Hubungan Warna Latar Terhadap Pencapaian Memori Jangka Pendek di SMP Muhammadiyah-3, Medan

(1)

HUBUNGAN WARNA LATAR TERHADAP PENCAPAIAN MEMORI

JANGKA PENDEK

DI SMP MUHAMMADIYAH-3 MEDAN

Oleh:

NOR ATIKAH BINTI NAGOOR

100100276

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Warna Latar Terhadap Pencapaian Memori Jangka Pendek di SMP Muhammadiyah-3, Medan

Nama : NOR ATIKAH BINTI NAGOOR Nim : 100100276

__________________________________________________________________

Dosen Pembimbing Dosen Penguji I

--- --- (dr.Sri Sofyani Sp A(K) ) (dr. Budi Irwan, Sp. KBD ) NIP. 19650828 199603 2004 NIP. 19671220 199703 1001

Dosen Penguji II

--- (dr. Syahril Rahmat Lubis, SpKK (K)) NIP. 19501022 198211 1001

Medan, Januari 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Dekan

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD.KGEH) NIP: 19540220 198011 1001


(3)

ABSTRAK

Memori Jangka Pendek (MJP) mempunyai kapasitas yang terbatas, dimana fenomena ini hanya mampu bertahan dalam beberapa saat hingga menit. (Guyton & Hall, 2006). Namun kapasitas MJP ini dapat ditingkatkan dengan beberapa teknik (Miller,1956). Kemampuan warna dalam menarik perhatian dan merangsang arousal dibuktikan mampu meningkatkan MJP. Banyak penelitian sebelumnya hanya mengkaji kesan warna objek terhadap MJP, namun pada modernisasi sekarang, penggunaan warna tidak hanya terbatas kepada warna objek saja.

Penelitian ini bersifat eksperimental. Sampel penelitian ini berjumlah 175 orang. Populasi penelitian ini adalah murid kelas regular di SMP Muhammadiyah-3, Medan. Waktu penelitian mulai dari bulan Oktober hingga November 2013. Data hasil penelitian diolah dengan Kruskal Wallis dan ujian Dunn Post Hoc

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara warna latar terhadap MJP pada anak dan remaja.

Berdasarkan hasil ujian Dunn Post Hoc menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan yang signifikan antara warna latar dan MJP. Namun, terdapatnya perbedaan yang bermakna antara objek dengan warna latar panas (merah) dengan objek dengan warna latar sejuk (biru dan hijau). Selain itu, terdapat juga perbedaan yang bermakna antara objek dengan warna latar panas yang konsisten (merah) dengan objek dengan warna latar campuran.

Dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan warna latar dan MJP. Namun, objek dengan warna latar panas (merah) lebih mudah diingat dibanding objek dengan warna latar sejuk (biru dan hijau). Selain itu, terdapat juga hubungan antara objek dengan warna latar panas yang konsisten (merah), lebih mudah diingat dibanding objek dengan warna latar campuran.


(4)

ABSTRACT

Short-Term Memory (STM) has a limited capacity, it last for few moments to minutes. (Guyton & Hall, 2006) However, STM capacity can be increased by several techniques (Miller, 1956). Color can attract attention and produce emotional arousal and both had been proven to increase STM. Many studies have been conducted but most of the studies focus on the effect of figure color rather than background color.

This is an experimental study. The numbers of Sample are 175 people. The populations in this research were SMP Muhammadiyah-3, Medan, student from the regular class. The study was conducted from October to November 2013. The data were analyzed based on Kruskal-Wallis and Dunn's post hoc test.

This study aim’s to examine the relationship between the background color and STM in children and adolescents.

Dunn's Post Hoc test shows that, there is no significant comparison between the background color and STM. However, there is significant comparison between the object surrounded by warm background color (red) with an object surrounded by cool background color (blue and green). In addition, there is also a significant comparison between objects consistently surrounded by warm background color (red) with object surrounded by different background color.

There is no relationship between background color and STM. However, the object with warm background color (red) is easier to remember than an object with cool background color (blue and green). In addition, objects with the consistent warm background color (red) are more memorable than the object with the mixed background color.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

karya tulis ilmiah ini berjudul hubungan warna latar terhadap pencapaian memori jangka pendek . Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku dekan FK USU.

2. dr. Sri Sofyani Sp A(K) selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Dosen penguji dr Budi Irwan Sp. KBD dan dr Syahril Rahmat Lubis SpKK (K) yang memberikan kritikan dan saranan yang membangun buat KTI penulis.

4. Ibu Maya, dosen dapartment biostatik Fakultas Kesehatan Masyarakan, dr Putri dan seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan.

5. Semua kakitangan dan siswa-siswi SMP Muhammadiyah- 3, Medan, yang telah banyak membantu penulis, sepanjang melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Kedua orang tua penulis, En Nagoor dan Pn Mesni, serta ahli keluarga yang lain yang tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.


(6)

7. Teman- teman sejawat, terutama Farhana, Darshini, izzat, Azima, Nabila, Nasrul, Siti Fatimah, Muiz, Romanah dan termasuk teman satu dosen pembimbing, yulisa atas masukan dan bantuannya dalam pengambilan data untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

8. Senior terutama En Jamali, yang sentiasa membantu dalam memberi masukan dan saranan. Teman satu kos (Nisa dan Kak Ida) yang turut membantu dalam proses mengedit karya tulis ilmiah ini.

9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Kepada semua pihak tersebut, penulis ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini.

Medan, 7 November 2013

Penulis,

NOR ATIKAH BINTI NAGOOR (NIM: 100100276)


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI . ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Memori ... 5

2.1.1. Definisi Memori ... 5

2.1.2. Model Memori ... 5

2.1.3. Klasifikasi Memori ... 8

2.1.4. Fisiologi Memori Jangka Pendek ... 10

2.1.5. Fisiologi Memori Jangka Panjang ... 14

2.2. Warna ... 17

2.2.1. Definifi Warna ... 17

2.2.2. Fisiologi Warna ... 17

2.2.2.1 Jalur Visual ... 20

2.2.2.2 Warna dan Emosi ... 22

2.2.3. Warna dan Memori ... 23

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 26

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 26

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 26

3.2.1. Variabel ... 26

3.2.2. Definisi Operasional ... 26

3.3. Teknik Pengukuran Variabel... 27

3.3.1. Cara Ukur ... 27

3.3.2. Alat Ukur ... 27


(8)

BAB 4. METODE PENELITIAN ... 29

4.1. Jenis Penelitian ... 29

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

4.2.1 Tempat penelitian ... 29

4.2.2 Waktu penelitian ... 29

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.3.1. Populasi ... 29

4.3.2. Sampel ... 29

4.3.2.1 Perkiraan Besar Sampel ... 30

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 31

4.4.1. Jenis Data ... 31

4.4.2. Cara Pengumpulan Data ... 31

4.4.3 Prosedur Kerja ... 32

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 34

5.1. Hasil penelitian……….. 34

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 34

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………. 34

5.1.3. Alur Penelitian ……… 35

5.1.4. Hasil Analisa Data ……….. 36

5.2. Pembahasan………... 43

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN………... 47

6.1. Kesimpulan………. 47

6.2. Saran………... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Memori Jangka Pendek & Memori Jangka Panjang 9

Tabel 2.2 Properti Sel Batang dan Sel Keruncup ... 19

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 35

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Umur ... 35

Tabel 5.3 Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Panas dengan Warna Latar Merah ... 36

Tabel 5.4 Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Panas dengan Warna Latar Kuning ... 37

Tabel 5.5 Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Sejuk dengan Warna Latar Hijau ... 37

Tabel 5.6 Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Sejuk dengan Warna Latar Biru ... 38

Tabel 5.7 Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Kontrol dengan Warna Latar Putih ... 38

Tabel 5.8 Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok dengan Warna Latar Campuran (Warna Panas & Kontrol) ... . 39

Tabel 5.9 Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok dengan Warna Latar Campuran (Warna Sejuk & Kontrol) ... 39

Tabel 6.0 Hasil uji normalitas data ... 40

Tabel 6.1 Hasil Uji Kruskal Wallis ... 41


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Model Memori Kerja ... 6

Gambar 2.2 Model Memori Manusia ... 7

Gambar 2.3 Sistem Memori yang ditemui pada Siput Aplysia ... 11

Gambar 2.4 Skema Habituasi & Sensitisasi pada Aplysia ... 13

Gambar 2.5 Skema Jalur Memori Jangka Panjang ... 16

Gambar 2.6 Kurfa Sensitisasi Tiga Jenis Sel Keruncup ... 18

Gambar 2.7 Neuron yang terdapat pada retina ... 20

Gambar 2.8 Jalur Visual ... 21


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembaran informed consent

Lampiran 3 Lembar Respon

Lampiran 4 Ujian Buta Warna Ishihara (Ishihara Colour Blind Test)

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

Lampiran 6 Ethical Clearance


(12)

ABSTRAK

Memori Jangka Pendek (MJP) mempunyai kapasitas yang terbatas, dimana fenomena ini hanya mampu bertahan dalam beberapa saat hingga menit. (Guyton & Hall, 2006). Namun kapasitas MJP ini dapat ditingkatkan dengan beberapa teknik (Miller,1956). Kemampuan warna dalam menarik perhatian dan merangsang arousal dibuktikan mampu meningkatkan MJP. Banyak penelitian sebelumnya hanya mengkaji kesan warna objek terhadap MJP, namun pada modernisasi sekarang, penggunaan warna tidak hanya terbatas kepada warna objek saja.

Penelitian ini bersifat eksperimental. Sampel penelitian ini berjumlah 175 orang. Populasi penelitian ini adalah murid kelas regular di SMP Muhammadiyah-3, Medan. Waktu penelitian mulai dari bulan Oktober hingga November 2013. Data hasil penelitian diolah dengan Kruskal Wallis dan ujian Dunn Post Hoc

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara warna latar terhadap MJP pada anak dan remaja.

Berdasarkan hasil ujian Dunn Post Hoc menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan yang signifikan antara warna latar dan MJP. Namun, terdapatnya perbedaan yang bermakna antara objek dengan warna latar panas (merah) dengan objek dengan warna latar sejuk (biru dan hijau). Selain itu, terdapat juga perbedaan yang bermakna antara objek dengan warna latar panas yang konsisten (merah) dengan objek dengan warna latar campuran.

Dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan warna latar dan MJP. Namun, objek dengan warna latar panas (merah) lebih mudah diingat dibanding objek dengan warna latar sejuk (biru dan hijau). Selain itu, terdapat juga hubungan antara objek dengan warna latar panas yang konsisten (merah), lebih mudah diingat dibanding objek dengan warna latar campuran.


(13)

ABSTRACT

Short-Term Memory (STM) has a limited capacity, it last for few moments to minutes. (Guyton & Hall, 2006) However, STM capacity can be increased by several techniques (Miller, 1956). Color can attract attention and produce emotional arousal and both had been proven to increase STM. Many studies have been conducted but most of the studies focus on the effect of figure color rather than background color.

This is an experimental study. The numbers of Sample are 175 people. The populations in this research were SMP Muhammadiyah-3, Medan, student from the regular class. The study was conducted from October to November 2013. The data were analyzed based on Kruskal-Wallis and Dunn's post hoc test.

This study aim’s to examine the relationship between the background color and STM in children and adolescents.

Dunn's Post Hoc test shows that, there is no significant comparison between the background color and STM. However, there is significant comparison between the object surrounded by warm background color (red) with an object surrounded by cool background color (blue and green). In addition, there is also a significant comparison between objects consistently surrounded by warm background color (red) with object surrounded by different background color.

There is no relationship between background color and STM. However, the object with warm background color (red) is easier to remember than an object with cool background color (blue and green). In addition, objects with the consistent warm background color (red) are more memorable than the object with the mixed background color.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memori jangka pendek (MJP) mempunyai kapasitas yang terbatas, dimana fenomena ini hanya mampu bertahan dalam beberapa saat hingga menit. (Guyton & Hall, 2006). MJP memainkan peranan yang penting dalam menyelesaikan masalah, membuat pertimbangan, fokus dalam aktivitas sehari-hari dan merancang tindakan yang akan kita lakukan (Sherwood, 2010). Berdasarkan penelitian Peterson (1959) dalam Mustafar & Dzulkifli (2010), mengenai durasi MJP, dijumpai responden dari penelitiannya mampu untuk mengingat kembali kira-kira 80% dari huruf-huruf yang diberikan, setelah dilambatkan selama tiga detik. Bagaimanapun, persentasi responden menurun sebanyak 10% setelah dilambatkan 18 detik. Namun, kapasitas MJP ini dapat ditingkatkan dengan beberapa teknik. (Miller, 1956)

Fokus/perhatian merupakan faktor yang memainkan peranan yang penting dalam proses mengingat. Fokus merujuk kepada proses memilih informasi yang tersedia disekitarnya dan membatasi jumlah informasi yang akan kita proses (Chun & Turk-Browne, 2007; Fougrie & Marois, 2009). Kesadaran (Consciousness) memainkan peranan yang penting dalam penyimpanan memori (Richardson, Engle, Hasher, Logie, Stoitzfas, 1996). Selain, kesadaran merujuk kepada kepedulian menyeluruh terhadap lingkungan dan diri sendiri. Melibatkan antaranya, rangkaian persepsi, pikiran, mimpi dan lain-lain lagi. (Sherwood, 2010). Fougnie & Marois (2009) menjelaskan, pencapaian memori akan menurun, apabila terjadinya gangguan fokus/ perhatian. Jadi dengan kata lain, informasi yang mendapat perhatian seseorang, akan lebih dapat dingat daripada yang tidak mendapat perhatian.

Warna mempunyai kemampuan dalam memberikan kesan positif dan negatif (Nijdam, 2005). Warna mampu meningkatkan fokus sesorang, dengan menghindari keadaan sekitar yang monotonus. Selain, membantu pelajar untuk


(15)

terus fokus melalui stimulasi mental dan seterusnya, meningkatkan produktivitas dan akurasi. Warna juga mampu dalam meningkatkan nama sekolah, menurunkan angka vandalism dan tingkah laku yang membingungkan (Daggett, Cobble, Gertel; 2008). Braun, Raatz & Schweinhart (2007) juga membenarkan bahwa, warna mempunyai kemampuan yang besar dalam meningkatkan fokus/perhatian. Berdasarkan penelitian mereka, mendapati yang membandingkan persentasi multimedia berwarna dan tidak berwarna, didapati persentasi multimedia yang menggunakan warna, mendapat perhatian atau fokus yang lebih dari peserta.

Sebagai contoh lain, Cabal (2005) turut menjelaskan hubungan warna dan memori, apabila kita di minta menyebutkan nama restoran makanan cepat saji yang mempunyai hubungan dengan warna kuning dan merah, rata-rata akan menyebutkan Mc Donald. Walaupun sebenarnya terdapat banyak restoran makanan cepat saji lain, yang juga turut menggunakan warna tersebut. Lee, Andrade & Palmer (2009) juga menyatakan, terdapatnya hubungan antara emosi warna. Sebagai contoh, apabila kita membaca buku yang mempunyai tulisan dan warna. Pada tugasan ini terdapatnya integrasi antara fungsi otak kanan dan otak kiri. Emosi mengaktifkan kerja otak kanan, sedangkan otak kiri akan memanipulasi tulisan dari buku, dan seterusnya menghasilkan makna. Integrasi antara otak kiri dan kanan, membantu dalam mempermudahkan lagi proses pembelajaran dan seterusnya meningkatkan kemampuan penyimpanan memori. Krebs (1985).

Banyak penelitian telah dilakukan untuk mengkaji kesan warna terhadap ingatan tetapi kebanyakan penelitian tersebut hanya berfokuskan kepada warna objek (figure color) bukan pada warna latar (background color). Berdasarkan penelitian sebelumnya juga, menyatakan bahwa warna mampu mempengaruhi ketajaman fokus/perhatian seseorang, lantas meningkatkan kemampuan dalam menyimpan informasi didalam sistem memori manusia. (Fougnie & Marois, 2009; Pan, 2009; Isarida, Takeo, Isrida, 2010).


(16)

Pada alam modernisasi kini, penggunaan warna tidak hanya terbatas kepada warna objek saja, akan tetapi juga digunakan pada warna latar. Jadi, penting untuk kita melihat apakah terdapatnya kesan antara warna latar dan prestasi memori jangka pendek.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah warna latar dapat mempengaruhi memori jangka pendek pada anak dan remaja.

1.3. Tujuan Penelitiaan 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui seberapa jauh peran warna latar terhadap memori jangka pendek pada Anak dan Remaja.

1.3.2 Tujuan khusus:

(1) Menentukan apakah warna latar berperan terhadap respon langsung yang diberikan oleh responden

(2) Menentukan apakah adanya perbedaan dari hasil memori jangka pendek responden diantara warna latar berwarna dan tidak berwarna

(3) Menentukan apakah warna latar memainkan peranaan terhadap pencapaian keseluruhan memori jangka pendek responden.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

- Sebagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang memberikan pengalaman Berguna untuk melakukan penelitian lainnya.

- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam bidang penelitian.

- Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan memori jangka pendek pada peneliti sendiri.


(17)

2. Bagi Responden

Dari hasil penelitian ini, responden dapat mengetahui salah satu cara yang boleh digunakan dalam meningkatkan kemampuan memori jangka pendek.

3. Tempat penelitian

Sebagai bahan masukan atau informasi tambahan dan juga evaluasi dalam rangka meningkatkan mutu pencapaian nilai akademik para pelajar.

4. Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Memori

2.1.1 Definisi Memori

Memori adalah penyimpanan dari pengetahuan yang diperoleh agar dapat diingat kembali (Sherwood, 2010). Selain itu, memori juga merupakan perubahan senyawa kimia pada pre-synaptik terminal dan post-syanaptik membrane. (Guyton & Hall, 2006)

2.1.2 Model Memori

Berbagai model telah diciptakan dalam usaha memahami dan menerangkan bagaimana sebenarnya memori manusia berkerja. Atkinson dan Shiffrin menerangkan, perjalanan informasi dari lingkungan yang kemudian melewati rangkaian sensori memori akan menstimulasi sistem perseptual. informasi ini selanjutnya, akan disimpan sebagai memori jangka pendek. Baddeley (2004) Sensori memori dapat menyimpan sejumlah informasi, namun ia hanya dapat bertahan dalam beberapa detik atau kurang. Fokus atau perhatian diperlukan dalam proses pembentukan memori. Iidaka, Aderson, Kumar, Cabeza & Fergus. (2011). Selain, pengulangan dan latihan berulang dapat meningkatkan kemungkinan pemindahan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Baddeley (2004)

Baddeley & Hitch (1974) telah melakukan eksperimen untuk membuktikan, tidak adanya interaksi antara memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Melalui penelitian ini, dilakukan tindakan memblokir memori jangka pendek pada subjek normal dengan meminta subjek untuk membaca urutan digit ketika melakukan tugas-tugas lain seperti belajar atau mencoba memahami sesuatu. Terdapatnya penurunan informasi yang diperoleh dari proses pembelajaran, seiring dengan peningkatan jumlah digit, yang secara langsung menerangkan tidak adanya interaksi antara memori jangka pendek dan memori jangka panjang.


(19)

Baddeley & Hitch juga menerangkan, memori jangka pendek sebenarnya melibatkan satu komplek sistem yang dikenali sebagai memori kerja (Working Memory). Memori kerja ini terdiri dari kontroler atensi/ perhatian yang juga dikenal juga sebagai sentral eksekutif. Sentral eksekutif ini dihubungkan dengan dua subsistem yaitu, Visuospatial sketsa (Visuospatial Skech-pad) dan lingkaran finologi (Phonological loop). Lingkaran Finologi mempunyai kapasitas dalam menyimpan memori untuk beberapa detik, selain digabung dengan proses rehearsal subvokal. Sistem ini juga berperanan dalam memanipulasi informasi yang diperolehi dalam bentuk pidato, bicara dan huruf. (Baddeley, 2004)

Visuospatial sketsa membenarkan manipulasi dan penyimpanan sementara gambar dan informasi ruangan/ spasial. Menurut Shallice (1988) dalam Baddeley (2004), sentral eksekutif menyediakan sistem kontrol perhatian/ attentional yang berguna untuk memori kerja dan untuk aktivitas lainnya. Sistem ini juga, mempunyai peranan yang penting dalam pemilihan strategi dan proses stimulus dalam pembelajaran yang efektif. (Baddeley, 2004)

Memori kerja ini juga dikenal sebagai papan tulis di otak, yang berperan dalam memperoleh dan menghubungkan berbagai jenis informasi yang berkaitan, melibatkan informasi yang terdapat di dalam simpanan memori atau dari sewaktu, dalam usaha mencari solusi suatu masalah. Memori kerja ini juga penting dalam menyelesaikan masalah, membuat pertimbangan, fokus dalam aktiviti harian dan merancang tindakan yang akan kita lakukan. (Sherwood, 2010)

Visuospatial Sketsa (Visuospatial

Sketch-pad)

Sentral Eksekutif

Lingkaran Finologi (Phonological

Loop)

Skema 2.1 Model memori kerja yang dicadangkan oleh Baddeley & Hitch (1974) (Sumber: The Psychology of Memory)


(20)

Skema 2.2 Model memori manusia yang dicadangkan oleh Arkinson dan Shiffrin (1968)

(Sumber: The Psychology of Memory)

.

Input dari Lingkungan Sekitar

Sensori register: -visual -auditori -Haptik (Sentuhan)

= persepsi

Tempat Penyimpanan jangka pendek:

Memori Kerja Sementara Kontrol proses:

-Latihan -membuat keputusan -memikirkan strategi

berulang-ulang

Tempat penyimpanan jangka Panjang: Memori Kerja Permanen


(21)

2.1.3 Klasifikasi Memori

2.1.3.1 Memori mempunyai tiga tingkatan,yaitu: 1. Memori Jangka Pendek (Stort Term Memori)

Memori jangka pendek ini disebabkan oleh perubahan sementara fungsi pre-synaptik, sehingga terjadi aktivitas syaraf yang berjalan terus menerus. Signal syaraf ini berjalan keliling di dalam sirkulasi secara sementara. Selain, Informasi yang di simpan disini, mempunyai dua kemungkinan, yaitu sama ada akan dilupakan atau dipindahkan ke simpanan memori jangka panjang. (Guyton & Hall, 2006; Sherwood, 2010)

2. Perantara Memori Jangka Panjang (Intermediate Long Term Memori) Sistem ini terjadi disebabkan terdapatnya perubahan sementara bahan kimia dan fisikal pada Pre-Synaptik terminal dan Post-Synaptik membrane. Memori yang tersimpan disini mampu bertahan selama beberapa menit hingga minggu dan akan hilang kecuali terbentunya jejak memori (Memory Trace) (Guyton & Hall, 2006)

3. Memori Jangka Panjang (Long Term Memory) Memori jangka panjang terjadi disebabkan oleh perubahan struktural dan

fungsi yang berlaku di pre- synape secara permanen, yang menyebabkan peningkatan sekresi neurotransmiter yang dilepaskan. Selain, memori yang disimpan disini, mampu bertahan dalam beberapa hari hingga tahun. (Guyton & Hall, 2006)


(22)

3.1.3.2 Klasifikasi Memori berdasarkan Jenis Informasi yang di Simpan.

1. Declarative Memori

Memori yang melibatkan, berbagai detail yang saling berinteraksi dengan memori lingkungan, waktu dan memori yang dibentuk dari pengalaman. (Guyton & Hall, 2006)

2. Skill Memori

Memori ini berhubungan dengan, aktivitas motorik sesorang. Sebagai contoh: Semua skil yang berhubungan dengan memukul bola tenis, yang selanjutnya membentuk automatik memori (AM). Sewaktu bermain, AM membantu dalam menghitung hubungan reket dan kecepatan bola. Sehingga terjadi pergerakan reflek tubuh, tangan, dan reket yang cepat untuk memukul bola tersebut. (Guyton & Hall, 2006)

Memori Jangka Pendek Memori Jangka Panjang

Waktu penyimpanan setelah informasi baru didapat

Langsung Kemudian.

Informasi harus melalui memori jangka pendek (MJP) sebelum dipindahkan ke Memori jangka panjang (MJP)

Durasi Bertahan selama beberapa

detik atau jam

Mampu bertahan selama beberapa hari hingga tahun

Kapasitas penyimpanan

Terbatas Sangat besar

Waktu yang dibutuhkan dalam mengingat kembali

Cepat Lambat kecuali memori yang sering

digunakan.

Ketidak mampuan dalam mengigat kembali

Permanen kecuali terjadi konsolidasi informasi, yang selanjutnya memindahkan


(23)

Tabel 2.1 Perbandingan Memori Jangka Pendek & Memori Jangka panjang

2.1.4 Fisiologi Memori Jangka Pendek (MJP)

Berdasarkan studi memori yang telah dilakukan oleh Kandel dan teman-temannya dengan menggunakan siput laut (Snail Aplysia), MJP dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu habituasi dan sensitisasi.

1. Habituasi

Habituasi terjadi apabila terdapatnya penurunan respon refleks tingkah laku terhadap stimulus, bila stimulus tersebut diulang-ulang. Pada kondisi normal, apabila sensori terminal di stimulus secara terus, tanpa stimulasi dari fasilitator terminal, aksi potensi yang terbentuk disini akan menyebabkan saluran kalsium terbuka, yang kemudian mengakibatkan kalsium masuk ke dalam sel. (Guyton & Hall, 2006). Masuknya kalsium ke dalam sel, akan mengaktivasi proses exocytosin neurotransmitter.

Pada mulanya, stimulasi yang dihasilkan akan meningkat, namun jika berterusan terpapar, respon yang diberikan terhadap stimulus akan menurun dan proses ini dikenali sebagai proses habituasi. Proses habitual ini, menyebabkan saluran kalsium tidak langsung terbuka, disaat aksi potensi tiba di pre-synaptik terminal. Pengurangan masuknya kalsium pada pre-synaptik terminal, menyebabkan penurunan jumlah neurotransmiter yang dibebaskan. Ini kemudian menyebabkan, penurunan potential post-synaptik berbanding normal. Penurunan ini juga, menyebabkan penurunan

informasi ke Memori Jangka Panjang Mekanisma

penyimpanan memori

Melibatkan perubahan sementara fungsi synaptik yang merubah jumlah neurotransmiter yang dibebaskan.

Melibatkan perubahan permanen fungsi dan struktur sehingga terjadinya


(24)

proses ini juga dapat menbenarkan manusia memberikan perhatian kepada stimulus lain yang lebih penting. (Sherwood, 2010)

Gambar 2.3 sistem memori yang telah ditemui dari siput Aplysia

2. Sensitisasi

Sensitisasi merupakan kebalikan dari proses habituasi. Sensitisasi terjadi apabila, terdapatnya peningkatan respon refleks terhadap ransangan yang menimbulkan bahaya, sehingga tubuh dapat menghindari ransangan tersebut.

Seperti Habitual, apabila terdapatnya aksi potensi yang dihasilkan pada pre-synaptik terminal, menyebabkan saluran kalsium terbuka. Masuknya kalsium (Ca²+) ion ini, akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter. Sensitisasi juga, akan mengaktivasikan kemasukan Ca²+ ion pada fasilitator terminal. Ini kemudian, menyebabkan pelepasan seratonin dilepaskan oleh fasilitator terminal, yang kemudian juga menyebabkan peningkatan cAMP secondary mesenger di antara pre-synaptik.

Peningkatan cAMP menyebabkan saluran kalium di pre-synaptik tertutup. Ini akan menyebabkan terjadinya, peningkatan kerja di aksi potensi di pre-synaptik terminal, dan akhirnya akan mengakibatkan saluran kalsium terus terbuka. Terjadinya peningkatan kalsium yang masuk ke dalam sel, akan mengakibatkan peningkatan output

Fasilitator Terminal

Sensori stimulus Sensori

terminal

Motor Neuron


(25)

neurotransmitter dan selanjutnya meningkatkan post-synaptik efferent neuron. Hal ini akan meningkatkan, terjadinya respon walaupun dari stimulus yang kecil. (Sherwood, 2010)


(26)

Habituasi (pada Aplysia) Sensitisasi (pada Aplysia)

Skema 2.4 Habituasi & Sensitisasi pada Aplysia (Sumber: Sherwood, 2010) Pengulangan stimulus

yang sama

Saluran Ca2+ pada pre-synaptik neuron dicegah dari terbuka

Kemasukan Ca2+

Output

neurotransmitter pada pre-synaptik

Post-synaptik

potential pada efferent neuron

Respon perilaku

Stimulus yang kuat / berbahaya

Seratonin dilepaskan dari fasilitasi interneuron

Cylic AMP pada pre-synaptik neuron

Saluran K+ pada pre-synaptic neuron diblokir

Peningkatan aksi potensi pada pre-synaptik neuron

Saluran Ca2+ pada pre-synaptik neuron tetap

terbuka

Kemasukan Ca2+

Output neurotransmitter pada pre-synaptik neuron

Post-synaptik potensi pada efferent neuron

respon perilaku pada stimulus yang kecil


(27)

2.1.5 Memori Jangka Panjang (MJP)

Modifikasi struktur dan fungsi pada pre-synaptik menyebabkan sistem ini menjadi lebih sensitif untuk melepaskan lebih banyak rangsangan potensi post-synaptik (excitatory postsynaptic potential). Perubahan sktruktur ini melibatkan, peningkatan tapak vesikel untuk pelepasan neurotransmitter, peningkatan jumlah vesikel transmiter yang dibebaskan, peningkatan jumlah pre-synaptik terminal, dan perubahan struktur dendrite yang menyebabkan pelepasan signal yang lebih kuat. Semua perubahan ini mendukung dalam pembentukan jejak memori jangka panjang. (Guyton & Hall, 2006) Proses penukaran informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang terjadi pada hipocampus. (Sherwood, 2010)

Proses ini dimulai apabila pre-synaptik terminal melepaskan glutamate sebagai respon terhadap aksi potensi yang terbentuk. Glutamate ini, kemudian berikatan pada dua jenis reseptor pada post-synaptik yaitu AMPA reseptor dan NMDA receptor. AMPA reseptor adalah saluran reseptor yang dimidiasi oleh zat kimia, yaitu glutamate. AMPA akan terbuka apabila berikatan dengan glutame, pembukaan reseptor ini membenarkan masuknya natrium (Na+) ion kedalam sel. Seterusnya, menyebabkan pembetukan rangsangan potensi post-synaptik (excitatory postsynaptic potential;EPSP) (Sherwood, 2010)

Sementara, NMDA reseptor adalah saluran reseptor yang membenarkan masuknya kalsium (Ca2+) ion apabila terbuka. Pada keadaan istirahat, magnesium (Mg2+) ion bertindak sebagai blokir kepada reseptor ini. Dua peristiwa yang berlaku secara bersamaan, diperlukan dalam usaha membuka NMDA reseptor yaitu pembebasan glutamate dari pre-synaptik terminal dan depolarisasi post-synaptik oleh AMPA reseptor. NMDA yang berikatan dengan glutamate, akan menyebabkan reseptor ini terbuka, namun, proses ini saja tidak cukup untuk membenarkan masuknya Ca2+ ion. Pembukaan reseptor ini juga, memerlukan depolarisasi dari post-synaptik neuron lain yaitu EPSP yang dibentuk dari AMPA reseptor. EPSP akan menyebabkan pengeluaran Mg+ ion dari reseptor NMPA. Proses pengeluaran Mg+ ion boleh berlaku dengan dua cara, yaitu melalui


(28)

pembentukan sementara EPSP atau dari proses depolarisasi dari post-synaptik seperti yang telah diterangkan sebelumnya. (Sherwood, 2010)

Apabila reseptor NMDA terbuka, hasil dari pembukaan bersama reseptor dan diikuti dengan pengeluaran Mg+ ion, menyebabkan Ca2+ ion masuk ke dalam post-synaptik sel. Masuknya ini, mengaktivasi Ca2+ secondary masenger pada neuron ini. Pembentukan Ca2+ secondary masenger, meningkatkan sensitisasi reseptor AMPA terhadap glutamate, dalam usaha menghasilkan lebih banyak EPSP. Peningkatan sensitisasi post-synaptik terhadap glutamate, membantu dalam mempertahankan memori jangka panjang seseorang. Selain itu, aktivasi dari Ca2+

secondary masenger ini juga, menyebabkan pembentukan parakrine retrograde yaitu nitrik oxide (NO) yang kemudianya, masuk ke pre-synaptik neuron. Proses ini, menyebabkan peningkatan pelepasan glutamate dari pre-synaptik neuron dan seterusnya menguatkan proses signal pada synape ini. Selain, juga berperan dalam mempertahankan memori jangka panjang. (Sherwood, 2010)

Modifikasi yang berlaku pada saat pembentukan memori jangka panjang bertahan lama. Hal ini, menyebabkan informasi diberikan dengan lebih efisien apabila di aktivasi pada masa bersamaan. Sebagai contoh, apabila kita merasa dan menghirup bau makanan yang sedang kita makan, mulut secara automatik akan menghasilkan air liur yang berlebihan. Bau aroma dan rasa tersebut akan menstimulasi air liur. Melalui pengalaman, neuron pada jalur ini mampu menghasilkan air liur hanya dengan menghirup bau yang sedap tersebut. (Sherwood, 2010)


(29)

Skema 2.5 kebarangkalian pathway untuk memori jangka panjang Sumber: (Sherwood, 2010)


(30)

2.2 Warna

2.2.1 Definisi Warna

Menurut kamus Dorland edisi ke dua puluh lima, warna adalah sifat permukaan atau substansi akibat absorbs berkas cahaya tertentu dan pemantulan berkas cahaya lainnya, yang berada dalam kisaran panjang gelombang (370 - 760 µm) yang mampu untuk meransang reseptor retina.

Pada tahun 1666, Isaac Newton telah menemukan apabila cahaya putih melewati suatu prisma, cahaya tersebut akan dipecahkan menjadi berbagai warna. Setiap warna ini, mempunyai gelombang yang tersendiri, yang kemudian tidak dapat dikecilkan lagi.Warna biasanya digambarkan dengan menggunakan jangka roda dengan segmen warna yang disusun dalam bulatan, sesuai kedudukannya sekiranya dihasilkan oleh prisma yaitu merah, oren, kuning, hijau, biru dan ungu. (Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., 2008)

2.2.2 Fisiologi Warna

Berdasarkan teori gelombang elektromagnatik dibawah merah (gelombang radio, gelombang infra merah) dan diatas ungu (ultraviolet, X-Ray, sinaran gamma) mempunyai dampak fisiologis pada manusia, maka disimpulkan, gelombang elektromagnetik spektum yang bisa dilihat oleh manusia juga mampu memberi dampak pada manusia. (Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., 2008)

Penglihatan manusia bergantung kepada stimulasi dari foto reseptor oleh cahaya. Pada manusia, terdapat empat jenis foto pigmen, terdiri dari satu sel batang dan tiga sel kerucut, yaitu masing-masing terdiri dari sel kerucut biru, merah dan hijau. Setiap foto pigmen mempunyai opsin tersendiri atau protein transmembran yang sensitif terhadap cahaya. Setiap foto pigmen ini mempunyai kemampuan dalam mengabsorb cahaya dengan panjang gelombong tertentu, semaksimal mungkin. Selain itu, foto pigment ini juga, mempunyai kemampuan mengabsorb cahaya dengan panjang gelombang yang pendek atau lebih panjang


(31)

dari puncak serapan (peak absorption). Semakin jauh jarak panjang gelombang dari puncak serapan (peak absorption), semakin berkurang respon yang diberikan oleh foto pigmen. (Sherwood, 2010)

Gambar 2.6 sensitisasi tiga jenis sel keruncup pada jarak gelombang yang berbeda. (sumber: Sherwood, 2010)

Gambar 2.6 diatas menunjukkan, kurfa absorbsi bagi ketiga-tiga sel keruncup yang saling bertindihan antara satu sama lain. Setiap sel keruncup ini, hanya mampu memberi respon terhadap spektrum cahaya yang tertentu saja dan ini membolehkan otak untuk membedakan respon dari setiap sel keruncup. Seterusnya, memungkinkan terjadinya penglihatan yang berwarna di siang hari. Manakala, pada malam hari, otak tidak mampu membedakan berbagai jarak panjang gelombang (wavelenght) yang diabsorb oleh sel batang. Hal ini kerena, rhodopsin atau protein transmembran yang sensitif terhadap cahaya pada sel ini, memberikan respon yang sama terhadap setiap panjang gelombang yang di terima. Jadi, sel batang ini, hanya mampu memberikan penglihatan dalam warna abu-abu dengan cara mendeteksi intensitas yang berbeda, bukannya perbedaan warna. (Sherwood, 2010)


(32)

Tabel 2.2 Properti bagi sel batang dan sel keruncup mata. (Sumber: Sherwood, 2010) Selanjutnya, bagi menjelaskan bagaimana sebenarnya manusia mampu melihat objek yang tidak menghasilkan cahaya seperti kerusi, pokok dan manusia. Objek-objek ini menggunakan berbagai pigmen untuk mengabsorb gelombang cahaya tertentu, yang dipacarkan kepada mereka dan akan mereflek gelombang yang tidak di absorb dari objek. Cahaya reflek yang dihasilkan pada permukaan ini, yang berperan dalam memberikan warna kepada objek. Sebagai contoh, terdapat satu objek yang berwarna biru, objek tersebut sebenarnya, mengabsorb dengan banyaknya gelombang berwarna merah dan hijau, dan mereflek gelombang berwarna biru yang akan diabsorp oleh foto pigmen mata yaitu sel kerucut biru, dan seterusnya mengaktifkan mereka. (Sherwood, 2010)

Seperti yang telah dijelaskan diatas, setiap sel kerucut hanya akan diaktifkan oleh gelombang cahaya yang tertentu, namun sel ini juga masih mampu mengabsorb berbagai derajat gelombang lain. Pengaktifan foto pigmen ini akan menghasilkan jalur paralel yang berbeda ke otak. Korteks visual primer merupakan senter yang bertanggung jawab dalam membedakan tipe warna dan seterusnya menghasilkan persepsi terhadap warna. Pada dasarnya, konsep warna itu terletak pada otak pemikiran setiap pemiliknya. Setiap dari kita, mempunyai persepsi yang sama, sesuai dengan warna yang kita lihat, karena setiap dari kita mempunyai tipe sel keruncup yang sama, yang juga mengunakan jalur yang sama ke otak. (Sherwood, 2010)

Sel Batang Sel Keruncup

Komposisi 120 miliar / retina 6 miliar / retina Sensitisasi Sangat sensitif Kurang sensitif Kekerapan

pengunaan

waktu malam Waktu siang

Penglihatan Penglihatan dalam warna abu-abu


(33)

2.2.2.1 Jalur Visual

Retina mempunyai dua jenis jalur (pathway) yaitu, jalur baru dan jalur lama. Sel keruncup digunakan pada jalur baru, manakala sel batang digunakan pada jalur lama. Sistem penglihatan manusia terjadi apabila, foto-reseptor didalam retina diaktifkan. Pada retina terdapat tiga jenis neuron utama, yaitu sel keruncup, sel bipolar dan sel ganglion. Selain, terdapat juga sel tambahan seperti sel horizontal dan sel amakrine. sel horizontal berfungsi dalam menghasilkan sinyal inhibitor, pada lapisan luar plexifrom, yaitu dari sel rod, sel keruncup hingga ke sel bipolar. Sel amakrin pula berfungsi dalam mentransmit sinyal yang diterimanya kepada dua arah, yaitu secara langsung kepada sel ganglion dan secara horizontal diantara lapisan luar plexiform dari axon sel bipolar ke dendrite sel ganglian atau sel amakrine. (Guyton & Hall, 2006)

Gambar 2.7 neuron yang terdapat pada retina (sumber:Scientific Research Society.)

Pada penglihatan yang mengunakan jalur lama, terdapat empat neuron yang terlibat di dalam sistem ini, yaitu Sel batang, sel bipolar, sel amakrin dan sel ganglion. apabila sel batang teraktifasi, sel batang akan menghasilkan sinyal, yang selanjutnya akan dihantar ke sel bipolar. Selanjutnya, dari sel bipolar, sinyal


(34)

melibatkan pathway baru, sel keruncup yang teraktivasi akan menghasilkan sinyal ke sel bipolar yang kemudiannya akan terus langsung ke ganglion sel. Selain, Sel horizontal juga akan melepaskan inhibitor, yang bekerja pada bagian lateral retina, bagi memastikan cahaya dapat difokuskan pada bagian tengah retina. Hal ini penting, dalam usaha meningkatkan ketajaman gambar objek yang akan diperolehi. (Guyton & Hall, 2006)

Selanjutnya, sel ganglion akan menghasilkan aksi potensi secara berterusan, yang kemudianya menghubungkan sinyal ini ke otak melalui serabut saraf optik. (Guyton & Hall, 2006)

Gambar 2.8 Visual Pathway (Sumber: Nature Reviews Neuroscience)

Gambar 2.8 diatas, menunjukkan perjalanan penglihatan manusia dari dua retina, yang akhirnya sampai ke visual kortek. sinyal syaraf penglihatan, akan meninggalkan retina melalui serabut saraf optik. Pada optik chiasm, serabut saraf optik ini akan menyilang ke bagian sisi yang bertentangan, yang kemudian, akan bergabung dengan saraf yang dihasilkan oleh retina yang satu lagi. Sinyal dari setiap jalur optik akan bersynapse pada nukleus dorsal lateral geniculate di


(35)

thalamus. Sinyal ini kemudian akan dihantar melalui jalur geniculocalcarine ke primary visual kortek pada area calcarine fisurea yang terletak pada bagian media dari occipital lobe. Primari visual kortek juga membantu dalam membedakan tipe warna, dan selanjutnya menghasilkan persepsi terhadap warna. Selain, akhirnya sinyal akan dihantar ke secondary visual area pada kortek. Informasi yang diperolehi, kemudiaannya akan secara secara progresif diterjemah dan di analisa. (Guyton & Hall, 2006)

2.2.2.2 Warna dan Emosi

Selain itu, warna juga dapat membangkitkan emosi dengan berbagai cara seperti, merangsang hormon melatonin dan seratonin. Melatonin merupakan hormon yang dilepaskan oleh badan pineal dan hormon ini mampu menyebabkan murung. Hormon ini dihasilkan dengan banyak pada waktu malam dan dapat berhubungan langsung dengan cahaya, reproduktif system dan antioksidan. (Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., 2008; sherwood 2010)

Seratonin yang juga dihasilkan oleh badan pineal dan merupakan stimulan yang dihasilkan paling banyak pada waktu siang, Penelitian menjumpai sebagian dari otak manusia tidak sensitif terhadap cahaya, akan tetapi memberikan respon berbeda-beda pada setiap panjang gelombang warna. Dipercaya setiap warna berinteraksi secara asing dengan sistem endocrine, untuk meningkatkan atau mengurangkan produksi hormon-hormon ini. (Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., 2008; Guyton & Hall, 2006)

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam usaha melihat hubungan warna dan emosi. Kaya & Epps (2004) telah menggunakan sepuluh jenis saturasi warna dari sistem warna munsel. Pada penelitian ini, setiap peserta diminta memberi respons emosional yang sesuai dengan warna dipaparkan pada skrin komputer. Hasil penelitian, ditemukan kira-kira dua puluh dua emosi yang berhubungan dengan warna diberikan. Sebagai contoh, kebanyakan peserta merasa senang, gembira, dan tenang apabila warna hijau dipaparkan dan marah,


(36)

juga mampu menimbulkan perasaan cinta dan asmara. Warna kelabu pula, mampu menimbulkan perasaan sedih, murung, keseorangan dan ketakutan.

Penelitian seperti diatas juga turut dilakukan oleh Strapparava & Ozbal (2010) yaitu setiap peserta diminta memberi respon emosi terhadap paparan warna yang diberikan. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa setiap warna mampu menimbulkan emosi yang tersendiri, yang berbeda dengan warna yang lainnya.

Lee, Andrade & Palmer (2009) dalam usaha melihat peran emosi terhadap pemilihan warna seseorang, peserta dibagikan kepada tiga kelompok, yaitu pada kelompok pertama peserta akan dipaparkan dengan video hitam dan putih yang bersifat natural. Seterusnya, peserta pada kelompok dua akan dipaparkan dengan video bersifat senang, dan perserta pada kelompok tiga akan dipaparkan dengan video yang bersifat sedih. Hasil penelitian mendapati, peserta yang berada didalam kondisi senang akan lebih terdorong untuk memilih warna senang, yaitu warna yang lebih jenuh dan terang berbanding warna sedih yaitu warna-warna yang lebih gelap dan pucat. Keadaan yang sebaliknya juga berlaku apabila peserta berada dalam kondisi sedih. Peserta akan lebih terdorong untuk memilih warna sedih berbanding warna senang.

2.2.3 Warna dan Memori

Braun (2007) dalam eksperimennya, menguji hubungan warna, kesamaan dan gangguan terhadap memori jangka pendek, menjelaskan bahwa warna mampu meningkatkan pencapaian memori. Pada eksperimen ini dilakukan perbandingan dengan mengunakan power point persentasi yang berwarna atau tidak berwarna. Seterusnya, dilanjutkan dengan ujian matematika atau langsung meminta peserta mengisi lembar respon. Ujian matematika bertindak sebagai selingan, dalam usaha menghalang peserta dari mengingat kembali gambar yang telah dipaparkan sebelum diminta. Hasil dari eksperimen ini, jelas menunjukan, gambar yang berwarna lebih diingat oleh responden daripada yang yang tidak berwarna. Selain,


(37)

hasil yang diperoleh adalah lebih baik, jika langsung meminta peserta, mengisi lembar respon dari melambatkan proses tersebut dengan ujian matematika.

Isarida, Takeo & Isrida (2010) dalam penelatiannya mencari, apakah terdapat perbedaan dari pencapaian memori, apabila warna latar diubah secara random. Hasil dari eksperimen ini menunjukkan, kemampuan memori akan meningkat jika warna latar yang digunakan adalah tetap. Jadi dapat disimpulkan bahwa, sekiranya fokus seseorang tidak diganggu, ia mampu menyumbang terhadap peningkatkan memori.

Spence, Wong, Rusan & Rastegar (2006) dalam penelitian melihat apakah warna mampu meningkatkan memori visual sesorang terhadap pemandangan alam. Pada penelitian ini, peserta dibagikan kepada empat kelompok penelitian, yaitu pertama, kelompok berwarna, kedua dan ketiga yaitu kelompok dengan kondisi campuran warna dan kondisi monokrom (hitam dan putih), dan keempat adalah kelompok dengan kondisi monokrom (hitam dan putih). Hasil dari penelitian ini mendapati, warna mampu meningkatkan kemampuan momori visual seseorang terhadap pemandangan alam. Hal ini karena, warna membantu dalam mewujudkan kontras yang besar antara item, sedangkan kondisi monokrom (hitam dan putih) hanya mambantu dalam membedakan objek.

Selain dari itu, Smilek, Dixon, Cudahy & Merikle (2002) juga telah melakukan penelitian, dalam usaha melihat hubungan warna dan memori. Pada penelitian ini, mereka telah menggunakan seorang subjek “C” yang mempunyai kemampuan synesthetic, yaitu melihat setiap huruf atau angka dengan warna yang tersendiri, beserta 7 peserta tanpa kebolehan synesthetic. Pada eksperimen ini, peserta dipaparkan sebanyak tiga kali paparan dengan lima puluh digit matrik yang ditukar-tukar pada setiap kali paparan. Selain itu, warna bagi angka-angka yang dipaparkan pada paparan pertama adalah hitam, kedua, sesuai dengan warna synesthetic “C” dan paparan ketiga, tidak sesuai dengan warna synesthetic “C”. Peserta diminta langsung, menulis kembali angka-angka yang telah diberikan setelah paparan.


(38)

Hasil dari penelitian ini, menunjukkan memori yang dihasilkan oleh “C” pada paparan pertama dan kedua adalah sangat mengagumkan. Selain, jawaban yang diberikan oleh “C” setelah empat puluh delapan jam, masih sama seperti responsi pertama.

Conway, Skitka, Hemmerich & Kershaw (2008) menyatakan, terdapatnya hubungan antara arousal dan memori. Penelitian ini mengumpulkan kira-kira 678 orang, yang terselamat dari kejadian 11 september 2001. Selain, menilai konsistensi memori peserta pada tiga tahun yang berbeda, yaitu 2001,2002, dan 2003. Didapati konsistensi memori pada mereka yang mengalami anxietas disebabkan kejadian ini adalah tinggi.

Jadi dapat kita simpulkan, bahwa sebenarnya warna tertentu mampu meningkatkan perhatian dan arousal dan seterusnya, meningkatkan pencapaian memori seseorang.


(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel

Independent: Warna latar (background colour)

Dependent : Bilangan objek yang mampu di ingat oleh peserta dengan tepat

3.2.2 Definisi Operasional

Warna Latar adalah warna yang mewarnai latar untuk sesuatu canvas dan memenuhi seluruh canvas tersebut.

Warna Panas (warm Colour) terdiri dari warna kuning, orange, merah, coklat dan kuning kehijauan. Warna panas mempunyai kapabalitas dalam menarik perhatian. Selain, lebih menonjol dibandingkan warna lain. Warna Sejuk (cool colour) terdiri dari warna biru, hijau, merah muda, biru hijauan dan violet. Warna sejuk mempunyai kapabilitas dalam mewujudkan perasaan senang, tenang

dan aman.

Warna Latar

panas

Sejuk

Meningkatkan

Fokus/Perhatian

& Arousal

Meningkat

Memori

Jangka Pendek


(40)

Fokus/ perhatian merupakan element terpenting yang membantu proses penghantaran informasi dari penyimpanan sensori ke memori jangka pendek.

Arousal merujuk kepada kewaspadaan fisikal dan mental yang melibatkan belbagai sistem dan hormon yang menyumbang kepada peningkatan kewaspadaan.

Memori Jangka Pendek (MJP) dikategorikan sebagai suatu sistem yang memiliki kapasitas yang terbatas dalam penyimpanan memori. Selain penyimpanannya adalah bersifat sementara.

3.3 Teknik Pengukuran Variabel 3.3.1 Cara Ukur: Lembar respon 3.3.2 Alat Ukur

Pengukuran dilakukan menggunakan lembar respon melalui pertanyaan dalam bentuk pertanyaan tertutup. Jumlah pertanyaan sebanyak 50 pertanyaan dimasukkan ke dalam lembar respon untuk menguji kemampuan memori jangka pendek responden.

3.3.3 Hasil ukur

Kemampuan memori jangka pendek dapat diukur dengan memberikan jawaban dari lebar respon yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 50 dengan total skor sebanyak 50 yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

jawaban mempunyai 2 pilihan: - Jawaban (benar)=1

- Jawaban (salah)=0


(41)

3.4 Hipotesis

1) Objek dengan warna latar berwarna akan lebih diingat dibandingkan objek tanpa warna latar.

2) Objek dengan warna latar panas akan lebih diingat dibanding objek dengan warna latar sejuk.

3) Objek dengan warna latar berwarna yang konsisten akan lebih diingat dibanding objek dengan warna latar campuran, yaitu berwarna dan tidak berwarna.


(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan penelitian eksperimen. Tujuan digunakannya rancangan eksperimen dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan hubungan antara warna latar dengan memori jangka pendek. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan true eksperimen karena desain penelitian ini mampu memperlihatkan hubungan sebab-akibat. Penelitian ini dilakukan secara randomisasi dengan melibatkan lebih dari satu kelompok sampel.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah-3 Medan.

4.2.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober hingga November 2013. Pengambilan data dilakukan selama 2 bulan secara bertahap.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar-pelajar kelas regular yang bersekolah di SMP Muhammadiyah-3 Medan pada tahun 2013. 4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara simple random sampling dari kelompok pelajar yang mempunyai tingkat IQ yang rata-ratanya sama.


(43)

Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi

1.Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar yang bersekolah di SMP Muhammadiyah-3 Medan.

2.Menandatangani surat persetujuan mengikuti penelitian. Kriteria Eksklusi

1. Pelajar yang buta warna.

4.3.2.1 Perkiraan Besar Sampel

Perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif 10% (Sastroasmoro, 2008).

Besarnya sampel ditentukan dari rumus :

n = [ 1.640 + 0.842 ]²

(0.1)²

n = [ 1.640 + 0.842 ]² (0.1)²

n = [ 1.640 (0.49729) + 0.842 (0.476336) ]² (0.1)²

n = [0.8155556 + 0.401075]² (0.1)²

(

)

(

)

{

}

(

)

2

0

2 1

0 0

1

1

1

P

P

Pa

Pa

Z

p

p

z

n

a

+


(44)

n = [1.48019] (0.1)²

n = 148.019 = 150

Keterangan :

Po= proposi awal

Pa=proporsi yang diinginkan

α= level of signifikan

β= power

N= besar sampel

Pembahagian Kelompok:

Jumlah Peserta 1 Kelompok = 150 = 21.4 = 22 Orang. 7

4.4 Teknik Pengambilan Data 4.4.1 Jenis Data

Jenis data adalah data primer. Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian.

4.4.2 Cara Pengumpulan Data

a. instrumen pengumpulan data

untuk pengumpulan data primer digunakan instrumen penelitian berupa lembar respon. Lembar respon ini adalah suatu daftar yang berisi 30 bentuk geometri yang telah di stimuli terlebih dulu kepada peserta. Kemudian dilanjutkan dengan 20 bentuk geometri yang tidak ditunjukkan semasa proses stimuli.


(45)

4.4.3 Prosedur Kerja

(1) Sebelumnya, Setiap peserta akan disaring terlebih dulu, dengan menggunakan ujian buta warna Ishihara (Ishihara Colour blind Test) untuk memastikan, kriteria eksklusi benar-benar disingkirkan.

(2) Peserta diberikan 1 set stimuli yang mengadung 30 bentuk geometri dengan mengunakan proyektor. Setiap bentuk/objek yang digunakan adalah tidak berwarna dengan outline berwarna hitam. Waktu antara 1 slide dengan yang lain adalah 5 detik. Pembagian kelompok set adalah seperti berikut:

Kelompok 1: peserta distimulus dengan warna latar panas (warm background); Merah.

Kelompok 2: peserta distimulus dengan warna latar panas (warm background); Kuning.

Kelompok 3: peserta distimulus dengan warna latar sejuk (cool background); Biru.

Kelompok 4: peserta distimulus dengan warna latar sejuk (cool background); Hijau.

Kelompok 5: peserta distimulus dengan warna latar putih. (Kontrol)

Kelompok 6: peserta distimulus dengan warna latar campuran (warna panas dan putih)

Kelompok 7: peserta distimulus dengan warna latar campuran (warna sejuk dan putih)

(3) Peserta kemudian akan diberikan pensil dan kertas yang berisi 50 objek geometri dengan berisi 30 bentuk geometri yang telah dipaparkan dan 20 bentuk geometri yang tidak dipaparkan sebelumnya.


(46)

(4) Peserta diminta menandakan ‘√’ pada objek geometri yang te lah dipaparkan dan “X” pada objek geometri yang tidak dipaparkan pada penelitian ini. Tiada batasan waktu yang diberikan untuk menjawab tugas ini.

4.5 Pengolahan data dan Analisa data

Data yang terkumpul dari uji respon akan diolah dengan bantuan sistem perangkat lunak program SPSS 20.0. Setelah itu dilakukan analisis dengan melihat presentasi data yang terkumpul dan dilakukan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.


(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2013 dan telah diikuti oleh 175 orang anak SMP Muhammadiyah kelas regular, yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap lembar respon yang diberikan setelah eksperimen dilakukan.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlaksanakan di SMP Muhammadiyah-3 Medan, yang beralamat di Jalan Abd Hakim 2 Sidorejo, kecamatan Medan Selayang, Provinsi Sumatera Utara. SMP Muhammadiyah-3 mempunyai 40 orang pegawai (tenaga pengajar dan pegawai administrasi) dengan jumlah kelas sebanyak 10 kelas regular dan 7 kelas plus. Jumlah pelajar di SMP ini adalah sebanyak 513 orang. SMP ini juga memiliki ruang laboratorium, perpustakaan, aula serba guna, studio musik, halaman / lapangan olah raga, kantin, ruang ibadah / musholla, ruang guru dan ruang kepala sekolah. SMP Muhammadiyah juga bukan saja menghasilkan para pelajar yang cemerlang dari bidang akademik tapi SMP ini juga menonjol dalam bidang ekstrakurikuler.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, terdapat 7 kelompok uji dan responden yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 175 orang murid yang belajar di kelas regular, SMP Muhammadiyah-3. Setiap kelompok terdiri daripada 25 peserta dan responden yang mengikuti penelitian ini dipilih secara simple random sampling. Selain, gambaran karakteristik responden adalah seperti berikut:


(48)

Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persen (%)

Laki-laki 93 53.1

Perempuan 82 46.9

Total 175 100

Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa siswa lelaki kelas regular SMP Muhammadiyah-3 yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 93 responden (53.1%) dan jumlah siswa perempuan sebanyak 82 responden (46.9%).

Tabel 5.2.Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Umur

Usia (Tahun) Frekuensi (Orang) Persen (%)

11 8 4.6

12 13 14

65 49 53

37.1 28.0 30.3

Total 175 100

Berdasarkan Tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa murid yang berusia 12 tahun adalah yang terbanyak mengikuti penelitian ini, yaitu 65 orang (37.1%) dan murid yang berusia 11 tahun adalah yang paling sedikit mengikuti penelitian ini, yaitu 8 orang (4.6%)

5.1.3. Alur Penelitian

Setelah surat pemohonan izin penelitian dikeluarkan oleh fakultas, surat ini kemudian diserahkan kepada kepala sekolah SMP Muhammadiyah-3. Seramai 25 orang murid dipilih dari setiap kelas secara acak, dan penelitian dimulai dengan pengujian kemampuan responden melihat warna dengan menggunakan uji


(49)

buta warna ishihara (Ishihara Color Blind Test). Murid yang dicurigai buta warna kemudiannya diganti dengan murid yang lain dari kelas yang sama. Penelitian kemudiannya dilanjutkan dengan memberi penerangan terlebih dulu kepada responden, yaitu responden diminta memberikan perhatian kepada 30 bentuk geometri yang dipaparkan oleh LCD proyektor. Responden kemudian diminta melengkapi lembar respon yang terdiri dari 50 bentuk geometri (30 bentuk yang benar dan 20 bentuk yang salah). Responden diminta memberikan tanda benar pada bentuk geometri yang diingatnya telah dipaparkan, dan memberikan tanda salah pada bentuk geometri yang diingatnya tidak dipaparkan sebelumnya.

5.1.4. Hasil Analisa Data

Berdasarkan lembar respon yang dikumpul, setelah penelitian pencobaan mengingat kembali bentuk-bentuk geometri pada kelompok panas dengan warna latar merah. Pada tabel 5.3 di bawah, menunjukkan nilai rata-rata (mean) adalah 42.64 dan Standard Deviasi (SD) kelompok ini adalah 4.915. Nilai tertinggi adalah 50, didapat oleh 1 orang murid dan nilai yang terendah adalah 26, juga didapat oleh 1 orang murid.

Tabel 5.3. Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Panas dengan Warna Latar Merah

Statistik Frekuensi (n)

N 25

Mean Std. Deviasi

Minimum Maksimum

42.64 4.915 26 50


(50)

Tabel 5.4. Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Panas dengan Warna Latar Kuning

Berdasarkan Tabel 5.4. di atas, diketahui nilai rata-rata (mean) dalam mengingat kembali bentuk-bentuk geometri berlatar belakang kuning (warna panas) adalah 38.80 dengan SD = 6.384. Nilai tertinggi adalah 46, didapat oleh 1 orang murid dan nilai yang terendah adalah 24, juga didapat oleh 1 orang murid.

Tabel 5.5. Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Sejuk dengan Warna Latar Hijau

Berdasarkan Tabel 5.5 di atas, diketahui nilai rata-rata (mean) dalam mengingat kembali bentuk-bentuk geometri berlatar belakang hijau (warna sejuk) adalah 37.04 dengan SD = 5.870. Nilai tertinggi adalah 44, didapat oleh 1 orang murid dan nilai yang terendah adalah 24, juga didapat oleh 1 orang murid.

Statistik Frekuensi (n)

N 25

Mean Std. Deviasi (SD)

Minimum Maksimum

38.80 6.384 24 46

Statistik Frekuensi (n)

N 25

Mean Std. Deviasi (SD)

Minimum Maksimum

37.04 5.870 24 44


(51)

Tabel 5.6. Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Sejuk dengan Warna Latar Biru

Berdasarkan Tabel 5.6. di atas, diketahui nilai rata-rata (mean) dalam mengingat kembali bentuk-bentuk geometri berlatar belakang biru (warna sejuk) adalah 36.88 dengan SD = 4.711. Nilai tertinggi adalah 43, didapat oleh 1 orang murid dan nilai yang terendah adalah 22, didapat oleh 1 orang murid juga.

Tabel 5.7. Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok Kontrol dengan Warna Latar Putih

Berdasarkan Tabel 5.7. di atas, diketahui nilai rata-rata (mean) dalam mengingati kembali bentuk-bentuk geometri berlatar belakang putih (kontrol) adalah 42.12 dengan SD = 6.085. Nilai tertinggi adalah 47, didapat oleh 3 orang murid dan nilai yang terendah adalah 18, juga didapat oleh 1 orang murid.

Statistik Frekuensi (n)

N 25

Mean Std. Deviasi (SD)

Minimum Maksimum

36.88 4.711 22 43

Statistik Frekuensi (n)

N 25

Mean Std. Deviasi (SD)

Minimum Maksimum

42.12 6.085 18 47


(52)

Tabel 5.8. Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok dengan Warna Latar Campuran (Warna Panas & Kontrol)

Berdasarkan Tabel 5.8. di atas, diketahui nilai rata-rata (mean) dalam mengingati kembali bentuk-bentuk geometri berlatar belakang merah, kuning dan putih (campuran warna panas & kontrol) adalah 38.16 dengan SD = 5.031. Nilai tertinggi adalah 46, didapat oleh 1 orang murid dan nilai yang terendah adalah 20, juga didapat oleh 1 orang murid.

Tabel 5.9. Nilai Hasil Penelitian pada Kelompok dengan Warna Latar Campuran (Warna Sejuk & Kontrol)

Berdasarkan Table 5.9. di atas, diketahui nilai rata-rata (mean) dalam mengingati kembali bentuk-bentuk geometri berlatar belakang hijau, biru dan putih (campuran warna sejuk & kontrol) adalah 34.72 dengan SD = 5.734. Nilai tertinggi adalah 43, didapat oleh 1 orang murid dan nilai yang terendah adalah 22, didapat oleh 1 orang murid juga.

Statistik Frekuensi (n)

N 25

Mean Std. Deviasi (SD)

Minimum Maksimum

38.16 5.031 20 46

Statistik Frekuensi (n)

N 25

Mean Std. Deviasi (SD)

Minimum Maksimum

34.72 5.734 22 43


(53)

Seterusnya, sebelum dilakukan analisa data selanjutnya, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas untuk mengetahui sebaran data penelitian.

Tabel 6.0 Hasil uji normalitas data

Berdasarkan analisa skore. Didapati nilai sig. (P) sebesar 0.000 menurut uji Kolmogorov-Smirnov dan Sig. (P) sebesar 0.000 menurut uji Shapiro-Wilk. Sig. (P) < 0.05, oleh itu dapat disimpulkan bahwa kelompok skore penelitian ini memiliki distribusi data yang tidak normal.

Penelitian ini kemudian, dilanjutkan dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu Kruskal Wallis untuk membandingkan nilai rata-rata setiap kelompok yang terdapat pada penelitian ini.

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Score .156 175 .000 .919 175 .000


(54)

Keterangan Tabel pertama: 1 = Kelompok panas dengan warna latar merah.

2 = Kelompok Panas dengan warna latar kuning.

3 = Kelompok sejuk dengan warna latar hijau.

4 = kelompok Sejuk dengan warna latar biru.

5 = Kelompok kontrol dengan warna latar putih.

6 = Kelompok dengan warna latar merah,

panas dan kontrol)

7 = Kelompok dengan warna latar hijau, biru dan putih (campuran sejuk dan kontrol)

Tabel 6.1 Hasil Uji Kruskal Wallis

kuning, putih (campuran

Tabel kedua Kruskal Wallis memperlihatkan nilai Chi-Square dari statistik uji Kruskal Wallis, yaitu 52.245. Selain, derajat bebas (df) dari statistic chi-square adalah jumlah kelompok dikurangi 1. (dalam kasus ini 7). Pada kasus ini Sig.

level (α) adalah 0.05. Pada tabel kedua juga turut diberikan, P value (nilai Asymp.

Sig) untuk penelitian ini adalah 0.000, karena P Value <0.05. Jadi dapat disimpulkan hipotesis null ditolak, terdapatnya perbedaan yang bermakna pada ketujuh kelompok penelitian.

Ranks

Kelompok N Mean Rank

score

1 25 127.48 2 25 94.94 3 25 73.78 4 25 64.74 5 25 127.10 6 25 76.28 7 25 51.68 Total 175

Test Statisticsa,b Score Chi-Square 52.245 Df 6 Asymp. Sig. .000 a. Kruskal Wallis Test


(55)

Hasil penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan melakukan perbandingan satu kelompok dengan setiap kelompok yang lainnya dengan menggunakan ujian dunn post hoc.


(56)

Berdasarkan tabel 6.2 di atas menunjukan, adanya perbandingan yang signifikan antara kelompok empat (biru), kelompok tujuh (campuran warna sejuk beserta putih), kelompok tiga (hijau) dan kelompok enam (campuran warna panas beserta putih) terhadap kelompok lima (kontrol). Pada tabel ini juga, dijumpai terdapatnya perbandingan yang singnifikan antara kelompok empat (biru), kelompok tujuh (campuran warna sejuk beserta putih), kelompok tiga (hijau) dan kelompok enam (campuran warna panas beserta putih) terhadap Kelompok satu (merah)

5.2. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, hasil penelitian yang diharapkan adalah kelompok dengan warna latar panas (merah dan kuning) akan mendominasi hasil kelompok lain, diikuti dengan kelompok dengan warna latar sejuk (hijau dan biru), selanjutnya kelompok dengan warna latar campuran panas dan sejuk dan yang terakhir adalah kelompok dengan warna latar putih (kontrol). Target hasil penelitian ini adalah sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Braun (2007) dimana pada penelitian tersebut ditemukan gambar yang berwarna lebih diingat oleh responden daripada yang tidak berwarna. Selain itu, warna juga mampu meningkatkan fokus sesorang dengan menghindari keadaan sekitar yang monotonus. (Daggett, Cobble, Gertel; 2008)

Berdasarkan hasil uji dunn post hoc diatas, tidak ditemukan hubungan yang signifikan di antara kelompok warna latar berwarna dengan memori jangka pendek. Namun, kelompok dengan warna latar merah mempunyai nilai rata-rata (42.64) yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (42.12). Meskipun perbandingan ini tidak signifikan secara statistik.

Terdapat beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi keadaan ini, diantaranya, kondisi pencahayaan kelas penelitian yang terlalu cerah, meskipun tindakan menutup jendela dengan gorden/ tirai telah dilakukan. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain juga yang mempengaruhi hasil pencapaian pada kelompok


(57)

kontrol yang mengagumkan. Misalnya telah diberitahu beberapa kali sebelum dan sesudah penelitian dilakukan yaitu para peserta diminta tidak mencontek atau mendiskusi jawaban, namun arahan ini tidak diikuti dengan baik. Dalam penjelasan mengapa kelompok panas dengan warna latar kuning gagal mencapai hasil target penelitian adalah karena sikap responden yang terburu-buru mau keluar istirahat sehingga kebanyakan responden tidak melengkapi lembar respon yang diberikan dengan sempurna.

Selanjutnya, berdasarkan hasil dunn post hoc diatas, juga terdapat perbandingan yang signifikan antara kelompok dengan warna latar biru (empat) dan kelompok dengan warna latar hijau (tiga) terhadap kelompok dengan warna latar merah (satu). Dapat disimpulkan bahwa kelompok dengan warna latar panas (merah) lebih mudah diingat dibanding kelompok dengan warna latar sejuk (hijau dan biru).

Hubungan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Greene, et al. (1983) yang diyatakan oleh Huchendorf (2007), dimana pada penelitian ini dijumpai kelompok warna panas mampu meningkatkan arousal/emosi jauh lebih baik berbanding kelompok warna sejuk. Kemampuan warna panas dalam membangkitkan arousal/emosi ini, membantu dalam peningkatan pencapaian kelompok ini. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Conway, Skitka, Hemmerich & Kershaw (2008), dimana pada penelitian ini didapatkan hubungan antara arousal dan memori. Pada Penelitian ini, 678 orang peserta yang selamat dari kejadian 11 September 2001 dikumpulkan. Peneliti kemudiannya, menilai konsistensi memori peserta pada tiga tahun yang berbeda, yaitu 2001, 2002, dan 2003. Didapati konsistensi memori pada mereka yang mengalami anxietas disebabkan kejadian ini, adalah tinggi.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain juga yang mempengaruhi kejadian diatas, yaitu berdasarkan kepada penelitian yang dilakukan oleh Pahmer (2003),


(58)

selanjutnya meningkatkan tekanan darah. Peningkatan degupan jantung membantu dalam meningkatkan suplai darah ke otak dan kemudian meningkatkan kemampuan belajar seseorang (Carter, 2009). Jadi hal ini merupakan salah satu faktor yang menjelaskan mengapa warna panas lebih mudah diingat berbanding warna sejuk.

Meskipun, warna kuning tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun, kelompok dengan warna latar kuning mempunyai nilai rata-rata (38.80) lebih tinggi dari kelompok sejuk biru (36.88) dan hijau (37.04). Kegagalan kelompok peneliti kuning yang tidak mengikuti arahan dengan baik mungkin menjadi faktor penyumbang.

Sementara itu, bagi kelompok warna sejuk biru dan hijau, kedua-duanya mampu memberikan kesan senang, aman dan tenang, Namun, warna biru dapat mewujudkan perasaan depresi dan kebingungan, bila digunakan secara berulang (Nijdam, 2005). Sekaligus menjelaskan, mengapa nilai rata-rata kelompok ini lebih rendah (36.88) berbanding kelompok hijau (37.04).

Selain itu, berdasarkan hasil dun poc huc di atas, terdapat perbandingan yang signifikan antara kelompok dengan warna latar campuran sejuk berserta putih (kelompok tujuh) dan kelompok dengan warna latar campuran panas beserta putih (kelompok enam) terhadap kelompok satu (merah). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kelompok warna latar berwarna yang konsisten (merah) adalah lebih diingat dibanding kelompok warna latar campuran. Hubungan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isarida, Takeo & Sakai (2010) dimana hasil pencapaian memori adalah lebih baik pada kelompok dengan warna latar yang konsisten. Pada penelitian ini disediakan dua set penelitian. Pada set pertama, warna latar yang digunakan adalah konsisten, dibanding kelompok set kedua, dimana warna latar yang digunakan adalah berbeda dari warna latar yang telah ditetapkan pada kelompok satu, selain pertukaran warna yang digunakan juga adalah tidak konsisten. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang telah


(59)

dilakukan oleh Iidaka, Anderson, Kapur, Cabeza & Craik, (2011), didapatkan bahwa hasil pencapaian memori adalah lebih baik apabila perhatian/fokus responden tidak diganggu.

Sekali lagi, meskipun warna kuning tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, namun, kelompok dengan warna latar kuning mempunyai nilai rata-rata (38.80) lebih tinggi dari kelompok dengan warna latar campuran panas (38.10) dan kelompok dengan warna latar campuran sejuk (34.72).

Hal yang sama juga ditunjukkan oleh kelompok dengan warna latar sejuk (hijau dan biru), meskipun gagal menunjukkan perbandingan yang signifikan, namun nilai rata-rata yang ditunjukkan diantara kelompok warna latar sejuk, hijau (37.04) dan warna latar sejuk, biru (36.88) adalah lebih tinggi dibanding nilai rata-rata kelompok dengan warna latar campuran sejuk (34.72).


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Penggunaan warna latar berwarna tidak mempengaruhi memori jangka pendek seseorang.

2. Objek dengan warna latar panas (merah) lebih mudah diingat dibanding objek dengan warna latar sejuk (biru dan hijau).

3. Objek dengan warna latar berwarna yang konsisten (merah) lebih mudah diingat berbanding objek dengan warna latar campuran.

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran yaitu:

1. Pemilihan waktu penelitian yang tepat harus diperhatikan, karena hal ini penting untuk mengelakkan kesalahan seperti pada kelompok peneliti kuning, tidak terulang dalam usaha mencapai hasil penelitian yang lebih baik.

2. Pemilihan tempat juga harus diperhatikan karena jelas menunjukan pencahayaan yang terlalu terang mampu mempengaruhi hasil penelitian. Jadi peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya, untuk melakukan survey ke tempat penelitian terlebih dulu, dan setelah


(61)

memastikan kondisi tempat penelitian sesuai, baru dilakukan konfirmasi untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

3. Kualitas proyektor yang digunakan harus baik, karena secara tidak langsung faktor ini juga mempengaruhi hasil penelitian.

4. Penggunaan asisten juga membantu dalam mengawasi kondisi kelas, seterusnya penelitian dapat dilakukan dengan lebih cepat. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya, untuk mempertimbangkan penggunaan asisten dalam usaha mengawasi kondisi kelas dengan lebih baik terutama dalam mengawasi aktivitas mencontek diantara responden.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Baddeley, A.B., (2004). The Psychology of Memory. Diperolehi dari:

Baddely, A.B., (1999). Essentials of Human Memory. Diperolehi dari:

Braun, J., Raatz, B. & Schweinhart, A., 2007. The Effects of Color, Context Congruency, and Interference on Short Term Memory. Diperolehi dari:

Braun J., 2007. The Effects of Color, Congruency and Distractors on Short Term

Memory. Diperolehi dari:

Cabal, A.L., (2005). The Effects of Color on Short-Term Memory Between Males

and Females. Diperolehi dari:

2013]

Catter, J.H., (2009). Improving Brain Function with Exercise, Connectedness and

creativity. Diperolehi dari:

[diakses 30 November 2013]

Chun, M.M. & Turk-Browne, N.B., 2007. Interactions between attention and

memory. Diperolehi dari:

2013]


(63)

Conway, A.R.A., Skitke, L.J., Hemmerich, J.A., Kershaw., T.C., 2008. Flashbulb Memory for 11 September 2001. Diperolehi dari: 2013]

Delvenne, J.F, 2009. Capasity Limits in Visual Short Term Memory. Diperolehi

dari:

Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., (2008) Colour in an Optimum Learning

Environment. Diperolehi dari:

2013]

Kumala, P., Komala, S., Santosa, A.H., Sulaiman, J.R., and Rienita, Y., (1996)

Kamus Saku Kedoktoran Dorland. Edisi Dua Puluh Lima. Penerbit Buku Kedoktoran EGC. Jakarta

Edelson, E., (2006). Brain's Oxygen Supply Key to Alzheimer's Risk. Diperolehi

dari:

Fougnie D, 2008. The Relationship between Attention & Working Memory. In:

New Reseach on Short Term Memory. Diperolehi dari: Frank H.F., and Alfred P.G., (1976) Arousal and Cognition Memory for Colour Versus Black and White Multimedia Presentation. Diperolehi dari: [diakses 12 April 2013]

G.A. Alvarez and P. Cavanagh., (2004). The Capacity of Visual Short Term

Memory. Diperolehi dari:


(64)

Guyton, A.C., (2006). Medical Physiology. Eleventh Edition. Elsevier Saunders. Kuala Lumpur.

Huchendorf, L., 2007. The Effects of Color on Memory. Melanie Cary, Department of Psychology. Diperolehi dari

Iidaka, T., Aderson, N.D., Kapur, S., Cabeza, R., and Craik, F.I.M., (2011). The Effect of Divided Attention on Encoding and Retrieval in Episodic Memory Revealed by Positron Emission Tomography. Diperolehi dari: [diakses 30 Mei 2013]

Isarida, T., Takeo, I., and Sakai, T., (2010). Cortex depent effect of background Colour in Free Recall with Spatially Grouped Words. Diperolehi dari:

Kaya, N. & Epps, H.H., (2004). Relationship between color and emotion. Diperolehi: http://irtel.uni-annheim.de/lehre/expra/artikel/Kaya_Epps_2004b.pdf [diakses 20 April 2013]

Khouw, N. D., 2008. The Meaning of Color for Gender. Diperolehi dari: [diakses 15 April 2013]

Krebs, C.T., (1985). To Learn or Not to Learn? Diperolehi dari:

Lee, V. & Castillo, H., 2009. Effects of Color and Word Length on Verbal

Working Memory. Diperolehi dari:

[diakses 4 Mei 2013]

Lee, C.H., Andrade, E.B. & Palmer, S., (2009) How Emotion influence Colour

Preferance. Diperolehi dari:


(65)

McConnohie, B.V., 1999. A Study of The Effect of Colour in Memory Retention When Used in Presentation Software. Diperolehi dari:

Miler, G.A, (1956) The Magical Number Seven, Plus or Minus Two

Some Limits on Our Capacity for Processing Information. Diperolehi dari:

Mustafar, M.F. & Dzulkifli, M.A., 2010. The Effect of Ground Colour on Memory

Performance. Diperolehi dari:

Nijdam, N.A., (2005). Mapping Emotion to Color. Diperolehi dari: http://hmi.ewi.utwente.nl/verslagen/capita-selecta/CS-Nijdam-Niels.pdf [diakses 15 November 2013]

Oliveira, F.D., Isarida, T.K., Sakai, M.A., Isarida, T. & Takeo, (2008) Cortex Effect of Set of Item Stimultaneously Presented against a Backgroud Colour.

Diperolehi dari:

[diakses 20 Mei 2013]

Pan, Y., (2009). Attentional capture by Working Memory Contents. Diperolehi dari:

Pahmer, A.K., (2003) How Does Color Affect Blood Pressure? Diperolehi dari:

[diakses 30

November 2013]

Pinilla, F.G., (2008) Brain foot: The Effect of Nutrients on Brain Function.

Diperolehi dari:

[diakses 20 November 2013]


(66)

Ruchardson, J.T.E., Engle, R.W., Hasher, L., Logies, R.H., Stoltzfus, E.R., Zacks, R.T., (1996) Working Memory and Human Cognition. Di perolehi:

Saxton, J., (2009) The Effect of Colour and Animation in Power Point on the

Learning Rate of Human. Diperolehi dari:

Sherwood, L., (2010). Human Physiology. Seventh Edition. Brooks/Cole. Kuala Lumpur.

Smilek, D., Dixon M.J., Cudahy, C., and Merikle, P.M., (2002) Synesthetic Color Experiences Influence Memory. Diperolehi dari: 2013]

Spence, I., Wong, P., Rusan, M., and Rastegas, N., (2006) How Color Enhances Visual Memory for Natural Scenes. Diperolehi dari: [diakses 2 November 2013]

Strapparava, C., and Ozbal, G., (2010). The Color of Emotions in Texts.

Diperolehi dari


(67)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Baddeley, A.B., (2004). The Psychology of Memory. Diperolehi dari:

Baddely, A.B., (1999). Essentials of Human Memory. Diperolehi dari:

Braun, J., Raatz, B. & Schweinhart, A., 2007. The Effects of Color, Context Congruency, and Interference on Short Term Memory. Diperolehi dari:

Braun J., 2007. The Effects of Color, Congruency and Distractors on Short Term

Memory. Diperolehi dari:

Cabal, A.L., (2005). The Effects of Color on Short-Term Memory Between Males

and Females. Diperolehi dari:

2013]

Catter, J.H., (2009). Improving Brain Function with Exercise, Connectedness and

creativity. Diperolehi dari:

[diakses 30 November 2013]

Chun, M.M. & Turk-Browne, N.B., 2007. Interactions between attention and

memory. Diperolehi dari:

2013]


(2)

Conway, A.R.A., Skitke, L.J., Hemmerich, J.A., Kershaw., T.C., 2008. Flashbulb Memory for 11 September 2001. Diperolehi dari: 2013]

Delvenne, J.F, 2009. Capasity Limits in Visual Short Term Memory. Diperolehi

dari:

Daggett, W.R., Cobble, J.E.,Gertel, S.J., (2008) Colour in an Optimum Learning

Environment. Diperolehi dari:

2013]

Kumala, P., Komala, S., Santosa, A.H., Sulaiman, J.R., and Rienita, Y., (1996)

Kamus Saku Kedoktoran Dorland. Edisi Dua Puluh Lima. Penerbit Buku Kedoktoran EGC. Jakarta

Edelson, E., (2006). Brain's Oxygen Supply Key to Alzheimer's Risk. Diperolehi

dari:

Fougnie D, 2008. The Relationship between Attention & Working Memory. In:

New Reseach on Short Term Memory. Diperolehi dari:

Frank H.F., and Alfred P.G., (1976) Arousal and Cognition Memory for Colour Versus Black and White Multimedia Presentation. Diperolehi dari: [diakses 12 April 2013]

G.A. Alvarez and P. Cavanagh., (2004). The Capacity of Visual Short Term

Memory. Diperolehi dari:


(3)

Guyton, A.C., (2006). Medical Physiology. Eleventh Edition. Elsevier Saunders. Kuala Lumpur.

Huchendorf, L., 2007. The Effects of Color on Memory. Melanie Cary, Department of Psychology. Diperolehi dari

Iidaka, T., Aderson, N.D., Kapur, S., Cabeza, R., and Craik, F.I.M., (2011). The Effect of Divided Attention on Encoding and Retrieval in Episodic Memory Revealed by Positron Emission Tomography. Diperolehi dari: [diakses 30 Mei 2013]

Isarida, T., Takeo, I., and Sakai, T., (2010). Cortex depent effect of background Colour in Free Recall with Spatially Grouped Words. Diperolehi dari:

Kaya, N. & Epps, H.H., (2004). Relationship between color and emotion. Diperolehi: http://irtel.uni-annheim.de/lehre/expra/artikel/Kaya_Epps_2004b.pdf [diakses 20 April 2013]

Khouw, N. D., 2008. The Meaning of Color for Gender. Diperolehi dari: [diakses 15 April 2013]

Krebs, C.T., (1985). To Learn or Not to Learn? Diperolehi dari:

Lee, V. & Castillo, H., 2009. Effects of Color and Word Length on Verbal

Working Memory. Diperolehi dari:

[diakses 4 Mei 2013]

Lee, C.H., Andrade, E.B. & Palmer, S., (2009) How Emotion influence Colour

Preferance. Diperolehi dari:


(4)

McConnohie, B.V., 1999. A Study of The Effect of Colour in Memory Retention When Used in Presentation Software. Diperolehi dari:

Miler, G.A, (1956) The Magical Number Seven, Plus or Minus Two

Some Limits on Our Capacity for Processing Information. Diperolehi dari:

Mustafar, M.F. & Dzulkifli, M.A., 2010. The Effect of Ground Colour on Memory

Performance. Diperolehi dari:

Nijdam, N.A., (2005). Mapping Emotion to Color. Diperolehi dari: http://hmi.ewi.utwente.nl/verslagen/capita-selecta/CS-Nijdam-Niels.pdf [diakses 15 November 2013]

Oliveira, F.D., Isarida, T.K., Sakai, M.A., Isarida, T. & Takeo, (2008) Cortex Effect of Set of Item Stimultaneously Presented against a Backgroud Colour.

Diperolehi dari:

[diakses 20 Mei 2013]

Pan, Y., (2009). Attentional capture by Working Memory Contents. Diperolehi dari:

Pahmer, A.K., (2003) How Does Color Affect Blood Pressure? Diperolehi dari:

[diakses 30

November 2013]

Pinilla, F.G., (2008) Brain foot: The Effect of Nutrients on Brain Function.

Diperolehi dari:

[diakses 20 November 2013]


(5)

Ruchardson, J.T.E., Engle, R.W., Hasher, L., Logies, R.H., Stoltzfus, E.R., Zacks, R.T., (1996) Working Memory and Human Cognition. Di perolehi:

Saxton, J., (2009) The Effect of Colour and Animation in Power Point on the

Learning Rate of Human. Diperolehi dari:

Sherwood, L., (2010). Human Physiology. Seventh Edition. Brooks/Cole. Kuala Lumpur.

Smilek, D., Dixon M.J., Cudahy, C., and Merikle, P.M., (2002) Synesthetic Color

Experiences Influence Memory. Diperolehi dari:

2013]

Spence, I., Wong, P., Rusan, M., and Rastegas, N., (2006) How Color Enhances Visual Memory for Natural Scenes. Diperolehi dari:

[diakses 2 November 2013]

Strapparava, C., and Ozbal, G., (2010). The Color of Emotions in Texts.

Diperolehi dari


(6)