40 piutang dan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan barang milik
negaradaerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban APBNAPBD, pengendalian intern pemerintah, penyelesaian kerugian negaradaerah,
dan pengelolaan keuangan badan layanan umum. e. UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung
Jawab Keuangan Negara yang secara prinsip mengatur tentang lingkup pemeriksaan dan pelaksanaan atas pengelolaan keuangan
negara, hasil pemeriksanaan dan tindak lanjut, pengenaan ganti rugi negara dan ketentuan pidana.
D. PENELITIAN SEBELUMNYA
1. Mudrajad Kuncoro dalam penelitiannya yang berjudul “ Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris Di Kalimantan Selatan 1993-1999 ”
memiliki kesimpulan bahwa menurut Tipologi Klassen, maka keberadaan Kabupaten Kotabaru merupakan daerah cepat maju dan cepat tumbuh.
Analisis LQ menunjukkan bahwa kabupatenkota di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sub-sektor unggulan dan penetapan kawasan andalan
berdasarkan persyaratan sektor unggulan dapat dipandang tepat. Berdasarkan analisis indeks spesialisasi menunjukkan bahwa adanya
kenaikan nilai rata-rata indeks spesialisasi kabupatenkota di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,11 yaitu dari 0,74 pada tahun 1993 menjadi
0,85 pada tahun 1999. 2. Liling Joko Suprapto 2005 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
perubahan struktur ekonomi dan basis ekonomi propinsi di Yogyakarta
41 tahun 1998-2004 implementasi pelaksanaan otonomi daerah” memiliki
kesimpulan bahwa berdasarkan hasil pengujian beda 2 mean didapat hasil bahwa hanya komponen Nij yang berbeda secara significant antara kedua
era tersebut, sedangkan komponen Mij, C’ij dan Aij tidak berbeda secara significant. Berdasarkan hasil analisis indeks konsentrasi didapat hasil pola
pertumbuhan ekonomi baik pada era sebelum maupun pada era otonomi daerah adalah semakin menyebar. Berdasarkan analisis indeks spesialisasi
didapat hasil bahwa pola pertumbuhan ekonomi baik pada era sebelum maupun pada era otonomi daerah adalah semakin menyebartidak
terspesialisasi. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sektor ekonomi basis antara kedua era tersebut. Dari analisis MRP didapat
hasil bahwa deskripsi sektor ekonomi potensial mengalami penurunan pada era otonomi daerah dikarenakan beberapa sektor tumbuh lebih lambat
dibanding sektor yang sama di wilayah nasional. Pada analisis Overlay, didapat sektor ekonomi unggulan pada era sebelum otonomi daerah adalah
sektor pertanian; bangunan; perdagangan; pengangkutan; keuangan; dan jasa-jasa, sedangkan pada era otonomi daerah sektor unggulannya adalah
listrik, gas dan air minum; bangunan; perdagangan; dan keuangan. 3. Dwi Setyo Utomo 2005 dalam penelitiannya yang berjudul “Identifikasi
dan Analisis Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Gunung Kidul Era Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah” memiliki kesimpulan bahwa
antara era sebelum dan sesudah atau selama pelaksanaan otonomi daerah, sektor basis di Kabupaten Gunung Kidul meliputi sektor pertanian dan
42 sektor pertambangan dan galian. Sektor yang mempunyai daya tumbuh
cepat meliputi sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor bangunankonstruksi. Sektor yang mempunyai daya saing lebih tinggi
meliputi sektor pertambangan dan galian dan sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor yang mempunyai pertumbuhan menonjol di Kabupaten
Gunung Kidul adalah sektor listrik, gas, dan air bersih. 4. Syahrul Saharuddin dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Ekonomi
Regional Sulawesi Selatan” memiliki kesimpulan bahwa berdasarkan analisis Shift Share, Secara umum produktivitas ekonomi regional Sulawesi
Selatan masih lebih rendah dibanding ratarata nasional, akan tetapi percepatan pertumbuhannya lebih baik daripada pertumbuhan tingkat
nasional. dari nilai LQ dan DLQ sektor pertanian tetap merupakan sektor basis dalam arti bahwa sektor pertanian memiliki daya saing yang relatif
tinggi.
43
KERANGKA PIKIRAN
Analisis Shift Share Analisis LQ Location Quotient DLQ
MRP Model Rasio Pertumbuhan Analisis Overlay
Indeks Spesialisasi
Identifikasi sektor ekonomi potensial Pati
Kebijakan pembangunan Pati
Pembangunan ekonomi Pati
PDRB meningkat
Kesejahteraan masyarakat Pati
DDL Daya Dukung Lahan TP Tekanan Penduduk
HDI Human Development Index
44 Sebelum pembangunan ekonomi di Kabupaten Pati dilaksanakan,
terlebih dahulu dilakukan perencanaan pembangunan ekonomi. Salah satu implementasi dari perencanaan pembangunan dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang potensial di Kabupaten Pati. Identifikasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode-metode
diantaranya Analisis Shift Share, Analisis LQ Location Quotient DLQ, MRP Model Rasio Pertumbuhan, Analisis Overlay, Indeks Spesialisasi,
DDL Daya Dukung Lahan, TP Tekanan Penduduk, dan HDI Human Development Index. Hasil identifikasi ini nantinya akan digunakan para
penentu kebijakan untuk membuat suatu kebijakan yang akan dilakukan untuk pembangunan ekonomi di Kabupaten Pati.
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di Kabupaten Pati ini diharapkan dapat meningkatkan PDRB Pendapatan Domestik Regional
Bruto Kabupaten Pati, sehingga pada akhirnya kesejahteraan masyarakat Pati akan tercapai secara adil dan merata.
F. HIPOTESIS