FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ISTRI BERTAHAN DALAM PERKAWINAN DALAM KASUS KEKERASAN RUMAH TANGGA

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ISTRI BERTAHAN
DALAM PERKAWINAN DALAM KASUS KEKERASAN RUMAH TANGGA
Oleh: NANDA YUNILAHIRA (01810075)
Psychology
Dibuat: 2006-03-14 , dengan 3 file(s).

Keywords: Kekerasan Dalam Rumah Tangga, faktor-faktor yang melatarbelakangi istri bertahan
dalam perkawinan

Kekerasan Dalam Rumah tangga atau yang sering disebut kekerasan domestik yang kebanyakan
dilakukan suami kepada isteri, hingga saat ini merupakan isu fenomenal yang aktual dan menjadi
perhatian publik karena terungkapnya bentuk kekerasan berikut akibat yang ditimbulkannya
sehingga dipandang sebagai tindakan diskriminatif yang melanggar sendi-sendi kemanusiaan
yang mendasar. Namun, masih banyak peristiwa kekerasan dalam rumah tangga yang tidak
terungkap di depan publik karena adanya kecenderungan korban menutupinya bahkan
mengambil sikap untuk tetap bertahan walaupun harus mengalami penderitaan sebagai akibat
yang ditimbulkan dari kekerasan yang dialaminya. Penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi mengapa korban
memilih sikap bertahan dalam menghadapi kekerasan, sehingga penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi khasanah keilmuan (akademis) dan manfaat praktis dalam pencegahan dan
penanganan KDRT. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan

menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara terhadap subyek LD dan DP yang
telah dan sedang mengalami kekerasan selama lebih kurang 8 tahun dalam kehidupan rumah
tangganya hingga saat ini.
Dari hasil penelitian dapat digambarkan bentuk kekerasan psikologi, ekonomi, dan fisik yang
dialami subyek berikut akibat yang ditimbulkannya, dan faktor penyebab terjadinya kekerasan,
serta faktor yang melatarbelakangi mengapa subyek memilih sikap bertahan dalam menghadapi
KDRT. Latar belakang lingkungan subyek yang sangat kental dengan nilai-nilai kultural budaya
Jawa, telah mewarnai proses belajar dalam kehidupannya sehingga membentuk konsep diri
subyek yang memandang perkawinan merupakan sesuatu yang sakral yang dilakaukan satu kali
selama hidupnya dan kerukunan rumah tangga merupakan kehormatan sedangkan
keretakkan/perceraiaan merupakan aib keluarga dan kerabatnya serta mendorong subyek
berusaha untuk menampilkan peran sebagai istri yang baik. Hal inilah yang menjadi faktor utama
yang melatarbelakangi subyek memilih sikap untuk bertahan dalam menghadapi kekerasan
dengan segala akibat yang dideritanya, demi keutuhan rumah tangga serta masa depan anakanaknya(faktor emosional).

Abstract

Violence in the household or domestic violence often called the most performed husband to wife,
to this is phenomenal that the actual issue and public concern because the disclosure forms of
violence following consequences thereof thus viewed as a discriminatory act that violated the

joints of the fundamental humanitarian . However, there are still many incidents of domestic

violence are not revealed publicly because of the tendency of victims to cover it and even take a
stance to stay afloat despite having suffered as a consequences of violence they experienced. The
author was interested in conducting research with the aim to determine the factors behind why
the victim chose defensive in the face of violence, so that this research will benefit the repertoire
of scientific (academic) and practical benefits in the prevention and handling of domestic
violence. The research was conducted by using case study method using the method of collecting
data through interviews with subjects LD and DP who has and is experiencing violence for more
than 8 years in his home life until today.
From the research results can be described form of psychological violence, economic, and
physical subjects experienced the following consequences thereof, and causes of the violence, as
well as the factors behind why the subjects chose defensive in the face of domestic violence. The
background environment is very strong subject with the cultural values of Javanese culture, has
colored his life learning to form self-concept that views the subject of marriage is something
sacred that dilakaukan one time during his life and domestic harmony is an honor while
keretakkan / perceraiaan is disgrace the family and relatives and to encourage the subjects
attempted to show the role of a good wife. This is the main factor behind the subjects chose the
attitude to survive in the face of violence with all the consequences that he suffered, for the sake
of the integrity of households and the future of his children (emotional factor).