebut diatas, dari pernytaan kuesioner No. 1, dengan pernyataan kuesioner yang menyatakan kemudian responden yang menjawab netral sebanyak 25 orang atau 25%, dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 49 orang atau 49%. Dari jawaban responden tersebut mayoritas responden mengatakan bahwa biasa-biasa saja. Sedangkan 25 responden atau 25%, menyatakan setuju dikarenakan mereka penggemar dari acara Stasiun Dangdut JTV.

Tabel 8

Leni dan Stefani Merupakan Host yang Sangat Sesuai Untuk Acara Stasiun Dangdut JTV

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 41 41 %

Netral 57 57 %

Tidak setuju 2 2 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 2

Berdasarkan pada tabel 8 tersebut diatas, dari pernyataan kuesioner No. 2 dengan pernyataan kuesioner yang menyatakan Leni dan Stefani host yang cocok membawakan acara Stasiun Dangdut di JTV. Dari jawaban responden yang


(68)

menjawab setuju sebanyak 41 orang atau 41%, kemudian responden yang menjawab netral atau biasa sebanyak 57 orang atau 57%, dan responden yang menjawab tidak setuju sebanyak 2 atau 2%. Dari jawaban responden tersebut, mayoritas responden mengatakan bahwa Leni dan Stefani merupakan host yang tidak terlalu bagus atau biasa-biasa aja. Responden yang mengatakan setuju menganggap Leni dan Stefani cocok untuk dijadikan pembawa acara dalam acara stasiun Dangdut di JTV. Sedangkan responden yang mengatakan tidak setuju, dengan alasan Stefani dan Leni tidak mampu membawakan acara Stasiun Dangdut di JTV.

Opini penonton tentang suara artis Stasiun Dangdut di JTV mengandung erotis seperti desahan-desahan. Jawaban selengkapnya tersaji pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9

Suara Artis / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut di JTV Mengandung Unsur Erotis Seperti desahan-desahan

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 45 45 %

Netral 44 44 %

Tidak setuju 11 11 % Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 3

Dari data tersebut diketahui bahwa sebanyak 45 orang atau 45% opini responden adalah setuju. Mereka menyatakan setuju karena menurut mereka penyanyi dangdut Stasiun Dangdut JTV dengan suara desahan-desahan mengandung unsur erotis. Sedangkan yang menjawab netral sebanyak 44 orang


(69)

atau 44% ini menunjukkan bahwa penonton tidak terlalu memperhatikan suara desahan, karena menganggap suara desahan bagian dari dangdut. Dan sebanyak 11 orang atau 11% tidak setuju kalau suara desahan itu mengandung unsur erotis.

Opini penonton terhadap busana artis/penyanyi dangdut Stasiun Dangdut di JTV terbuka dan sexy. Jawaban selengkapnya tersaji pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10

Busana Artis / Penyanyi Dangdut Stasiun Dangdut di JTV Terbuka dan Sexy

Jawaban Jumlah (orang) Persentase (%)

Setuju 58 58 %

Netral 34 34 %

Tidak setuju 8 8 %

Jumlah 100 100 Sumber : Kuesioer No. 4

Dari opini masyarakat diatas diketahui bahwa sebanyak 58 orang atau 58% opini responden adalah setuju. Mereka menyatakan setuju karena mereka menganggap bahwa artis / penyanyi dangdut Stasiun Dangdut di JTV menggunakan busana yang terbuka dan sexy. Ini dapat dilihat dari pakaian yang digunakan dalam acara selalu minim. Responden yang menjawab netral sebanyak 34 orang atau 34%, dengan alasan mereka tidak memperhatikan pakaian yang digunakan penyanyi dangdut Stasiun Dangdut di JTV. Sedangkan responden yang menjawab dengan jawaban tidak setuju sebanyak 8 atau 8%, dengan alasan tidak setuju dikarenakan pada dasarnya busana penyanyi dangdut tidak terbuka dan sexy.

Opini penonton terhadap penyanyi Stasiun Dangdut di JTV menampilkan gerakan erotis. Jawaban selengkapnya tersaji pada tabel 11 berikut :


(1)

an penerim

mempermasalahkan dengan alasan hal ini disebabkan karena acara Stasiun Dangdut tidak layak ditonton oleh masyarakat karena terdapat gerakan erotis.

Sedangkan sebagian kecil penonton memiliki perhatian, pengertian, d aan yang negatif. Acara Stasiun Dangdut di JTV dikhawatirkan penonton akan terpengaruh untuk mengikuti gerakan erotis, khususnya anak-anak atau remaja putri, demi mendapatkan popularitas dikelompoknya. Dan apabila ada yang terpancing dengan gerakan tersebut, sehingga dapat menimbulkan nafsu birahi, maka dikhawatirkan akan menambah angka kriminalitas pelecehan seksual. Selain itu juga akan merusak moral anak-anak yang masih belum berpikir secara logis, karena anak-anak sangat mudah terpengaruh oleh hal baru yang dianggap menarik, apalagi bila menonton dengan tanpa didampingi dan tanpa bimbingan orang tua. Seorang pekerja seni maupun apabila melakukan gerakan yang bernuansa “erotis”, tidak akan pernah ada penonton yang mengatakan dapat mengangkat citra musik dangdut karena justru akan merusak nama baik pekerja seni tersebut. Banyak responden yang menyatakan acara Stasiun Dangdut di JTV masih menampilkan gerakan erotis, dan tidak layak untuk ditonton dan oleh siapa pun.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Program acara variety show “Stasiun Dangdut” di JTV ini mempunyai bagian yang disukai dan sedikit bagian yang tidak disukai oleh masyarakat, khususnya masyarakat Surabaya. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya opini positif yang dibeikan oleh masyrakat Surabaya terhadap acara “Stasiun Dangdut” di JTV. Hal ini berarti responden menganggap bahwa “Stasiun Dangdut” di JTV mempunyai hal yang positif. Sisi positif dari acara “Stasiun Dangdut” di JTV dapat menghibur masyarakat karena musik dangdutnya dan gerakan erotis yang mempengaruhi daya tarik penonton. Dalam teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respon) stimulus dalam penelitian ini adalah acara Stasiun Dangdut JTV, komunikan adalah para penonton dan respon dari acara tersebut adalah khalayak menanggapi positif atau tidak mempermasalahkannya. Dengan demikian dapat disimpulkan media massa atau televisi memiiki pengaruh yang besar, teori ini terbukti dengan ditayangkan Acara Stasiun Dangdut hampir setiap hari, sehingga khalayak menjadi terbiasa dengan acara dangdut yang terdapat gerakan erotis tersebut. Penampilan penyanyi dangdut yang dikatakan melanggar norma kesopanan dan kesusilaan itu hanyalah bagian dari profesionalisme sebagai


(3)

seorang penyanyi dangdut, sehingga acara ini menjadi acara yang ditunggu bagi masyarakat Surabaya.

5.2Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah :

1. Gerakan atau goyangan penyanyi dalam acara musik dangdut memang mengandung unsur erotis yang pastinya dapat merusak moral bangsa dan dapat menambah angka kriminalitas pelecehan seksual. Dimana dalam acara nusik dangdut tersebut berkenaan dengan sensasi seks yang dapat menimbulkan rangsangan – ransangaan dan bersifat merangsang nafsu birahi. Tapi masyarakat tetap memandang biasa atau tidak mempermasalahkannya apabila gerakan erotis dilakukan, karena di kota-kota besar seperti Surabaya, sudah tidak menganggap tabu lagi dengan adanya gerakan erotis tersbut dalam sebuah musik dangdut akan lebih menarik perhatian penonton.

2. JTV agar menayangkan program acara variety show yang bersifat menghibur karena masyarakat Surabaya membutuhkan tayangan seperti itu untuk mengisi jam-jam istirahat setelah melakukan aktivitas. Namun tayangan-tayangan tersebut tetap harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Selain itu bagi piha production house (PH) yag memproduksi tayangan “Stasiun Dangdut” di JTV diharapkan agar lebih kreatif membuat ide yang ingin ditampilkan.


(4)

70

3. Untuk mahasiswa FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur skripsi ini bisa dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(5)

Buku :

Bagus, Lorens, 2004. Kamus Filsafat. PT. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Bungin, Burhan, 2003. Pornomedia (Sosiologi Media, Konstruksi Sosial

Teknologi Telematika dan Perayaan Seks di media Massa). Prenada Media, Jakarta.

Effendy, Onong Uchjana, 1993. Televisi Teori dan Praktek. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

, 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ibrahim, Abdul Mu’num. 2004. Mendidik Anak Perempuan. Gema Insani, Jakarta.

Kuswandi, Drs., Wawan, 1998, Komunikasi Massa Dalam Sebuah Analisis Media Televisi, Rineka, Jakarta.

Moh. Lahib, 2002. Potret Sinetron Indonesia, PT. Mandar Utama Tiga Books Erlangga, Jakarta.

Mulyana, Deddy, 2004, Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar), PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rakhmat, Jalaludin, 2004, Metode Penelitian Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sunarto, 2009, Televisi Kekerasan dan Perempuan. PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta.

Subroto, S., Bambang, 2005. good Corporate Governance, Elexmedia Komputindo, Jakarta.

Wahyudi, JB, 1991, Media Komunikasi Massa Televisi, PT. Alumi, Bandung.

Non Buku :

www.wikipwediaindonesia.com www.jtv.co.id


(6)

http://nahimunkar.com/579 www.suaramerdeka.com

www.shsu.edu/listwh/book/other_notable_genres/video%20clips.htm http://warnadunia.com/penjelasang-tentang-erotisme-dan-pornografi/ s