Hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan Fungsi Kognitif Usia Lanjut
HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX
DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
TESIS
FRIDAMERIA SILITONGA
097112002
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS
ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinis Spesialis Saraf Pada
Program Studi Magister Kedokteran Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
FRIDAMERIA SILITONGA NIM: 097112002
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK–SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
Judul Tesis : Hubungan Ankle Brachial Pressure Index Dengan Fungsi Kognitif Usia Lanjut
Nama Mahasiswa : FridameriaSilitonga Nomor Induk Mahasiswa : 097112002
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Penyakit Saraf
Menyetujui Komisi Pembimbing
NIP.194709301979021001 Prof.DR.dr.Hasan Sjahrir,Sp.S (K)
Ketua
Ketua Program Studi
dr. Yuneldi Anwar, Sp.S (K) NIP.195306011981031004
KetuaTKP PPDS I
dr. Zainuddin Amir M.ked(Paru)Sp.P(K) NIP.195406201980111001
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Tesis : HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
Nama : FRIDAMERIA SILITONGA
NIM : 097112002
Program Studi : ILMU PENYAKIT SARAF
Menyetujui
Pembimbing I Prof Dr.Darulkutni Nasution Sp.S (K) ………
Pembimbing II Dr. Rusli Dhanu Sp.S(K) ………
Pembimbing III Dr. Kiki M Iqbal Sp.S ………
Mengetahui / Mengesahkan :
Ketua Departemen / SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUPHAM Medan
__
NIP. 19530916 198203 1 003 Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K)__
Ketua Program Studi/ SMF Ilmu Penyakit Saraf FK USU/ RSUP HAM Medan
_
NIP. 19530601 198103 1 004 Dr. Yuneldi Anwar.Sp.S(K)_
(5)
Telah diuji pada Tanggal : 28 Mei 2013
Panitia Penguji Tesis
1. Prof .DR. dr.Hasan Sjahrir,Sp.S(K) (Penguji) 2. Prof.dr. Darulkutni Nasution, Sp.S(K)
3. Dr. Darlan Djali Chan,Sp.S (Penguji) 4. Dr. Yuneldi Anwar,Sp.S(K) (Penguji) 5. Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K)
6. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K) (Penguji) 7. Dr. Aldy S Rambe, Sp.S(K)
8. Dr. Puji Pinta O.Sinurat, Sp.S 9. Dr. Khairul P Surbakti, Sp.S 10. Dr. Cut Aria Arina, Sp.S 11. Dr. Kiki M Iqbal, Sp.S 12. Dr. Alfansuri Kadri, Sp.S 13. Dr. Aida Fithrie, Sp.S
14. Dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S 15. Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S 16. Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked(Neu), Sp.S
(6)
PERNYATAAN
HUBUNGAN ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX DENGAN FUNGSI KOGNITIF USIA LANJUT
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 28 Mei 2013
(7)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan segala berkat, rahmat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik – Spesialis Ilmu
Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan Ketua TKP PPDS I Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
kepada penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), selaku Guru Besar Tetap
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP H.Adam Malik Medan disaat penulis melakukan penelitian
dan saat tesis ini selesai disusun banyak memberikan
masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga tesis ini dapat
(8)
3. Prof. Dr. H. Darulkutni Nasution, Sp.S (K), selaku Guru Besar
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP H.Adam Malik Medan dan selaku pembimbing penulis
yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing,
mengoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan,
pembuatan dan penyelesaian tesis ini.
4. Dr. H. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing
penulis. Disaat penulis melakukan penelitian dan sebagai pembimbing
yang banyak memberikan masukan-masukan berharga kepada penulis
dalam menyelesaikan tesis ini serta mengarahkan penulis mulai dari
perencanaan pembuatan dan penyelesaian tesis ini.
5. Dr.Kiki M Iqbal, Sp.S. selaku pembimbing penulis yang dengan
sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengoreksi dan
mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan
penyelesaian tesis ini.
6. Guru-guru penulis: Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S ; Dr.Yuneldi Anwar,
Sp.S.(K) ; Dr. ALdy S Rambe, Sp.S(K) ; Dr. Kiking Ritarwan, MKT,
Sp.S(K) ; Dr. Irsan NHN Lubis, Sp.S ; Dr. Puji Pinta O. Sinurat, Sp.S ;
(9)
M.Iqbal, Sp.S ; Dr.Alfansuri Kadri, Sp.S ; Dr.Dina Listyaningrum,
Sp.S.M.Si.Med ; Dr. Aida Fithrie, Sp.S ; Dr.Iskandar Nasution, Sp.S ;
Dr. Irina Kemala Nasution, Sp.S ; Dr. Haflin Soraya Hutagalung, Sp.S ;
Dr. Fasihah Irfani Fitri, M.Ked (Neu),Sp.S dan guru lainnya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan
masukan selama mengikuti Program Pendidikan Magister Kedokteran
Klinik.
7. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah
memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik
sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan Magister
Kedokteran Klinik.
8. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang
telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi
dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.
9. Rekan-rekan sejawat peserta PPDS-I Departemen Neurologi
FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, teristimewa kepada teman –teman
seangkatan (dr. Saulina Sembiring, dr.Inta Lismayani, dr.Leni
Wardaini, dr. Seri Ulina Barus, dr.Anita Surya, dr. Suherman
A.Tambunan) yang banyak memberikan masukan berharga kepada
(10)
maupun informal, serta selalu memberikan dorongan-dorongan yang
membangkitkan semangat kepada penulis menyelesaikan Program
Pendidikan Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
10. Para perawat dimana penulis pernah bertugas selama menjalani
Program Pendidikan Magister Kedokteran Klinik ini, serta berbagai
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menjalani Program Pendidikan
Magister Kedokteran Klinik Spesialis Ilmu Penyakit Saraf.
11. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan
kepada kedua orang tua saya, Alm. Ir.Johnny Silitonga dan Tiasmin L
Tobing yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang,
dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan
nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam
mengikuti pendidikan ini sampai selesai.
12. Teristimewa kepada suamiku tercinta Raffael Vutra Yudya Boro Toding
Dosiwoda ST, yang selalu sabar, penuh pengertian, selalu memberi
semangat dan mendampingi dengan penuh cinta dan kasih sayang
dalam suka dan duka, saya ucapkan terimakasih yang
(11)
13. Kepada seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi
dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan
pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
14. Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan
satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya
haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah
melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya
penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat
bagi kita semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua jasa dan budi
baik mereka yang telah membantu penulis tanpa pamrih dalam
mewujudkan cita-cita penulis. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Penulis
(12)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr.Fridameria Silitonga Tempat / tanggal lahir : Medan, 03 Januari 1979
Agama : Protestan
Alamat : Jln Patriot Baru II no 2A.Medan Sunggal Pekerjaan : Dokter PNS di RSUD Naibonat Kupang - NTT Nama Ayah : Ir.Johnny Silitonga ( Almarhum )
Nama Ibu : Tiasmin L.Tobing
Nama Suami : Raffael Vutra Yudya B Dosiwoda ST.
Riwayat Pendidikan
Tahun 1985 – 1991 : SD Methodist 7,Medan.
Tahun1991 – 1994 : SMP Katholik Budi Murni I, Medan Tahun 1994 – 1997 : SMA Katholik Budi Murni I, Medan Tahun 1997 – 2005 : Pendidikan Dokter umum di Fakultas
Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, Medan - Sumatera Utara.
Tahun 2010 – sekarang : Pendidikan Spesialis di bidang Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2005 -2008 : Dokter PTT di RSUD Prof DRWZ Johannes Kupang, Nusa Tenggara Timur
Tahun 2007 – 2009 : Staf Medis Lembaga Swadaya Masyarakat Yayasan Tanpa Batas Kupang - NTT.
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR SINGKATAN ix
DAFTAR LAMBANG x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ABSTRAK xiv
ABSTRACT xv
BAB.I. PENDAHULUAN 1
I.1.Latar Belakang 1
I.2.Perumusan Masalah 8
I.3.Tujuan Penelitian 8
I.3.1.Tujuan umum 8
I.3.2.Tujuan khusus 8
I.4.Hipotesis 9
I.5.Manfaat Penelitian 9
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA 10
II.1.Fungsi Kognitif 10
II.2.Ankle Brachial Pressure Index 15
II.2.1.Definisi 15
II.2.2.Sejarah 16
II.2.3.Cara pengukuran 18
II.2.4.Hubungan ABI terhadap fungsi kognitif 19
II.2.5.Patofisiologi 19
II.2.5.1.Atherosclerosis 19 II.2.5.2.Plak dan Inflammatory reactions 22 II.3.Peripheral Arterial Disease 23
II.3.1.Definisi 23
II.3.2.Hubungan peripheral arterial disease dengan fungsi kognitif
23
II.4.Usia Lanjut 25
II.4.1.Epidemiologi 26
II.4.2.Hubungan usia lanjut dengan fungsi kognitif 26
II.5.Kerangka Teori 27
II.6.Kerangka Konsep 28
BAB III METODE PENELITIAN 29
III.1.Tempat dan Waktu 29
III.2.Subjek Penelitian 29
III.2.1.Populasi sasaran 29
III.2.2.Populasi terjangkau 29
(14)
Daftar Pustaka Lampiran
III.2.4.Kriteria Inklusi 30
III.2.5.Kriteria eksklusi 31
III.2.6.Batasan operasional 31
III.3.Instrumen 34
III.4.Rancangan Penelitian 34
III.5.Pelaksanaan Penelitian 35
III.5.1.Pengambilan sampel 35 III.5.2.Variabel yang diamati 35
III.5.3.Analisa Statistik 35
III.6.Kerangka Operasional 37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38
IV.1.Hasil Penelitian 38
IV.1.1.Karakteristik subjek penelitian 38 IV.1.2.Distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi
kognitif
40
IV.1.3.Distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai ABI
42
IV.1.4.Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif 43 IV.1.5.Hubungan nilai ABI dengan fungsi kognitif 44 IV.1.6.Hubungan Diabetes Melitus dengan fungsi
kognitif
45
IV.1.7.Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif 46 IV.1.8.Hubungan riwayat merokok dengan fungsi
kognitif
47
IV.2.Pembahasan 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 53
V.1.Kesimpulan 53
(15)
DAFTAR SINGKATAN
ABPI : ankle brachial pressure index
ABI : ankle brachial index ApoE : Apolipoprotein E
CHS : cardiovascular health study CVD : cardiovascular disease
HAAS : Honolulu asia aging study
HOPE : heart outcomes prevention evaluation MCP-1 : chemoattractant protein-1
M-CSF : Macrophage colony stimulating factor
MMPs : Matrix metalloproteinases
MMSE : mini mental state examination PAD : peripheral arterial disease PVD : peripheral vascular disease
ROS : Reactive oxygen species VCAM-1 : Vascular sel adhesi molekul1
(16)
DAFTAR LAMBANG
n : Besar Sampel p : Tingkat Kemaknaan r : Koefisien korelasi α : alfa
ß : Beta
SD : Standar Deviasi
Zα : nilai deviasi baku normal berdasarkan nilai (0,05) 1,96
Zβ : nilai baku berdasarkan nilai ( 0,10) yang ditentukan oleh peneliti 1,282
(17)
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11
Skor median MMSE adjustment terhadap usia dan lama pendidikan
Skor median MMSE
Nilai skor ABI
Karakteristik subjek penelitian
Distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi kognitif
Distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai ABI
Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Hubungan ABI dengan fungsi kognitif
Hubungan diabetes melitus dengan fungsi kognitif
Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Hubungan merokok dengan fungsi kognitif
14 15 16 39 41 43 43 44 45 45 46
(18)
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Cara pengukuran dan kalkulasi ankle brachial index
Lokasi arterial stiffness
Inflamasi pada atherosclerosis
Peripheral arterial disease
Diagram distribusi jenis kelamin
Diagram distribusi berdasarkan suku
Grafik hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Grafik hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Grafik merokok dengan fungsi kognitf
17
20
21
25
39
40
44
47
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
Lampiran 2. Surat Persetujuan Ikut Dalam Penelitian
Lampiran 3. Lembar Pengumpul Data Penelitian
Lampiran 4. Metode Pengukuran ABI
Lampiran 5. Nilai Skor Mini Mental State Examination
Lampiran 6. Skala Depresi Geriatrik 15 (Yesavage)
Lampiran 7 Data pasien
(20)
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan: Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional pada penderita yang datang di Poliklinik Neurologi RSUP HAM. Penelitian melibatkan 75 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjalani pengukuran Ankle Brachial pressure Index pada keempat anggota gerak, kemudian dinilai fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination.
Hasil: Dari penelitian terdiri dari 75 subjek dengan 37 pria (49,3%) dan wanita 38 orang (50,7%). Dengan Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855). Keterbatasan penelitian ini oleh karena instrument yang digunakan bukan dengan Doppler melainkan dengan auskultasi menggunakan stethoscope dan sphymomagnometer.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855)
Kata kunci: Fungsi kognitif, Ankle Brachial Pressure Index, Mini Mental State Examination
(21)
ABSTRACT
ABSTRACT
Background and Purpose: Cognitive function is a result of interaction with the environment acquired formally and normal. Disruption of one or more of the cognitive function will cause disruption of social function, work and activities of a person. The aimed of this study is to investigate the relationship of Ankle Brachial Pressure Index to cognitive function of old age.
Methods: This study is descriptive analytic methods in cross sectional data collection in patients who arrived at the Clinic of Neurology RSUP.H.Adam Malik Medan. This study involved 75 subjects. Subjects who meet inclusion and exclusion criteria underwent Ankle brachial pressure index measurements on all four limbs, and then assessed cognitive function with the Mini Mental State Examination.
Results: From 75 subject consisted of 37 males (49,3%) and 38 females (50,7%). With Kolmogorov Smirnov Test showing there was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855). The limitation in this study because the instrument used sthetoscope and sphymomagnometer, should be used Doppler for standart.
Conclusion: There was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855)
Key words: Cognitive function, Ankle brachial pressure index, Mini Mental State Examination.
(22)
ABSTRAK
Latar Belakang dan Tujuan: Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi kognitif akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Ankle Brachial Pressure Index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut.
Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional pada penderita yang datang di Poliklinik Neurologi RSUP HAM. Penelitian melibatkan 75 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjalani pengukuran Ankle Brachial pressure Index pada keempat anggota gerak, kemudian dinilai fungsi kognitif dengan Mini Mental State Examination.
Hasil: Dari penelitian terdiri dari 75 subjek dengan 37 pria (49,3%) dan wanita 38 orang (50,7%). Dengan Uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855). Keterbatasan penelitian ini oleh karena instrument yang digunakan bukan dengan Doppler melainkan dengan auskultasi menggunakan stethoscope dan sphymomagnometer.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara ankle brachial index dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855)
Kata kunci: Fungsi kognitif, Ankle Brachial Pressure Index, Mini Mental State Examination
(23)
ABSTRACT
ABSTRACT
Background and Purpose: Cognitive function is a result of interaction with the environment acquired formally and normal. Disruption of one or more of the cognitive function will cause disruption of social function, work and activities of a person. The aimed of this study is to investigate the relationship of Ankle Brachial Pressure Index to cognitive function of old age.
Methods: This study is descriptive analytic methods in cross sectional data collection in patients who arrived at the Clinic of Neurology RSUP.H.Adam Malik Medan. This study involved 75 subjects. Subjects who meet inclusion and exclusion criteria underwent Ankle brachial pressure index measurements on all four limbs, and then assessed cognitive function with the Mini Mental State Examination.
Results: From 75 subject consisted of 37 males (49,3%) and 38 females (50,7%). With Kolmogorov Smirnov Test showing there was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855). The limitation in this study because the instrument used sthetoscope and sphymomagnometer, should be used Doppler for standart.
Conclusion: There was no relationship between ankle brachial index with decreasing of cognitive function (p=0.855)
Key words: Cognitive function, Ankle brachial pressure index, Mini Mental State Examination.
(24)
BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang
didapat secara formal dan normal. Gangguan satu atau lebih dari fungsi
tersebut akan menyebabkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas harian seseorang.(Hesti,2008)
Pada abad 21 diduga penduduk usia lanjut diseluruh dunia akan
meningkat (tahun 2000 mencapai 426 juta atau sama dengan 6,8% total
populasi). Jumlah ini akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2005
mencapai 829 juta (9,7% total populasi). Untuk Asia Tenggara, proporsi
penduduk usia di atas 60 tahun akan mengalami peningkatan dari 5% di
tahun 1950 menjadi 11,5% di tahun 2050. Jumlah penduduk usia lanjut di
Indonesia dari tahun 2000 sampai 2005 meningkat menjadi 8,2% dari
7,6% total populasi penduduk. Dan jumlah ini akan terus meningkat dan
diprediksikan tahun 2020 mencapai 11,4%. Dengan meningkatnya
populasi usia lanjut, hal ini berhubungan dengan meningkatnya angka
kesakitan, penurunan kemampuan kognitif dan ketidakberdayaan serta
ketergantungan. Gangguan kognitif ringan merupakan gejala patologis
dan tanda awal bagi demensia maupun Alzheimer pada usia lanjut. Pada penelitian Marhamah di kota Depok yang dilaksanakan bulan November
(25)
2004 - Maret 2005, didapati 4.0% usia lanjut yang berumur ≥ 60 tahun dijumpai bermasalah dengan kemampuan kognitif. (Marhamah,2007)
Sepuluh persen dari orang tua yang berumur 65 tahun dan 50%
dari mereka yang lebih tua dari 85 tahun memiliki kerusakan kognitif, mulai
dari ringan sampai demensia berat. (Paul, 2010)
Gangguan fungsi kognitif merupakan masalah kesehatan yang
penting dalam memberikan kontribusi terhadap kecacatan, morbiditas dan
kematian. Faktor pembuluh darah dapat berhubungan dengan
perkembangan fungsi kognitif dan dementia.(Sugawara dkk,2010)
Pengukuran Ankle Brachial Pressure Index adalah merupakan test non invasive untuk menentukan peripheral arterial disease. Ankle Brachial Pressure Index sering dianggap untuk menentukan blocked arteries dan arterial stiffness, dengan menggunakan pengukuran yang bersifat non invasive. Ankle Brachial Pressure Index merupakan hasil dari perbandingan antara sistolik pergelangan kaki dengan sistolik brakial dan
digunakan untuk menilai keparahan daripada oklusi arteri pada tungkai.
Penurunan daripada ABI menunjukkan adanya peripheral arterial disease yang disebabkan oleh atherosclerosis. Dalam sebuah studi berbasis komunitas besar di Amerika Serikat, didapati ABI yang rendah dikaitkan
dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun penelitian dan studi
kohort lainnya termasuk Edinburgh Artery Study dan Honolulu Asia Aging Study menunjukkan bahwa ABI yang rendah memiliki nilai prediktif untuk
(26)
resiko gangguan fungsi kognitif di masa depan dan meningkatkan resiko
demensia. (Sugawara dkk, 2010; Laurin, 2007; Migliacci, 2008)
Ankle Brachial Pressure Index, merupakan marker untuk atherosclerosis yang berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.(Johnson, 2010) Pada penelitian lain menunjukkan bahwa ABI
yang rendah merupakan prediktor awal untuk penurunan fungsi
kognitif.(Raffnsson, 2009)
Pada studi dari Heart Outcomes Prevention Evaluation Study (HOPE) menunjukkan bahwa ABI merupakan prediktor yang kuat untuk kejadian kardiovaskular dan untuk semua kasus mortalitas walaupun
diukur secara sederhana dengan palpasi daripada arteri di
tungkai.(Migliacci, 2008)
Ankle BrachiaI Pressure Index mempunyai peranan sebagai marker untuk atherosclerosis, dan hubungannya dengan cardiovascular disease (CVD). Pengukuran ABI telah direkomendasikan sebagai bagian untuk
menentukan resiko dan sebagai primary prevention dari CVD pada individu asimptomatis. Ada konsensus yang menyatakan bahwa abnormal
ABI dengan asimptomatis individu dikategorisasikan ke dalam kategori
resiko tinggi terhadap CVD untuk kedepannya.(Khan, 2008)
Peripheral Arterial Disease merupakan bentuk umum dari peripheral vascular disease (PVD), sebagai hasil dari atherosclerosis pada arteri – arteri yang mensuplai ekstremitas bawah (seperti abdominal aorta,
(27)
16% diatas usia 55 tahun, termasuk didalamnya 10% asymptomatic PAD (stage I), 5% claudicatio intermittent (stage II), 1 % chronic leg ischemia (stages III – IV). Peripheral Arterial Disease berhubungan dengan komorbid atherosclerosis pada arteri koroner dan arteri carotid. Peripheral Arterial Disease (PAD) dianggap sebagai faktor resiko yang signifikan untuk stroke. Atherosclerosis dan banyak faktor resikonya seperti hipertensi, diabetes melitus, hiperlipidemia, merokok telah diketahui
mempunyai efek yang merusak fungsi kognitif dan ada kemungkinan
bahwa penurunan fungsi kognitif bersamaan dengan penyakit
ini.(Waldstein dkk,2003;Tapiheru, 2008)
Peripheral arterial disease pada ekstremitas bawah merupakan penyakit umum yang mempengaruhi 12 juta masyarakat Amerika serikat.
Atherosclerosis merupakan penyebab utama pada peripheral arterial disease pada anggota gerak bawah.(Khan, 2008)
Diketahui bahwa atherosclerosis pada tungkai bawah menunjukkan manifestasi yang utama terhadap patologi sama dengan sistem arteri
lainnya. Dan sejumlah studi menyatakan bahwa hubungan antara ABI
dengan fungsi kognitif dijumpai. Adanya ABI yang rendah mempunyai
korelasi dengan cardiovascular disease dan mortalitas. (Sugawara dkk, 2010; Laurin, 2007)
Pada US community based study, dinyatakan bahwa ABI yang rendah berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif selama 7 tahun
(28)
Honolulu Asia Aging study, menunjukkan bahwa nilai ABI yang rendah merupakan nilai prediktif bagi faktor resiko terhadap gangguan fungsi
kognitif dan meningkatnya resiko dari dementia. (Sugawara dkk, 2010)
Pada population based Rotterdam study, Breteler et al(cit, Waldstein,dkk,2003) menemukan bahwa individu – individu dengan ABI
<0,90 (diagnostic sebagai PVD) menunjukkan kinerja yang menurun pada
MMSE jika dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang
lebih besar. Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah
dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test perceptuo motor speed selama periode tiga sampai tujuh tahun, khususnya diantara individu – individu yang memiliki allele 4 apo E.
Pada studi Honolulu Asia Aging study, PAD merupakan penyakit umum pada populasi tua. Peripheral arterial disease merupakan akumulasi dari atherosclerosis pada tungkai bawah yang mempengaruhi sampai 30 % dari North Americans dan Eropa dengan umur > 55 tahun, dan setengahnya merupakan asimptomatis.(Laurin, 2007)
Pada suatu studi epidemiologi dilakukan pengujian terhadap fungsi
kognitif dan peripheral arterial disease pada populasi umum. Dengan analisis cross sectional, dimana peripheral arterial disease (PAD) mempunyai hubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan pengukuran
dengan Mini Mental State Examination. Dua penelitian melaporkan dimana subjek yang diperiksa dengan nilai ABI yang rendah dan apolipoprotein (Apo) E ε4 allele memiliki penurunan fungsi kognitif yang
(29)
besar . ApoE ε4 allele telah dilaporkan adanya perubahan hubungan dari faktor resiko penyakit serebrovaskular lainnya terhadap fungsi kognitif dan
Alzheimer disease. Tidak diketahui dengan pasti peripheral arterydisease (PAD) berhubungan secara klinis dengan dementia. Faktor resiko
pembuluh darah, termasuk atherogenic dan stroke related damage, diketahui mempunyai peranan dalam vascular dementia, tetapi bukan
merupakan bukti yang signifikan terlibat dalam Alzheimer disease. Oleh karena itu, hipotesis daripada studi ini menyatakan bahwa ABI
berhubungan dengan dementia,vascular dementia dan Alzheimer disease. (Laurin 2007;Elwood 2002).
Pada population based Rotterdam study, menemukan bahwa individu – individu dengan ABI <0,90 (diagnostic sebagai PVD)
menunjukkan hubungan signifikan pada MMSE yang rendah jika
dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai ABI yang lebih besar.
Adanya PVD, sebagaimana dinilai oleh ABI, juga telah dikaitkan dengan
penurunan fungsi kognitif pada MMSE dan test perceptuo motor speed selama periode 3 sampai 7 tahun, khususnya diantara individu – individu
yang memiliki allele 4 apo E.(Waldstein 2003)
Atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah, tekanan berkurang pada arteri di tungkai, hal ini menimbulkan nilai ABI yang
rendah. Ankle brachial pressure index dengan nilai <0.90 dianggap patologis, yang menunjukkan adanya PAD. Dibandingkan dengan
(30)
arteri stenosis ≥50% adalah sekitar 90% dan spesifisitas adalah sekitar 98%. Pada large scale epidemiological studies, menunjukkan adanya hubungan antara nilai ABI yang rendah dengan yang meningkatkan
resiko coronary death, cerebrovascular death. Pada systematic review yang terbaru, spesifisitas dari nilai ABI yang rendah dapat menjadi
prediksi untuk cardiovascular outcomes di masa depan meningkat (88% cardiovascular mortality). (Letz 2007)
Mini Mental State Examination (MMSE) terdiri atas 5 kemampuan kognitif yang terdiri atas orientasi (skor maksimum 5), registrasi (skor
maksimum 3), Atensi dan kalkulasi (skor maksimum 5),mengingat
kembali / Recall (skor maksimum 3), kemampuan bahasa (skor
maksimum 9). total keseluruhan skor MMSE maksimal 30, dan bila skor
MMSE<24 menandakan adanya masalah dengan kemampuan kognitif.
(Marhamah,2007).
Pada penelitian Kochhann 2009, distribusi pendidikan terhadap
MMSE dikategorikan dengan grup yang dibagi atas 0-5 tahun pendidikan
disebut pendidikan rendah, pendidikan sedang adalah 6 – 11 tahun dan
pendidikan tinggi adalah bila> 12 tahun. Dengan median MMSE score : 29
(>9 tahun pendidikan), 26 ( 5 – 8 tahun pendidikan), 22 (0 – 4 tahun
(31)
I.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian – penelitian terdahulu seperti
yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat hubungan Ankle Brachial pressure Index dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.
I.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk:
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Ankle Brachial pressure Index dengan gangguan fungsi kognitif pada usia lanjut.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif usia lanjut
1.3.2.2 Untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian
1.3.2.3 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan
fungsi kognitif
1.3.2.4 Untuk mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan
nilai Ankle brachial pressure index
1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi
kognitif
1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan diabetes melitus dengan fungsi
(32)
1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi
kognitif
1.3.2.8 Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif
I.4. HIPOTESIS
Ada hubungan nilai Ankle Brachial Pressure Index (ABI) dengan gangguan fungsi kognitif usia lanjut.
I.5. MANFAAT PENELITIAN
Dengan mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure
index dengan fungsi kognitif pada usia lanjut, maka penelitian ini:
1. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk membuat rencana
pencegahan bagi pasien usia lanjut yang belum mengalami
gangguan fungsi kognitif, sehingga diharapkan dapat
memperlambat atau mengurangi kejadian gangguan fungsi
kognitif pada usia lanjut.
2. Dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya untuk
mengetahui hubungan antara ankle brachial pressure index dengan gangguan fungsi kognitif.
(33)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.FUNGSI KOGNITIF
Fungsi kognitif merupakan aktifitas mental secara sadar seperti berpikir,
mengingat, belajar dan menggunakan bahasa.
Berdasarkan Kolegium Neurologi Indonesia,2008, Fungsi kognitif terdiri
dari:
1. Fungsi atensi
Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan
satu stimulus tertentu atau spesifik dengan mampu mengabaikan
stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak perlu atau
tidak dibutuhkan. Konsentrasi merupakan kemampuan untuk
mempertahankan atensi untuk periode yang lebih lama. Atensi dan
konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi kognitif,
terutama dalam proses belajar. Gangguan atensi dan konsentrasi
akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan
fungsi eksekutif.
Gangguan atensi dapat berupa dua kondisi klinik berbeda. Pertama
ketidakmampuan mempertahankan atensi maupun atensi yang
terpecah atau tidak atensi sama sekali, kedua inatensi spesifik
(34)
2. Fungsi Bahasa
Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas
dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Oleh karena
itu pemeriksaan bahasa harus dilakukan pada awal pemeriksaan
neurobehavior. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin dilakukan. Gangguan bahasa atau
afasia sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga
merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Setiap kerusakan
otak yang disebabkan oleh stroke, tumor, trauma, demensia dan
infeksi dapat menyebabkan gangguan berbahasa.
3. Fungsi Memori
Memori secara umum merupakan proses bertingkat dimana
informasi pertama kali harus dicatat dalam area korteks sensorik
kemudian diproses melalui sistem limbik untuk terjadinya suatu
pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi menjadi tiga tipe
dasar: immediate, recent dan remote memory berdasarkan rentang waktu antara stimulus dan recall.
1. Immediate memory
Merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam interval waktu beberapa detik.
(35)
2. Recent memory
Merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian sehari – hari
(misalnya tinggal, nama dokter, apa yang dimakan saat sarapan,
atau kejadian – kejadian baru) dan mempelajari materi baru serta
mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari ,
bulan, tahun.
3. Remote memory
Merupakan rekoleksi kejadian yang terjadi bertahun – tahun yang
lalu (misalnya tanggal lahir, sejarah, nama teman).
Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan
pasien. Amnesia secara umum merupakan defek fungsi memori.
Ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru setelah brain insult disebut amnesia anterograde. Amnesia retrograde merujuk pada amnesia pada kejadian yang terjadi sebelum brain insult. Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik.
4. Fungsi visuospatial
Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam
gambar (misal: lingkaran, kubus) dan menyusun balok – balok.
Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi
lobus parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peran yang
(36)
5. Fungsi eksekutif.
Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara
berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan
eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi pengalaman klinis
menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait dengan lobus
frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal.
Diperlukan atensi, bahasa, memori dan visuospatial sebagai dasar untuk menyusun kemampuan kognitif.
Sebagai pemeriksaan awal, MMSE (Mini Mental State Examination) untuk mengukur status kognitif global. Mini Mental State Examination merupakan tes skrining yang telah digunakan secara luas karena mudah
dan waktu pemeriksaan singkat. Penilaian dengan nilai maksimum 30
cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi, menetapkan data dasar
dan memantau penurunan kognisi dalam kurun waktu tertentu.
Pemeriksaan MMSE merupakan tes skrining yang telah digunakan secara
luas karena mudah dan waktu pemeriksaan singkat. Nilai dibawah 28
dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognisi yang
signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Pasien yang berpendidikan
rendah, nilai MMSE 24 masih dianggap normal.
Pada MMSE fungsi kognitif yang dinilai adalah kemampuan
(37)
kemampuan konstruksi. Namun MMSE mempunyai kelemahan karena
tidak ada penilaian untuk fungsi eksekutif.
Tes MMSE awalnya dikembangkan untuk screening demensia, namun digunakan untuk pengukuran fungsi kognitif general. Mini Mental State Examination sekarang merupakan screening yang paling luas digunakan untuk menilai status kognitif dan status mental pada status usia
lanjut. (Kochhann R.2009)
Sensitifitas MMSE untuk mendeteksi pemburukkan kognitif
meningkat ketika skor cut-off (26-28) digunakan atau ketika dilakukan adjustment terhadap umur dan pendidikan. Walaupun skor cut-off untuk dementia secara umum adalah dibawah 24, skor median bervariasi
tergantung umur dan lama pendidikan.(Fink, 2004)
Tabel 1. Skor median MMSE adjustment terhadap usia dan lama pendidikan.
Lama pendidikan Usia (tahun)
18 - 69 70 – 79 > 79 Tingkat keempat 22 - 25 21 – 22 19 - 20 Tingkat kedelapan 26 - 27 25 23 - 25 Sekolah tingkat atas 28 - 29 27 25 - 26 Perguruan tinggi 28 - 29 28 27
Dikutip dari: Fink, Vivian. 2004. “Mild Cognitive Impairment : Pre-Alzheimers disease state provides opportunity for early detection and possible treatment”. The Institute For medical Education Bulletin V(6):1-11
Sebuah studi yang dilakukan pada 473 orang sehat yang berumur
lebih dari 15 tahun dengan latar belakang pekerjaan dan pendidikan yang
(38)
Tabel 2. Skor median MMSE
Median
Lama pendidikan:
0 - 6 tahun 24 7 - 9 tahun 26 10 - 12 tahun 26 > 12 tahun 28 Usia:
< 20 tahun 27 21 - 30 tahun 28 31 - 40 tahun 28 41 - 50 tahun 26 51 - 60 tahun 27 > 60 tahun 21
Dikutip dari: Sjahrir, H., Ritarwan, K., Tarigan, S., Rambe, A.S., Lubis, I.D., Bhakti, I. 2001. “The Mini Mental State Examination in healthy individuals in Medan, Indonesia by age and education level”. Neurol J Southeast Asia;6:19-22
II.2.ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX (ABI) II.2.1.Definisi
Ankle brachial Pressure index (ABI) adalah merupakan rasio daripada ankle systolic blood pressure dengan brachial systolic blood pressure. (Al Qaisi,2009).
ABI =
Brachial systolic pressure ankle systolic blood pressure
(39)
Pada penelitian Hayoz,2005:
Tabel 3. Nilai Skor ABI
Dikutip dari Diresta ,2006. Diabetic Foot vol 9 no 1 2006
II.2.2.Sejarah
Pengukuran arteri pada ekstremitas bawah, diutarakan pertama kali
oleh Naumann pada tahun 1930. Dan pada tahun 1950, Winsor pertama
kali menggunakan pengukuran Ankle Brachial Pressure Index pada pasien peripheral arterial disease. (Khan, 2008)
(40)
Gambar 1. Cara pengukuran dan kalkulasi ankle brachial index
(41)
II.2.3.Cara Pengukuran
Pengukuran ABI dengan cara mengukur arteri brakial pada lengan
kiri, dan mengukur tekanan sistolik pada kaki kanan dan kaki kiri dengan
posisi pasien dalam keadaan supine.(Sugawara, 2010)
Pada Honolulu Asia Aging Study (HAAS) pengukuran ABI dengan cara mengukur arteri brakial dua kali pada lengan kanan, dan arteri
posterior tibial diukur dua kali pada setiap pergelangan kaki dengan
pasien yang diperiksa dalam posisi supine dengan menggunakan handheld Doppler device dan sphygmomanometer.(Laurin, 2007)
Setiap pasien yang diukur bilateral ABI dengan meraba nadi dari
arteri posterior tibial dan arteri dorsalis pedis pada ekstremitas bawah
kanan,dengan arteri brakial kanan dan kiri, sedangkan pada ekstremitas
bawah kiri dengan cara meraba arteri posterior tibial dan arteri dorsalis
pedis kiri, dengan arteri brakial kanan dan kiri. Dan pengukuran dilakukan
dengan rata - rata dari dua determinasi sebagai rasio antara tekanan
darah sistolik tertinggi pada ekstremitas bawah dan tekanan darah sistolik
tertinggi pada ekstremitas atas dan pasien yang diperiksa dalam keadaan
supine dan istirahat sedikitnya dalam 10 menit. Sensitifitas ABI dengan
palpasi 88% dan spesifisitas 82%.(Magliacci,2008)
Ankle Brakial pressure Index diukur dengan auskultasi dengan cara mengukur tekanan darah anggota gerak bawah, seperti pada arteri
(42)
pada arteri dorsalis pedis dan arteri posterior tibial diukur dengan cara
auskultasi menggunakan standar cuff untuk pengukuran tekanan darah di arteri brakial dengan bantuan stethoscope. (Takahashi dkk,2006). Akurasi ABI dengan stetoscope terhadap ABI dengan Doppler, ,Mean stethoscope
ABI, 1.01 ± 0.15, and mean Doppler ABI, 1.03 ± 0.20, (P = 0.047)
menunjukkan korelasi yang baik, dengan mengukur perbandingan ini
menghasilkan sensitifitas 71,4% dan spesifisitas 91,0% (Carmo,2008).
II.2.4.Hubungan ABI terhadap fungsi kognitif
Selain faktor resiko vaskular, berkurangnya cerebral blood flow juga dapat mengakibatkan disfungsi kognitif. Hal ini dapat menjelaskan
hubungan tentang U shaped antara tekanan darah sistolik dengan fungsi kognitif pada orang tua (Rose,2009).
Pada penelitian Laurin,2007 dilaporkan dua penelitian yang
menyatakan bahwa subjek dengan ABI rendah dan apolipoprotein (Apo) E ε4 alel memiliki penurunan fungsi kognitif yang besar, Juga dijumpai adanya hubungan positif yang kuat antara PAD dan peradangan, yang
disimpulkan dalam pathogenesis atherosclerosis dan terkait dengan timbulnya demensia .(Laurin, 2007;Greenwood, 2005;Parasuraman 2002)
Jika atherosclerosis stenosis terjadi pada ekstremitas bawah, tekanan berkurang pada arteri di tungkai hal ini menimbulkan nilai ABI
(43)
II.2.5.Patofisiologi
II.2.5.1.Atherosclerosis
Pada atherosclerosis terdapat deposit lipid yang sering disertai oleh kalsifikasi dan fibrosis, dan jika ini terlepas akan menyebabkan
thrombosis.(Dongoran,2007)
Atherosclerosis dan komplikasinya merupakan penyebab kematian paling umum di daerah Western dan Jepang, walaupun beberapa teori tentang atherogenesis telah diusulkan beberapa dekade, tetapi tidak
satupun dapat menjelaskan keseluruhan proses dari pathogenesis
daripada atherosclerosis dikarenakan penyakit ini berhubungan dengan banyak faktor resiko.(Fan, 2003).
Atherosclerosis melibatkan proses yang saling terkait, termasuk gangguan lipid, aktivasi platelet, thrombosis, disfungsi endotel, inflamasi,
stress oksidatif, aktivasi sel pembuluh darah halus, dan faktor - faktor
genetik.(Faxon,dkk 2004)
Arterial stiffness dan pulse pressure mempunyai hubungan dengan terjadinya atherosclerosis pada pembuluh darah besar maupun kecil.(Hanon,2005;Zieman 2005)
(44)
Gambar 2. Lokasi Arterial Stiffness
Dikutip dari Zieman. Arterioscler Thromb Vasc Biol 2005;25;932-943.
Akumulasi dari sel - sel lipid yang mendasari endothelium pada arteri
besar yaitu fatty streaks merupakan tanda dari tahap awal.
Gambar 3. Inflamasi pada atherosclerosis
(45)
Gambar diatas merupakan mekanisme patogenesis daripada
atherosclerosis. Atherosclerosis sebenarnya melibatkan suatu respon inflamasi yang sedang berlangsung. Dimana pada penelitian terbaru
ditemukan peran mendasar dari inflamasi yang pada perkembangannya
akhirnya komplikasi trombotik atherosclerosis. Temuan ini mempunyai hubungan penting antara faktor resiko dengan mekanisme dari
atherogenesis. Dimana peningkatan daripada plasma atherogenic lipoproteins dapat menyebabkan pengendapan dari lipoprotein di intima. Atherogenic lipoprotein ini dapat menyebabkan perubahan biologis, termasuk meningkatnya adhesi molekul dalam sel endotel, dan adhesi
disertai migrasi dari monosit dan limfosit T. Monosit dapat dibedakan ke
dalam makrofag dibawah tindakan GM-CSF. Makrofag dapat mengambil
deposit atherogenic lipoprotein melalui scavenger receptor dan ditransformasikan ke dalam foam cells. T lymphocytes dan smooth muscle cells bersama - sama dengan beragam sitokin dan efek biologis lainnya dapat terjadi, yang pada akhirnya menentukan nasib daripada
lesi.(Fan, 2003)
II.2.5.2.Plak dan Inflammatory Reactions
Atherosclerotic plaque juga dikenal atheroma atau fibrous plaque terdiri dari lipid atau necrotic core yang ditutupi oleh lapisan daripada fibrotic cap yang terdiri dari gabungan smooth muscle cells dan
(46)
extracellular matrix. yang terdiri dari sejumlah makrofag yang berasal dari foam cells dan T lymphocytes. Komponen - komponen ini dianggap dapat menentukan nasib daripada plak.(Fan, 2003)
Mekanisme inflamasi dan aktivasi imun diduga mempunyai peranan
dalam patogenesis terkait usia yang berhubungan dengan gangguan
fungsi kognitif.(Yaffe 2003)
Penting untuk mengetahui faktor inflamasi yang terlibat dalam
proses atherosclerosis. Oksidasi low density lipoprotein dapat menyebabkan adhesi molekul pada sel endotel dan memicu terjadinya
migrasi daripada monosit ke intima. Sebaliknya oksidasi low density lipoprotein dapat menstimulasi produksi daripada mediator - mediator inflamasi dari sel vaskular lain, yang pada gilirannya menghasilkan
berbagai respon inflamasi di dinding arteri.(Fan, 2003)
II.3.PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD) II.3.1.Definisi
Peripheral arterial disease (PAD) adalah merupakan proses atherosclerosis dan thromboembolic yang mempengaruhi aorta, beserta
cabang – cabang arteri visceral dan arteri dari ekstremitas bawah. (Olin,
(47)
II.3.2. Hubungan Peripheral arterial disease dengan fungsi kognitif
Mekanisme dimana PAD berhubungan dengan penurunan fungsi
kognitif tidak diketahui dengan pasti. Namun diduga adanya
atherosclerosis, dimana atherosclerosis pada arteri carotis, sering komorbid dengan PAD dan terkait dengan penurunan fungsi kognitif yang
diduga atherosclerosis ini secara tidak langsung mengurangi perfusi serebral. Selain itu atherosclerosis juga diduga berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif melalui mikroemboli yang meningkat. Pada
pasien dengan adanya peripheral arterial disease, prevalensi atherosclerosis pada arteri karotis meningkat beberapa kali lipat dibandingkan populasi pada umumnya. Dengan menyempitnya arteri
karotis atau arteri serebral menyebabkan terjadinya obstruksi pada aliran
darah ke otak, sehingga menyebabkan terjadinya hipoperfusi,
atherosclerosis pada arteri karotid penting oleh karena berhubungan dengan meningkatnya resiko terhadap tromboemboli. Peneliti menduga
bahwa perubahan struktur di dalam otak menandai secara bertahap
penyakit serebrovaskular dan kinerja yang berkurang pada penderita
PAD. (Waldstein 2003;Fukuhara,2006)
Pada pasien dengan PAD, prevalensi atherosclerosis pada arteri
carotis meningkat beberapa kali lipat. Penyempitan yang terjadi pada
arteri carotis atau arteri cerebri mayor dapat menyebabkan obstruksi pada
aliran darah darah ke otak, yang akan mencetuskan terjadinya
(48)
berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya tromboemboli
(Rafnsson 2009)
Gambar 4. Peripheral arterial disease
II.4.USIA LANJUT
Proses penuaan (aging process) adalah proses alamiah dimana baik fisik maupun mental mengalami perubahan yang perlahan tetapi pasti
dan dialami semua individu.
Berdasarkan Asosiasi Alzheimer Indonesia 2001, Masa lanjut usia
dibagi atas: masa tua awal (young old, 65 –74 tahun ), tua menengah (medium old, 74 – 84 tahun) dan tua sekali (oldold, >84 tahun).
(49)
Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia no 13 thn 1998,
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas.
II.4.1 Epidemiologi
Secara demografi populasi penuaan terus berlanjut. Kerusakan
fungsi kognitif diperkirakan menjadi penyebab utama dari beban
kesehatan yang buruk pada orang tua. Saat ini diantara 5% - 10%
masyarakat berumur 65 tahun dan 30 % dari mereka yang lebih dari usia
80 tahun telah mengalami demensia.(Rafnsson, 2009)
II.4.2 Hubungan usia lanjut dengan fungsi kognitif
Sepuluh persen dari usia lebih dari 65 tahun mengalami gangguan
fungsi kognitif. Dengan meningkatnya usia tua juga menyebabkan
(50)
II.5 KERANGKA TEORI
FUNGSI KOGNITIF
TROMBOEMBOLI HIPOPERFUSI ATHEROSCLEROSIS Waldstein 2003, atherosclerosis a.carotid komorbid dengan PAD,→penuru nan kognitif. PAD ANKLE BRACHIAL INDEX Johnson 2010,ABI: marker atherosclerosis berhubungan dengan fungsi kognitif Waldstein 2003,atherosclerosis mengurangi perfusi serebri. Mills 2007,Rose 2009,berkurang CBF,>>difungsi kognitif Rafnsson 2009,adanya atherosclerosis
mengahalangi aliran darah ke otak >>hipoperfusi cerebral
Rafnsson 2009, atherosclerosis pada a.carotid → peningkataan thromboemboli
Yaffe2003,laur el 2007.PAD dgn inflamasi
(51)
(52)
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1.
TEMPAT DAN WAKTUPenelitian dilakukan di Poliklinik Ilmu Penyakit Saraf FK. USU /
RSUP. H. Adam Malik Medan dari tanggal 10 Desember 2011 dan
tercukupi pada tanggal 31 Maret 2013.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari pasien usia lanjut yang berobat jalan
ke poliklinik Neurologi RSUP.HAM. Penentuan subjek penelitian dilakukan
menurut metode sampling konsekutif.
III.2.1. Populasi sasaran
Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas
memenuhi kriteria inklusi, yang berobat jalan ke poliklinik Neurologi
RSUP.HAM Medan yang dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
Ankle Brachial Pressure Index.
III.2.2. Populasi terjangkau
Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun ke atas yang
berobat jalan ke poliklinik Neurologi RSUP.HAM Medan yang memenuhi
(53)
III.2.3.Besar Sampel
Besar sampel dihitung menurut rumus:
(
) (
)
31 / 1 ln 5 , 0 2 + − + + ≥ r r Z Z
n α β
Zα=Nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada nilai α yang ditentukan , untuk α=0,05 , Zα = 1,96
Zß=Nilai baku normal dari table Z yang besarnya tergantung pada nilai ß
yang ditentukan. untuk ß=0,10, Zß = 1,282
r = 10,47 (Paul, 2010)
(
1 10,47) (
/1 10,47)
3ln 5 , 0 282 , 1 96 ,
1 2 +
− + + ≥ n 45 , 72 ≥
n ≈ 73 0rang
III.2.4. Kriteria Inklusi:
Untuk populasi kasus:
1. Usia 60 tahun ke atas yang berobat ke poli Neurologi
RSUP.HAM Medan
2. Dapat membaca dan menulis
3. Dapat berbahasa Indonesia
4. Yang memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian
(54)
III.2.5. Kriteria Eklusi:
1. Subjek dengan riwayat penyakit stroke
2. Subjek dengan riwayat trauma kapitis
3. Subjek dengan riwayat tumor otak
4. Subjek yang depresi
5. Subjek dengan penurunan kesadaran
III.2.6.Batasan Operasional
a. Fungsi Kognitif merupakan kemampuan atensi, kemampuan berbahasa, memori, kemampuan visuospatial dan kemampuan cara
berpikir atau memecahkan masalah atau disebut juga dengan
kemampuan eksekutif (Kolegium Neurologi Indonesia 2008).
b. Ankle Brachial pressure Index merupakan bukti objektif ada atau
tidaknya peripheral arterial disease, dimana ABI adalah rasio antara tekanan darah sistolik pada pergelangan kaki dengan tekanan darah
sistolik lengan atas (brakial) dengan menggunakan
sphygmomanometer. Dimana cut of point 0,9 yang dilakukan pada waktu istirahat dengan sensitifitas 95% dan spesifisitas 99%. dengan
nilai ABI:
- normal : ABI 0,90 - 1,30
- PAD ringan - sedang : ABI 0,41 - 0,90
(55)
(Sugawara,2010;Scottisch Intercollegiate Guideline Network,2006)
c. Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan pengukuran fungsi kognitif yang pertama kali digunakan oleh folstein. dimana skor
dimulai dari 0 - 30, dan skor dibawah 24 menunjukkan adanya
gangguan fungsi kognitif. (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)
d. Usia Lanjut adalah subjek yang mengikuti penelitian dengan usia 60 tahun keatas atau lebih.(sugawara,2010). Berdasarkan Asosiasi
Alzheimer Indonesia 2001, Masa lanjut usia dibagi atas: masa tua awal
(young old, 65 –74 tahun ), tua menengah (medium old, 74 – 84 tahun) dan tua sekali (oldold, >84 tahun).
Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia no 13 thn 1998,
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun ke atas.
e. Stroke adalah serangan yang ditandai dengan tanda - tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global
dengan gejala - gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih
atau menyebabkan kematian,tanpa adanya penyebab lain yang jelas
(56)
f. Diabetes Melitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat
dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi
insulin. Dikatakan diabetes mellitus bila kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dL atau kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram.(PERKENI 2011)
g. Hipertensi bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg ( stage 1 hypertension), dan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg, tekanan darah diastolic ≥ 100 mmHg (stage 2 hypertension) berdasarkan Joint National Committee (JNC) VII. (Chobanian,2003)
h. Trauma kapitis adalah adanya trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala dan mengakibatkan gangguan
fungsi neurologis (Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis
dan Trauma Spinal 2006).
i. Penderita Depresi adalah penderita dengan gangguan mood, hilangnya rasa ketertarikan atau perasaan senang, adanya perasaan
(57)
bersalah, atau rasa tidak berharga, gangguan tidur, tidak bersemangat
dan sulit berkonsentrasi. (World Health Organization,2011)
j. Penurunan kesadaran adalah kehilangan kemampuan untuk merasakan dan membalas stimulus yang berasal dari lingkungan luar.
(The Free Dictionary,2011)
III.3. INSTRUMEN
1. ANKLE BRACHIAL PRESSURE INDEX, diukur menggunakan Aneroid Sphygmomagnometer (tensi 200,PT Jayamas Medica Industri
Indonesia)
2. Mini Mental State Examination (MMSE), untuk penilaian fungsi kognitif dimana nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan
gangguan kognitif pada penderita berpendidikan tinggi. Sedangkan
pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih
dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengidentifikasikan
resiko untuk demensia. (Asosiasi Alzheimer Indonesia, 2003).
III.4. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data
dengan potong lintang dengan sumber data diperoleh dari semua pasien
usia 60 tahun ke atas yang berobat ke poliklinik Ilmu Penyakit Saraf
(58)
III.5.Pelaksanaan penelitian III.5.1. Pengambilan sampel :
Semua pasien usia lanjut yang berumur 60 tahun keatas yang berobat ke
poliklinik Ilmu Penyakit Saraf RSUP.HAM.Medan yang memenuhi kriteria
inklusi, mengisi kuesioner dan menandatangani surat persetujuan ikut
penelitian
III.5.2. Variabel yang diamati
III.5.2.1 Variabel bebas : Ankle Brachial Pressure Index (ABI) III.5.2.2 Variabel terikat : Nilai MMSE
III.5.3. Analisa Statistik
Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Science Service). Dihitung nilai P dalam semua analisis, dengan tingkat signifikansi yang ditetapkan sebesar 0,05.
Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan nilai ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif digunakan uji Kolmogorov smirnov
2. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran karakteristik
populasi sampel.
3. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi subjek
(59)
4. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat distribusi subjek penelitian berdasarkan nilai ankle brachial pressure index
5. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
digunakan uji Chi Square.
6. Untuk mengetahui hubungan diabetes mellitus dengan fungsi kognitif dengan uji Chi Square
7. Untuk mengetahui hubungan hipertensi dengan fungsi kognitf dengan uji Chi Square
8. Untuk mengetahui hubungan merokok dengan fungsi kognitif
(60)
III.6 KERANGKA OPERASIONAL
ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI)
SURAT IJIN IKUT PENELITIAN - Anamnesa
- Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan Neurologi
HASIL ANALISA
DATA MMSE
Pasien usia lanjut ≥ 60 tahun di poliklinik Neurologi
(61)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian
Dari keseluruhan subjek usia lanjut yang berobat ke poli Neurologi
RSUP.HAM.Medan, terdapat 75 subjek usia lanjut yang memenuhi kriteria
inklusi yang diikut sertakan dalam penelitian.
Dari 75 orang subjek usia lanjut yang dianalisa, terdiri dari 37 pria
(49,3%) dan 38 wanita (50,7%). Dengan rerata umur 68 tahun dengan
rentang antara 60 sampai 82 tahun. Rerata nilai MMSE 25,7 dengan
rentang 4 sampai 30. Lama pendidikan terbanyak adalah 9 – 12 tahun
sebanyak 29 subjek (38,7%) dan 9 subjek (12 %) dengan pendidikan
dibawah 4 tahun. Suku terbanyak adalah suku batak yaitu 31 orang
(41,3%). Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini
(62)
Tabel 4. Karakteristik subjek penelitian.
Karakteristik subjek N = 75 % Umur (tahun) 68(60,82)
MMSE (mean,SD) 25,7(4,30) Jenis kelamin
Pria 37 49,3 Wanita 38 50,7 Lama Pendidikan
0-4 tahun 9 12,0 5-8 tahun 11 14,7 9-12 tahun 29 38,7 >12 tahun 26 34,7 Suku
Karo 28 37,3 Batak 31 41,3 Jawa 9 12.0 Aceh 4 5.3 Minang 1 1,4 Melayu 2 2,7
(63)
Gambar 6. Diagram distribusi berdasarkan suku
IV.1.2. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan fungsi kognitif
Dari data diperoleh dari 43 orang dengan MMSE yang terganggu
didapati pria 22(51,2%) dan wanita 21(48,8%). Sedangkan dari 37 orang
dengan MMSE yang tidak terganggu didapati pria 15(46,9%) dan 17
wanita (53,1%).
Dari 43 orang dengan nilai MMSE yang terganggu diperoleh nilai
ABI normal 6 (14,0%), nilai ABI ringan 35 (81,3%), nilai ABI sedang 2
(4,7%). Sedangkan dari 32 orang dengan nilai MMSE yang tidak
terganggu diperoleh nilai ABI normal 9 (28,1%), nilai ABI ringan
22(68,8%), nilai ABI sedang 1 (3,1%).
Dari 43 orang dengan MMSE yang terganggu didapati subjek yang
menderita diabetes mellitus 13(30,2%), dan yang tidak ada riwayat
(64)
yang tidak terganggu diperoleh 9(28,1%) yang menderita diabetes melitus
dan 23 (71,9%) yang tidak menderita diabetes melitus.
Dari 43 orang dengan MMSE terganggu diperoleh 17(39,5%) yang
menderita hipertensi, dan 26(60,5%) yang tidak menderita hipertensi.
Sedangkan dari 32 orang dengan MMSE yang tidak terganggu diperoleh
22(68,8%) yang menderita hipertensi dan 10(31,2%) yang tidak memiliki
hipertensi.
Dari 43 orang dengan MMSE terganggu diperoleh 6(14,0%)
yang memiliki riwayat merokok, dan 37(86,0%) yang tidak merokok.
Sedangkan dari 32 orang dengan MMSE yang tidak terganggu diperoleh
8(25,0%) yang merokok dan 24(75,0%) yang tidak merokok.
Tabel 5. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan fungsi kognitif
Variabel MMSE
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
Umur (tahun) 65 (60,82) Jenis Kelamin Pria Wanita 22 21 (51,2) (48,8) 15 17 (46,9) (53,1) ABI Normal (>0,90) Ringan (0,75–0,90) Sedang (0,40 – 0,75) Berat (< 0,40)
6 35 2 0 (14,0) (81,3) (4,7) (0) 9 22 1 0 (28,1) (68,8) (3,1) (0) Diabetes Melitus Ya Tidak 13 30 (30,2) (69,8) 9 23 (28,1) (71,9) Hipertensi Ya Tidak 17 26 (39,5) (60,5) 22 10 (68,8) (31,2) Merokok Ya Tidak 6 37 (14,0) (86,0) 8 24 (25,0) (75,0)
(65)
IV.1.3. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan nilai Ankle brachial index
Diperoleh data dari 37 pria, terdapat 8 (21,6%) orang yang memiliki
nilai ABI normal, 28 (75,7%) orang yang memiliki nilai ABI ringan dan 1
orang yang memiliki nilai ABI sedang (2,7%). Sedangkan dari 38 wanita,
diperoleh 7 (18,4%) orang yang memiliki nilai ABI normal, 29(76,3%)orang
memiliki nilai ABI ringan, dan 2 (5,3%)orang yang memiliki nilai ABI
sedang
Dari 43 MMSE yang terganggu diperoleh nilai ABI yang normal 6
(14,0%),nilai ABI ringan 35(81,3%) dan nilai ABI sedang 2(4,7%).
Sedangkan dari 32 MMSE yang tidak terganggu diperoleh 9(28,1%)
dengan nilai ABI normal, nilai ABI ringan 22 (68,8%) dan 1(3,1%) dengan
nilai ABI sedang.
Dari 22 orang yang menderita diabetes mellitus diperoleh 5(22,7%)
dengan nilai ABI normal, 17 (77,3%) diperoleh nilai ABI ringan.
Sedangkan 53 orang yang tidak menderita diabetes diperoleh 10(18,9%)
dengan nilai ABI normal, 40(75,5%)dengan nilai ABI ringan, dan 3
(5,7%)dengan nilai ABI sedang.
Dari 39 orang yang menderita hipertensi diperoleh 11(28,2%)
dengan nilai ABI normal, dan 27 (69,2%) dengan nilai ABI ringan dan 1
(2,6%) dengan nilai ABI sedang. Sedangkan dari 36 yang tidak memiliki
hipertensi diperoleh 4(11,1%) dengan nilai ABI normal, diperoleh 30
(66)
Dari 14 orang yang memiliki pernah merokok diperoleh 1 (7,1%)
dengan nilai ABI normal, 13(92,9%) nilai ABI ringan. Sedangkan dari 61
yang tidak pernah merokok diperoleh nilai ABI normal 14 (23,0%), nilai
ABI ringan 44(72,1%) dan 3 (4,9%) nilai ABI sedang.
Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan ABI
Variabel ABI
Normal n(%) Ringan n(%) Sedang n(%) Berat n(%) Jenis Kelamin Pria Wanita 8(21,6%) 7(18,4%) 28(75,7%) 29(76,3%) 1(2,7%) 2(5,3%) 0(0%) 0(0%) MMSE Terganggu Tidak terganggu 6(14,0%) 9(28,1%) 35(81,3%) 22(68,8%) 2(4,7%) 1(3,1%) 0(0%) 0(0%) Diabetes Melitus Ya Tidak 5(22,7%) 10(18,9%) 17(77,3%) 40(75,5%) 0(0%) 3(5,7%) 0(0%) 0(0%) Hipertensi Ya Tidak 11(28,2%) 4(11,1%) 27(69,2%) 30(83,3%) 1(2,6%) 2(5,6%) 0(0%) 0(0%) Merokok Ya Tidak 1(7,1%) 14(23,0%) 13(92,9%) 44(72,1%) 0(0%) 3(4,9%) 0(0%) 0(0%)
IV.1.4 Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Berdasarkan jenis kelamin diperoleh 22 orang (51,2%) pria dan 21
(48,4%) wanita yang memiliki fungsi kognitif terganggu. Hasil analisa
statistik menggunakan Uji Chi Square yang menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan fungsi kognitif
(67)
Tabel 7. Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
Jenis Kelamin Pria Wanita
22 21
(51,2) (48,8)
15 17
(46,9) (53,1)
0,713* *Uji Chi square
Gambar 7. Grafik hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
IV.1.5 Hubungan nilai ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif
Berdasarkan nilai ABI normal (>0.90) diperoleh 6(14,0%) dengan
(68)
dengan MMSE yang terganggu, ABI sedang (0,40-0,75) diperoleh 2(4,7%)
dengan MMSE yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nilai ABI dengan penurunan fungsi
kognitif (p=0,855).
Tabel 8. Hubungan ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
ABI
Normal (>0,90) Ringan (0,75 – 0,90) Sedang (0,40 – 0,75) Berat (< 0,40)
6 35 2 0 (14,0) (81,3) (4,7) (0) 9 22 1 0 (28,1) (68,8) (3,1) (0) 0,855**
**Uji Kolmogorov smirnov
IV.1.6 Hubungan Diabetes melitus dengan fungsi kognitif
Berdasarkan adanya riwayat diabetes melitus diperoleh 13(30,2%)
dengan MMSE yang terganggu dan yang tidak ada riwayat diabetes
melitu4s diperoleh 30 (69,8%) dengan MMSE yang terganggu. Hasil
analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan
(69)
Tabel 9. Hubungan diabetes melitus dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
Diabetes Melitus Ya Tidak 13 30 (30,2) (69,8) 9 23 (28,1) (71,9) 0,843* *Uji Chi square
IV.1.7 Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Berdasarkan adanya riwayat hipertensi diperoleh 17(39,5%)
dengan MMSE yang terganggu dan tidak ada hipertensi 26(60,5%)
dengan MMSE yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan penurunan fungsi kognitif (p=0,012).
Tabel 10. Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
Hipertensi Ya Tidak 17 26 (39,5) (60,5) 22 10 (68,8) (31,2) 0,012* *Uji Chi square
(70)
Gambar 8 . Grafik hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif
IV.1.8 Hubungan riwayat merokok dengan fungsi kognitif
Berdasarkan adanya riwayat merokok diperoleh 6(14,0%) dengan
MMSE terganggu dan tidak pernah merokok 37(86,0%) dengan MMSE
yang terganggu. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan signifikan antara merokok dengan penurunan fungsi kognitif (p=0,225).
(71)
Tabel 11. Hubungan Merokok dengan fungsi kognitif
Variabel MMSE p
Terganggu Tidak terganggu
n (%) n (%)
Merokok Ya Tidak
6 37
(14,0) (86,0)
8 24
(25,0) (75,0)
0,225* *Uji Chi square
(72)
IV.2 PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan tujuan
untuk mengetahui hubungan ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif usia lanjut.
Pada penelitian ini dari 75 orang subjek penelitian diperoleh jumlah
total MMSE yang terganggu adalah 43 orang dengan pria 22 (51,2%) dan
wanita 21 (48.8%) dan MMSE yang tidak terganggu adalah 32 orang
dengan pria 15 (46,9%) dan wanita 17 (53,1%). Jumlah total ABI normal
adalah 15 orang dengan pria 8 (21,6%) dan wanita 7 (18,4%) sedangkan
ABI abnormal adalah 60 orang dimana pada pria didapati ABI ringan
sedang adalah 29 (78.4%) sedangkan pada wanita dengan ABI ringan
-sedang adalah 31 (81.6%)
Pada penelitian ini subjek penelitian adalah sebanyak 75 orang.
Dengan usia dimulai dari 60 tahun keatas. Dari penelitian ini didapati
distribusi subjek penelitian berdasarkan fungsi kognitif dimana subjek
dengan ABI normal (>0.90) dengan MMSE yang terganggu sebanyak 6
orang (14,0%), ABI ringan (0.75 – 0.90) dengan MMSE yang terganggu
sebanyak 35 orang (81,4%), ABI sedang (0.40 – 0.75) dengan MMSE
yang terganggu sebanyak 2 orang (4,7%).
Pada penelitian Sugawara (2010) Dengan menggunakan tonometic
sensor yang dilakukan pada 388 subjek usia 60 tahun keatas, pria 139
dan wanita 249 didapati ABI yang rendah merupakan faktor resiko fungsi
(73)
to 7.82). Penelitian Woo (2006) pada subjek sebanyak 3998, umur ≥ 65 thn. Diperoleh MMSE < 24 signifikan berhubungan dengan ABI < 0,9.
Pada penelitian Tapiheru (2008) dari 35 sampel didapati 21 orang pria
(60%) dan 14 orang (40%) wanita , disimpulkan bahwa ada hubungan
korelasi positif antara nilai ABI dengan nilai MMSE dimana p=0.0001 dan r
= 0,926. Dengan menggunakan alat Handheld Doppler device 8 Mhz Doppler Probe.
Pada penelitian ini diperoleh distribusi subjek penelitian
berdasarkan nilai ABI, dimana dari 37 pria, didapati 8 orang (21,6%) yang
memiliki nilai ABI normal sedangkan 28 orang (75,7%) yang memiliki nilai
ABI ringan dan 1 orang (2,7%) memiliki nilai ABI sedang. Pada 38
perempuan diperoleh 7 orang yang memiliki nilai ABI normal, 29 orang
(76,3%) memiliki nilai ABI ringan dan 2 orang (5,3%) memiliki nilai ABI
sedang.
Pada penelitian Migliacci 2008 dari pengukuran ABI yang dilakukan
dengan palpasi pada 205 orang didapati nilai ABI abnormal (<0,9)
sebanyak 40 orang dan nilai ABI normal (>0,9) sebanyak 156 orang,
sisanya tidak teraba.
Penelitian ini berdasarkan MMSE yg terganggu diperoleh nilai ABI
yang normal 6 orang (14,0%),nilai ABI ringan 35 orang (81,4%) dan nilai
ABI sedang 2 orang (4,7%). Sedangkan dari MMSE yang tidak terganggu
diperoleh 9 orang (28,1%) dengan nilai ABI normal, nilai ABI ringan 22
(74)
Penelitian Sugawara 2010 diperoleh MMSE <24 dengan nilai ABI
<0,9 dengan OR 3,19, 95% CI = 1,30 – 7,82.
Penelitian ini berdasarkan hubungan jenis kelamin dengan fungsi
kognitif diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin
dengan fungsi kognitif pada usia lanjut (p=0.713)
Pada penelitian Tapiheru 2008 menunjukkan tidak adanya
perbedaan nilai rerata MMSE yang signifikan antara kelompok subjek pria
dan wanita dengan p=0,526.
Pada penelitian Paul 2010 dengan subjek penelitian 1225 orang
diperoleh persentase gangguan fungsi kognitif lebih tinggi pada wanita
sebanyak 98 orang (11,4%) dibanding pria 19 orang (5,2%). Hal ini
berhubungan dengan faktor depresi.
Pada penelitian ini berdasarkan nilai ankle brachial pressure index dengan fungsi kognitif menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara nilai ABI dengan penurunan fungsi kognitif (p=0.855)
Pada penelitian Laurin 2007 di peroleh bahwa nilai ABI yang
rendah sangat lemah bila dihubungkan dengan demensia Alzheimer (HR
1,57 ; 95% CI 0,98 – 2,53) tetapi ABI yang rendah berhubungan signifikan
dengan peningkatan resiko terjadinya demensia vaskular (HR 1,66 ;
95%CI 1,16 – 2,37) khususnya pada pembawa apolipoprotein E є4 allele. Pada penelitian ini tidak diperoleh hubungan yang signifikan antara
(1)
LAMPIRAN 4
Metode Pengukuran ABI
(2)
LAMPIRAN 5
NILAI SKOR MINI MENTAL STATE EXAMINATION
Identitas pribadi
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Suku
:
Pendidikan
:
Pekerjaan
:
Alamat
:
No Tes
Nilai
Max
Nilai
1
2
Orientasi:
Sekarang (tahun), (Musim), (Bulan), (Tanggal), (Hari)
Kita berada dimana sekarang? (negara), (Propinsi), (Kota), (RS),
(Lantai/Kamar)
5
5
3
Registrasi:
Sebutkan 3 buah nama benda (Apel, Meja, Koin), tiap 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tadi . Nilai 1 untuk tiap nama benda yang
benar . Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan dengan benar dan catat
jumlah pengulangan
3
4
Atensi dan Kalkulasi:
Kurangi 100-7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentika setelah 5
jawaban. Atau suruh pasien mengeja terbalik kata “WAHYU” (Nilai diberi
pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya UYAHW =2)
5
5
Mengingat Kembali (RECALL)
:
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas
3
6
7
8
9
Bahasa:
Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku)
Pasien disuruh mengulang kata-kata “ namun” ,“tanpa”, “bila”
Pasien disuruh melakukan perintah :” Ambil kertas ini dengan tangan anda,
lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah “ PEJAMKANLAH MATA
ANDA”
2
1
3
1
10
Pasien disuruh menulis spontan
1
11
Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini
1
Total
30
Skor : Nilai 24-30
= Normal
Nilai 17-23
= Probable gangguan kognitif
Nilai 0-16
= Definite gangguan kognitif
(3)
LAMPIRAN 6
SKALA DEPRESI GERIATRIK 15 (Yesavage)
Pilihlah jawaban yang paling tepat, yang sesuai dengan perasaan anda
dalam satu minggu terakhir
1. Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?
Ya
Tidak
2. Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau
kesenangan anda?
Ya
Tidak
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
Ya
Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan?
Ya
Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat?
Ya
Tidak
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yg buruk akan terjadi pada anda?
Ya
Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya
Tidak
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
Ya
Tidak
9. Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada keluar dan
mengerjakan sesuatu yang baru ?
Ya
Tidak
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat
anda dibanding kebanyakan orang?
Ya
Tidak
11. Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya
Tidak
12. Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?
Ya
Tidak
13. Apakah anda merasa anda penuh semangat?
Ya
Tidak
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
Ya
Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari pada
anda?
Ya
Tidak
Skor : Hitung jumlah jawaban yang tercetak tebal dan huruf besar
Setiap jawaban bercetak tebal dan berhuruf besar mempunyai
nilai 1
Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi
(4)
(5)
LAMPIRAN 7
Data Pasien
NO NAMA UMUR SEX SUKU LAMA
PENDIDIKAN (tahun) ABI KANAN ABI KIRI MINIMAL ABI MMSE
1 Teryam B 68 wanita Karo 13 0.88 1.05 0.88 29
2 Bukit F K 60 Pria Karo 13 0.94 0.83 0.83 30
3 Samin G 68 Pria Karo 15 1.00 0.90 0.90 27
4 Herman T 60 Pria Karo 4 0.89 0.88 0.88 22
5 M.Nur 78 Pria Aceh 9 0.95 0.87 0.87 29
6 Ngatur G 62 Wanita Karo 9 1.06 0.90 0.90 28
7 Emma S 66 Wanita Batak 6 0.87 0.87 0.87 22
8 Trip 70 Pria Karo 6 0.83 0.99 0.83 23
9 Norman S 67 Wanita Karo 6 0.89 0.93 0.89 21
10 Ndobah T 75 Wanita Karo 15 0.88 0.86 0.86 26
11 Florida M 69 Wanita Batak 9 0.88 0.92 0.88 29
12 Malem U G 70 Pria Karo 15 0.95 0.89 0.89 26
13 Umur G 66 Pria Karo 15 0.98 0.94 0.94 28
14 Porman H 63 Wanita Batak 9 0.92 0.86 0.86 26
15 Sarimin D 58 Wanita Batak 9 0.86 0.85 0.85 24
16 Sartim S 60 Wanita Karo 4 0.83 0.97 0.83 25
17 Rosma br P 65 Wanita Batak 15 0.88 0.85 0.85 26
18 Kesenangan 65 Wanita Karo 12 0.85 0.87 0.85 26
19 Remesti P 66 Wanita Batak 9 0.87 0.92 0.87 26
20 Mutiara S 68 Wanita Batak 9 0.97 0.84 0.84 23
21 Roslina S 75 Wanita Batak 12 0.87 0.86 0.86 23
22 Pangarapen 77 Pria Karo 13 0.94 0.85 0.85 27
23 Rasta S 68 Pria Batak 8 0.86 0.88 0.86 27
24 Karmaini H 79 Wanita Batak 9 0.87 0.90 0.87 23
25 Sunaida 61 Wanita Jawa 12 0.84 0.86 0.84 23
26 Kariman 67 Pria Jawa 9 0.90 0.83 0.83 23
27 Surnaida D 62 Wanita Jawa 13 0.84 0.85 0.84 27
28 Jahira 63 Pria Batak 15 1.15 1.03 1.03 26
29 Adiman 63 Pria Batak 15 1.11 0.88 0.88 29
30 Kasriani S 65 Wanita Batak 3 1.11 0.88 0.88 26
31 Nikmat 76 Pria Karo 14 0.88 0.95 0.88 24
32 Rosdiana 63 Wanita Karo 7 1.19 1.35 1.19 28
33 Suriani 66 Wanita Jawa 5 1.06 0.87 0.87 28
34 Merdeka S 70 Wanita Karo 9 0.82 0.79 0.79 29
35 Ruyun 65 Wanita Batak 14 0.87 0.73 0.73 29
36 Waineri 63 Wanita Minang 12 0.78 0.73 0.73 27
37 Rasta S 69 Wanita Batak 12 0.69 0.68 0.68 20
38 Penina S 77 Wanita Batak 12 0.78 0.90 0.78 29
39 Abdul M 80 Pria Batak 5 0.90 0.98 0.90 29
40 Victor 67 Pria Batak 14 1.00 0.83 0.83 24
41 Mangantar 74 Pria Batak 6 0.90 0.93 0.90 23
42 Sutan 74 Pria Batak 9 0.90 0.91 0.90 28
43 Elida H 75 Wanita Batak 15 0.96 0.87 0.87 25
44 Sergius S 65 Pria Batak 15 0.96 0.85 0.85 16
45 Naik S 70 Wanita Karo 12 1.28 0.81 0.81 22
(6)
47 Nurhanuddin 73 Pria Batak 12 0.82 1.06 0.82 29
48 Rela B 66 Pria Karo 4 1.08 0.90 0.90 30
49 Utomo 69 Pria Melayu 14 1.02 0.83 0.83 28
50 Tersek T 68 Wanita Karo 4 1.07 1.09 1.07 29
51 Ismail 65 Pria Melayu 9 0.92 0.90 0.90 4
52 Janerin 65 Pria Aceh 14 1.28 0.88 0.88 26
53 Kursi S 82 Wanita Karo 6 0.90 0.95 0.90 22
54 Maju S 80 Pria Batak 4 0.89 0.88 0.88 22
55 Buyung 67 Pria Karo 10 0.95 0.93 0.93 29
56 Tawar 74 Wanita Karo 12 1.06 1.05 1.05 28
57 Tarida S 74 Wanita Karo 8 0.87 0.88 0.87 22
58 Jumor 75 Pria Karo 8 0.83 0.99 0.83 23
59 Mardawati 78 Wanita Batak 4 0.89 0.93 0.89 21
60 Sentosa B 73 Pria Karo 12 0.82 1.06 0.82 29
61 Willer 66 Pria Batak 12 1.08 0.90 0.90 30
62 Marisi M 69 Pria Batak 13 1.02 1.00 1.00 28
63 Pitana S 67 Wanita Batak 4 1.00 1.09 1.00 27
64 Sumarto 65 Pria Jawa 10 0.95 0.90 0.90 27
65 Benti 68 Wanita Batak 13 0.95 1.06 0.95 29
66 Tiurmaida A 60 Wanita Batak 13 0.93 0.91 0.91 30
67 Marzuki 69 Pria Aceh 15 0.90 0.90 0.90 28
68 Benni Ta 60 Pria Karo 4 0.89 0.87 0.87 22
69 Kosmos 78 Pria Karo 9 0.95 0.92 0.92 29
70 Surpinem 76 Wanita Jawa 15 0.88 0.85 0.85 26
71 Sarti 69 Wanita Jawa 10 0.88 0.93 0.88 29
72 Sudarto 70 Pria Jawa 15 0.95 0.87 0.87 25
73 Jono 66 Pria Jawa 15 0.98 0.93 0.93 27
74 Dewi 63 Wanita Karo 9 0.91 0.80 0.80 26
75 Benni T 71 Pria Batak 9 0.98 0.95 0.95 27