Sejarah Model NWP BMG 2007 Tahun 1904, Vilheim Bjerknes Norwegia

seperti NWP dan MOS. Prediksi di atas 3 hari biasanya disebut juga dengan extended forecast. • Long – range forecast prediksi jangka panjang yaitu prediksi cuaca untuk jangka waktu lebih dari 8,5 hari 200 jam. Biasanya ramalan komputer tidak akurat untuk memprediksi lebih dari 16 hari terutama untuk prediksi temperatur dan presipitasi.

2.2 Proses Prediksi Cuaca Numerik Prediksi cuaca merupakan suatu initial value

problem. Kondisi awal atmosfer pada waktu t dan t - ∆ t harus diketahui dengan benar untuk memprediksi suhu di waktu setelahnya t + ∆ t. Jadi, untuk membuat prediksi dari cuaca riil, harus dimulai dulu dengan observasi dari cuaca riil tersebut. Berikut ini merupakan tiga tahap proses prediksi cuaca Stull 2000 : 1. Pre – processing, dimana observasi cuaca dari berbagai lokasi dan waktu di seluruh dunia ditransf ormasi menjadi sebuah grid beraturan dari kondisi awal. 2. Prediksi cuaca secara terkomputerisasi, dimana pendekatan finite – difference persamaan pergerakan atmosfer diselesaikan. 3. Post – processing dilakukan untuk mengoreksi hasil prediksi dan untuk memproduksi produk tambahan lainnya.

2.3 Model Numerical Weather Prediction NWP

Model NWP adalah sekumpulan kode komputer yang mempresentasikan secara numerik persamaan-persamaan atmosfir, digunakan untuk memprediksi kondisi atau status atmosfir yang akan datang dengan menggunakan kemampuan komputer yang tinggi. Prediksiramalan cuaca dirumuskan dengan menyelesaikan persamaan pergerakan atmosfir. Persamaan–persamaan tersebut meliputi persamaan non-linier time-dependent differential parsial angin, temperatur, kelembaban dan tekanan.

2.3.1 Sejarah Model NWP BMG 2007 Tahun 1904, Vilheim Bjerknes Norwegia

didalam papernya” Weather Forecasting as a Problem in Mechanic and Physics” mengusulkan bahwa kemungkinan untuk memprediksi atmosfir dengan sekumpulan persamaan angin, temperatur, tekanan dan kelembaban. Pada tahun 1922, Lewis Fry Richardson Inggris dalam bukunya “Weather Prediction by N umerical P rocess” mendiskusikan tentang bagaimana persamaan – persamaan atmosfir dapat diselesaikan dengan kalkulator mekanik. Dia menduga bahwa sekitar 64000 orang dibutuhkan untuk bekerjasama dalam menghasilkan ramalan numerik. Dia juga mencoba untuk menghitung prediksi numerik perubahan tekanan di stasiun dengan menggunakan persamaan kontinyu. Untuk menghitung prediksi ramalan 6 jam dibutuhkan 6 minggu. Sayangnya, ramalan tekanan permukaan tidak sesuai besarnya dibandingkan dengan cuaca sesungguhnya perubahan tekanan sebesar 145 hPa dalam 6 jam. John von Neumann, penemu komputer modern dan Vladimir Zworykin, penemu utama televisi 1945 mengusulkan untuk mengembangkan model NWP dengan menggunakan komputer elektronik. Keinginan utama Zworykin adalah modifikasi iklim dan membutuhkan metode yang handal untuk menghitung sirkulasi umum seluruh atmosfir. Von Neumann bekerja bersama-sama dengan ahli meteorologi meliputi Carl-Gustav Rossby dan Jule Charney. Melalui pengembangan penyederhanaan persamaan disebut persamaan barotropik vorticity oleh Charney dan Von Neumann, ahli komputer elektronik ENIAC: Electrical Numerical Integrator and Calculator yang didirikan 1950 untuk menghitung ramalan tiga numerik di Amerika Utara. Pada waktu yang sama, Rossby kembali ke Swedia untuk memulai program NWP. Komputer elektronik di Swedia dinamakan BESK, yang merupakan komputer tercanggih pada saat itu, didirikan dan dioperasionalkan pada 1953. Akhir 1954, Meteorologi Swedia mampu menghasilkan ramalan rutin 3 harian 500 hPa dengan model barotropik. Melalui penemuan komputer yang canggih diawal 1960-an, operasional model multilayer atmosfir dapat dilakukan. Beberapa pusat operasional memulai untuk menjalankan model numerik global, regional untuk menyediakan ramalan beberapa hari hingga mingguan. Saat ini, banyak pusat meteorologi menggunakan model NWP dan super komputer untuk menghitung ramalan cuaca dalam 10 hari atau lebih ke depan. 2.3.2 Klasifikasi Model NWP M odel NWP dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori erdasarkan skala sistem atmosfir yang dihitung,, yaitu BMG 2007: 1. Model Klimatologi Model ini disebut juga General C irculation Models GCM. Model ini menggambarkan kondisi umum dari lapisan troposfir dan stratosfir dalam periode panjang. Dalam formulasi model, tidak banyak perbedaan dengan model skala sinoptik untuk perkiraan jangka menengah. Namun demikian, proses fisik seperti interaksi udara dan laut, sirkulasi benua, kandungan laut es dan proses stratosfir dibahas dengan teliti untuk menyediakan prakiraan jangka panjang. 2. Model Skala Sinoptik Model ini banyak digunakan oleh banyak pusat operasional di dunia untuk menghitung pra kiraan cuaca jangka menengah. Model ini dapat melingkupi domain global dan regional, tergantung pada aplikasi dan kemampuan komputasi di pusat meteorologi. Seringkali, model ini digunakan untuk memprediksi dan mengevaluasi sistem sinoptik seperti daerah tekanan tinggi, tekanan rendah palung, sistem frontal dan siklon tropik. 3. Model Skala Meso Model ini digunakan untuk memprediksi perubahan cuaca lokal dan sistem cuaca skala meso seperti sistem konvektif pada daerah rendah monsun dan sirkulasi land-sea breeze. 4. Model Khusus Model ini digunakan untuk tujuan khusus seperti penyelidikan proses skala mikro dalam awan cloud-resolving model dan arah turbulensi di atas gunung. M odel NWP juga dapat diklasifikasikan berdasarkan pada metode numerik yang digunakan menjadi sebagai berikut: 1. Model Grid Finite differential method M odel grid membagi atmosfir dalam kubus atau parcel udara. Semua nilai kontinyu temperatur, angin, uap lembab dsb digambarkan dengan sekumpulan nilai diskrit atau disebut nilai grid – point. Akibat gerakan udara dalam kubus, kemudian diprediksi berdasarkan kekuatan keaktifannya. Spasial kontinyu dan perubahan temporal disajikan pada pebedaan terbatas dalam pendekatan ini. Ukuran grid kotak atau jarak antara dua kotak menentukan resolusi model. Akurasi perkiraan model NWP pada prinsipnya akan meningkat jika resolusi model ditingkatkan. 2. Model Spectral Atmosfir digambarkan dengan basis fungsi series periodik. Model spectral disebut juga harmonik sperical dalam aplikasi model global. F ungsi sinus dan cosinus digunakan pada lokasi batas lateral dalam model regional,. Secara teori, pengembangan bidang fisik tertentu menggunakan harmonik atau deret fourier seharusnya menggunakan jumlah suku takterbatas infinite. Pada kegiatan operasional, hanya jumlah gelombang yang terbatas yang digunakan karena keterbatasan komputasi. Gelombang terkecil menentukan resolusi efektif model. 3. Model Elemen Terbatas Finite Model Elemen Terbatas digunakan dalam model komputasi dinamika fluida secara luas. M etode elemen terbatas secara fisik digambarkan menggunakan sekumpulan basis fungsi seperti halnya metode spectral , umumnya adalah polinomial order rendah. Area model dibagi ke dalam banyak elemen atau volume. 2.3.3 Persamaan Model NWP Persamaan yang digunakan dalam model NWP ada lima, yaitu BMG 2007 : Konservasi Momentum : Konservasi Energi : Konservasi Massa Persamaan Kontinu : Persamaan Status : Konservasi Kelembaban : Peramalan dengan menggunakan model NWP merupakan sebuah problem mengenai nilai kondisi inisial atmosfer, maksudnya adalah hasil peramalan yang baik tergantung pada kualitas kondisi inisial atmosfer, sementara itu kondisi atmosfer merupakan suatu hal yang sangat kom pleks dan dinamis. Asimilasi data adalah sebuah proses untuk membuat kondisi inisial atmosfer menjadi lebih sederhana, o leh karena itu, asimilasi data merupakan hal yang penting untuk meningkatkan mutu peramalan cuaca hasil model NWP dan kemudian menjadi faktor terpenting dalam peramalan model NWP belakangan ini KMA 2002. Kebanyakan teknik asimilasi berpengaruh besar dalam kecenderungan model untuk membuat kondisi status atmosfer seimbang selama proses prediksi. Status yang seimbang dari peramalan sebelum nya dapat digunakan sebagai ‘terkaan pertama’ dari kondisi awal untuk prediksi yang baru. Jika observasi cuaca yang baru disatukan dengan ‘terkaan pertama’, hasilnya disebut dengan analisis cuaca. Walaupun analisis cuaca merepresentasikan keadaan cuaca saat ini atau lampau bukan sebuah prediksi, hasil analisa tersebut biasanya tidak tepat sama dengan data observasi mentah karena hasil analisis sudah melewati tahap smoothing dan seimbang secara parsial Stull 2000. 2.4 Koreksi Prediksi Cuaca Sejumlah teknik statistik dapat diaplikasikan sebagai proses akhir untuk mengarahkan output model untuk lebih mendekati cuaca lokal. Dua metode statistik klasik yang sering digunakan yaitu Perfect Prog Method PPM dan Model Output Statistics MOS. Kedua metode tersebut menggunakan regresi statistik untuk menghubungkan input prediktor dengan output berbeda prediktan. Contoh dari prediktan adalah surface visibility, sementara itu prediktornya meliputi kelembaban relatif, kecepatan angin, dan presipitasi. Metode PPM menggunakan observasi sebagai prediktor untuk menjelaskan koefisien regresi sementara MOS menggunakan suatu model forecast. Jika koefisien regresi sudah diketahui, kedua model tersebut menggunakan model forecast sebagai prediktor. Regresi terbaik ditemukan dengan menggunakan data prediktor dan prediktan dalam banyak tahun. Metode PPM memiliki kelebihan yaitu metode ini tidak tergantung pada model prediksi khusus dan dapat digunakan segera setelah merubah model prediksi. Metode PPM menghasilkan nilai prediktan terbaik hanya ketika model menghasilkan prediktor yang sempurna yang sangat jarang terjadi. Keuntungan atau kelebihan dari metode MOS adalah jika ada kesalahan model sistematik bisa dikompensasi dengan regresi statistik. Kekurangan dari MOS adalah data output model yang dikumpulkan harus dalam banyak tahun dan sesuai secara statistik sebelum menghasilkan regresi yang dapat digunakan untuk prediksi selanjutnya. Baik MOS maupun PPM mempunyai kekurangan yaitu parameter statistik harus ditetapkan atau konstan. 2.5 Pola Curah Hujan di Indonesia Sirkulasi monsoon mempengaruhi jumlah curah hujan musiman secara tegas yang menghasilkan periode hujan jika angin berhembus menuju ke pantai pada waktu musim panas dan periode kering jika angin berhembus menuju ke lepas pantai pada waktu musim dingin. Ragam curah hujan musiman akibat monsoon sangat jelas di daerah Asia Tenggara seperti di Indonesia. Gambar 1. Peta sebaran pola curah hujan Indonesia Kadarsah 2007 Ada tiga pola curah hujan di Indonesia, yaitu Tjasyono 2004 : a. Pola curah hujan jenis monsoon Karakteristik dari jenis ini adalah distribusi curah hujan bulanan berbentuk “V” dengan jumlah curah hujan minimum pada bulan Juni, Juli atau Agustus. Saat monsoon barat jumlah curah hujan berlimpah, sebaliknya saat monsoon timur jumlah hujan sangat sedikit. Daerah yang mempunyai curah hujan jenis monsoon sangat luas terdapat di Indonesia. b. Pola curah hujan jenis ekuator Distribusi curah hujan bulanan memiliki dua maksimum. Jumlah curah hujan maksimum terdapat setelah ekuinoks. Tempat di daerah ekuator seperti Pontianak dan Padang mempunyai pola curah hujan jenis ekuator. Pengaruh monsoon di daerah ekuator kurang tegas dibandingkan pengaruh insolasi pada waktu ekuinoks. Ekuinoks adalah kedudukan matahari tepat di atas ekuator terjadi pada tanggal 21 Maret dan 23 September. Gambar 2 Geometri pergerakan bumi terhadap matahari Linacre Greets 2003

c. Pola curah hujan jenis lokal