Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Masa Pemerintahan 2009 - 2014 Atas Kemerdekaan Kosovo

(1)

Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Masa Pemerintahan 2009 - 2014 Atas Kemerdekaan Kosovo

Oleh :

Aghit Pandu Pamungkas 201010360311160

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : AGHIT PANDU PAMUNGKAS NIM : 201010360311160

Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pada Masa Pemerintahan 2009-2014 Atas Kemerdekaan Kosovo Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan ... Pada Hari : Sabtu Tanggal : 1 / 11 / 2014 Tempat : R. Sidang

Mengesahkan,

Dewan Penguji:

1. Hafid Adhim Pradana MA Penguji I ( )

2. Dyah Estu Kurniawan M.Si Penguji II ( )

3. Ruli Inayah Ramadhoan M.Si Penguji III ( )

4. Gondah Yumitro MA Penguji IV ( )

Dekan FISIP UMM


(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirahim

Alhamdulillah, rangkaian kata indah ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya berupa kemudahan dan kesehatan, sehingga peneliti

dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa Pemerintahan 2009 –2014 Atas Kemerdekaan Kosovo”. Sedikit cerita terkait penelitian, peneliti merasa bahwa posisi Indonesia dalam prosesnya selalu mencari bagaimana pihak Indonesia yang diuntungkan dan terus tetap berupaya bagaimana tetap membawa kepentingan nasional agar tidak dapat menjadi objek dalam proses dinamika di masyarakat internasional. Dalam konteks Kosovo, Indonesia mampu menjadi pihak netral dimana banyak Negara – Negara berkembang lain-nya mengikuti tindakan dari Negara – Negara maju.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini, baik secara moril dan materil. Untuk itu, penulis mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, tempat berkeluh kesah, pemberi harapan, dan senantiasa menjawab harapan-ku.

2. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan M,Si dan Bapak Gonda Yumitro MA sebagai dosen pembimbing yang baik hati, tidak lelah memberikan masukan- masukan dan arahan juga motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini. Terutama Pada Pak Ruli saya ucapkan banyak – banyak terima kasih, suatu saat integritas yang bapak berikan pada kami selaku anak bimbing bapak akan bapak tuai dengan penuh suka cita.

3. Kepada Seluruh Dosen – Dosen Prodi Hubungan Internasional yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat juga selalu bisa menjadi dosen- dosen yang bersahabat namun tetap disegani, sehingga membuat proses belajar menjadi sangat menyenangkan.

4. Untuk Bude Sri Hadiati, Budeeeeee aku lulus akhirnya, aku pengen bude disini lihat ini, bude kabari aghit ya, aghit sayang betul sama bude.

5. Ter-untuk Ayah dan Ibu, Saya tidak mengerti arti sebuah keluarga, jikalau dapat dikatakan Ayah dan ibu bukan lah yang sempurna dimata mereka, tetapi yang ku pahami dari kalian adalah, kegigihan ayah untuk tetap bertahan (survive) dan Ibu selalu memberikan semangat

6. Rizky Adhibta Putra dan Wira Whisnu Wardana, kakak penulis. Terima kasih untuk selalu menantang dan selalu memberikan tantangan dalam


(4)

segala hal tak terkecuali menantang upaya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, Kalian lah yang terbaik dari terbaik, Suatu saat ada masanya dimana kita bisa menjadi seperti yang kita inginkan.

7. Tante Wok dan Om Agung, terima kasih tante dan om, yang selalu berikan tenaga lebih dan selalu mau berjuang untuk aghit, bantuan (non – akademis) selalu aghit harapan kita betul – betul tidak sanggup lagi untuk berjuang kedepan, untuk om clarity yang om berikan sangat berpengaruh dalam mengisi kekosongan pikiran serta membuat saya untuk berpikir kedepan.

8. Nur Fath Juliana dan Ade serta tak lupa “Ibu dan Bapak” terima kasih untuk segala hal yang telah kalian berikan, Persaudaraan yang baru saya rajut insya – allah tidak akan saya kecewakan, karena tidak dapat saya pungkiri banyak dari pengalaman kalian yang menjadi sumber penyemangat saya dalam pengerjaan ini, dan terima kasih telah member warna tersendiri untuk saya khususnya.

9. Hesti Setiawardani, terima kasih baik atas apa yang kita bagi dalam segala hal, tulisan ini sesungguhnya adalah hal yang ingin kubanggan kan bersamamu, share yang selama ini kita bagi, walau terkadang sempat bercucuran air mata, tapi yang saya sadari satu, ketiadaanmu di saat aku ingin membanggakan ini merupakan proses yang cukup berat terlebih karena, tulisan ini bukan semata tulisan melainkan juga merupakan hasil perjuangan kita selama ini, satu permintaan ku sama kamu, maafin bu. 10.Sahabat tercintaku: Saean Hufron, Rio Indra Suncoko, Wandha Kusuma,

Thanta Miranta, Imam Akbarsyah, Arin, Mbah, Dian, Andi, Tommy, Serta

“Rampox” dan semua yang tidak bisa satu persatu disebutkan. Terimakasih, Persahabatan ini akan selalu kita jaga baik susah maupun senang, Semangat buat kalian semua.

There’s always a reason for something, but what I did now. Its

just because I did it for You”

Malang, 15 November 2014


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

ABSTRAKSI ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar BelakangMasalah... 1

1.2Rumusan Masalah... 4

1.3Manfaat Penelitian... 4

1.4Penelitian Terdahulu... 4

1.5Kerangka Pemikiran... 12

1.5.1 Konsep Politik Luar Negeri... 12

1.5.2 Politik Bebas Aktif... 14

1.5.3 Doktrin M. Natalegawa (Dynamic Equilibrium)... 15

1.5.4 Organizational Model Process (OMP)... 17

1.6Metodologi Penelitian... 19

1.6.1 Tipe Penelitian... 19

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data... 20

1.6.3 Teknik Analisis Data... 20

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian... 20

1.6.5 Peringkat Analisis... 21

1.7Hipotesis... 21


(6)

BAB II

DINAMIKA KOSOVO DALAM TANGGAPAN INTERNASIONAL

2.1 Isu Kemerdekaan Kosovo dan Konstelasi Politik Internasional... 23

2.1.1 Isu Kemerdekaan Kosovo... 23

2.1.2 Intervensi Asing Terhadap Isu Kosovo... 27

2.1.3 Tanggapan Rusia, Tiongkok Terkait Intervensi NATO & Kosovo...29

2.2 Sejarah Kemerdekaan Kosovo... 32

2.2.1 Kosovo Dalam Yugoslavia... 34

2.2.2 Serbia-Kosovo... 38

2.3 Kosovo Dalam Perspektif Politik Internasional... 39

2.4 Sikap Abstain Indonesia Terhadap Kemerdekaan Kosovo... 43

BAB III ANALISA POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP KOSOVO 3.1 Alasan Sikap Abstain Indonesia Terhadap Kosovo... 46

3.1.1 DinamikaDalampemerintahan NKRI... 46

3.1.2 LandasanKonstitusiDalamPolitik BebasAkti... 51

3.1.3 Doktrin Politik Luar Negeri Indonesia (2009-2014)... 54

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan... 59


(7)

DAFTAR TABEL


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... 41 Gambar 2.2...42 Gambar3.1 ... 58


(9)

Daftar Pustaka 1999 : Chinnese Anger At Embassy Bombing, dalam

http://news.bbc.co.uk/onthisday/hi/dates/stories/may/9/newsid_2519000/2 519271.stm (11/8/2014)

Abubakar, Eby Hara, 2001, Pengantar Analisis Politik Luar Dari Realisme Sampai Konstruktivisme, Bandung :NUANSA

Alfred, Marleku, National Interest and Foreign Policy: The Case of Kosovo,vol 4 no 3,2013

Aman, Jurnal tentang “Pemikiran Hatta Tentang Demokrasi, kebangsaan, dan hak

asasi Manusia.

Amri Bambani Arfi Dan Santi Dewi, Mengapa RI belum akui Kosovo Negara, 99 negara sudah, dalam

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 &cad=rja&uact=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A%2F%2Fdunia.news .viva.co.id%2Fnews%2Fread%2F413473-mengapa-ri-belum-akui- Kosovo-negara--99-negara-sudah&ei=auMmVP6zJ4PiuQTqhoDYBQ&usg=AFQjCNGDaVejraDR3d JXu_LOd0jieP8jxQ&bvm=bv.76247554,d.c2E (11/09/2014)

Andre Ivanji, Martti Ahtisaari‟s Compromise Proposal ForKosovo, dalam http://www.eurotopics.net/en/home/presseschau/archiv/magazin/politik-verteilerseite/Kosovo-2008-03/debatte_Kosovo_2007_03/ (1/09/2014) Anggara Prima Hetri, masalah Pembangunan Politik Negara Berkembang, dalam

http://www.academia.edu/4143894/Masalah_Pembangunan_Politik_Negar a_Berkembang (22/09/2014)

B.K.S.A.P, Indonesia Harus Tegas Tentukan Sikap Atas Kosovo, dalam

http://www.dpr.go.id/id/berita/bksap/2013/nov/29/7163/Indonesia-harus-tegas-tentukan-sikap-atas-Kosovo (3/09/2014)

Bantarto Bandoro, Navigating Turbulent Seas, dalam

http://www.thejakartapost.com/news/2007/01/02/navigating-turbulent-seas.html (7/5/2014)

Beaumont Peter, Kosovo‟s Independence Is Legal, U.N Court Rules, dalam http://www.theguardian.com/world/2010/jul/22/Kosovo-independence-un-ruling (2/09/2014)

Burn Chris And Friends, Desperate Refugees Flee Kosovo, Accuse Serbs Of Atrocities, dalam

http://edition.cnn.com/WORLD/europe/9903/29/refugees.04/ (10/09/2014) Chomsky Noam, Kosovo Peace Accord, Z magazine July 1999, dalam

http://www.chomsky.info/articles/199907--.htm (10/09/2014) Dahlan, Harwanto,Menghidupkan Lagi Komitmen Ke Timur Tengah, -

Djaenudin Mohamad, Riset LIPI : Empat Akar Masalah Konflik Papua, dalam http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/11/17/riset-lipi-empat-akar-masalah-konflik-papua.html (11/09/2014)

Dr. Vuljavic Volejko, Serbian Nationalism, Slobodan Milosevic, And The Origins Of Yugoslav War, dalam The Harriman Review, vol 8, no 4, December 1995 http://www.suc.org/politics/papers/history/vujacic.html


(10)

Ensiklopdia untuk pelajar 4, bab 4, hal 59.

Eve-ann prentice, Ibrahim Rugofa president of Kosovo devote to the cause of peaceful resistance, dalam

http://www.theguardian.com/news/2006/jan/23/guardianobituaries.balkans (1/09/2014)

Exposed: Obama states Kosovo left Serbia only after referendum, but there was NO referendum, dalam http://rt.com/news/obama-Kosovo-russia-mistake-705/ (2/09/2014)

Gibbson Zeynita, PM Serbia Apresiasi Dukungan Indonesia Terhadap Untuk Kosovo, dalam http://www.antaranews.com/berita/378604/pm-Serbia-apresiasi-dukungan-Indonesia-untuk-Kosovo (11/09/2014)

Graham, T, Allison. august 1968, Conceptual Models And The Cuban Missle Crisis : Rational Policy, Organizational Process, And Bureaucratic Politics hal 15

Graham T. Allison, The American Political Science Review : Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis, Volume 63, Issue 3, hal 691

Gustavo mendiolaza, Aspects of Indonesia’s Foreign, Defence and Trade Policies: Current Developments and Future Expectations 23 july 2013, hal 2

Harisasongko, Aditia, Diplomasi Amerika Serikat terhadap Korea Utara Dalam Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir Di Semenanjung Korea (1994 – 2007) Haryono Dwi Indro, Intervensi Kemanusiaan Dalam Konflik Kosovo

Hasselbach Christoph, Kosovo Question Still Divides EU, dalam http://www.dw.de/Kosovo-question-still-divides-eu/a-16226802 (3/09/2014)

http://images.nationmaster.com/images/motw/europe/fm_Yugoslavia_pol96.jpg (16/09/2014)

Hubungan Bilateral Indonesia – Russia, dalam

http://www.Indonesia.mid.ru/relat_ind_03.html (22/09/2014) Ibrahim Rugofa : Pacifist At The Crossroads, dalam

http://news.bbc.co.uk/2/hi/special_report/1998/Kosovo/110821.stm (10/09/2014)

Indonesia Harus Tegas Tentukan Sikap Atas Kosovo, dalam www.dpr.go.id/id/berita/bksap/2013/nov/29/7163/Indonesia-harus-tegas-tentukan-sikap-atas-Kosovo (25/02/2014)

Isu Kosovo, dalam http://kemlu.go.id/Pages/IIssueDisplay.aspx?IDP=12&l=id (20/09/2014)

James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kennth W. Thompson.1976. World Politics: An Introduction. New York: the Free Press, hal.15

John sweeney and friends, NATO Bomb Chinnese Deliberately, dalam http://www.theguardian.com/world/1999/oct/17/balkans(11/8/2014) Jubir Gedung Putih, Kerja Sama Komperhensih AS – Indonesia, dalam

http://Indonesian.jakarta.usembassy.gov/prid_28062010.html (22/09/2014) Khalisotussurur, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Palestina

Melalui United States Security CoordiNATOr (USSC) Periode 2005 – 2012


(11)

Kosovo Independence Move Not Illegal, Says UN Court, dalam

http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-10730573 (2/09/2014) Kosovo MPs Proclaim Independence, dalam

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/7249034.stm#map (1/09/2014) Kosovo, EU Still Mulling New EULEX Mandate, dalam

http://www.balkaninsight.com/en/article/Kosovo-and-eu-mulling-over-new-eulex-mandate (3/09/2014)

Kuriu Arbena, UN Administered Province of Kosovo: community alliances keep girls in school, dalam http://www.unicef.org/ceecis/reallives_3413.html (11/08/2014)

Kurniawan fadil akbar, Peranan Mohammad Hatta Dalam Peletakan Poltik Luar Negeri Indonesia Bebas – Aktif (1945 – 1949),

dalamhttp://www.academia.edu/5553629/Bab_I_Peranan_Mohammad_Ha tta_dalam_Peletakan_Politik_Luar_Negeri_Indonesia_Bebas_Aktif akses 07/05/2014

Malaysia Recognizes The Independece Of The Republik OfKosovo, dalam http://www.Kosovothanksyou.com/news/?p=177 (3/09/2014)

Maruli, Aditia,2010, Kemerdekaan Kosovo Sah, dalam http://www.antaranews.com/berita/213001/kemerdekaan-Kosovo-sah( 03/05/2014).

Medvedev Pledges Support ForSerbia, dalam

http://www.aljazeera.com/news/europe/2008/02/2008525124618498728.ht ml (11/08/2014)

Minorities at Risk Project, 2004, Chronology for Kosovo Albanians in Yugoslavia, dalam http://www.refworld.org/docid/469f38f51e.html( 03/05/2014).

Muja Sahit. Kosovo Has a Huge Potential In Natural Resources, dalam

http://www.examiner.com/article/Kosovo-has-a-huge-potential-natural-resources (11/8/2014)

Muradi, Sikap Barat Dan Kemanangan Hamas Di Palestina: Sebuah Analisis Komunikasi Politik

Pantesco Joshua, New Serbia Constitution To Claim Kosovo As „Integral‟ Part Of Serbia, dalam

http://jurist.org/paperchase/2006/09/new-Serbia-constitution-to-claim.php (10/09/2014) Peacekeeping Fact Sheet, dalam

http://www.un.org/en/peacekeeping/resources/statistics/factsheet.shtml (2/09/2014)

Ramadhian Fadillah, 6 Kepala Negara Sahabat Dekat President Soekarno, dalam http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kepala-negara-sahabat-dekat-presiden-soekarno/josep-broz-tito.html (3/09/2014)

Recognize Or Announced The Recognition Republic Of Kosova, dalam http://Kosovothanksyou.com (22/09/2014)

Recognized or announced the recognition of Republic of Kosova, dalam http://www.Kosovothanksyou.com( 30/07/2014).


(12)

Rudy, T.May, 2002, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung: Refika Aditama.

Rusia Hargai Sikap Indonesia Terhadap Kosovo, dalam

http://www.antaranews.com/berita/94172/Rusia-hargai-sikap-Indonesia-soal-Kosovo (11/09/2014)

Sakaguchi Yoshiaka and Mayama Katsuhiko, Significance Of The War In Kosovo For China And Russia,

SerbiaKosovo 1968 - present, dalam http://uca.edu/politicalscience/dadm-project/europerussiacentral-asia-region/SerbiaKosovo-1968-present/ (1/09/2014)

Solana Javier, NATO’s Success In Kosovo, dalam

http://www.foreignaffairs.com/articles/55610/javier-solana/NATOs-success-in-Kosovo (10/8/2014)

Spainer Uslaner, “American Foreign Policy Making & the Democratic Dilemmas”, CBS College

Speech To The Roman Parliament [4/5/1999], dalam

http://webarchive.nationalarchives.gov.uk/20090101050155/number10.go v.uk/page1312 (1/09/2014)

Sperl Aldous, Kosovo& Canadian Decision, dalam http://atlismta.org/online-journals/0809-journal-intervention/Kosovo-the-canadian-decision/ (10/09/2014)

Starbuck Rebekah, skripsi umm Liputan Pers Indonesia Tentang Gerakan Separatisme, hal 34

Trial dalam, http://www.slobodan-milosevic.org/documents/trial/2002-05-03.html (1/09/2014)

Tuwo Gerry Andrea, Indonesia belum Restui Kosovo Jado Negara, dalam

file:///C:/Users/666/Desktop/Sekiripswiit/Asia%20Tenggara%20-%20Indonesia%20Belum%20Restui%20Kosovo%20Jadi%20Negara%20 %20%20Okezone%20International.htm

UUD 1945

Wardhani Baiq, Artikel tentang dilemma Indonesia atas kemerdekaan Kosovo, dalam http://baiq-wardhani-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64394-Umum-dilema%20Indonesia%20atas%20kemerdekaan%20Kosovo.html (15/09/2014)

World : Europe Russia Resist Taking „Extreme Measures‟, dalam

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/303477.stm (3/09/2014) Yani Mochamad Yanyan, Politik Luar Negeri, hal 1,

dalamhttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web& cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpustak a.unpad.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2010%2F06%2Fpolitik_luar_negeri.pdf&ei=qdY mVNXpHoLIuASPsIHgBw&usg=AFQjCNFJVPTEsKlLFGwbllwfjorbhg KA5g&bvm=bv.76247554,d.c2E (07/05/2014)

Yu jincheng, Russia, India, China : Emerging Strategic Triangle, dalam


(13)

Yugoslavia(Serbia)/Kosovo(1968 – present), dalam

http://uca.edu/politicalscience/dadm-project/europerussiacentral-asia-region/SerbiaKosovo-1968-present/ (1/09/2014)


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Percaturan di panggung politik internasional diramaikan dengan diproklamirkannya suatu negara bernama Kosovo pada wilayah Balkan, Kosovoadalahdaerah di dalam bagian Serbia yang selama ini terus berjuang untuk tetap memisahkan diri dari Negara Serbia dan menjadi Negara merdeka.Pada Kamis 22 Juli 2010, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa deklarasikemerdekaan Kosovo dari Serbia tidak melanggar hukum internasional. Hingga saat ini, kemerdekaan Kosovo telah diakui oleh 109 negara anggota PBB termasuk Amerika Serikat dan hampir semua negara-negara anggota Uni Eropa, dan beberapa organisasi internasional(World Bank, NATO, IMF)1.

Kosovo yang berpenduduk 2,1 juta jiwa, terdiri dari etnis Albania yang muslim, etnis Serbia yang katolik ortodoks, selebihnya etnis Bosnia dan minoritas lain. Setelah mengalami konflik etnis berkepanjangan dengan pemerintahan Serbia, pada tanggal 17 Februari 20082, Kosovo menyatakan kemerdekaanya secara sepihak, Tentu hal ini merupakan komoditas politik bagi negara – negara yang berkepentingan. Dalam hal ini terkait persaingan kembali Rusia dengan Amerika Serikat

1

-, 2014, Recognized or announced the recognition of Republic of Kosova, dalam http://www.Kosovothanksyou.com ( 30/07/2014)

2

Aditia Maruli, 2010, Kemerdekaan Kosovo Sah, dalam

http://www.antaranews.com/berita/213001/kemerdekaan-Kosovo-sah ( 03/05/2014)


(15)

2

Saat itu Kosovo yang merupakan bagian dalam Negara Republik federal SosialisYugoslavia yang dipimpin oleh Broz Tito memberikan otonomi khusus terhadap daerah Kosovo, hal berbeda setelah sepeninggal Tito mulai berubah ketikakepemimpinan Slobodan Milosevic.Pola pemerintahan membuat Rakyat Kosovo ingin kembali memperjuangkan hak nya untuk mendapat kemerdekaan. Pada masa pemerintahan Slobodan Milosevic, terjadi pembantaian massal etnis muslimKosovo, Albania oleh etnis Serbia pimpinan Milosevic. Awal konflik ini dimulai ketika terjadi referendum oleh etnis Albania pada tahun 19913.Yang menyatakan pemisahan diri dari Federasi Yugoslavia dan Republik Serbia.Referendum ini sendiri juga merupakan akumulasi kekecewaan kaum Albania yang merasa didiskriminasi oleh pemerintah Serbia.

Walaupun etnis Albania mendominasi proporsi 2 juta warga Kosovo (90 %), akan tetapi pemerintah Serbia justru tidak pernah mendengarkan aspirasi kaum Albania. Kaum Albania justru menjadi sasaran kekerasan dan tindakan represif sehingga mereka memutuskan untuk membentuk Kosovo Liberation Army (KLA) yang memperjuangkan kemerdekaan etnis Albania.Hal ini kemudian dianggap ilegal dan menyulut konflik dengan pemerintah Serbia. Selain itu terjadinya gelombang demonstrasi akan kegagalan ekonomi pemerintah akan kegagalan meningkatkan kesejahteraan mereka yang diwarnai sentimen terhadap kaum Serbia juga memperpanas kondisi ini. Pemerintah Serbia yang berusaha mempertahankan kekuasaannya terhadap Kosovo secara frontal melakukan perlawanan terhadap rakyatnya sendiri.

3

Minorities at Risk Project, 2004, Chronology for Kosovo Albanians in Yugoslavia, dalam http://www.refworld.org/docid/469f38f51e.html ( 03/05/2014)


(16)

3

Bagi pemerintah Serbia tuntutan kemerdekaan yang diminta oleh Kosovo merupakan gerakan separatis yang mampu memecah Negara Serbia itu sendiri sehingga permasalahan ini mengganggu dalam pencapaian nationalinterest4maupun konflik dalam internal.Tetapi proklamasi Kosovo itu sendiri ternyata tidak hanya mampu membuat permasalahan dalam kawasan balkan terutama pada Serbia itu sendiri melainkan sedikit banyak menjadi perhatian masyarakat international seperti halnya NATOdan Uni Eropa, tak terkecuali dengan kawasan Asia terutama Indonesia.Dalam kasus Kosovo ini seakan melihat kesuksesan para separatisme yang mana Indonesia memiliki juga masalah seperti ini.

Pengakuan Negara lain tentu sangat dibutuhkan Kosovo mengingat suatu negara perlu akan pengakuan Negara lain, tetapi hal ini membuat dilema terhadap pemerintahan masa SBY dalam menentukan sikap yang mana adalah tidak memberikan ketegasan tentang kemerdekaan Kosovo.Bahkan dari merdekanya Kosovo hingga saat ini Indonesia melakukan lebih memilih dengan sikap abstain5. Walaupun dalam menjalan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif sesuai konstitusi serta melihat preambule undang – undang seharusnya Indonesia memilih untuk mendukung apapun proses bangsa lain dalam mencapai kemerdekaanya demi kedamaian.

4

Menurut T.May Rudy, Study Strategis dalam transformasi sistem Internasional Pasca Perang dingin, Refika Aditama, Bandung, 2002, hal 116 “Kepentingan nasional sering dijadikan tolok ukur atau kriteria pokok bagi para pengambil keputusan (decision makers) masing-masing negara sebelum merumuskan dan menetapkan sikap atau tindakan. Bahkan setiap langkah kebijakan luar negeri (Foreign Policy) perlu dilandaskan kepada kepentingan nasional dan diarahkan untuk mencapai serta melindungi apa yang di tujukan.”

5

-,Indonesia Harus Tegas Tentukan Sikap Atas Kosovo, dalam

www.dpr.go.id/id/berita/bksap/2013/nov/29/7163/Indonesia-harus-tegas-tentukan-sikap-atas-Kosovo (25/02/2014)


(17)

4

Ketertarikan penulis terhadap topic ini peneliti merasa tertarik tentang bagaimana proses Indonesia menyikapi permasalahan ini, Dukungan International yang didapat oleh Kosovo, serta adanya adanya “Piagam Jakarta” tentu hal ini sangat menarik, hal yang begitu sah secara de yure6dan de facto7 tetapi Indonesialebih memilih abstain terhadap Kosovo, walaupun secara tidak langsung pengakuan dari Indonesia bukan merupakan hal yang urgen, serta ada juga Negara – Negara di Eropa yang tidak mengakui lahirnya Kosovo, maka apakah Indonesia juga mempertimbangkan hal tersebut atau tidak, maka peneliti mencoba meneliti sikap Indonesia dalam merumuskan ini yang mana hal tersebut nantinya menjadi penelitian untuk mampu lebih memahami sikap kebijakan luar negeri Indonesia. 1.2Rumusan Masalah

Mengapa politik luar Negeri Indonesia dalam pemerintahan SBY melakukan sikap abstain terhadap kemerdekaan Kosovo?

1.3Manfaat Penelitian

Menganalisa bagaimana politik luar negeri Indonesia dalam pemerintahan SBY yang memilih abstain dalam pengakuan terhadap kemerdekaan Kosovo. 1.4Penelitian Terdahulu

6

Pengakuan de jure yaitu pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum internasional. Pengakuan de jure dibagi menjadi 2 macam yaitu:

- Pengakuan de jure bersifat tetap, yaitu pengakuan dari Negara lain yang berlaku untuk selamanya karena kenyataan yang menunjukkan adanya pemerintahan yang stabil.

- Pengakuan de jure bersifat penuh, yaitu terjadinya hubungan antarnegara yang mengakui dan diakui dalam hubungan dagang, ekonomi, dan diplomatik. Negara yang mengakui berhak memiliki konsulat atau membuka kedaulatan di Negara yang diakui.

7

De Facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan yang ada atau fakta yang sungguh - sungguh nyata tentang berdirinya suatu negara.

-De Facto bersifat sementara Pengakuan dari negara lain tanpa melihat perkembangan negara tersebut. Apabila negara tersebut hancur, maka negara lain akan menarik pengakuannya.

-De Facto bersifat tetap Pengakuan dari negara lain terhadap suatu negara yang hanya bisa menumbulkan hubungan di bidang perdagangan dan ekonomi.


(18)

5

Penelitian terdahulu yang ditampilkan pada bagian ini memiliki tujuan untuk bagaimana peneliti dapat membandingkan serta untuk membantu penelitian yang akan dilakukan dengan sejumlah penelitian terdahulu, dalam hal ini meliputi: konsep maupun teori yang digunakan, pendekatan dan metode penelitian serta hasil penelitian dan relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan.

Pertama, jurnal kayra MSc. Alfred Marleku yang berjudul “National Interest and Foreign Policy: The Case of Kosovo”.8Dimana Alfred menjelaskan bagaimana melihat permasalahan Kosovo dengan metode deskriptif berdasarkan kepentingan nasional.Dalam jurnal tersebut, tindakan Kosovo dalam mengambil tindakan berdasarkan konsep national interest sehingga kebijakan nasional yang mencerminkan nilai-nilai dan kepentingan masyarakat.Maka kebijakan luar negerinya tidak akan dipandu oleh tingkat rasionalitas dan kebijakan luar negeri yang sistematis, melainkan harus mencerminkan kepentingan warga dan nilai-nilai masyarakat Kosovo. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang konsep kepentingan nasional dan padasaat yang sama, untuk memeriksa pilihanbahwa Kosovo menghadapi karena berusaha untuk mendefinisikan kepentingan nasionalnya.

Bagian pertama dari penelitian ini menawarkan gambaran teoritikonsep kepentingan nasional. Sedangkan pada bagian kedua lebih kepada menjelaskan model dari platform Kosovo / strategi nasional. Jenis kepentingan nasionaldidasarkan seperti yang didefinisikan oleh Hans J. Morgenthau. Penelitian ini berargumenbahwa, jika suatu negara tidak mendefinisikan dengan baik

8

Marleku Alfred, National Interest and Foreign Policy: The Case of Kosovo,vol 4 no 3,2013


(19)

6

kepentingan nasionalnya, maka politik luar negerinya tidak terstruktur dengan baik. Akibatnya, ia tidak kompetitif di kawasan internasional. Oleh karena itu, untuk menghindari pendekatan adhoc melakukan asingpolitik, Kosovo harus membentuk strategi / platform kepentingan nasional yang, sebelum segala sesuatu didasarkan pada prinsip-prinsipnegara demokrasi yang bertujuan untuk melindungi kepentingan warganya dan mengkonsolidasikan demokrasi di kawasan

Kedua, sebuah jurnal karya R. Aditia Harisasongko yang berjudul “Diplomasi Amerika Serikat terhadap Korea Utara Dalam Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir Di Semenanjung Korea (1994 – 2007)”.9 Penelitiantersebut menggunakan teori diplomasi track oneserta penelitan deskriptif yang mana pada kesimpulanya Amerika Serikat walau menggunakan diplomasi yang sama untuk penyelsaian krisis nuklir di semenanjung Korea ternyata memberikan implementasi yang berbeda di tiap-tiap presiden Amerika saat menjabat. Sehinnga upaya-upaya diplomasi yang dilakukan Amerika selama ini belum bisa dikatakan berhasil. Baik diplomasi yang dilakukan oleh Clinton maupun Bush. Reaktor-reaktor nuklir Korea Utara belum berhasil ditutup sepenuhnya. Korea Utara sendiri terkesan mengulur-ngulur waktu dan mencoba mendapatkan hasil negosiasi yang lebih baik. Dalam penelitian ini membahas diplomasi Amerika dalam menangani krisis nuklir Korea selama Clinton dan pemerintahan Bush.

Peneliti menerapkan Tract One Diplomasi sebagai konsep utama untuk pendekatan diplomasi Amerika tentang krisis tersebut selama 1994-2007. Dalam

9

Harisasongko Aditia, Diplomasi Amerika Serikat terhadap Korea Utara Dalam Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir Di Semenanjung Korea (1994 – 2007)


(20)

7

penelitian ini penulis mencoba mengusulkan dua set argumen. Pertama, dalam situasi krisis, Presiden sebagai pemimpin eksekutif memegang pengaruh kuat dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Setiap presiden memiliki gaya yang berbeda di mana hal itu mempengaruhi gaya diplomatik. Kedua, baik Clinton dan Bush bekerja gaya yang berbeda dalam menangani krisis. Clinton cenderung menggunakan hubungan bilateral dengan pendekatan yang lembut. Sementara itu, Bush cenderung menggunakan forum multilateral dikombinasikan dengan pendekatan berat tangan seperti sanksi ekonomi, membekukan aset Korea Utara dan menentang perundingan bilateral AS-Korea Utara. Ketiga, meskipun berbeda dalam gaya diplomatik, keduanya berbagi penggunaan penghargaan hanya jika Korea Utara menutup fasilitas nuklirnya.

Ketiga, penelitian Harwanto Dahlan dengan judul “Menghidupkan Lagi Komitmen Ke Timur Tengah10” penelitan ini menjelaskan tindakan kebijakan luar negeri Indonesia dan menggunakan metode deskripsi, dimana peneliti menulis baik secara Negara sendiri maupun tergabung dalam ASEAN kebijakan luar negeri Indonesia lebih condon kepada Negara Negara barat, dalam hal ini dalam tulisanya penulis menjelaskan bahwa sikap kebijakan Indonesia terkait kepentingan nasionalnya masih tidak terlihat hal itu disimpulkan oleh peneliti karena kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Timur Tengah belum berubah secara radikal untuk mengakomodasi tumbuh terutama di sektor ekonomi - signifikansi dari Timur Tengah ke seluruh dunia.

10

Dahlan Harwanto, Menghidupkan Lagi Komitmen Ke Timur Tengah, -


(21)

8

Dampaknya,Indonesia kurang melaksanakan sikap dan komitmen yang asertif, misalnya dalam perang Israel-Arab tahun 1967 Indonesia tidak secara tegas berpihak kepada Arab sehingga dianggap lebih banyak menguntungkan Israel daripada negara-negara Arab (Roesad 1979, 250). Selain itu, pada awal pemerintahan Orde Baru tidak ada kontak langsung seperti kunjungan pejabat tinggi pemerintah setingkat menteri atau kepala negara.Akibatnya hubungan Indonesia dengan negara-negara Arab tidak akrab.Salah satu dampak dari tidak akrabnya hubungan tersebut adalah kurangnya pemahaman negara-negara Arab terhadap posisi Indonesia dalam masalah Timor Timur di PBB khususnya.

Keempat, penelitian Muradi yang berjudul “Sikap Barat Dan Kemanangan Hamas Di Palestina: Sebuah Analisis Komunikasi Politik”.11 Penelitian ini menjelaskan ketika Hamas memenangkan Pemilu di Palestina pada Januari 2006, memiliki respon negatif oleh Barat dan Amerika Serikat Salah satu responsif negatif adalah dana ekonomi boikot. Hamas dan Fatah memiliki konflik internal yang membuat situasi terburuk, di mana masing-masing dari mereka mengambil di bawah stateorganization politik.Dalam studi ini peneliti menggunakan metode Deskritif tentang bagaimana menggambarkan serta menggunakan analisa komunikasi politik dan elit Negara.

Dalam jurnal tersebut, keberadaan elit politik dalam komunikasi politik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses interaksi yang lebih teknis. Hal ini disebabkan karena elit politik dalam proses tersebut menjadi aktor yang paling dominan dalam memainkan perannya untuk mendorong kredibilitas

11

Muradi, Sikap Barat Dan Kemanangan Hamas Di Palestina: Sebuah Analisis Komunikasi Politik


(22)

9

dan kualitas dari proses komunikasi politik yang terjadi. Sehingga dalam implementasi teori yang di jelaskan adalah terjadinya upaya saling membenarkan terhadap sikap yang diambilnya.Barat masih menggangap bahwa Hamas adalah organisasi politik yang anti Barat, menolak berunding dengan Israel, dan tidak mengakui Israel.

Sementara diinternal Palestina sendiri terjadi konflik yang disebabkan oleh perebutan kontrol atas berbagai lembaga strategis lainnya, selain masalah metodologi perjuangan yang juga berbeda satu dengan yang lainnya.Dari kondisi tersebut di atas, jelas menekankan adanya ketidaksinambungan antara komunikator politik dan komunikan politik.Timbal balik kepentingan di antara kedua negara terhalang oleh adanya asumsi dasar yang makin memperkeruh permasalahan.Sementara dilema dari kebuntuan komunikasi politik tersebut adalah telah terjadinya kesengsaraan dan kesulitan yang makin bertambah di rakyat Palestina.Yang menarik juga adalah bahwa kebijakan Ismail Haniya untuk memangkas habis bantuan ekonomi bersyarat dari Barat juga didukung oleh rakyatnya. Padahal apabila dikaitkan dengan kondisi ekonomi Palestina hal tersebut makin menambah kesengsaraan

Kelima, skripsi Khalisotussurur yang berjudul “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Palestina Melalui United States Security CoordiNATOr (USSC) Periode 2005 – 2012”.12 Peneliti menggunakan metode penelitian deskritif, dalam penelitiannya proses kebijakan Amerika Serikat melalui USC terhadap palestina dengan mereformasi sektor keamanannya dengan cara

12

Khalisotussurur, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap Palestina Melalui United States Security Coordinator (USSC) Periode 2005 – 2012


(23)

10

memberikan bantuan keamanan. Hal ini di perkuat oleh teori kebijakan luar negeri serta konsep kepentingan nasional, dimana dalam kesimpulanya Pasca peristiwa 11 september 2001, terorisme menjadi musuh utama AS, sehingga AS mengeluarkan kebijakan luar negeri dengan bantuan keamanan ke Negara – Negara yang berpotensi melakukan serangan terror termasuk Palestina, hal ini secara tidak langsung juga menguntungkan AS untuk menjaga national interest lainya yaitu menjaga aliansi AS di Timur Tengah yaitu Israel dari serangan pihak lain karena Israel merupakan Aliansi AS yang terdekat di Timur Tengah dalam menyebarkan pengaruh baik tindakan maupun kebijakan AS nantinya.

Dari paparan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan oleh peneliti, peneliti ataupun penulis bahwa dari kelima penelitian tersebut, kesemuanya dirasa oleh peneliti memiliki korelasi terkait dengan apa yang menjadi fokus penelitian oleh peneliti yaitu terkait bagaimana sebuah kebijakan atau arah kebijakan luar negeri, walaupun dalam hal ini peneliti menyadari bahwa dalam kelima cointoh yang dipaparkan tidak memiliki kesamaan dalam konteks tema.

Tabel 1.1

NO Nama Judul Hasil Penelitian

1. MSc. Alfred Marleku

“National

Interest and Foreign Policy: The Case of Kosovo” ( September 2013)

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif serta Kepentingan Nasional sebagai alat analisa, hasil penelitian ini Maka kebijakan luar negerinya tidak akan dipandu oleh tingkat rasionalitas dan kebijakan luar negeri yang sistematis, melainkan harus mencerminkan kepentingan warga dan nilai-nilai masyarakat Kosovo.


(24)

11

2. R. Aditia

Harisasongko “Diplomasi Amerika Serikat terhadap Korea Utara Dalam Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir Di Semenanjung Korea (1994 – 2007)”

Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif serta menggunakan diplomasi track one walau menggunakan diplomasi yang sama untuk penyelsaian krisis nuklir di semenanjung Korea ternyata memberikan implementasi yang berbeda di tiap – tiap presiden Amerika saat menjabat. Sehinnga Upaya – upaya diplomasi yang dilakukan Amerika selama ini belum bisa dikatakan berhasil. Baik diplomasi yang dilakukan oleh Clinton maupun Bush. Reaktor-reaktor nuklir Korea Utara belum berhasil ditutup sepenuhnya. 3. Harwanto

Dahlan

“Menghidupkan Lagi Komitmen

Ke Timur Tengah”

bahwa sikap kebijakan Indonesia terkait kepentingan nasional nya masih tidak terlihat hal itu di simpulkan oleh peneliti karena kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Timur Tengah belum berubah secara radikal untuk mengakomodasi tumbuh terutama di sektor ekonomi - signifikansi dari Timur Tengah ke seluruh dunia.

4. Muradi “ Sikap Barat

Dan Kemanangan Hamas Di Palestina: Sebuah Analisis Komunikasi Politik ”

peneliti ini menggunakan metode penelitian deskritif, menggaambarkan serta menggunakan analisa komunikasi politik dan elit

negara sehingga menghasilkan Timbal balik kepentingan di antara kedua negara terhalang oleh adanya asumsi dasar yang makin memperkeruh permasalahan. Sementara dilema dari kebuntuan komunikasi politik tersebut adalah telah terjadinya kesengsaraan dan kesulitan


(25)

12

yang makin bertambah di rakyat Palestina.

5. Khalisotussurur “ Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Terhadap

Palestina

Melalui United States Security CoordiNATOr (USSC) Periode 2005 – 2012

1. peneliti ini

menggunakan metode penelitian deskritif, dalam alat analisanya teori kebijakan luar negeri serta konsep kepentingan nasional,

dimana dalam kesimpulanya

peristiwa 11 september 2001, membuat AS mengeluarkan

kebijakan luar negeri melawan segala tindakan terorisme salah satunya dengan memberikan bantuan keamanan ke Negara –

Negara yang berpotensi melakukan

serangan terror termasuk Palestina, hal

ini secara tidak langsung juga menguntungkan AS untuk menjaga national interest lainya

yaitu menjaga aliansi AS di Timur Tengah yaitu Israel dari serangan pihak lain

karena Israel merupakan Aliansi AS

yang terdekat di Timur

Tengah dalam menyebarkan pengaruh

baik tindakan maupun kebijakan AS.


(26)

13

Dalam menganalisa suatu permasalahan yang kita hadapi dalam Hubungan Internasional diperlukan teori yang relevan atau teori yang berhubungan dengan suatu permasalahan tersebut.Pada penelitian ini, penulis mengunakankebijakan politik luar negeri Indonesiadan organisasional model proses.

1.5.1 Konsep Politik Luar Negeri

Politik luar negeri itu pada dasarnya merupakan “action theory”, atau kebijakasanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai suatu kepentingan tertentu. Secara pengertian umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan suatu perangkat formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia internasional.Suatu komitmen yang pada dasarnya merupakan strategi dasar untuk mencapai suatu tujuan baik dalam konteks dalam negeri dan luar negeri serta sekaligus menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu - isu internasional atau lingkungan sekitarnya13.

Secara umum politik luar negeri merupakanPolitik luar negeri dimana melibatkan aspek – aspek baik dari internal maupun eksternal dari sebuah Negara.Negara dianggap sebagai actor dalam melakukan kebijakan politik luar negeri merupakan unit politik utama dalam sistem hubungan internasional, walaupun peran actor non – state juga semakin penting dalam hubungan

13

Yani Mochamad Yanyan, Politik Luar Negeri, hal 1, dalam

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=

0CBoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2010%2F06%2Fpolitik_luar_negeri.pdf&ei=qdYmVNXpHoLIuASPsIHg Bw&usg=AFQjCNFJVPTEsKlLFGwbllwfjorbhgKA5g&bvm=bv.76247554,d.c2E (07/05/2014)


(27)

14

internasional14.Pelaksanaan politik luar negeri juga ikut dipengaruhi oleh perkembangan atau konstelasi politik internasional.

Terdapat tiga parameter dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri yaitu : Pertama, tataran domestik yang mengacu kepada politik domestik dan ketetapan institusi dalam sehingga kemudian menjadi rujukan terhadap pembuatan keputusan atau kebijakan luar negeri. Kedua, tataran internasional dimana merujuk terhadap posisi maupun suatu negara dalam berpartisipasi di sistem internasional serta bagaimana terkait faktor pembatasan sistemik. Ketiga, gabungan baik dari domestik maupun internasional, dalam hal ini seperti kejadian maupun fenomena yang tidak dapat terduga sehingga memberikan dampak sistemik.15

Dalam hal ini Indonesia dalam menjalankan politik luar negeri tidak lah mudah, karena konstelasi di dunia internasional juga sedikit banyak memberikan dampak pada internal Indonesia, oleh sebab itu Indonesia juga mengalami banyak perubahan diantaranya adalah, ketika Indonesia menghadapi adanya blok barat dan blok timur Indonesia menerapkan politik luar negeri yang berpedoman mendayung di antara 2 karang, kemudian navigating a turbulence oceans perbuahan dianggap perlu mengingat munculnya kekuatan – kekuatan baru dalam kancah dunia internasional16.

1.5.2 Politik bebas Aktif

14

James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kennth W. Thompson.1976. World Politics: An Introduction. New York: the Free Press, hal.15

15

Blavoukos Spyros and Dimitris Bourantonis, Identifying Parameters of Foreign Policy Change : A Synthetic Approach 2009, hal4 - 7

16

Bantarto Bandoro, Navigating Turbulent Seas, dalam

http://www.thejakartapost.com/news/2007/01/02/navigating-turbulent-seas.html (7/5/2014)


(28)

15

Politik luar negeri Indonesia Bebas Aktif merupakan hasil pemikiran proklamator Bung Hatta yang dicetuskan saat memberikan keterangan mengenai arah politik luar negeri Indonesia dihadapan anggota badan pekerja KNIP yang diketuai oleh Kasman Singodimejo di Yogyakarta tanggal 2 September 194817. Bebas Aktif merupakan tanggapan maupun strategi Indonesia terhadap konstelasi internasional saat itu, ketika dunia internasional terpolarisasi menjadi terbagi menjadi 2 blok yaitu blok barat dan blok timur. Dengan Bebas Aktif ini setidaknya dapat meredam konflik internal saat itu, ketika dinamika internasional diwarnai permasalahan politik antara dua negara adikuasa.

Politik Bebas Aktif mengandung dua unsur, Dimana bebas berarti tidak terlibat suatu aliansi militer atau pakta pertahanan dengan kekuatan luar yang menjadi ciri khas Perang Dingin.Dalam arti yang lebih luas, Bebas menunjukkan nasionalisme yang tinggi, menolak keterlibatan maupun ketergantungan kepada pihak luar yang dapat mengurangi kedaulatan.Sedangkan Aktif diartikan bahwa Indonesia selalu menentang penjajahan dan memajukan perdamaian dunia.

Dewasa ini pada dasarnya politik luar negeri RI tidak mengalami perubahan, yaitu tetap politik luar negeri bebas aktif yang berdasarkan pada UUD 1945. Arah politik Indonesia yang bebas aktif dan berorientasi pada kepentingan nasional, menitikberatkan pada solidaritas antarnegara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk, serta meningkatkan kemandirian bangsa dan kerjasama intemasional bagi kesejahteraan rakyat.

17

-, Ensiklopdia untuk pelajar 4, bab 4, hal 59.


(29)

16

Dalam pemerintahan 2009 – 2014Indonesia mengenal doktrin – doktrin baru dalam pemerintahanya antara lain doktrin SBY “ A Thousand friends Zero Enemy” serta dengan doktrin M. Natalegawa “Dynamic Equilibrium” sehingga nantinya kebijakan politik luar negeri Indonesia dalam menggapai kepentingan nasional, Indonesia harus menjalankan dengan 2 cara pendekatan tersebut.

1.5.3 Doktrin M. Natalagewa ( DynamicEquilibrium)

Demi tercapainya kebijakan luar negeri yang sejalan dengan pencapaian nasional, Indonesia harus menyiapkan strategi khusus. Dalam hal ini, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa telah menyiapkan beberapa strategi dalam menjalankan politik luar negeri Indonesia di perpolitikan internasional antara lain yang akan digunakan dalam menghadapi berbagai konstelasi dunia dan juga untuk menjalankan kepemimpinan Indonesia baik dalam konteks organisasi internasional(ASEAN) maupun Indonesia sebagai nation state. Cara yang dimaksud adalah program Menlu Marty Natalegawa yang dikenal dengan istilah Dynamic Equilibrium. Pada hakekatnya Marty Natalegawa doktrin ini merupakan strategi khusus, dynamic equilibrium di sini menjelaskan bagaimana mencapai keseimbangan dinamis18.

Doktrin Marty Natalegawa dalam posisinya sebagai Menlu dan juga melihat Indonesia, diharapkan mampu terciptanya kawasan regional yang solid dengan mengacu pada keseimbangan dinamis yang bermakna bahwa seluruh Negara mampu berkembang bersama tanpa harus ditekan oleh Negara

18

Gustavo mendiolaza, Aspects of Indonesia’s Foreign, Defence and Trade Policies: Current Developments and Future Expectations 23 july 2013, hal 2


(30)

17

lain.Doktrin Natalegawa adalah sebuah konsep keterpaduan dan ketergantungan yang saling menguntungkan pembangunan dan perkembangan negara-negara Asia.Doktrin ini merupakan sebuah terobosan status quo yang tidak lagi mengandalkan perlombaan senjata dan membangun kekuatan militer, apalagi kekuatan laut biru seperti kebangkitan Inggris abad ke-19. Pengurangan anggaran militer dari GDP masing-masing negara di kawasan Asia Timur maupun negara luar kawasan akan memberikan arti dan kontribusi lebih besar pada mekanisme kerja sama multilateral terfokus pada persoalan mengembangkan dan membangun kerja sama ekonomi, perdagangan, dan keuangan.

Situasi yang kondusif dalam politik internasional dipandang dengan munculnya kekuatan baru dalam politik internasional, dengan Negara – Negara berkembang menjadi kurang tergantung pada kekuatan dominan.Doktrin ini kemudian melihat kekuatan baru seperti India dan Tiongkok, tidak seperti halnya dulu ketika kekuatan dunia hanya terbagi menjadi 2 yaitu poros barat dan poros timur.Doktrin ini lebih mengedepankan bagaimana kita menjalankan politik luar negeri kita sesuai landasan kita yang bebas aktif tetapi tetap memaksimalkan opsi – opsi yang aman.

Dalam Implementasinya, baik teori maupun konsep yang digunakan penulis adalah, dalam sikap Indonesia yang abstain terhadap Kosovo adalah merupakan dalam strategi untuk mempertahankan kedaulatan negara, hal tersebut ditujukkan pula untuk memaksimal kan pilihan yang terbaik yang dilakukan pengambil kebijakan (Pemerintah), dimana banyak hal yang dapat menciderai


(31)

18

kedaulatan NKRI jikalau Indonesia melakukan pengakuan atas Kosovo, walaupun Kosovo sendiri yang notabene mayoritas muslim.

Dan doktrin marty dirasalebih tepat lagi untuk Indonesia dalam sikap abstainnya dapat mengantisipasi agar tidak memihak antara kedua belah pihak baik yang pro maupun menolak terhadap Kosovo.Keputusan itu dianggap rasional oleh pemerintah, dan kita pada umumnya memang cenderung berpikir bahwa keputusan –terutama yang menyangkut politik luar negeri – di buat secara rasional.Indonesia dalam hal ini mencoba untuk memaksimalkan kepentinganya baik secara nasional maupun internasional.Hal itu melihat bagaimana Indonesia mencoba dalam andil memainkan peran dalam politik internasional sekaligus mencari titik teraman dalam pengambilan kebijakan.

1.5.4 Organizational Model Process (OMP)

Graham T. Allison memberikan gambaran mengenai proses pembuatan keputusan. Model yang digunakan adalah model aktor rasional, model proses organisasi dan model politik birokratik19.Rational Actor Model dalam hal ini pengambilan kebijakan luar negri berdasarkan pilihan rasional dari para aktornya tentu saja dengan mempertimbangkan situasi, tujuan, pilihan dan konsekuensinya.Buruecratic Model dalam hal ini politik luar negri dianggap sebagai hasil dari bargaining (tawar-menawar) oleh para aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan itu.

Organisational Process Model menggambarkan bahwa jelas sudah politik luar negri itu merupakan hasil dari proses organisasional hal ini akan sangat

19

Allison.T.Graham, august 1968, Conceptual Models And The Cuban Missle Crisis : Rational Policy, Organizational Process, And Bureaucratic Politics hal 15


(32)

19

berhubungan dengan pola standarisasi dari tujuan politik luar negri itu dan bagaimana pola hubungan dari powernya, ini juga akan sangat berhubungan dengan perubahan organisasional dan pengalaman yang didapat oleh organisasi itu. Proses pengambilan keputusan melalui organizational, para pembuat keputusan bekerja dalam keterbatasan informasi dan waktu dan tidak mencari suatu pemecahan yang optimal. Mereka hanya terlibat dalam perilaku untuk sekedar ‘memuaskan’ dan mencoba untuk menemukan solusi yang memenuhi serangkaian tujuan (minimum) dan meminimalisir sedemikian mungkin resiko kegagalan20.

Para pemimpin juga cenderung untuk mengarahkan solusi yang membatasi ketidakpastian jangka pendek (penekanan jangka pendek).Organisasi juga mengikuti satu prosedur dan repertoires ketika mengambil suatu kebijakan dalam mengambil fenomena21.Karena itulah, menurut Allison, model ini paling sering diterapkan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan politik luar negeri22.keputusan didasarkan pada empat langkah23:

a) Pemilihan yang obyektif yang bernilai dari suatu kebijakan yang sudah pasti ditujukan pada tujuan yang maksimal.

b) Pemilihan atas alternatif – alternatif yang ada untuk mencapai hasil yang diharapkan

20

Eby Hara Abu Bakar, Pengantar Analisis Politik Luar Negeri Dari Realisme Sampai Konstraktivisme, Bandung: NUANSA, hal 95

21

Ibid

22

Graham T. Allison, The American Political Science Review : Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis, Volume 63, Issue 3, hal 691

23

Spainer Uslaner, “American Foreign Policy Making & the Democratic Dilemmas”, CBS College


(33)

20

c) Perhitungan dari untung dan rugi dari alternatif yang diambil. d) Pemilihan atas alternatif yang memberikan hasil yang optimal.

Melihat dari berbagai model dalam pengambilan keputusan peneliti disini mencoba untuk menekankan dalam tingkat model organizational, karena peneliti melihat banyak nya data – data yang nanti dapat menguatkan hipotesa maupun kesimpulan dari penelitian ini sedang kan dari batasan – batasan tersebut, maka secara tidak langsung dalam pemerintahan SBY (2009 – 2014) pemerintah memilih pada abstain karena tingkat situasi nya yang menekan untuk tidak memilih, dalam hal ini situasi dengan banyaknya kerugian yang akan diterima dari pada hasil dengan menerima Kosovo sebagai sebuah bangsa Negara baru dalam tatanan dunia internasional.

Walaupun dalam hal ini sikap Indonesa pun mendapat kecaman berbagai actor non – state yang mana mayoritas kelompok maupun organisasi berlandaskan suatu agama.Berarti jika kita cocokan poin mana yang lebih condong dalam hal ini, maka peneliti lebih mengklasifikasikan bahwa keputusan yang diambil merupakan tindakan yang didasari dari keempat poin tersebut.

1.6Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Dari beberapa rumusan masalah yang diambil oleh penulis, maka penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode eksplanatif. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menjelaskan bagaimana Indonesiamemilih sikap


(34)

21

abstaindalam pengakuan kemerdekaan Kosovo yang telah berlangsung sejak 2008 pada masa pemerintahan SBY

1.6.2 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, dan kemudian menganalisanya. Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jurnal-jurnal, majalah, surat kabar, dan situs-situs internet ataupun laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif dengan metode eksplanatif. Adapun dalam menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian mengubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Sedangkan, data kuantitatif memperkuat analisis kualitatif.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan Waktu : Batasan waktu penilitian di ambil pada masa pemerintahan Indonesia 2009 – 2014.

Batasan Materi : Segala literature terkait kebijakan Indonesia masa 2009 – 2014 yang masih dapat dikatakan relevan pada penelitian ataupun hal – hal yang berkaitan dengan penelitian. Kedua batasan tersebut berdasarkan karena proses berlangsungnya pemerintahan baru pada periode, setelah


(35)

22

kemerdekaan Kosovo 2008 sehingga proses pengambilan keputusanya didasarkan pada arah pemerintahan tersebut dimana pada periode 2009 – 2014.

1.6.5 Peringkat Analisis

Dalam menentukan peringkat analisi peneliti menentukan dimana kebijakan luar negeri Indonesia yang memilih abstain terkait kemerdekaan Kosovo sebagai unit analisa sedangkan untuk proses kebijakan luar negeri Indonesia sebagai unit eksplanasi. Sehingga nantinya level yang diambil adalah level analisa korelasionis dimana antara unit analisa dan unit eksplanasi salaing keterkaitan antara satu sama lain.

1.7Hipotesis

Dalam hal ini Hipotesis sementara yang dapat diambil oleh penulis adalah ada ketakutan pada Pemerintahan SBY (2009 – 2014) dimana pemberian pengakuan kemerdekaan atas Kosovo sendiri nantinya akan menggoyahkan atau menjadi dilemma yang mana dapat menciderai Indonesia itu sendiri. Dalam hal ini sikap abstain pemerintahan republik Indonesia periode 2009 – 2014 terhadap Kosovo disebabkan oleh adanya proses organisasional didalam pemerintahan. Dimana hal itu akan menjadi pemicu akan terbukanya jalan pada gerakan separatislainnya,yang nantinya dapat memberikan dampak akan kemudahan serta membangkitkan semangat separatis lainya untuk memisahkan diri dari Indonesia. Serta ketakutan terjadinya opini internasional ketika Indonesia memihak salah satu, maka secara tidak langsung


(36)

23

Indonesiaakan terbawa arus antara pendukung pro maupun anti terkait kemerdekaan Kosovo.


(1)

kedaulatan NKRI jikalau Indonesia melakukan pengakuan atas Kosovo, walaupun Kosovo sendiri yang notabene mayoritas muslim.

Dan doktrin marty dirasalebih tepat lagi untuk Indonesia dalam sikap abstainnya dapat mengantisipasi agar tidak memihak antara kedua belah pihak baik yang pro maupun menolak terhadap Kosovo.Keputusan itu dianggap rasional oleh pemerintah, dan kita pada umumnya memang cenderung berpikir bahwa keputusan –terutama yang menyangkut politik luar negeri – di buat secara rasional.Indonesia dalam hal ini mencoba untuk memaksimalkan kepentinganya baik secara nasional maupun internasional.Hal itu melihat bagaimana Indonesia mencoba dalam andil memainkan peran dalam politik internasional sekaligus mencari titik teraman dalam pengambilan kebijakan.

1.5.4 Organizational Model Process (OMP)

Graham T. Allison memberikan gambaran mengenai proses pembuatan keputusan. Model yang digunakan adalah model aktor rasional, model proses organisasi dan model politik birokratik19.Rational Actor Model dalam hal ini pengambilan kebijakan luar negri berdasarkan pilihan rasional dari para aktornya tentu saja dengan mempertimbangkan situasi, tujuan, pilihan dan konsekuensinya.Buruecratic Model dalam hal ini politik luar negri dianggap sebagai hasil dari bargaining (tawar-menawar) oleh para aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan itu.

Organisational Process Model menggambarkan bahwa jelas sudah politik luar negri itu merupakan hasil dari proses organisasional hal ini akan sangat

19

Allison.T.Graham, august 1968, Conceptual Models And The Cuban Missle Crisis : Rational Policy, Organizational Process, And Bureaucratic Politics hal 15


(2)

berhubungan dengan pola standarisasi dari tujuan politik luar negri itu dan bagaimana pola hubungan dari powernya, ini juga akan sangat berhubungan dengan perubahan organisasional dan pengalaman yang didapat oleh organisasi itu. Proses pengambilan keputusan melalui organizational, para pembuat keputusan bekerja dalam keterbatasan informasi dan waktu dan tidak mencari suatu pemecahan yang optimal. Mereka hanya terlibat dalam perilaku untuk sekedar ‘memuaskan’ dan mencoba untuk menemukan solusi yang memenuhi serangkaian tujuan (minimum) dan meminimalisir sedemikian mungkin resiko kegagalan20.

Para pemimpin juga cenderung untuk mengarahkan solusi yang membatasi ketidakpastian jangka pendek (penekanan jangka pendek).Organisasi juga mengikuti satu prosedur dan repertoires ketika mengambil suatu kebijakan dalam mengambil fenomena21.Karena itulah, menurut Allison, model ini paling sering diterapkan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan politik luar negeri22.keputusan didasarkan pada empat langkah23:

a) Pemilihan yang obyektif yang bernilai dari suatu kebijakan yang sudah pasti ditujukan pada tujuan yang maksimal.

b) Pemilihan atas alternatif – alternatif yang ada untuk mencapai hasil yang diharapkan

20

Eby Hara Abu Bakar, Pengantar Analisis Politik Luar Negeri Dari Realisme Sampai Konstraktivisme, Bandung: NUANSA, hal 95

21

Ibid

22

Graham T. Allison, The American Political Science Review : Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis, Volume 63, Issue 3, hal 691

23

Spainer Uslaner, “American Foreign Policy Making & the Democratic Dilemmas”, CBS College


(3)

c) Perhitungan dari untung dan rugi dari alternatif yang diambil. d) Pemilihan atas alternatif yang memberikan hasil yang optimal.

Melihat dari berbagai model dalam pengambilan keputusan peneliti disini mencoba untuk menekankan dalam tingkat model organizational, karena peneliti melihat banyak nya data – data yang nanti dapat menguatkan hipotesa maupun kesimpulan dari penelitian ini sedang kan dari batasan – batasan tersebut, maka secara tidak langsung dalam pemerintahan SBY (2009 – 2014) pemerintah memilih pada abstain karena tingkat situasi nya yang menekan untuk tidak memilih, dalam hal ini situasi dengan banyaknya kerugian yang akan diterima dari pada hasil dengan menerima Kosovo sebagai sebuah bangsa Negara baru dalam tatanan dunia internasional.

Walaupun dalam hal ini sikap Indonesa pun mendapat kecaman berbagai actor non – state yang mana mayoritas kelompok maupun organisasi berlandaskan suatu agama.Berarti jika kita cocokan poin mana yang lebih condong dalam hal ini, maka peneliti lebih mengklasifikasikan bahwa keputusan yang diambil merupakan tindakan yang didasari dari keempat poin tersebut.

1.6Metodologi Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian

Dari beberapa rumusan masalah yang diambil oleh penulis, maka penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode eksplanatif. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menjelaskan bagaimana Indonesiamemilih sikap


(4)

abstaindalam pengakuan kemerdekaan Kosovo yang telah berlangsung sejak 2008 pada masa pemerintahan SBY

1.6.2 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, dan kemudian menganalisanya. Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jurnal-jurnal, majalah, surat kabar, dan situs-situs internet ataupun laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif dengan metode eksplanatif. Adapun dalam menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian mengubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Sedangkan, data kuantitatif memperkuat analisis kualitatif.

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan Waktu : Batasan waktu penilitian di ambil pada masa pemerintahan Indonesia 2009 – 2014.

Batasan Materi : Segala literature terkait kebijakan Indonesia masa 2009 – 2014 yang masih dapat dikatakan relevan pada penelitian ataupun hal – hal yang berkaitan dengan penelitian. Kedua batasan tersebut berdasarkan karena proses berlangsungnya pemerintahan baru pada periode, setelah


(5)

kemerdekaan Kosovo 2008 sehingga proses pengambilan keputusanya didasarkan pada arah pemerintahan tersebut dimana pada periode 2009 – 2014.

1.6.5 Peringkat Analisis

Dalam menentukan peringkat analisi peneliti menentukan dimana kebijakan luar negeri Indonesia yang memilih abstain terkait kemerdekaan Kosovo sebagai unit analisa sedangkan untuk proses kebijakan luar negeri Indonesia sebagai unit eksplanasi. Sehingga nantinya level yang diambil adalah level analisa korelasionis dimana antara unit analisa dan unit eksplanasi salaing keterkaitan antara satu sama lain.

1.7Hipotesis

Dalam hal ini Hipotesis sementara yang dapat diambil oleh penulis adalah ada ketakutan pada Pemerintahan SBY (2009 – 2014) dimana pemberian pengakuan kemerdekaan atas Kosovo sendiri nantinya akan menggoyahkan atau menjadi dilemma yang mana dapat menciderai Indonesia itu sendiri. Dalam hal ini sikap abstain pemerintahan republik Indonesia periode 2009 – 2014 terhadap Kosovo disebabkan oleh adanya proses organisasional didalam pemerintahan. Dimana hal itu akan menjadi pemicu akan terbukanya jalan pada gerakan separatislainnya,yang nantinya dapat memberikan dampak akan kemudahan serta membangkitkan semangat separatis lainya untuk memisahkan diri dari Indonesia. Serta ketakutan terjadinya opini internasional ketika Indonesia memihak salah satu, maka secara tidak langsung


(6)

Indonesiaakan terbawa arus antara pendukung pro maupun anti terkait kemerdekaan Kosovo.