Pedoman wawancara dalam penelitian ini:
Tabel 2 Pedoman Wawancara
Tema Target jawaban
Pertanyaan
I. Kesurupan secara umum
Untuk mendapatkan
informasi tentang
pandangan subjek terhadap peristiwa kesurupan dalam
kesenian jathilan di Kepuh PK= Bagaimana anda
memandang peristiwa
kesurupan dalam
kesenian jathilan di
Kepuh? Untuk
mendapatkan informasi
mengenai berbagai hal yang subjek
rasakan sebelum, saat dan sesudah
mengalami kesurupan
PR= Apa yang anda rasakan sebelum, saat
dan sesudah mengalami kesurupan?
Untuk mendapatkan
informasi mengenai dampak kesurupan
yang dialami
subjek dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkup
diri sendiri,
lingkup keluarga maupun lingkup
kehidupan bermasyarakat PL=
Apa dampak
kesurupan yang anda alami dalam kehidupan
sehari-hari? 30
II. Kesurupan yang
tidak sesungguhnya
kesurupan pura-pura
Untuk mengkroscek apakah subjek benar mengalami
kesurupan sesungguhnya PK=
Apakah anda
pernah melakukan
kesurupan pura-pura?
Untuk mendapatkan
informasi tentang berbagai hal yang dirasakan subjek
ketika melakukan kesurupan pura-pura.
PR= Bagaimana
perasaan anda ketika njathil dan melakukan
kesurupan pura-pura?
Untuk mendapatkan
informasi mengenai dampak kesurupan pura-pura dalam
perilaku keseharian subjek dalam lingkup diri sendiri,
lingkup keluarga maupun lingkup
kehidupan bermasyarakat
PL= Berdampak apakah dalam
perilaku keseharian anda ketika
mengalami kesurupan
pura-pura?
III. Kesurupan dalam
kesatuan dalam
kesenian jathilan
Untuk mendapatkan
informasi apakah kesurupan dimaknai
sama seperti
jaman dahulu
yang melibatkan
kesurupan sebagai suatu kesatuan
PK= Menurut anda, fenomena
kesurupan dalam kesenian jathilan
merupakan suatu
kesatuan yang utuh atau tidak?
31
Untuk mendapatkan
informasi tentang berbagai perasaan yang dirasakan
subjek ketika mengalami kesurupan
dan tidak
mengalami kesurupan
sewaktu njathil. PR=
Bagaimana perasaan anda sewaktu
mengalami kesurupan
dan tidak mengalami kesurupan
sewaktu njathil?
Untuk mendapatkan
informasi tentang berbagai dampak dalam keseharian
subjek ketika mengalami kesurupan
dan tidak
mengalami kesurupan
sewaktu njathil.
dalam lingkup diri sendiri, lingkup
keluarga maupun lingkup kehidupan bermasyarakat
PL= Apa
dampak dalam
perilaku keseharian anda terkait
dengan mengalami
kesurupan dan tidak mengalami
kesurupan sewaktu njathil?
IV. Motivasi yang
mendorong penari
jathilan Untuk
mendapatkan informasi tentang berbagai
hal yang membuat subjek tetap mau njathil hingga
kesurupan. PK=
Apa yang
membuat anda tetap mau
njathil hingga
kesurupan? 32
sehingga tetap
mau njathil hingga
kesurupan Untuk
mendapatkan informasi tentang berbagai
hal yang subjek rasakan terkait
dengan profesi
subjek yang tetap mau njathil hingga kesurupan.
PR= Apa yang anda rasakan
ketika anda
tetap mau
njathil hingga kesurupan?
Untuk mendapatkan
informasi tentang berbagai dampak
dalam perilaku
keseharian subjek terkait dengan
kegiatan njathil
hingga kesurupan
yang subjek
alami. dalam
lingkup diri sendiri, lingkup keluarga maupun lingkup
kehidupan bermasyarakat PL=
Setelah anda
kesurupan, apakah hal tersebut mempengaruhi
perilaku dalam
keseharian anda?
V. Dampak kesehatan dari
kesurupan Untuk
mendapatkan informasi
tentang bagaimana
subjek memaknai setiap dampak
kesehatan yang dialami saat kesurupan
PK= Apa dampak bagi kesehatan anda terkait
dengan peristiwa
kesurupan yang anda alami?
33
Untuk mendapatkan
informasi tentang berbagai hal yang subjek rasakan
ketika mengetahui dampak bagi kesehatan subjek dari
peristiwa kesurupan yang subjek alami.
PR= Apa yang anda rasakan
ketika mengetahui
dampak bagi kesehatan anda
dari peristiwa
kesurupan yang anda alami?
Untuk mendapatkan
informasi tentang pengaruh bagi
perilaku dalam
keseharian subjek, terkait dengan dampak peristiwa
kesurupan bagi kesehatan. PL= Terkait dengan
dampak peristiwa
kesurupan bagi
kesehatan, apa
pengaruh hal tersebut bagi perilaku dalam
keseharian anda?
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah para penari jathilan dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh, Desa Kepuharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY. Pemilihan subjek dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan subjek berdasarkan pada kriteria
tertentu yang ditentukan oleh peneliti Sulistyo, 2006. Hal ini bertujuan agar peneliti tetap fokus pada konteks penelitian, yaitu penari jathilan khususnya
34
dalam kelompok jathilan Turonggo Jati Manunggal di Dusun Kepuh dengan kriteria:
1 Tidak dibatasi usia dan jenis kelamin 2 Waktu njathil cukup lama lebih dari 5 tahun
3 Mengalami kesurupan ketika njathil, dengan kriteria: - Penari mengalami hilang kesadaran saat kesurupan dan mencapai
stadium incorporation yang tidak mengingat apa saja yang dialami saat kesurupan.
- Mengalami gejala sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan,
dan ngantuk; saat kesurupan tidak bisa mengendalikan diri dan hilang kesadaran; dan setelah kesurupan penari kembali sadar dan dapat
merasakan efek dari kesurupan yang dilakukan seperti badan lemas, kelelahan, dan cidera fisik badan lebam, lecet, namun tidak bisa
mengingat apa saja yang terjadi saat kesurupan. - Melakukan adegan-adegan ekstrim saat kesurupan dan memakan
makanan yang tidak lazim bunga, dupa, beling, dll.
D. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara mendalam. Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Moelong 2007 mengatakan bahwa wawancara itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
35
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Wawancara yang mendalam bertujuan untuk
mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya dan mendalam dalam mengungkap pemaknaan para penari jathilan yang pernah mengalami
kesurupan terhadap fenomena kesurupan tersebut yang direfleksikan dalam pengalaman-pengalaman mereka.
Adapun metode wawancara mendalam yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara
tersebut dilakukan secara informal dan menggunakan pedoman umum wawancara. Menurut Patton dalam Poerwandari, 2005, wawancara
informal merupakan wawancara yang didasarkan sepenuhnya pada perkembangan pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi
ilmiah. Sedangkan wawancara dengan pedoman umum, yaitu proses wawancara dimana peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang
bersifat umum dengan mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan
eksplisit. Dengan kata lain, penggunaan teknik wawancara ini sangat tergantung pada kondisi saat melakukan pengambilan data dan
tergantung pada kebutuhan dalam pengambil data, oleh karena itu teknik wawancara ini bersifat fleksibel. Pedoman wawancara digunakan untuk
mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas sehubungan dengan fenomena yang diteliti, sekaligus menjadi daftar
pengecek untuk mengetahui apakah aspek-aspek yang relevan telah 36
dibahas atau diajukan sebagai pertanyaan. Proses pengambilan data yang diperoleh peneliti berupa rekaman wawancara yang diubah dalam bentuk
verbatim, untuk itu peneliti menggunakan media alat perekam dengan tujuan sebagi kroscek terhadap hasil wawancara kepada subjek.
E. Analisis Data
Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menganalisa data verbatim hasil wawancara adalah sebagai berikut:
1. Organisasi Data
Organisasi data merupakan tahap awal dari pengolahan dan analisis data. Data yang akan diorganisasi adalah data mentah berupa verbatim
hasil wawancara yang pada awalnya berupa rekaman. Data-data yang diorganisir juga termasuk data yang telah diberi kode spesifik, bagan, dan
catatan analisis. Data-data tersebut juga diorganisasikan sesuai dengan subjek masing-masing, dan juga disesuaikan dengan urutan pengambilan
data di lapangan. Organisasi data tersebut dilakukan agar peneliti dapat memperoleh kualitas data yang baik, dapat mendokumentasikan analisis
yang dilakuakan serta dapat menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian ini.
2. Pengkodean Data
Langkah selanjutnya setelah melakukan organisasi data adalah melakukan pengkodean. Langkah ini dilakukan untuk mengorganisasikan
37