LANDASAN TEORI Desain pembelajaran fisika SMA pada dua belas topik pada bidang mekanika dengan metode demostrasi dan hasil uji cobanya di Asrama Putri ST. Angela SMA Pangudi Luhur Sedayu.

6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Secara Umum Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Metode demontrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu Djamarah, 2010: 90-91.

2. Metode Demonstrasi pada Pelajaran Fisika

Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang berarti pertunjukan. Maka model pembelajaran dengan demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pelajaran fisika. Tujuannya sangat jelas agar siswa lebih memahami bahan yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti. Siswa lewat demonstrasi dapat mengamati sesuatu yang nyata dan bagaimana cara bekerjanya proses tersebut. Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam demonstrasi guru tidak hanya menunjukkan proses ataupun alatnya, tetapi disertai banyak pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab persoalan yang diajukan. Maka demonstrasi yang baik selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga siswa berpikir dan membuat hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu baru guru menunjukkan demonstrasinya dan siswa dapat mengamati apakah yang mereka pikirkan dan jawabkan itu sama dengan yang mereka amati. Selama proses demonstrasi dan juga pada akhir, guru tetap dapat terus mengajukan pertanyaan kepada siswa. Dengan pertanyaan itulah, siswa dibantu terus mengembangkan gagasan mereka dan aktif berpikir. Dengan demikian, siswa bukan hanya melihat, tetapi aktif memikirkan, mengolah proses itu dalam pikirannya, dan mengambil kesimpulan. Bila selama demonstrasi hanya guru yang aktif maka dapat terjadi siswa menjadi pasif dan tidak belajar secara konstruktivitis Suparno, 2007: 142-143.

3. Proses Pembelajaran Demonstrasi yang Ideal

Pembelajaran dengan metode demonstrasi yang ideal adalah pembelajaran menggunakan metode demonstrasi yang berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti. Menurut Suparno 2007: 143-144 agar demonstrasi sungguh berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti, perlulah guru mempersiapkan apa yang mau didemonstrasikan, peralatannya, dan juga kesiapan menyajikannya. Beberapa catatan berikut sangat berguna bagi guru: a. Guru mengidentifikasi konsep atau prinsip fisika yang mau diajarkan. Lalu membuat design demonstrasi macam apa yang akan digunakan untuk menjelaskan prinsip di atas. b. Bila prinsip yang mau dijelaskan panjang, sebaiknya dipotong-potong menjadi lebih pendek dan kecil sehingga mudah dijelaskan. Kadang demonstrasinya perlu per bagian. c. Rencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses demonstrasi, bukan hanya sebaagai pengamat saja. Misalnya siswa diminta maju ke depan dan mengukur sendiri. d. Rencanakan peralatan yang digunakan secara teliti. Bila kelas kita luas, maka peralatan demonstrasi sebaiknya dipilih yang besar sehingga dapat nampak dari belakang. e. Cobalah peralatan demonstrasi itu sebelum pelajaran di mulai, sehingga guru siap dan tidak grogi dalam pelajaran sesungguhnya karena alat tidak jalan. f. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa perlu dipersiapkan agar terarah. g. Ada baiknya dalam demonstrasi sendiri tidak terlalu lamban sehingga siswa menjadi bosan; juga tidak terlalu cepat sehingga siswa tidak mengerti apa-apa. Di sini guru diharapkan mengerti situasi siswa.

4. Syarat-syarat Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Menurut Djajadisastra 1981: 96, agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, harus memperhatikan syarat-syarat antara lain: a. Menetapkan tujuan demonstrasi. Penetapan tujuan ini benar-benar harus diperhatikan karena tanpa tujuan yang jelas pelaksanaan metode demonstrasi hanya akan merupakan pemborosan waktu, materi, dan tenaga saja. Dari penetapan tujuan dapat diketahui kecakapan apa yang diharapkan akan dimiliki murid setelah suatu demonstasi selesai dilakukan. b. Guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Ia tidak boleh berpendirian “bagaimana nanti” atau “bagaimana besok saja.” Dialah yang akan menjelmakan metode dan mempertunjukkan atau menjelaskan obyek atau hal-hal yang harus diketahui dan dimiliki murid. Ia tidak boleh ragu-ragu dan melupakan sesuatu yang seharusnya disajikan kepada murid. Apalagi membuat kesalahan pada waktu demonstrasi. Hal itu berarti bahwa guru harus mempersiapkan diri baik secara teoritis maupun praktis. Jika ada alat peraga yang akan dijelaskan maka ia harus mengetahui betul-betul seluk beluk alat peraga tersebut. Ia pun harus dapat menjelaskannya menurut sistematika yang tepat, mana yang harus dijelaskan terlebih dahulu dan mana yang kemudian. Apalagi bila alat peraga itu harus dipertunjukkan denganmula-mula membongkarnya dan kemudian memasangnya kembali. Oleh karena itu, sebelum guru mendemonstrasikan sesuatu ia harus mempelajari teorinya dan berlatih mempraktekkannya sendiri terlebih dahulu. c. Mempersiapkan alat-alat peraga yang akan dipergunakan pada waktu demonstrasi. Alat-alat peraga ini mungkin benda-benda yang sebenarnya, mungkin tiruannya, potretnya atau gambar bagannya. Penempatan alat peraga di depan harus pula diatur agar tidak mengganggu ketertiban maupun urut-urutan penyajian pada waktu demonstrasi dilakukan. Ini harus sesuai dengan langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. d. Mempersiapkan tempat di mana demonstrasi akan dilaksanakan. Tempat di mana guru akan mendemonstrasikan sesuatu harus dipersiapkan dengan memperhitungkan tempat di mana murid-murid akan berdiri atau duduk saja dibangkunya masing-masing danberapa banyaknya murid di kelas itu. Apakah dengan cara duduk saja di bangku masing-masing semua murid akan dapat melihat apa yang ditunjukkan guru? Apakah jika murid-murid mengelilingi guru baik sambil duduk maupun sambil berdiri akan akan dapat melihat dengan jelas apa yang sedang didemonstrasikan guru? Apakah murid-murid tidak akan berdesak-desak sehingga mungkin membahayakan diri mereka atau mungkin dapat merusak benda-benda yang dipergunakan dalam demonstrasi? Tidakkah ruangan kelas terlampau gelap? Apakah dinding kelas memiliki lubang-lubang udara dan jendela-jendela yang cukup bagi pergantian udara pada waktu demonstrasi dilakukan? Hal ini pun harus diperhatikan jika apa yang didemonstrasikan akan mengeluarkan asap atau bau-bauan laiinya yang dibutuhkan oleh reaksi-reaksi zat-zat kimia. Udara di dalam kelas harus selalu dijaga agar tetap bersih. e. Seperti sama halnya dengan metode-metode mengajar yang lainnya, metode demonstrasi pun harus membagi-bagi waktu yang disediakan itu untuk penjelasan-penjelasan teoritis, menjelaskan obyek yang didemonstrasikan dan menarik kesimpulan atau inti atau prinsip- prinsip dari hal-hal yang telah dipertunjukkan tadi. Jika waktu yang disediakan adalah Sembilan puluh menit maka kira-kira sepuluh menit teoritis termasuk penjelasan mengenai tujuan demonstrasi, lima puluh menit untuk demonstrasi dan kira-kira tiga puluh menit lagi untuk menarik kesimpulan-kesimpulan. Waktu yang diberikan untuk demonstrasi harus terbanyak jatahnya karena metode demonstrasi memang bermaksud agar agar murid-murid dapat memperoleh kesempatan untuk belajar langsung dari pengamatan terhadap obyeknya. Oleh karena itu murid-murid harus diberikan cukup waktu untuk supaya dapat melakukan pangamatan dengan cermat, teliti, dan berkali-kali sehingga benar-benar memahami prinsip-prinsip dari obyek yang didemonstrasikan. Walaupun demikian, pembagian jatah waktu ini bergantung pula pada jenis kegiatan atau obyek yang akan didemonstrasikan. Misalnya dalam pelajaran olahraga, guru cukup memberikan cara loncat tinggi beberapa kali dan selanjutnya memperhatikan bagaimana murid-murid melakukannya. Dengan demikian memperhitungkan waktu yang diperlukan bagi pelaksanaan suatu demonstrasi dalam metode demonstrasi sangat penting agar mengajar itu berhasil. f. Jangan mendemonstrasikan sekaligus terlalu banyak hal atau obyek karena cara semacam itu hanya akan mengacaukan tanggapan- tanggapan murid mengenai benda-benda yang diamatinya. Demikian pula bila obyek yang akan dipertunjukkan dan dijelaskan itu terlalu kompleks atau rumit. Dalam keadaan seperti itu sebaiknya selalu dibantu dengan bagan obyek yang disederhanakan agar murid-murid dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai obyek yang sedang diamati. Bagan-bagan yang dibuat mungkin berupa penampang-penampang lintang atau membujur yang harus dapat memperjelas apa yang sedang didemonstrasikan. Dalam hal ini papan tulis merupakan alat bantu bagi guru untuk memperjelas apa yang sedang didemonstrasikan dengan menggambarkan bagian-bagian yang harus dijelaskan itu pada papan tulis. Papan tulis dapat pula digunakan untuk menempelkan gambar-gambar yang sudah disediakan dengan menggunakan paku payung. Cara seperti ini akan lebih menghemat waktu daripada dengan cara menggambarkan sendiri pada waktu demonstrasi delakukan. Harus selalu diingat bahwa suatu demonstrasi diadakan guna memperjelas sesuatu yang tidak dapat dijelaskandengankata-kata. Oleh karena itu janganlah mendemonstrasikan terlalu banyak hal atau obyek sekaligus. g. Suatu demonstrasi tidak selalu harus dilakukan oleh guru saja. Murid- murid sendiripun harus diberikan banyak kesempatan unutk melakukan demonstasi. Dalam hal ini, guru dapat mempertimbangkan sendiri apa yang dapat diserahkan kepada murid untuk mendemonstrasikan sesuatu dan yang bagaimana yang harus dilakukan sendiri oleh guru. Misalnya, murid dapat diminta untuk mendemonstrasikan bagaimana gerak-gerik mengintip pada waktu menerangkan pengertian “mengintip”, bagaimana gerak mata pada melirik untuk menerangkan pengertian kata “melirik.” Tetapi pada waktu akan mendemonstrasikan bagaimana susunan bunga Kembang Sepatu, maka guru itu sendirilah yang harus memperlihatkan bagaimana melakukan pemotongan untuk memperoleh penampang memanjang dari bunga tersebut. Kemudian guru menerangkan yang mana bagian-bagian dari bunga itu. h. Pada waktu guru mendemonstrasikan sesuatu, murid-murid harus betul-betul memperhatikan hal-hal yang sedang dijelaskan guru. Tetapi itu tidak berarti bahwa murid-murid harus diam saja. Ajakan murid-murid untuk mau menanyakan apa yang kurang dimengerti dari segala yang sedang dipertunjukkan itu. Berikanlah sebanyak- banyaknya kesempatan untuk bertanya kepada murid-murid sehingga mereka puas dan memahami apa yang sedang atau telah mereka amati. Tanya-jawab yang terjadi pada waktu demonstrasi dilakukan tidak usah menjadikan guru ketakutan akan kehabisan waktu untuk menerangkan obyek yang sedang diperlihatkan. Demonstrasi memang diadakan dengan maksud agar murid dapat mempelajari sesuatu langsung dengan mengamati sendiri obyeknya. Jadi, bila ada hal-hal yang dipahami oleh murid-murid, sudah seharusnya bahwa hal itu segera mereka tanyakan pada saat itu juga. Kesempatan bertanya harus diberikan dan keberanian bertanya harus tetap dipupuk dan dikembangkan demi kemajuan pelajaran murid-murid. Sesuatu yang disajikan dengan metode demonstrasi tentu sudah jelas bagi guru tetapi masih gelap bagi murid-murid. Adalah tugas guru untuk menerangkan kepada murid dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga pada akhir pelajaran, sesuatu yang didemonstasikan menjadi jelas dan dipahami oleh murid. Untuk dapat mencapai tujuan itu, guru harus mau memberikan kepada murid untuk bertanya. Sebab, bagaimana guru dapat mengetahui bahwa murid-murid sudah memahaminya bila murid-murid tidak meyatakan pendapatnya. Dengan demikian, tanya jawab pada saat demonstrasi dilakukan tetap diperlukan untuk menilai sampai di mana murid-murid mengerti hal- hal yang sedang atau telah dipertunjukkan guru. i. Guru tidak boleh segan atau malas untuk menyajikan suatu pelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Sifat malas inilah yang merupakan penghalang bagi suksesnya mengajar dari seorang guru. Guru harus sadar bahwa perkembangan jiwa murid, terutama di sekolah dasar dan lebih-lebih di kelas-kelas rendahan, belumlah berkembang dengan sempurna. Kemampuan berpikir murid masih harus dibantu dengan alat-alat peraga. Kemampuan berpikir secara abstrak masih dalam perkembangan. Tanpa bantuan alat-alat peraga yang dipergunakan pada waktu demonstrasi, atau tanpa diragakan, pengertian tentang sesuatu obyek atau perbuatan tidak akan terbentuk dalam jiwa anak dengan jelas. Oleh karena itu guru tudak boleh segan- segan untuk meragakan sesuatu baik dengan benda aslinya, tiruannya atau melalui yang hendak diterangkan. Metode demonstrasi membantu mencegah terjadinya verbalisme, yaitu hanya tahu-kata tetapi tidak memiliki pengertian tentang apa yang dikatakan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Menurut Djamarah 2010: 91, metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kekurangannya, yaitu:

a. Kelebihan metode demonstrasi

1 Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme pemahaman secara kata-kata atau kalimat. 2 Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. 3 Proses pengajaran lebih menarik. 4 Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri.

b. Kekurangan metode demonstrasi

1 Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif. 2 Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik. 3 Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

6. Beberapa Studi Tentang Demonstrasi

Ada beberapa artikel yang diambil dari jurnal the physics teacher yang berisi tentang pembelajaran fisika dengan menggunakan metode demonstrasi. Dari artikel-artikel di jurnal tersebut, peneliti memilih tiga artikel yaitu:

a. Mencari lokasi pusat massa: gaya normal dan gaya gesek

b. Demonstrasi momentum dan energi kinetik total selama tumbukan c. Demonstrasi hukum III Newton dramatis Ketiga artikel tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:

a. Mencari lokasi pusat massa: gaya normal dan gaya gesek

Mengajar konsep fisika dengan bahan dasar yang ada di sekitar kita adalah salah satu keindahan fisika. Tanpa bahan praktikum mahal dan percobaan yang panjang, konsep fisika dapat diajarkan kepada siswa menggunakan alat sederhana. Demonstrasi dengan alat sederhana ini dapat ditunjukkan sebagai kegiatan yang mengejutkan, memukau atau menimbulkan teka-teki bagi siswa. Dalam jurnal ini dijelaskan beberapa variasi dari demonstrasi “dua jari pada sebuah tongkat” Balta, 2012: 456. Variasi demonstrasinya yaitu: 1 Demonstrasi dua jari pada sebuah tongkat 2 Demonstrasi tongkat dan satu jari yang diberi minyak Gambar 2. 1 Gambar 2. 2 3 Demonstrasi salah satu ujung tongkat yang diberi beban 4 Demonstrasi dengan tongkat dengan posisi miring 5 Demonstrasi dengan tongkat yang salah satu ujungnya dibuat tetap Gambar 2. 3 Gambar 2. 4 Gambar 2. 5 6 Demonstrasi dengan papan meja yang bagian atasnya terdapat benda-benda 7 Osilasi dari tongkat pada dua poros Hasil dari demonstrasi ini adalah dengan memakai alat sederhana yaitu tongkat, dapat menjelaskan beberapa konsep fisika antara lain: pusat massa, torsi, gaya gesek, dan gaya normal.

b. Demonstrasi momentum dan energi kinetik total selama

tumbukan Tumbukan adalah sebuah fenomena fisika yang biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Di dalam kelas, guru biasanya mendemonstrasikan tumbukan untuk meningkatkan siswa dalam memahami konsep kekekalan momentum dan kekekalan energi Gambar 2. 6 Gambar 2. 7 kinetik pada tumbukan. Hasil demonstrasi tersebut menunjukkan bahwa momentum total dan energi kinetik total untuk tumbukan elastis dari kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah sama. Menunjukkan momentum dan energi kinetik saat kedua benda dalam proses tumbukan dapat memberikan tambahan pengetahuan pada konsep tumbukan. Hasil demonstrasi selama benda bertumbukan jarang dijelaskan, tetapi, karena waktu selama proses tumbukan sangat singkat, hal ini membuat penentuan kecepatan atau momentum dari setiap benda menjadi sangat sulit. Pada jurnal ini akan dijelaskan sebuah interaksi demonstrasi yang diusulkan untuk menjelaskan hasil dari kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetik secara bersamaan untuk keseluruhan dari tumbukan Sawadthaisong, 2011: 56. Alat-alat yang dipakai dalam demonstrasi ini: Gambar 2. 8 1 2 sensor 2 2 benda 3 Papan luncur 4 Komputer Proses demonstrasi: Benda 1 massanya lebih besar daripada benda 2. Benda pertama diletakkan di dekat sensor pertama. Dan benda 2 diletakkan di antara sensor pertama dan kedua. Saat kedua benda saling didorong maka benda 1 akan bergerak melewati sinar sensor pertama kemudian menabrak benda 2 dan benda ke dua akan melewati sinar dari sensor kedua. Kecepatan sebelum tumbukan dan sesudah tumbukan dari kedua benda dapat langsung dihitung lewat sinar dari sensor. Sinar sensor akan membaca kecepatan dari kedua benda dan akan diteruskan ke komputer sehingga hasilnya dapat langsung dibaca dan dilihat di komputer. Di komputer ada software yang akan menghitung nilai dari momentum dan energi kinetik dari benda tadi dan hasilnya bisa langsung dilihat dan dibaca. Gambar 2. 9 Gambar 2. 10 Demonstrasi ini akan sangat membantu siswa untuk semakin memahami konsep dari tumbukan. Karena siswa tidak hanya melihat demonstrasi dari benda yang saling bertumbukan tetapi konsepnya bisa semakin dipahami dengan melihat hasil perhitungan yang terjadi selama tumbukan.

c. Demonstrasi hukum III Newton Dramatis

Pemahaman konsep dari hukum III Newton sering sulit dipahami oleh siswa. Contoh umum dari konsep ini diberikan untuk gaya kontak yang lebih dekat dengan pengalaman sehari-hari dari siswa. Terkadang hal ini adalah sebuah pemikiran yang baik secara umum, gaya reaksi kadang-kadang dapat diterima begitu saja, dan siswa dapat kehilangan kesempatan untuk benar-benar berpikir tentang apa yang sedang terjadi. Dalam kasus dari gaya magnet, bagaimanapun, gagasan tindakan dari jauh benar-benar memerlukan sebuah pemeriksaan yang teliti dari gaya yang terlibat dan dengan demikian akan membuat analisis lebih rinci tentang situasi. Pada jurnal ini, sebuah demonstrasi sederhana dari hukum III Newton dijelaskan dalam konteks magnet jatuh melalui sebuah tabung yang berlubang. Hasilnya adalah sudah jelas dan memudahkan siswa untuk sebuah bukti yang tak terbantahkan dari hukum III Newton. Untuk sebagian besar, contoh penerapan dari hukum III Newton diberikan dalam hal gaya kontak. Contohnya, jika kamu mendorong sebuah dinding sambil mengenakan sepatu luncur es, kamu bergerak mundur menjauh dari dinding. Hal ini terjadi karena dinding memberikan sebuah gaya kepadamu sebagai sebuah reaksi terhadap dorongan yang kamu berikan pada dinding. Intuitif ini mungkin atau tidak mungkin memuaskan bagi siswa, tetapi sulit untuk dihitung, sebagai guru umumnya kita berharap bahwa siswa akan “memahaminya” dan kemudian kita lanjutkan Feldman, 2011: 103. Inti dari demonstrasi ini adalah tidak hanya mendemonstrasikan konsep dari hukum III Newton tetapi juga memberikan sebuah bukti perhitungan pada saat demonstrasi sehingga siswanya semakin memahami konsep dari hukum III Newton. Alat-alat yang dipakai dalam demonstrasi ini: Gambar 2. 11 1 Logam tabung 2 Magnet yang berbentuk silinder 3 Timbangan digital Proses demonstrasi: Demonstrasi untuk kasus ini adalah sangat sederhana dan hasilnya sangat mencolok. Sebuah timbangan digital digunakan untuk mengukur berat dalam satuan massa dari pipa logam 72,65 g dan magnet 12,20 g secara terpisah. Ketika magnet dijatuhkan melalui pipa, pembacaan langsung dari skala seharusnya, pada prinsipnya, memberikan nilai stabil 84,85 g selama magnet bergerak, jika magnet yang jatuh pada sebuah kecepatan konstan. Ini adalah tepat apa yang akan diharapkan dari hukum III Newton, karena fakta bahwa pipa memberikan sebuah gaya ke atas pada magnet dan oleh karena itu harus ada reaksi ke bawah yang besarnya sama pada pipa Feldman, 2011: 104. Gambar 2. 12 Gambar 2. 13 Demonstrasi ini sangat sederhana, sangat efektif, dan tidak perlu peralatan yang rumit-rumit. Dan hasilnya pasti akan lebih dipahami oleh siswa karena, dalam demonstrasi juga diperlihatkan perhitungannya.

7. Model Demonstrasi yang Akan Dibuat

Peneliti memilih metode demonstrasi dalam pembelajaran fisika ini supaya siswa aktif berpikir sendiri dan supaya pelajaran tidak hanya sekedar hitung-menghitung saja. Maka ada beberapa point model demonstrasi yang diharapkan dan diimpikan oleh peneliti yaitu: a. Model demonstrasi ini dibuat dengan sifat konstruktivis, yaitu di dalam demonstrasi ini lebih banyak mengajak siswa berpikir dan terlibat dalam peragaan demonstrasi, jadi siswa nantinya tidak hanya sebagai pengamat saja. Bukan hanya itu saja tetapi model demonstrasi ini juga kadang-kadang akan dikaitkan dengan diskusi dari siswa sehingga akan lebih mengasyikkan dan siswa sungguh dapat mendalami bahan. b. Alat-alat yang digunakan dalam model demonstrasi ini adalah alat-alat sehari-hari yang mudah ditemukan dan sering ditemui, sehingga terasa dan terkesan lebih nyata dalam diri siswa, karena siswa sendiri pernah lihat dan pernah menggunakan alat tersebut. c. Model demonstrasi akan dibuat bervariasi yaitu bisa diterapkan di awal pembelajaran, di tengah, ataupun di akhir pembelajaran tergantung situasi dan model topik materinya. Hal ini sengaja dibuat supaya pembelajaran semakin menarik dan seru bagi siswa. d. Meskipun menggunakan model demonstrasi dalam pembelajaran fisika tetapi tidak meninggalkan hitung-menghitung dalam pelajaran fisika nantinya. Jadi, model demonstrasi ini diharapkan untuk melengkapi pelajaran fisika supaya lebih menarik, seru, mengasyikkan, dan bertujuan membuat siswa dapat belajar aktif sendiri. B. Mekanika Gejala yang paling biasa dan nyata yang kita amati di sekeliling kita adalah gerak. Udara yang bertiup, gelombang dalam samudra, burung yang terbang, hewan yang berlari, daun yang gugur - semuanya adalah gejala gerak. Praktis semua proses yang dapat dibayangkan, dapat dilacak kembali ke gerak obyek tertentu. Bumi dan planet bergerak di sekeliling matahari; elektron bergerak di dalam atom yang menimbulkan absorpsi dan emisi cahaya, atau mereka bergerak dalam suatu logam yang menghasilkan arus listrik; molekul gas bergerak menimbulkan tekanan. Pengalaman kita sehari-hari menyatakan kepada kita bahwa gerak suatu benda dipengaruhi oleh benda-benda di sekelilingnya, yaitu oleh antaraksi-nya dengan mereka Alonso, 1994: 56. Studi mengenai gerak benda, konsep-konsep gaya dan energi yang berhubungan, membentuk satu bidang yang disebut mekanika. Mekanika biasanya dibagi menjadi dua bagian: kinematika, yang merupakan penjelasan mengenai bagaimana benda bergerak, dan dinamika, yang menangani masalah gaya dan menjelaskan mengapa benda bergerak sedemikian rupa Giancoli, 2001: 22. Pelajaran mekanika di SMA dibagi menjadi beberapa topik materi pembelajaran yaitu kinematika gerak lurus, gerak melingkar beraturan, dinamika gerak lurus yang diajarkan di SMA kelas X dan beberapa topik materi yang diajarkan di SMA kelas XI yaitu kinematika dengan gerak analisis vektor, hukum-hukum Newton tentang gerak dan gravitasi, elastisitas, usaha dan energi, momentum dan impuls, dinamika rotasi, dan kesetimbangan benda tegar. C. Dua Belas Topik Pada Bidang Mekanika yang direncanakan dalam Desain Pembelajaran Dalam desain pembelajaran demonstrasi ini akan digunakan pada pokok bahasan mekanika. Dua belas topik yang direncanakan dalam desain pembelajaran ini adalah topik-topik pada bidang mekanika SMA. Mekanika di SMA diajarkan pada kelas X dan XI. Maka, keduabelas topik pada bidang mekanikanya juga dipilih dari kelas X dan XI SMA. Keduabelas topik itu antara lain: 1. Gerak Jatuh Bebas 2. Hukum I Newton 3. Hukum II Newton 4. Hukum III Newton 5. Gaya Gesek 6. Gerak Melingkar 7. Gaya Sentripetal 8. Gerak Parabola 9. Usaha Energi 10. Tumbukan 11. Dinamika Rotasi 12. Kesetimbangan Benda Tegar Adapun beberapa alasan peneliti memilih keduabelas topik pada bidang mekanika SMA ini yaitu: 1. Berdasarkan referensi yang dibaca oleh peneliti, untuk mencari alat-alat demonstrasi dari keduabelas topik tersebut lebih mudah daripada topik- topik pada bidang mekanika yang lain. 2. Berdasarkan referensi yang dibaca oleh peneliti, keduabelas topik pada bidang mekanika tersebut adalah topik yang mudah diterapkan dengan metode demonstrasi. 3. Keterbatasan waktu. Sebenarnya peneliti ingin menambahkan beberapa topik pada bidang mekanika lagi supaya nantinya lebih lengkap, tetapi karena keterbatasan waktu maka, peneliti akhirnya memutuskan untuk membuat dua belas macam modul demonstrasi dahulu. 30

BAB III MODUL DEMONSTRASI

Dokumen yang terkait

Sistem informasi perpustakaan menggunakan webcam scanner : studi kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 167

Hubungan antara kedisiplinan guru, kedekatan dan perhatian guru dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi : studi kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 141

Pengaruh kemampuan berbahasa, kemampuan matematis dan penguasaan konsep fisika terhadap kemampuan mengerjakan soal fisika pada bahasan kinematika di kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Sedayu dan kelas XI IPA 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 0 153

Hubungan antara minat belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran ekonomi : studi kasus SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 0 165

Pengaruh metode Inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhEt (Circuit Construction Kit) terhadap prestasi belajar fisika di SMA Pangudi Luhur Sedayu Kelas X.

0 2 141

Hubungan antara kedisiplinan guru, kedekatan dan perhatian guru dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi studi kasus di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

0 0 139

dari sma pangudi luhur sedayu paket 1

0 0 5

EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS XI DI SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI FLUIDA STATIS

0 1 152

PENGARUH KEMAMPUAN BERBAHASA, KEMAMPUAN MATEMATIS DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA TERHADAP KEMAMPUAN MENGERJAKAN SOAL FISIKA PADA BAHASAN KINEMATIKA DI KELAS XI IPA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU DAN KELAS XI IPA 2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA

0 1 151

DESAIN PEMBELAJARAN FISIKA SMA PADA DUA BELAS TOPIK PADA BIDANG MEKANIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN HASIL UJI COBANYA DI ASRAMA PUTRI ST ANGELA SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU

0 3 194