POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA
PEMERINTAHAN PRESIDEN B.J HABIBIE
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Politik Luar Negeri Indonesia

Oleh :

Fiqih Adhalistiya Susanto

140120400111062

Marisya Anugrah

145120401111008

Riza Mola Melati

145120401111004

Safira Rizki Amalia


145120401111003

Yuni Kurnia

145120401111014

Kelas A-HI-2

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HUBUNGAN INTERNASIONAL
MARET 2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah Politik Luar Negri Indonesia, Politik Luar Negri dibedakan menjadi 6
masa atau periode, yang setiap masanya ditandai dengan adanya presiden atau pemerintahan
yang berganti atau berbeda. Periode pertama adalah Periode Presiden pertama Indonesia yaitu

Ir. Soekarno, Periode kedua adalah Soeharto, Periode ketiga B.J Habibie, Periode keempat
Abdurahman Wahid, diteruskan dengan periode Megawati Soekarnoputri dan yang terakir
adalah Periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setiap periode memiliki fokus
kebijakan atau politik luar negri sendiri, walaupun sering tetap digunakan, dalam pelaksanaan
pencapaian fokus tersebut setiap presiden memiliki cara dan karakteristik yang berbeda-beda.
Perbedaan fokus dan cara mencapai fokus tersebut dipengaruhi oleh berbagai aspek, yaitu
isue global yang terjadi saat itu; kasakteristik internal suatu negara, termasuk pembuat
keputusan atau Foreign Policy Maker dan siapa yang berpengaruh dalam pemerintahan saat
itu; kemudia psikology pemimpin, bagaimanakah karakteristik seorang pemimpin, ideologi
dan kepercayaan yang dimilikinya.
Pada akir periode kedua yaitu akhir periode presiden Soeharto, terjadi banyak sekali
masalah yang membuat keadaaan domestik atau keadaan Indonesia sendiri kacau balau.
Keadaan domestic yang kacau balau terlebih lagi pada tahun 1998 terjadi demo besar-besaran
yang dilakukan mahasiswa yang dipicu oleh berbagai masalah domesti seperti krisis moneter,
KKN dan kekuasaan ABRI yang luas. Tragedi 1998 tersebut mengakiri masa pemerintahan
Soeharto, yang kemudian dilanjutkan oleh Habibie selaku Wakil Presiden Republik
Indonesia. Ditengah kekacauan yang ditinggalkan oleh periode sebelumnya, Presiden Habibie
tidak hanya harus memulihkan keadaan domestik namun juga harus memulihkan Politik Luar
Negri Indonesia yang terkena akibat dari Tragedi 1998. Presiden Habibie bertanggung jawab
akan kelanjutan politik domestik dan politik luar negri. Terjadinya masalah pada periode

Soeharto mengakibatkan politik luar negri Indonesia ikut mengalami kemunduran, walaupun
pada masa periode Soeharto banyak sekali kemajuan yang dicapai Indonesia dalam Politik
dan Kebijakan Luar Negrinya. Tugas Periode berikutnyalah untuk memulihkan kekacauan
Politik Luar Negri Indonesia sepeninggalan Presiden Soeharto.

Berdasarkan uraian diatas, kami penulis tertarik untuk membuat makalah dan
mempresentasikan makalah yang berjudul Politik Luar Negeri Indonesia Pada Masa
Pemerintahan Presiden B.J Habibie.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana profil biografi B.J Habibie ?
Bagaimana awal mula B.J Habibie menjadi presiden Indonesia ?
Bagaimana keadaan politik, ekonomi, sosial pada masa pemerintahan B.J Habibie?
Siapa sajakah yang berpengaruh dalam pembuatan Foreign Policy periode B.J

Habibie dan apa peran mereka dalam pembentukan Foreign Policy tersebut?

5. Apakah fokus Foreign Policy pada periode Presiden B.J Habibie?
6. Bagaimanakah Kebijakan atau cara yang diambil dalam memenuhi Fokus Foreign
Policy pada periode B.J Habibie?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk menjelaskan profil biografi B.J Habibie.
2. Untuk menjelaskan awal mula B.J Habibie menjadi presiden Indonesia.
3. Untuk menjelaskan keadaan politik, ekonomi, sosial pada masa pemerintahan B.J
Habibie.
4. Untuk menjelaskan siapa yang berpengaruh dalam pembuatan Foreign Policy
periode B.J Habibie dan apa peran mereka dalam pembentukan Foreign Policy.
5. Untuk menjelaskan fokus Foreign Policy pada periode Presiden B.J Habibie.
6. Untuk menjelaskan Kebijakan atau cara yang diambil dalam memenuhi Fokus
Foreign Policy pada periode B.J Habibie.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Biografi sekilas B.J Habibie

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang biasa dikenal

dengan sebutan Bapak Bj.Habibie merupakan mantan presiden ketiga Negara Republik
Indonesia dengan masa kemimpinan yang termasuk kedalam jangka yang amat pendek yaitu
hanya sekitar setahun. Dengan masa jabatan yang terhitung dari tanggal 21 Mei 1998 – 20
Oktober 1999 presiden ini telah mampumenghadirkan warna serta dinamika dalam masa
kepemimpinannya.1 Presiden ketiga ini merupakan menteri riset dan teknologi pertama
Republik Indonesia.2 Bj. Habibie termasuk salah seorang insane yang mampu mengharumkan
nama Indonesia di kanca dunia, karena apabila kita melihat lebih rinci terkait biografi beliau
banyak hal yang menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu bangs Indonesia yang
berwawasan tinggi dan kompeten dalam sepakterjangnya. Contohnya saja beliau pernah
bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg yang merupakan suatu
perusahaan pesawat terbang ternama di Jerman selama 4 tahun pada tahun 1965 hingga 1969
dengan posisi sebagai Kepala Peneliti dan Pengembangan pada Analisis Struktur Pesawat
terbang, dan karirnya yang bagus cenderung meningkat hingga ia dipercaya menjadi Vice
President sekaligus direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978. 3 Beliau juga sempat
meraih penghargaan atas pembuatan pesawat terbang kelas internassional pada ajang tahunan
yang diselenggarakan di Beijing, China tahun 1992 dari pemerintah China yaitu Theodhore
van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical
Sciences) pada pertemuan tahunan dan konggres ke-18 ICAs.4 Beliau mempunyai prestasi
pendidikan yang terbilang amat baik yaitu dengan dengan menempuh perkuliahan S1 di
Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische

Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955, kemudian ia menikah dengan istrinya yaitu ibu
Hasri Ainun Besari pada tahun 1964.5

2.

Awal mula B.J Habibie menjadi presiden Indonesia

1 http://www.profilpedia.com/2014/05/biografi-bj-habibie-sang-presiden-ke-3.html diakses pada Rabu, 29
April 2015
2 Ibid, diakses pada 29 April 2015
3 http://profil.merdeka.com/indonesia/b/baharuddin-jusuf-habibie/ diakses pada 29 April 2015

4http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/27/biografi-dan-sejarah-kepimpinan-seorang-bj-habibie546528.html diakses pada 29 April 2015
5 http://profil.merdeka.com/indonesia/b/baharuddin-jusuf-habibie/ diakses pada 29 April 2015

Era pemerintahan B J Habibie dimulai dengan tuntutan rakyat Indonesia akan adanya
reformasi pemerintahan dari sistem otokrasi ke sistem demokrasi. Semangat demokratisasi
pun digalakkan untuk menggalang dukungan rakyat terhadap pemerintahannya. Namun,
rakyat Indonesia pada masa itu hanya melihat era pemerintahan Habibie sebagai era
transisioal pemerintahan Orde Baru dengan era reformasi yang dianggap masih membawa

carut marut Orde Baru. Di sisi lain, Habibie menghadapi sisa kebobrokan Orde Baru yang
meninggalkan krisis moneter di Indonesia. Fokus politik luar negeri Indonesia kemudian
ditata untuk membangun kembali ekonomi Indonesia dan memperbaiki stabilitas keamanan
di Indonesia. Instrumen yang digunakan Hbibie untuk dapat memenuhi kepentingan nasional
Indonesia dalam masa transisi antara lain pengelolaan investasi swasta, diplomasi terhadap
bantuan asing, perdagangan bebas, kekuatan militer dan sistem politik yang demokratis.6
Sementara itu, Indonesia juga harus menyelesaikan berbegai persoalan yang menjadi warisan
Orde Baru yang menyebabkan munculnya krisis legitimasi yang cukup parah. Untuk
mengatasi hal tersebut, Habibie mencoba melakukan berbagai aksi untuk mendapatkan
dukungan internasional.7
Setelah menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden RI, Suharto menyerahkan
kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga Wakil Presiden B.J.
Habibie diambil sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia
yang baru di Istana Negara. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana
Negara, Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai presiden dihadapan ketua dan
beberapa anggota dari Mahkamah Agung. Pada tanggal itu pula, dan berdasarkan Pasal 8
UUD 1945. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk menggantikannya menjadi
presiden, serta pelantikannya dilakukan di depan Ketua Mahkamah Agung dan para
anggotanya. Maka sejak saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie
sebagai presiden yang ke-3. Naiknya Habibie menjadi presiden menggantikan Presiden

Soeharto menjadi polemik dikalangan ahli hukum. Sebagian ahli menilai hal itu
konstitusional, namun ada juga yang berpendapat inkonstitusional. Adanya perbedaan
pendapat itu disebabkan karena hukum yang kita miliki kurang lengkap, sehingga
menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda. Diantara mereka menyatakan pengangkatan
Habibie menjadi presiden konstitusional, berpegang pada Pasal 8 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa "Bila Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan
6
7

Widhiasih, 2013.
Mashad, 2008:185.

kewajibannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Tetapi yang
menyatakan bahwa naiknya Habibie sebagai presiden yang inkonstitusional berpegang pada
ketentuan Pasal 9 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa "Sebelum presiden memangku
jabatan maka presiden harus mengucapkan sumpah atau janji di depan MPR atau DPR".
Sementara, Habibie tidak melakukan hal itu dan ia mengucapkan sumpah dan janji di depan
Mahkamah Agung dan personil MPR dan DPR yang bukan bersifat kelembagaan. Dalam
ketentuan lain yang terdapat pada Tap MPR No. VII/MPR/1973, memungkinkan bahwa
sumpah dam janji itu diucapkan didepan Mahkamah Agung. Namun, pada saat Habibie

menerima jabatan sebagai presiden tidak ada alasan bahwa sumpah dan janji presiden
dilakukan di depan MPR atau DPR, Artinya sumpah dan janji presiden dapat dilakukan di
depan rapat DPR, meskipun saat itu Gedung MPR/DPR masih diduduki dan dikuasai oleh
para mahasiswa. Bahkan Soeharto seharusnya mengembalikan dulu mandatanya kepada
MPR, yang mengangkatnya menjadi presiden. Apabila dilihat dari segi hukum materiil, maka
naiknya Habibie menjadi presiden adalah sah dan konstitusional. Namun secara hukum
formal hal itu tidak konstitusional, sebab perbuatan hukum yang sangat penting yaitu
pelimpahan wewenang atau kekuasaan dari Soeharto kepada Habibie harus melalui acara
resmi yang konstitusional. Apabila perbuatan hukum itu dihasilkan dari acara yang tidak
konstitusional, maka perbuatan hukum itu menjadi tidak sah. Pada saat itu memang DPR
tidak memungkinkan untuk bersidang, karena Gedung DPR/MPR diduduki oleh puluhan ribu
mahasiswa dan para cendekiawan. Dengan demikian, hal ini dapat dinyatakan sebagai suatu
alasan yang kuat dan hal itu harus dinyatakan sendiri oleh DPR. 8

3.

Keadaan politik, ekonomi, sosial pada masa pemerintahan B.J Habibie

Bangsa dan negara saat itu kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa
orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh

wilayah Indonesia. Bahkan dia harus menghadapi perpecahan militer yang saat itu terjadi
pertentangan kubu Wiranto, Prabowo dan berbagai faksi militer internal lainnya. Segera
setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie dengan cepat membentuk sebuah Kabinet.
8 Tio Sandiago, masa pemerintahan BJ Habibie, diakses melalui
http://wartasejarah.blogspot.com/2014/11/masa-pemerintahan-presiden-bj-habibie.html pada 18 November
2014.

Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter
Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia
juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat
dan kegiatan organisasi. Habibie telah membawa bangsa ini lebih dikenal dunia sebagai
bangsa berteknologi tinggi. Meski belum bisa memproduksi mobil nasional tetapi sudah
mampu memproduksi pesawat yang mulai dipesan negara lain. Pada masa pemerintahannya
yang singkat itu dilahirkan berbagai produk undang-undang yang penting bagi bangsa ini
melangkah maju di era reformasi. Habibie berhasil mengusulkan ke DPR UU Anti Monopoli
atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU
otonomi daerah. Beberapa pengamat menilai melalui penerapan UU otonomi daerah inilah
gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya
dituntaskan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Para ahli meyakini bahwa tanpa UU
otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan

Yugoslavia. Habibie juga memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya
sehingga banyak bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik. Saat
jadi Presiden dengan tegas dan berani dia langsung membebaskan narapidana politik (napol)
seperti Sri Bintang Pamungkas (mantan anggota DPR yang masuk penjara karena mengkritik
Presiden Soeharto) dan Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dijatuhi hukuman karena
dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun 1994). Habibie juga langsung mencabut larangan
berdirinya serikat-serikat buruh independen yang pada saat masa orde baru adalah merupakan
hal paling tabu. Hanya dalam waktu singkat pemerintahnya telah mengusulkan membentuk
tiga undang-undang politik yang penting dan demokratis yaitu: UU No. 2 tahun 1999 tentang
Partai Politik, UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu dan UU No. 4 tahun 1999 tentang
Susunan Kedudukan DPR/MPR. Meski seorang pakar teknologi, dengan gemilang di bidang
ekonomi, ia berhasil memotong nilai tukar rupiah terhadap dollar masih berkisar antara Rp
12.000 –

Rp 15.000. Namun pada

akhir pemerintahannya, terutama

setelah

pertanggungjawabannya ditolak MPR, nilai tukar rupiah meroket naik pada level Rp 6500 per
dolar AS nilai yang tidak akan pernah dicapai lagi di era pemerintahan manapun selanjutnya.
Meski bukan pakar ekonomi dengan cerdas Habibie menyelesaikan krisis moneter dan
perbaikan ekonomi Indonesia, B.J. Habibie melakukan langkah-langkah restrukturisasi dan
rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara,
melikuidasi beberapa bank yang bermasalah, menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar
hingga di bawah Rp. 10.000,00, membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah
utang luar negeri, mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF,

mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang
Tidak Sehat, mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Tingginya tingkat intensitas konflik politik internal dalam negeri membuat
konsentrasi penanganan masalah ekonomi dan social menjadi tidak optimal. Selain itu,
dorongan IMF untuk menerapkan Structural Adjustment Program (Program Penyesuaian
Struktural) di Indonesia tidak menambah ringan beban ekonomi bangsa. Penyebabnya adalah
bahwa paket-paket kebijakan yang disodorkan oleh IMF tersebut sebenarnya tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Premis IMF yang melihat bahwa adanya
peningkatan ketahan ekonomi suatu Negara akan secara langsung berimbas pada peningkatan
ketahanan social masyarakat, kemudian terpatahkan dalam kasus Indonesia. Kondisi social
dan ekonomi masyarakat Indonesia tidak menunjukkan hasil yang membaik. Memburuknya
kondisi social dan ekonomi Indonesia pascareformasi salah satunya dapat dilihat dari poin
kebijakan penghapusan subsidi bagi masyarakat yang disodorkan oleh IMF. Pemerintah tidak
boleh memberikan subsidi yang signifikan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,
baik itu dalam bentuk subsidi usaha maupun proteksionisme terhadap sector ekonomi local.
Meningkatnya angka pengangguran, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi, dan makin
meningginya angka kriminalitas menjadi warna dari krisis multidimensi yang dihadapi oleh
Indonesia pascareformasi. Menurunnya investasi asing di Indonesia juga menjadi salah satu
penyebab melambatnya kinerja ekonomi ini. Perwujudan lapangan pekerjaan menjadi hal
yang konkret untuk menanggulangi krisis multidimensi tesebut.9
Keadaan politik saat itu, tekanan internasional yang tinggi dan lemahnya legitimasi
politik memang sangat mempengaruhi perubahan kebijakan Habibie terhadap Timor-Timur.
Kritik dan tekanan tinggi terhadap Habibie mengenai isu Timor-Timur berasal dari Amerika
Serikat dan Australia. Dalam pertemuan tahunan CGI (Consultative Group on Indonesia) di
Paris akhir bulan Juni 1998, Amerika Serikat mengkritik keras mengenai isu pelanggaran
HAM di Timor-Timur. Lalu Kongres AS pun pada bulan Oktober 1998 secara tegas menunda
bantuan peralatan militer dan pelatihak pasukan untuk Indonesia. Hal ini dapat disimpulkan
secara jelas bahwa kritik AS bukan atas dasar status politik Timor-Timur, melainkan
mengenai isu pelanggaran HAM yang terjadi di sana. Dengan kata lain, demi mendapatkan
9 http://nerurin.blogspot.com/2012/03/sejarah-orde-baru-dan-orde-reformasi.html diakses pada 6 maret
2012.

bantuan ekonomi dari AS, pemerintah Habibie harus memikirkan jalan lain dalam
menghadapi kritik ini, yaitu dengan cara melakukan perubahan kebijakan mengenai isu
Timor-Timur. 10
Setelah kebijakan referendum ditetapkan, hal ini menimbulkan efek salah satunya dengan
terjadinya pelanggaran HAM oleh milisi pro-Indonesia di sana. Melihat hal ini, Sekretaris
Jenderal PBB, Koffi Annan memberikan ultimatum kepada pemerintah Indonesia untuk
segera menyelesaikan kasus tersebut dan menghentikan kekerasan yang ada di sana, dan
sebagai tambahannya, Koffi Annan mengirimkan pasukan perdamaian PBB yang dipimpin
oleh komando pasukan Australia guna menciptakan dan menjaga perdamaian.11

4.

Aktor yang berpengaruh dalam pembuatan Foreign Policy periode B.J Habibie
dan apa peran mereka dalam pembentukan Foreign Policy

Politik luar negeri tentu tidak lepas dari peran aktor pembuat kebijakan luar negeri.
Polugri era reformasi diwarnai oleh peran dari beberapa aktor: presiden, sebagai aktor utama,
serta TNI sebagai aktor sekunder.
a.

Presiden
Sebagai presiden, Habibie memang berperan besar dalam proses pengambilan
kebijakan. Pada awal masa pemerintahannya, banyak terdapat permasalahan
legitimasi dan krisis moneter, yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan
masyarakat domestik dan internasional terhadapnya.Untuk memperoleh dukungan
internasional, Habibie menghasilkan dua Undang-Undang (UU) menyangkut
masalah Hak Asasi Manusia (HAM). Selain itu, pemerintahan B.J. Habibie pun
berhasil mendorong ratifikasi empat konvensi internasional dalam masalah hak-hak
pekerja, serta membentuk Komnas Perempuan. Dalam permasalahan Timor-Timur,

10 Kai He, Indonesia’s Foreign Policy After Soeharto : International Pressure, Democratization, and Policy
Change, Oxford University Press, 2007, page 12. Diakses melalui
https://coretcoretkuliah.wordpress.com/2010/05/23/the-dynamics-of-indonesia-australia-relations-over-easttimor-in-habibie-era-1998-1999/ pada 23 Mei 2010 oleh Eduardus.
11 D.Murphy dan J.McBeth, (1999) ‘Scorched Earth: East Timor’, Far Eastern Economic Review, 162, halaman
10–14. Diakses melalui https://coretcoretkuliah.wordpress.com/2010/05/23/the-dynamics-of-indonesiaaustralia-relations-over-east-timor-in-habibie-era-1998-1999/ pada 23 Mei 2010 oleh Eduardus.

Habibie juga berusaha mencari dukungan internasional dengan menawarkan
referendum, apakah Timor-Timur ingin tetap menjadi bagian dari Republik
Indonesia ataukah ingin melepaskan diri dari Indonesia.Sayangnya, kebijakan
referendum Habibie yang dimaksudkan untuk mencari dukungan internasional ini
malah berbalik menyerang Habibie karena ternyata Timor-Timur lebih memilih opsi
yang kedua untuk memerdekakan wilayahnya sendiri terlepas dari Indonesia.Rakyat
menganggap Habibie bertanggung jawab atas lepasnya Timor-Timur dari
Indonesia.Belum lagi isu tindakan kekerasan yang dilakukan TNI di wilayah TimorTimur, sehingga dunia internasional juga menganggap Habibie tidak mampu
mengendalikan TNI, karena TNI mendukung referendum Timor-Timur namun
nyatanya terdapat tindak kekerasan yang dilakukan TNI di Timor-Timur.12
b. TNI
Pada masa reformasi era presiden BJ Habibie, TNI adalah salah satu aktor politik
luar negeri yang cukup berpengaruh dalam kepemerintahan negara Republik
Indonesia.Dalam masa pemerintahan Presiden BJ Habibie yang melanjutkan era
Soeharto, beliau membuat kebijakan terkait reformasi militer.Ada beberapa hal yang
perlu dicatat sebagai bagian positif penataan militer pada era ini dalam hal penataan
masalah pertahanan dan kemanan serta perubahan paradigma militer.Pada tanggal 1
Februari 1999, BJ Habibie mengesahkan UU No.4 tahun 1999 tentang Susduk MPR,
DPR dan DPRD. Didalam Undang-Undang ini diatur tentang keberadaan militer
didalam kelembagaan MPR, DPR dan DPRD sebagai berikut :


Jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang : DPR, 500 orang. Utusan
Daerah 135 orang.



Jumlah anggota DPR sebanyak 500 orang dimana anggota ABRI yang
diangkat sebanyak 38 orang.



Jumlah Anggota DPRD I sekurang-kurangnya 45 orang dan maksimal
100 orang termasuk 10% ABRI yang diangkat.



Anggota DPRD II sekurang-kurangnya 20 orang dan maksimal 45 orang
termasuk 10% ABRI yang diangkat.

12 Ganewati, 2008.



Jumlah Jumlah anggota DPR / MPR ABRI yang diangkat di dalam UU
No.4 tahun 1999, lebih sedikit jumlahnya dibandingkan Undang-Undang
sebelumnya UU No.5 tahun 1995 sebanyak 75 orang.Selain itu, Habibie
melakukan perubahan dalam ABRI dengan merubah nama ABRI menjadi
TNI, serta memisahkan TNI dengan Polri.

5.

Fokus Foreign Policy pada periode Presiden B.J Habibie.

Politik luar negeri Indonesia dari awal merdeka hingga sekarang mengalami banyak
pasang surut seiring dengan perubahan tampuk kepemimpinan.Lain pemimpin, lain karakter
dan fokus politik luar negerinya.Hal ini karena berdasarkan skema tahapan pembuatan
kebijakan luar negeri Kegley menjabarkan bahwa hal-hal yang mempengaruhi pembuatan
kebijakan luar negeri ada 3 yaitu kondisi internasional, kondisi domestik, karakter pemimpin.
Fokus politik luar negeri Indonesia pun berubah-ubah dari masa ke masa mengikuti
perubahan kondisi politik global dan politik domestik yang ada. Sering kali, fokus politik luar
negeri di era kepemimpinan tertentu menjadi pembeda politik luar negeri di era
kepemimpinan tersebut dengan era kepemimpinan lain. Fokus politik luar negeri Indonesia
era awal reformasi pun tak luput dari sorotan meskipun B.J Habibie, presiden di awal
reformasi, hanya menjabat tidak kurang dari 2 tahun.
Dalam menjalankan politik luar negeri era reformasi, terdapat 3 fokus utama yaitu pemulihan
citra Indonesia, mendahulukan stabilisasi sosial dan politik, memobilisasi sumber daya demi
memperoleh bantuan ekonomi.
a)

Pemulihan citra Indonesia
Fokus pertama adalah pemulihan citra Indonesia di mata internasional.Sebab, ketika
orde baru berada di ambang kehancuran, banyak permasalahan yang diwariskan
kepada kepemimpinan yang baru, utamanya adalah krisis multidimensional yang
menyebabkan keterpurukan yang dialami Indonesia tidak sebatas permasalahan
ekonomi-politik tetapi juga merambah ke aspek sosial-budaya.Menurut Dhurorudin
Mashad.13

13 Ganewati, 2007:185.

Realitas ekonomi dan politik domestik pasca orde baru telah menyebabkan posisi dan
kredibilitas Indonesia di luar negeri sangat merosot. Pemulihan citra ini dilakukan
agar pemerintah Indonesia yang belum mendapat legitimasi yang kuat di lingkungan
domestik karena dianggap hanya meneruskan langkah orde baru, mendapat dukungan
internasional lagi selepas krisis.Upaya pemulihan citra ini memperoleh keberhasilan,
meskipun tidak sepenuhnya, dibuktikan dengan Indonesia diberi kepercayaan oleh dua
institusi penting di kancah internasional yakni IMF dan World Bank.
b)

Mendahulukan stabilisasi sosial, ekonomi dan politik
Fokus kedua adalah mendahulukan stabilisasi ekonomi, sosial dan politik.Hal ini
karena pemerintahan B.J.Habibie hirau cukup besar terhadap perbaikan dalam negeri
akibat krisis multidimensional.14
Karakter politik luar neneri Indonesia era pemerintahan BJ Habibie dikatakan no
profile, hal tersebut karena tidak adanya peranan Indonesia secara jelas dalam
implementasi politik luar negerinya. Dalam usaha menjaga stabilitas sosial, ekonomi
dan politik dalam negeri Habibie berusaha mendapatkan dukungan internasional
melalui berbagai cara, antara lain : pemerintahan Habibie menghasilkan dua
Undang- Undang (UU) yang berkaitan dengan perlindungan atas hak asasi manusia
yaitu UU no.5/1998 mengenai Pengesahan Convention against Torture and other
Cruel,Inhuman or Degrading Treatment or Punishment dan UU no.29/1999
mengenai Pengesahan Convention on the Elimination of All Forms of Racial
Discrimination 1965.Selain itu, pemerintahan Habibie berhasil mendorong
ratifikasi

empat

konvensi internasional

dalam

masalah

hak-hak

pekerja.

Pembentukan Komnas Perempuan juga dilakukan pada masa pemerintahan
Habibie. akan tetapi Habibie kurang berhasil dalam menyikapi masalah TimorTimur. Pada kasus Timor-Timur Juni 1998 Habibie mengeluarkan pernyataan
adanya pemberlakuan otonomi seluas-luasnya untuk provinsi Timor Timur. Hingga
pada akhirnya Indonesia harus kehilangan Timor- Timur, akibatnya Habibie
kehilangan kepercayaan baik dimata masyarakat internasional maupun domestik.
c)

Memobilisasi sumber daya demi memperoleh bantuan ekonomi.

14 Ganewati, 2007:185.

Implementasi yang dilakukan Habibie terutama lebih ditekankan pada upaya
pendekatan kepada Barat, utamanya Eropa.sebagai upaya untuk memperoleh
dukungan kepemimpinannya yang mewarisi carut-marutnya ekonomi dan politik.
Kepemimpinan

Habibie

akhirnya

mendapat

dukungan

internasional

ketika

menawarkan referendum kepada Timor-Timur. Dengan catatan positif bidang HAM
Habibie relatif berhasil menarik perhatian internasional sebagai kompensasi atas
minimnya legitimasi dalam negeri, seperti terlihat dalam hubungan Habibie dan
IMF.jika di era Soeharto, IMF mendesak menghentikan proyek pembuatan pesawat
rancangan Habibie yang berbiaya tinggi, belakangan di era Habibie justru tidak
dipersoalkan lagi. IMF dan bank dunia justru mencairkan program bantuan untuk
mengatasi krisis ekonomi sebesar 43 milliar dolar AS, bahkan menawarkan tambahan
bantuan sebesar 14 milliar dolar AS. 15

6. Kebijakan atau cara yang diambil dalam memenuhi Fokus Foreign Policy pada
periode B.J Habibie.

Korelasi antara legitimasi politik dari publik kepada pemerintah dalam kaitannya dengan
kebijakan luar negeri dapat digambarkan melalui 4 pola umum, yaitu :


States will compromise in deeds when political legitimacy is low and
international pressure is high.



States will compromise in words when both political legitimacy and
international pressure are low.



States will balance externally when both political legitimacy and international
pressure are high.



States will balance internally when political legitimacy is high and international
pressure is low.16

15 Ganewati, hal.186-187.
16 Op.Cit. Kai He. Page 8.

Di tingkat domestik, ia melakukan restorasi mengenai kebebesan pers, selain itu ia juga
melepaskan beberapa tahanan politik di era rezim Soeharto, dan juga memperkenalkan
undang-undang yang memungkinkan untuk dilakukannya pengalihan kewenangan politik
dan fiskal kepada daerah atau yang lebih dikenal dengan kebijakan otonomi daerah. Di
tingkat internasional, Habibie melakukan “terobosan” dalam hal isu Timor-Timur,
dimana yang selama 23 tahun berada di bawah kontrol Indonesia. Hal ini dikarenakan
atas dasar keinginan Habibie untuk memperoleh simpati publik internasional dan
berharap untuk mendapatkan bantuan dana untuk menangani krisis finansial yang sedang
dialami Indonesia. Walaupun pendekatan-pendekatan ini berhasil mendapatkan beberapa
pujian baik dari tingkat internasional, namun di tingkat domestik pelaksanaan kebijakan
baru ini dianggap sebagai contoh kasus dari usaha Habibie yang gagal.17

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

17 Op.Cit. Kai He. Page 10.

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang biasa
dikenal dengan sebutan Bapak Bj.Habibie merupakan mantan presiden ketiga Negara
Republik Indonesia dengan masa kemimpinan yang termasuk kedalam jangka yang
amat pendek yaitu hanya sekitar setahun. Dengan masa jabatan yang terhitung dari
tanggal 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999 presiden ini telah mampumenghadirkan
warna serta dinamika dalam masa kepemimpinannya. Era pemerintahan B J Habibie
dimulai dengan tuntutan rakyat Indonesia akan adanya reformasi pemerintahan dari
sistem otokrasi ke sistem demokrasi. Semangat demokratisasi pun digalakkan untuk
menggalang dukungan rakyat terhadap pemerintahannya. Setelah menyatakan
mengundurkan diri sebagai presiden RI, Suharto menyerahkan kekuasaan kepada
Wakil Presiden B.J. Habibie. Pada saat itu juga Wakil Presiden B.J. Habibie diambil
sumpahnya oleh Mahkamah Agung sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru di
Istana Negara. Kondisi politik, sosial dan ekonomi pada saat itu mewarisi kebobrokan
pada masa orde baru, negala saat itu mengalami inflasi yang tinggi, penurunan mata
uang rupiah terhadap dolar, serta keadaan politik yang diwarnai dengan lepasnya
timor-timur. Aktor yang berperan saat itu dominan presiden dengan TNI. Sedangkan
fokus kebijakan polugrinya adalah pemulihan citra Indonesia, mendahulukan
stabilisasi sosial, ekonomi dan politik, memobilisasi sumber daya demi memperoleh
bantuan ekonomi. Di tingkat domestik, ia melakukan restorasi mengenai kebebesan
pers, selain itu ia juga melepaskan beberapa tahanan politik di era rezim Soeharto, dan
juga memperkenalkan undang-undang yang memungkinkan untuk dilakukannya
pengalihan kewenangan politik dan fiskal kepada daerah atau yang lebih dikenal
dengan kebijakan otonomi daerah. Di tingkat internasional, Habibie melakukan
“terobosan” dalam hal isu Timor-Timur, dimana yang selama 23 tahun berada di
bawah kontrol Indonesia.

SARAN
Pemerintahan habibie yang pada awalnya memperoleh jabatan dengan
penyerahan mandat tanpa melakukan pemilihan umum sulit diterima karena Indonesia
sebagai negara Demokrasi harus melakukan semua hal dengan persetujuan rakyat
secara bersama-sama. Pemerintahan era ini muncul karena ingin merubah sistem
pemerintahan era orde baru yang otokrasi menjadi demokrasi seharusnya mampu

membasmi semua masalah yang berangsur selama orde baru tetapi penyelesaian
tersebut tak membuahkan hasil yang memuaskan. Kebijakan-kebijakan yang
dilakukan Habibie dalam kebijakan domestik dan luar negerinya menghasilkan
beberapa kebanggaan dan prestasi namun disisi lain keputusan Habibie dalam
kebijakan referendum tentang Timor-Timur tersebut adalah kesalahan terbesar yang
dilakukan Habibie pada masa pemerintahannya dan diharapkan hal-hal serupa
tersebut tidak terjadi di pemerintahan – pemerintahan selanjutnya agar Indonesia
memiliki kedaulatan dalam segala hal. Hal-hal yang terjadi di masa pemerintahan
yang lampau dapat di jadikan tolak ukur, pembelajaran, serta pengalaman dalam
melakukan kebijakan dalam negara untuk saat ini dan di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Kai He, Indonesia’s Foreign Policy After Soeharto : International
Democratization, and Policy Change, Oxford University Press, 2007, page 12.

Pressure,

D.Murphy dan J.McBeth, (1999) ‘Scorched Earth: East Timor’, Far Eastern Economic
Review, 162, halaman 10–14.
Wuryandari, Ganewati, dkk. 2007. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengh Pusaran Politik
Domestik. Jakarta: Pusat Penelitian Politik- LIPI

http://www.profilpedia.com/2014/05/biografi-bj-habibie-sang-presiden-ke-3.html
http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/27/biografi-dan-sejarah-kepimpinan-seorang-bjhabibie-546528.html
http://profil.merdeka.com/indonesia/b/baharuddin-jusuf-habibie/
http://profil.merdeka.com/indonesia/b/baharuddin-jusuf-habibie/
http://wartasejarah.blogspot.com/2014/11/masa-pemerintahan-presiden-bj-habibie.html
http://nerurin.blogspot.com/2012/03/sejarah-orde-baru-dan-orde-reformasi.html
https://coretcoretkuliah.wordpress.com/2010/05/23/the-dynamics-of-indonesia-australiarelations-over-east-timor-in-habibie-era-1998-1999/

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25