Gambar 11 merupakan skema PJL untuk jasa air di Kecamatan Jailolo sebagai hasil yang dihasilkan dari analisis deskriptif dengan studi kasus dari
skema PJL yang pernah dilakukan di tempat yang telah menerapkan skema PJL untuk jasa air. Pemanfaat jasa air adalah PDAM Kabupaten Halmahera Barat
melalui pelanggan PDAM yang telah memanfaatkan air yang bersumber dari mata air sekitar mangrove mata air gurango diantara masyarakat desa Desa
Bobanehena, Desa Galala, Desa Guamaadu, Desa Gufasa, Desa Jalan Baru, dan Desa Gamalamo, jumlah pelanggan dari sumber mata air gurango berjumlah
1.697 Kepala Keluarga KK. Mekanisme pembiayaan dilakukan secara langsung melalui retribusi rekening air dari pelanggan PDAM kepada penyedia jasa
lingkungan dalam hal ini kelompok masyarakat rehabilitasi mangrove, kelompok masyarakat ini ditentukan oleh Pemerintah Desa Gamlamo yang merupakan
tempat dimana kegiatan rehabilitasi dilakukan. Dana dari retribusi air merupakan biaya yang digunakan sebagai pembayaran penanaman dan pemeliharaan
mangrove. Pada tahap selanjutnya dilakukan penyediaan bibit mangrove untuk ditanam pada kawasan yang menjadi zona resapan sumber mata air untuk
peningkatan kualitas dan kuantitas air baku dari mata air gurango. untuk lebih memudahkan proses koordinasi antara pihak PDAM dengan kelompok
masyarakat dalam hal penyediaan bibit, maka diperlukan keterlibatan dari para pemangku kepentingan stakeholder dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Badan
Lingkungan Hidup. Sedangkan untuk memediasi dan memfasilitasi semua kegiatan PJL yang nantinya diterapkan dan dijalankan diperlukan kepastian
hukum dari pemerintah daerah dalam hal ini DPRD Kabupaten maupun perencanaan dari BAPPEDA, BPDAS Ake Malamo dan Perguruan Tinggi
sebagai lembaga yang independen dalam merumuskan kebijakan maupun sebagai pendamping masyarakat, seperti yang dikemukakan dalam Perda Kabupaten
Halmahera Barat No 4 Tahun 2012 dalam pasal 16.
a. Skema pembayaran dan pendanaan PJL untuk jasa wisata mangrove
Potensi implementasi PJL dalam wisata hutan mangrove didukung oleh UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dan Permenhut No 22 tahun 2012
tentang pedoman kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam pada hutan lindung
. Dari kedua landasan hukum tersebut menjelaskan bahwa setiap penyelenggaraan kepariwisataan dan pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan
lindung harus memelihara kelestarian alam dan lingkungan, dengan tidak merusak lingkungan maupun fungsi utamanya. Pembayaran jasa lingkungan berupa
pengembangan wisata alam dapat menjadi solusi trade off antara kepentingan ekologi dan ekonomi Ekayani 2014. Pembayaran jasa lingkungan untuk wisata
mangrove di Kecamatan Jailolo dinilai potensial bila dilihat dari adanya pengelolaan yang telah dilakukan saat ini, dimana pengelolaan wisata mangrove
telah dikelolah pemerintah melalui Kanporabudpar Kabupaten Halmahera Barat maupun masyarakat yaitu dengan membentuk kelompok masyarakat yang
dinamakan kelompok masyarakat sadar wisata POKDARWIS. Pemanfaat yaitu dari jasa wisata mangrove adalah wisatawan. Mekanisme PES yang rencananya
dilakukan yaitu melalui kelompok masyarakat sadar lingkungan POKDARWIS yang memanfaatkan pendapatan dari sebagian tiket masuk yang dibayar oleh
wisatawan untuk kegiatan trecking di hutan mangrove sebagai mekanisme
pembayaran langsung. mekanisme pembiayaan diperoleh dari sebagian pendapatan dari tiket masuk merupakan biaya penanaman dan pemeliharaan
mangrove yang dikelola bersama-sama dengan pemerintah daerah melalui Kanporabudpar Kabupaten Halmahera Barat. Selanjutnya ditetapkan berapa
pembayaran biaya konservasi yang nantinya diberikan kepada masyarakat rehabilitasi mangrove provider di Desa Gamtala untuk menyediakan bibit yang
ditanam agar keanekaragaman hayati tetap terjaga, hal ini dilakukan bersama- sama melalui Pemerintah Desa Gamtala, Dinas Kehutanan dan Badan Lingkugan
Hidup. Sama halnya dengan skema PJL untuk jasa air, yang dapat memediasi dan memfasilitasi semua kegiatan PJL diterapkan dan dijalankan diperlukan kepastian
hukum dari pemerintah daerah dalam hal ini DPRD Kabupaten maupun perencanaan dari BAPPEDA, BPDAS Ake Malamo dan Perguruan Tinggi
sebagai lembaga yang independen dalam merumuskan kebijakan maupun sebagai pendamping masyarakat, hal ini yang telah diatur dalam Perda Kabupaten
Halmahera Barat No 4 Tahun 2012 dalam pasal 16 Gambar 12.
Sumber: modifikasi dari Pagiola Platais 2002 ; Herbert et al.2010
Gambar 12. Skema penerapan PJL untuk jasa wisata mangrove di Kecamatan Jailolo
b. Monitoring dan evaluasi
Menurut Pagiola dan Palatai 2008 monitoring terhadap program pembayaran jasa lingkungan terbagi menjadi dua, yaitu monitoring apakah
penyedia jasa lingkungan menjalankan perjanjian yang disepakati dan monitoring kegiatan yang dilakukan apakah telah meningkatkan jasa lingkungan yang
diinginkan. Untuk monitoring PJL di Kecamatan Jailolo dilakukan apakah penyedia jasa lingkungan menjalankan perjanjian yang disepakati seperti jumlah
Keterangan :
Alur Pembayaran Garis Service
Alur koordinasi
Jasa Lingkungan
Jasa wisata mangrove keanekaragaman hayati mangrove
Pemanfaat buyer
POKDARWIS
Wisatawan
Perguruan Tinggi Pemerintah Daerah
DPRD BAPPEDA
BPDAS Ake Malamo
Penyerahan Dana Tiket
masuk melalui Kanporabudpar
Mekanisme Pembayaran
penanaman dan pemeliharaan
emeliharaan
Mekanisme Pembiayaan
langsung dari tiket masuk
Dinas Kehutanan dan
BLH
Penyedia provider
Pemerintah Desa Gamtala
Kelompok Masyarakat rehabilitasi mangrove