36 Sedimentasi di waduk
C. OTONOMI DAERAH
1. Pengertian Otonomi Daerah UU No 32 Tahun 2004 menjelaskan bahwa otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Widjaja, 2005: 76.
2. Tujuan Otonomi Daerah Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah secara filosofis
memiliki dua tujuan utama yaitu: Produktivitas
lahan turun Pendapatan masyarakat
menurun
37 tujuan demokrasi sebagai instrumen pendidikan politik di
tingkat lokal tujuan kesejahteraan untuk terus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal melalui penyediaan pelayanan publik secara efektif, efisien dan ekonomis.
Mardiasmo 2002: 59 menyatakan bahwa tujuan utama penyelenggaraan otonomi daaerah adalah untuk meningkatkan pelayanan
publik publik service dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama palaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, yaitu: 1 meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, 2 menciptakan efisiensi
dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, 3 memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat publik untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan. Menurut HAW Widjaja 2005: 76, Tujuan otonomi adalah
mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan ini yaitu
menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah dan
meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan. Dengan otonomi ini terbuka kesempatan bagi Pemda secara langsung membangun
kemitraan dengan publik dan pihak swasta daerah yang bersangkutan dalam berbagai bidang pula.
38 3. Alasan Adanya Otonomi Daerah
Mardiasmo 2002: 66 menjelasakan alasan yang mendasari pemberian otonomi daerah luas dan desentralisasi adalah:
Intervensi pemerintah pusat pada masa lalu yang terlalu besar telah menimbulkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektifitas
pemerintah daerah dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah.
Tuntutan pemberian otonomi muncul sebagai jawaban untuk memasuki era new game yang membawa new rules pada semua
aspek kehidupan di masa mendatang. Pada suatu era dimana globalization
cascade semakin
meluas, pemerintah
akan kehilangan kendali pada banyak persoalan seperti perdagangan
internasional, informasi, ide serta transaksi keuangan. 4. Landasan Hukum Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
Landasan pokok penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dimana di dalamnya terdapat pula penyelenggaraan pembangunan daerah adalah UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam implementasi, peraturan perundangan ini memiliki sejumlah keterkaitan dengan peraturan
perundangan lain. Beberapa yang terpenting adalah: a. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah yang secara prinsip mengatur tentang prinsip
kebijakan perimbangan
keuangan, dasar
pendanaan pemerintahan daerah, pendapatan asli daerah, dana perimbangan
39 DBH, DAU, dan DAK, lain-lain pendapatan pendapatan hibah dan
pendanaan dana darurat, pinjaman daerah, pengelolaan keuangan dalam rangka desentralisasi, dana dekonsentrasi, dana tugas
pembantuan dan sistem informasi keuangan daerah. b. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang secara prinsip
mengatur kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara, penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, serta pelaksanaan dan
pertanggungjawaban pelaksanaannya, hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah, serta
pemerintahlembaga asing, hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, serta badan
pengelola dana, masyarakat, serta ketentuan pidana, sanksi administratif, dan ganti rugi.
c. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional SPPN yang secara prinsip mengatur seluruh proses
perencanaan pembangunan nasional yang meliputi ruang lingkup perencanaan
pembangunan nasional,
tahapan perencanaan
pembangunan nasional, penyusunan dan penetapan rencana, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana, data dan informasi,
sampai pada kelembagaan perencanaan pembangunan. d. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang secara
prinsip mengatur tentang pejabat perbendaharaan negara, pelaksana pendapatan dan belanja negaradaerah, pengelolaan uang, pengelolaan
40 piutang dan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan barang milik
negaradaerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban APBNAPBD, pengendalian intern pemerintah, penyelesaian kerugian negaradaerah,
dan pengelolaan keuangan badan layanan umum. e. UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung
Jawab Keuangan Negara yang secara prinsip mengatur tentang lingkup pemeriksaan dan pelaksanaan atas pengelolaan keuangan
negara, hasil pemeriksanaan dan tindak lanjut, pengenaan ganti rugi negara dan ketentuan pidana.
D. PENELITIAN SEBELUMNYA