Gambaran Pengetahuan dan Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ISTRI
TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI
WILAYAH CIPONDOH MAKMUR RW 009 KELURAHAN
CIPONDOH MAKMUR, KOTA TANGERANG
TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh :
ITA SAMTASIYAH
NIM : 1111104000045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi, Desember 2015
Ita Samtasiyah, NIM : 1111104000045
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah
Tangga di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh
Makmur, Kota Tangerang
Xvi + 85 Halaman + 16 Tabel + 2 Bagan + 4 Lampiran
ABSTRAK
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan bentuk kekerasan
yang sulit untuk dikenali dan secara tidak sadar menjadi masalah yang sangat
serius khususnya bagi istri dan anak. Kejadian KDRT pada istri meningkat setiap
tahunnya namun banyak kasus-kasus KDRT yang tidak terungkap seperti
fenomena gunung es. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap istri
terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan dan sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga
di wilayah cipondoh makmur. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan desain sederhana. Pengambilan data dilakukan pada 40 istri
dari 4 RT di RW 009 Cipondoh Makmur dengan teknik Systematic Random
Sampling dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan

mayoritas responden memiliki pengetahuan baik45% dan memiliki sikap buruk
55%. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik respondenistri dengan
pengetahuan baik memiliki rentang usia 26-35 tahun (40%), pendidikan perguruan
tinggi (50%), dan bekerja, sedangkan responden dengan sikap buruk memiliki
rentang usia 26-35 tahun (41%), pendidikan SMA (59%), dan tidak bekerja
(56,5%). Sikap yang buruk tidak didasari oleh pengetahuan yang baik, namun
karena faktor kebudayaan, sehingga perlu diberikan informasi lebih lanjut oleh
pelayanan kesehatan mengenai KDRT.

Kata Kunci :Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Pengetahuan, Sikap, Istri
Referensi : 61 (Tahun 2005-2015)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HELATH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE
ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Desember 2015
Ita Samtasiyah, NIM : 1111104000045
Overview Knowledge and Attitude of Wife towards Domestic Violence in the

Region Cipondoh Makmur RW 009, Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota
Tangerang.
Xvii + 85 Pages + 16 table + 2 Charts + 4 Attachments
ABSTRACT
Domestic violence is a form of violence that are difficult to recognize and
becomes a very serious probleminsensibly, especially for his wife and children. The
incidence of domestic violence to the wife is increasing every year, but many cases of
domestic violence were not revealed as an iceberg phenomenon. This is caused by
influenced of the knowledge and attitude towards of wife in a domestic violence case.
The aim of this researchis to determine the knowledge and attitude of wife towards
domestic violence in the region CipondohMakmur. This research is a quantitative
research using a simple design. The collecting of the data was collected at 40 of wife
from 4 neighborhood head in head of hamlets of 009 CipondohMakmur with Systematic
Random Sampling technique by using a questionnaire. These results indicate the majority
of respondents have a good knowledge of 45% and 55% had a bad attitude. The results
based on the characteristics of respondents that wife who have a good knowledge was
come from the age range of 26-35 years (40%), college of education (50%), and work,
where as the respondents with a bad attitude have an age range of 26-35 years (41%),
Senior High School of education (59%), and it does not work (56.5%). Bad attitude is not
based on good science, but due to cultural factors, so it needs to be given more

information by health services institutional regarding of domestic violence.

Keyword : Domestic Violence, Knowledge,attitude, wife
Reference : 61 (Year 2005-2015)

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

:

ITA SAMTASIYAH

Tempat, Tanggal Lahir

:

Tangerang, 06 Juni 1994


Jenis Kelamin

:

Perempuan

Agama

:

Islam

Status

:

Belum Menikah

Alamat


:

Jalan Tanjung 2 No.85
Kelurahan Cipondoh Makmur
Kecamatan Cipondoh
Kota Tangerang

HP

:

081297405678

E-mail

:

Itasamtasiyah@ymail.com


Fakultas/Jurusan

:

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/
Program Studi Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Cipondoh 3 Tangerang

1999-2005

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Tangerang

2005-2008

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 09 Tangerang

2008-2011


4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

2011-Sekarang

Jakarta

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
karunia dan cahaya ilmu-Nya, serta shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan
Sikap Istri Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Wilayah
Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota
Tangerang”.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan sebagai
persyaratan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kp) pada Pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan
semangat dari berbagai pihak baik moril maupun materil, Karena itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1.

Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

2.

Prof. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii

3.

Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku ketua Program Studi dan, Ibu
Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

4.

Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, M.Sc, selaku pembimbing akademik
yang selalu memberikan nasehat dan motivasi selama proses pendidikan di
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

5.

Ibu Ns. Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat selaku pembimbing 1 yang
telah meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan bimbingan, saran,
kritikan serta motivasi kepada penulis.

6.

Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, M.KM selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing serta memeberikan motivasi
kepada penulis.


7.

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama 4 tahun, serta
seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

8.

Kepala Kelurahan Cipondoh Makmur beserta seluruh stafnya karena telah
membantu dalam perizinan dan pengambilan data.

9.

Ketua RW 009 yang telah membantu dalam perizinan dan pengambilan data.

10. Ketua RT 001, RT 002, RT 003, RT 004 karena telah membantu dalam
perizinan dan pengambilan data.
11. Teristimewa ucapan terima kasih kepada kedua Orang tuaku tercinta,
Ayahanda H. Samui dan Ibunda Hj. Tarsiyah yang telah mendidik,

ix

DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang ........................................................................................1
Rumusan Masalah....................................................................................6
Pertanyaan Penelitian ..............................................................................7
Tujuan Penelitian ....................................................................................7
Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) ............................................9
1. Pengertian ........................................................................................9
2. Bentuk-bentuk Kekerasan ..............................................................10
3. Faktor yang Mempengaruhi KDRT................................................15
4. Dampak KDRT ...............................................................................21
B. Kekerasan dalam rumah tangga menurut islam .....................................24
1. Pengertian .......................................................................................24

xi

C.
D.
E.
F.

2. Batasan KDRT dalam islam ...........................................................25
3. Faktor KDRT dalam islam ............................................................ 26
Pengetahuan ...........................................................................................27
Sikap .....................................................................................................32
Penelitian Terkait ...................................................................................37
Kerangka Teori ......................................................................................39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ..................................................................................40
B. Definisi Operasional ..............................................................................41
BAB IV METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.

Desain Penelitian ...................................................................................43
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................43
Populasi dan Sampel............................................................................. 44
Instrumen Penelitian .............................................................................48
Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................50
Langkah-Langkah Pengumpulan Data .................................................53
Pengolahan Data ...................................................................................54
Analisa Data ..........................................................................................55
Etika Penelitian ......................................................................................55

BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Kel. Cipondoh Makmur ...................................................... 57
B. Gambaran Karakteristik Responden ......................................................57
C. Analisa Univariat .................................................................................. 59

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ....................................................................................68
B. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................83
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................84
B. Saran .......................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

DAFTAR SINGKATAN

KDRT

:

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

WHO

:

World Health Organization

NCADV

:

National Coalition Against Domestic

TPPKK

:

Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

LBH

:

Lembaga Bantuan Hukum

PPT

:

Pusat Pelayanan Terpadu

NNEDV

:

National Network to End Domestic Violence

DEPKES

:

Departemen Kesehatan

UIN

:

Universitas Islam Negeri

RT

:

Rukun Tetangga

RW

:

Rukun Warga

Xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Halaman

4.1 Jumlah Istri di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur ...................................... 44
4.2 Hasil Ukur Skala Guttman ...................................................................................49
4.3 Kategori Pengukuran Skala Likert ...................................................................... 50
4.4 Hasil Ukur Skala Likert ...................................................................................... 50
4.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ....................................................... 52
5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Responden di RW 009 Kelurahan
Cipondoh Makmur Tahun 2015 ........................................................................... 58
5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden di RW 009 Kelurahan
Cipondoh Makmur Tahun 2015............................................................................ 58
5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Responden di RW 009 Kelurahan
Cipondoh Makmur Tahun 2015 ........................................................................... 59
5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang KDRT di RW 009 Kel.
Cipondoh Makmur, Kota Tangerang ................................................................... 60
5.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang KDRT di RW 009 Kelurahan
CipondohMakmur, Kota Tangerang ..................................................................... 61
5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan usia di RW 009 Kel.
Cipondoh Makmur Kota Tangerang .................................................................... 62
5.7 Distribusi frekuensi Sikap Responden Berdasarkan Usia di RW 009 Kelurahan
Cipondoh Makmur Kota Tangerang .....................................................................63
5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan di RW
009 Kelurahan Cipondoh Makmur Kota Tangerang ........................................... 64
5.9 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Berdasarkan Pendidikan di RW 009
di Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang ............................................. 65
5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pekerjaan
xiv

di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang .......................... 66
5.11 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Berdasarkan Pekerjaan diRW
009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang ....................................... 67

xv

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan

Halaman

2.1

Kerangka Teori ...................................................................................... 39

3.1

Kerangka Konsep .................................................................................... 40

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Informed Consent
2. Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan
3. Lampiran 3 Surat Izin Penelitian
4. Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
5. Lampiran 5 Kuesioner Penelitian
6. Lampiran 6 Olah Data menggunakan Software Statistic

xvii

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
memaparkan bahwa KDRT adalah “setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga. Lingkup rumah tangga mencakup suami, istri, anak dan termasuk
orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga ataupun hubungan darah
(Ferry, 2009). Rumah tangga meliputi keluarga yang berarti mengacu pada
rasa aman dan dilindungi, menjadi tempat berteduh dari tekanan-tekanan
dan kesulitan di luar, tempat dimana anggota keluarga merasakan
ketentraman dan kedamaian (Asmarany, 2013).
KDRT merupakan bentuk kekerasan yang sulit untuk dikenali dan
secara tidak sadar telah menjadi masalah yang sangat serius khususnya
bagi perempuan dan anak (Astuti, 2006). Tercatat 1 dari 5 perempuan dan
1 dari 59 laki-laki telah mengalami kekerasan seksualitas atau
pemerkosaan, sedangkan 1 dari 4 perempuan telah menjadi korban

1

2

kekerasan fisik yang parah oleh pasangan intimnya dan 1 dari 7 laki-laki
telah mengalami hal yang sama (Breiding, 2014).
World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap
beberapa negara dunia mengenai KDRT dan mendapatkan hasil presentase
dari angka kejadian KDRT didunia, diantaranya Afrika 37%, Mediterania
Timur 37%, Amerika 30%, Eropa 25%, Pasifik Barat 24%. Berdasarkan
semua data yang ada, menunjukkan bahwa 35 % wanita mengalami
kekerasan oleh pasangan intim (kekerasan fisik dan/atau seksual oleh
pasangan intim). Penelitian yang sama dilakukan di Amerika Serikat dan
menunjukan bahwa korban KDRT terbanyak adalah perempuan dan
dilakukan oleh pasangannya sendiri (Darrel, 2009). KDRT sering disebut
dengan fenomena gunung es kerana kasus yang tampak hanyalah sebagian
kecil dari angka kejadian yang sebenarnya (Marchira, 2007).
Indonesia merupakan negara yang mempunyai angka tertinggi
dalam kasus KDRT (Zubir, 2013). Berdasarkan Catatan Tahunan Komisi
Nasional Perempuan (2014) yang ditangani oleh Pengadilan Agama yaitu
kasus KDRT mencapai 263.285 dan 6% atau sekitar 16.403 merupakan
kasus dari lembaga pengadaan layanan dengan kasus terbesar adalah
KDRT terhadap istri. Kasus KDRT di Indonesia mengalami peningkatan
setiap tahunnya, jika tahun 2011 ada 520 kasus, 2012 ada 600 kasus, dan
tahun 2013 tercatat 992 kasus (Mulia, 2014). Berdasarkan data Polres
Metro Kota Tangerang pada tahun 2011 terjadi sebanyak 77 kasus KDRT,
tahun 2012 sebanyak 105 kasus KDRT, tahun 2013 sebanyak 80 kasus
KDRT (Annahar, 2013).

3

Santoso (2014) melaporkan kasus KDRT di Jawa Tengah
menduduki angka tertinggi, karena sepanjang November 2013- Februari
2014 KDRT mencapai 29 kasus dengan 169 korban perempuan yang
menjadi korban kekerasan, dan 5 korban diantaranya meninggal dunia. Hal
ini diakibatkan karena adanya pengaruh budaya Jawa yang menganggap
bahwa membicarakan masalah keluarga adalah hal yang tabu dan
memalukan, sehingga membuat wanita yang mengalami kekerasan enggan
untuk memberitahukan kepada keluarga atau orang lain (Marchira, 2007).
Fenomena KDRT adalah fenomena universal yang dapat terjadi
tanpa memandang usia, profesi, tingkat ekonomi maupun pendidikan dari
individu yang mengalaminya (Ferry, 2009). Penelitian yang di lakukan
oleh Mantiri (2012) di Manado di dapatkan hasil bahwa pernikahan usia
dini dan pendidikan rendah mendominasi terjadinya kasus KDRT namun
tidak sedikit juga kasus KDRT terjadi pada usia dewasa dengan tingkat
pendidikan yang tinggi.
Berdasarkan survei terhadap KDRT pada wanita karier di Daerah
Istimewa Yogyakara atau DIY yang dilakukan oleh Salirawati (2013)
menunjukan bahwa wanita karier pernah mengalami KDRT baik fisik,
psikis, seksual, ekonomi. National Coalition Against Domestic Violence
atau NCADV menyebutkan bahwa perempuan yang berumur 20-24 tahun
memiliki resiko lebih tinggi mengalami tindak kekerasan dalam rumah
tangga.
KDRT banyak terjadi pada kaum perempuan karena berbagai
factor diantaranya ketidaksetaraan gender laki-laki dengan perempuan

4

karena laki-laki diibaratkan sebagai pemimpin maka perempuan harus
tunduk terhadap laki-laki dan akan berujung pada kekerasan yang
dilakukan oleh laki-laki. Posisi laki-laki yang lebih tinggi dan kekuasan
yang dimiliki akan menyebabkan ketika ada konflik yang tidak
terselesaikan maka konflik tersebut akan berujung pada tindak kekersan
yang dilakukan oleh laki-laki kepada perempuan. Hal tersebut menjadi
alasan tingginya kasus KDRT khususnya perempuan (Dharmono, 2008).
Budaya patriarki di Indonesia menunjukan bahwa laki-laki berada
dalam posisi dominan atau superior di bandingkan dengan perempuan dan
menjadikan laki-laki memiliki kekuasaan lebih tinggi di dalam keluarga
(Kuarniasih, 2007). Kesalahan persepsi mengenai budaya tersebut
menjadikan istri sebagai kaum yang sangat lemah dan pembatasanpembatasan peran perempuan (Wardani, 2009).
Ketergantungan perempuan ataupun istri terhadap laki-laki atau
suami,

terutama

untuk

masalah

ekonomi

(Dharmono,

2008).

Ketergantungan ekonomi istri terhadap suami mengakibatkan ketika istri
berani melapor dan ada bukti kuat, tetapi ancamannya pidana penjara
untuk suami akan membuat istri berpikir kembali untuk melaporkan
masalah KDRT bahkan membatalkan laporan, hal ini terjadi karena faktor
siapa yang akan menafkahi keluarga, membiayai sekolah anak, dan lain
sebagainya (Feranie, 2006). Suami dengan penghasilan pas-pasan atau
menganggur dan istri yang tidak bekerja sering menjadi penyebab KDRT
pada istri (Sidiq, 2013). Terdapat 131 kasus KDRT di Kota Pekan Baru

5

pada tahun 2012 dan 57 kasus diantaranya merupakan KDRT dengan
faktor ekonomi yang rendah (Zubir, 2013).
Sosial budaya atau keyakinan, yang menganggap bahwa permpuan
harus selalu mengalah, pandai menyimpan rahasia keluarga karena
menganggap KDRT adalah aib bagi keluarga (Kodir, 2008). Penelitan di
Manado menunujukan bahwa terdapat 54 korban KDRT yang enggan
untuk melaporkan masalah tersebut karena mereka menganggap bahwa
KDRT merupakan persoalan pribadi dan rahasia keluarga yang harus
dijaga (Mantiri, 2013). Lingkungan juga menganggap bahwa KDRT
merupakan persoalan internal antara pihak suami dan istri saja (Dharmono,
2008).
Kurangnya pengetahuan yang dimiliki perempuan mengenai
kekerasan menjadikan penyebab KDRT berasal dari dalam diri perempuan
itu sendiri. Mardiana (2012) menuliskan bahwa ketua Tim Penggerak
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TPPKK) Provinsi Jawa Barat menilai
minimnya pemahaman perempuan mengenai KDRT menjadi salah satu
penyebab dari tingginya angka KDRT di Jawa Barat. Pemahaman bahwa
KDRT hanya sebatas kekerasan fisik seperti pemukulan dan penganiayaan
saja serta sikap pasif dan apatis perempuan terhadap tindak kekerasan
yang dihadapi, kenyataan ini menyebabkan kurangnya respon masyarakat
terhadap tindakan yang dilakukan suami terhadap istri (Cahyono, 2011).
Peneliti tertarik melakukan penelitian di wilayah Cipondoh
Makmur Rw 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh,
Kota Tangerang karena berdasarkan catatan Polres Kota Tangerang

6

periode 2013 terdapat 11 kasus KDRT. Peneliti melakukan studi
pendahuluan di Rw 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang dengan wawancara ketua Rw setempat dan 10
istri di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, ketua Rw
mengatakan

pernah terjadi keributan bahkan pernah ada kasus

pembunuhan kepada istri dan anak yang dilakukan oleh suami pada tahun
2014.Hasil studi pendahuluan yang didapat dari 10 istri menunjukan 7 istri
tidak mengetahui tentang bentuk-bentuk KDRT dan dampak mengenai
KDRT, para istri hanya menganggap KDRT hanya berupa kekerasan fisik
berupa pemukulan dan penganiayaan terhadap istri, para istri juga tidak
mengerti bagaimana harus bersikap terhadap KDRT. Maka dari itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran
pengetahuan dan sikap istri terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga di
Rw 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang.

B. Rumusan Masalah
Kasus KDRT di Indonesia masih sangat tinggi dan setiap tahunnya
kasus selalu mengalami peningkatan. KDRT terjadi tidak hanya karena
adanya percekcokan ataupun perselisishan antara suami dan istri, KDRT
bersumber pada cara pandang yang merendahkan martabat kemanusiaan
dan relasi yang timpang atau tidak seimbang sehingga KDRT bias dialami
oleh istri, anak, suami,pekerja rumah tangga (PRT). Korban terbanyak
kasus KDRT sendiri adalah perempuan dimana faktor yang menyebabkan

7

terjadinya KDRT diantaranya adalah kekuatan fisik laki-laki, budaya
patriarki, pengetahuan yang rendah serta sikap pasrah yang dilakukan oleh
perempuan. Oleh Karena itu penulis tertarik ingin mengetahui gambaran
pengetahuan dan sikap istri terharap kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) di Wilayah Cipondoh Makmur RW 009 Kelurahan Cipondoh
Makmur, Kota Tangerang.

C. Pertayaan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas, dapat dibuat
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan masalah KDRT, yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah gambaran pengtahuan seorang istri terhadap kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) di RW 009 Kelurahan Cipondoh
Makmur, Kota Tangerang?
2. Bagaimanakah gambaran sikap seorang istri terhadap kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT) di RW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota
Tangerang ?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan
dan sikap istri terhadap kekerasan dalam rumah tangga di RW009
Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota Tangerang.
2. Tujuan Khusus

8

a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan istri terhadap
kekerasan dalam rumah tangga
b. Diketahuinya gambaran sikap istri terhadap kekerasan dalam
rumah tangga

E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan dasar oleh pelayanan kesehatan
setempat untuk memberikan promosi kesehatan mengenai KDRT
kepada masyarakat khusunya perempuan dengan pengetahuan rendah.
b. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Penelitian ini juga dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya
yang akan mengangkat tema KDRT. Penelitian ini juga diharapkan
menjadi landasan untuk mengembangkan evidence based practice
dalam kesehatan perempuan khususnya KDRT yang terjadi pada
perempuan.

F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap istri
terhadap KDRT diRW 009 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kota
Tangerang. Populasi dari penelitian ini adalah para istri baik ibu rumah
tangga atupun istri yang bekerja. Alat untuk pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang akan dijawab oleh para istri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
1. Pengertian
Indonesia telah memiliki kebijakan hukum terkait dengan
Kekerasan dalam Rumah Tangga(KDRT) kebijakan tersebut tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Undang-Undang tersebut dapat
memaparkan secara rinci dan jelas mengenai KDRT.
Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang
dijelaskan dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan,
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga
(Mantiri, 2012).
Kekerasan yang diterima perempuan biasanya dilakukan oleh
pasangan atau suami dalam rumah tangga. Hal tersebut sesuai dengan
definisi penyalahgunaan pasangan (spouse) yaitu perlakuan buruk atau
penyalahgunaan satu orang dengan yang lain dalam konteks hubungan
intim (videbeck, 2008). Adapun definisi Kekerasan dalam Rumah
Tangga (KDRT) menurut Kodir (2008) merupakan salah satu bentuk
kekerasan berbasis gender, yakni kekerasan yang terjadi karena adanya
9

10

asumsi gender dalam relasi laki-laki dan perempuan yang di
konstruksikan masyarakat.
Istilah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) menggambarkan
perilaku seseorang mulai Dari pelecehan verbal, prilaku mengancam
ataupun intimidasi, perilaku manipulative, penyerangan fisik atau
seksual, pemerkosaan bahkan hingga pembunuhan (Saadoon et al,
2011).

2. Bentuk-bentuk Kekerasan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga menyebutkan
bentuk-bentuk KDRT

“Setiap orang dilarang dilarang melakuakan

kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam lingkup rumah
tangganya, dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan
seksual atau penelantaran rumah tangga”.
a. Kekerasan Fisik
Kekerasan

fisik

merupakan

kekerasan

yang

dapat

mneimbulkan bahaya secara fisik bagi korbannya. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam pasal 6 menyebutkan
kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a
adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau
luka berat.

11

Kekerasan fisik dapat terjadi dengan berbagai cara dengan
tujuan untuk melukai, menyiksa, atau menganiaya orang lain
dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) mulai
dari pukulan, jambakan, cubitan, mendorong secara kasar,
penginjakan, pelemparan, cekikan, tendangan, ataupun dengan
menggunakan alat seperti pisau, siraman air keras, setrika, dan
sebagainya (Dharmono, 2008).
Bentuk kekerasan akibat penggunaan kekuatan fisik suami
dapat bermacam-macam. Stuart (2005) mengidentifikasi tiga tindak
kekerasan dengan penggunaan control dan kekuatan. Tindak
kekerasan yang pertama adalah menimbulkan atau mencoba
menimbulkan

luka

fisik

atau

penyakit

seperti

mencubit,

mendorong, menarik rambut, menampar, memukul, menggigit,
memutar lengan, meninju, memukul dengan benda tumpul,
menendang, menusuk dan menembak.Tindak kekerasan yang
kedua adalah menghambat akses untuk menjaga kesehatan,
misalnya obat-obatan, perawatan medis, makanan atau minuman,
tidur dan kebersihan diri. Tindak kekerasanyang terakhir adalah
memaksa korban untuk menggunakan alcohol atau obat-obatan
lain.
b. Kekerasan Psikis
Kekerasan psikis atau psikologi menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam pasal 7 menyebutkan

12

kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf b
adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat seseorang.
Videbeck

(2008)

menyebutkan

tentang

kekerasan

psikologis, yaitu membuatnama panggilan yang buruk, berteriak,
menghancurkan property, dan melakukan ancaman serta bentukbentuk halus seperti menolak untuk berbicara atau mengabaikan
korban.
Tindak kekerasan ini bertujuan untuk merendahkan citra
korban KDRT baik melalui kata-kata maupun perbuatan dan
mengakibatkan korban mengalami ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnyan kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang
(Dharmono, 2008).
Stuart (2005) mengidentifikasi dua tindak kekerasan
psikologis akibat kekeuatan dan control suami. Tindak kekerasan
yang pertama adalah menanamkan atau mencoba menanamkan
ketakutan

dengan

cara

mengintimidasi,

mengancam

untuk

membahayakan diri pelaku atau korban, mengancam untuk
membahayakan atau menculik anak, menggeretak, memeras,
mengganggu, merusak barang-barang. Tindak kekerasan yang
kedua adalah mengisolasi korban dari teman, keluarga, sekolah

13

atau pekerjaan, misalnya memutus akses telpon atau transportasi,
merusak hubungan pribadi korban, menuduh tanpa ada dasar.
c.

Kekerasan seksual
Kekerasan seksual menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga dalam pasal 8 menyebutkan kekerasan
seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf c meliputi,
pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkungan rumah tangga tersebut, pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
tujuan tertentu.
Videback (2008) menyebutkan pelecehan seksual termasuk
serangan selama hubungan seksual seperti menggigit puting,
menarik rambut, menampar, dan pemerkosaan.Kekerasan seksual
dapat juga terjadi ketika seorang suami menggunakan kekuatannya
untuk melakukan tindak kekerasan seksual.
Penganiayaan atau penyerangan seksual bukan monopoli
kegiatan penjahat dan pemerkosa diluar rumah, tetapi ternyata
dapat terjadi di kehidupan rumah tangga. Suami memaksa istrinya
berhubungan seksual dengan cara yang menyakitkan (dengan alat
atau prilaku sadomasochism), atau seorang ayah yang memperkosa
anaknya, adalah contoh ekstrim kekerasan seksual dalam rumah
tangga (Dharmono, 2008).

14

Stuart (2005) mengidentifikasi dua tindakan kekerasan
seksual. Tindak kekerasan seksual yang pertama adalah memaksa
atau mencoba memaksa hubungan seksual tanpa perstujuan,
contohnya pemerkosaan dalam perkawinan, pemerkosaan oleh
kenalan, memaksa berhubungan seks setelah pemukulan fisik,
menyerang bagian seksual dari tubuh, prostitusi paksa, seks tanpa
pelindung, sodomi. Tindak kekerasan seksual yang kedua adalah
mencoba merusak seksualitas korban dengan cara memperlakukan
korban dengan cara-cara seksual yang merendahkan.
Kekerasan seksual yang dialami seorang istri merupakan
persoalan rumah tangga yang sangat sulit terungkap karena istri
menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan aib dari keluarga,
akibatnya banyak kejadian KDRT diantaranya pemerkosaan
didalam perkawinan (Marchira, 2009).
d.

Kekerasan Ekonomi atau Penelantaran Rumah Tangga
Penelantaran rumah tangga menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam pasal 9 menyebutkan (1)
setiap orang dilarang menelantarakan orang dalam lingkup rumah
tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau
karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Penelantaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang
yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara

15

membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam
atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang
tersebut.
Kekerasan ekonomi termasuk dalam penelantaran rumah
tangga, tindak kekerasan ini merupakan tindak kekerasan yang
dilakukan oleh suami dengan cara membuat istri dan anak
tergantung secara ekonomi dengan cara melarang istri bekerja, atau
suami melarang istri bekerja sementara ia tidak memberikan
nafkah kepada istrinya, suami mengeksploitasi anak dan istrinya
untuk mendapatkan bagi kepentingannya. Penelantaran adalah jenis
kekerasan yang bersifat multi dimensi (fisik, psikologi, seksual,
sosial dan ekonomi) menelantarkan istri dengan cara tidak
(Dharmono,
2008).Kurangnyasumberekonomiistrimembuatistrisangatbergantun
gkepadasuamisehinggarentanterhadapkekerasan

yang

dilakukansuamikepadaistri (Astuti, 2008).

3.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi KDRT
a. Faktor Individu
Soeroso (2010) menjelasklan bahwa penyebab terjadinya
KDRT dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor eksternal
dan internal.Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri seseorang
dan faktor internal adalah faktor dari dalam diri seseorang.

16

1) Korban
Tidak benar jika hanya perempuan yang berpendidikan
rendah saja atau yang menjadi ibu rumah tangga saja yang
menjadi korban kekerasan oleh suami (Dharmono, 2008).Efendi
(2008) menyebutkan di Amerika Serikat permpuan yang
memiliki resiko terbesar mengalami KDRT ialah wanita yang
lajang, bercerai atau ingin bercerai, ketergantungan obat atau
alcohol, sedang hamil, atau mempunyai pasangan dengan sifat
pencemburu dan posesif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
jenis kelamin terbanyak yang menjadi korban KDRT adalah
perempuan, yaitu sekitar 97,5% dari 237 korban KDRT atau
sekitar 231 perempuan (Afendi, 2012).

Penelitian tersebut

sesuai dengan penelitian di hongkong bahwa mayoritas korban
KDRT adalah perempuan (Lau, 2009).
2) Pelaku
Laki-laki secara fisik lebih kuat dari permpuan, dan ada
kemungkinan tingkat agresivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan.Dari sisi karakteristik pelaku, ada beberapa
faktor yang cukup berasosiasi dengan kemungkinan pria
melakukan

kekerasan

kepada

istrinya,

di

antaranya

menggunakan alcohol, punya hubungan dengan wanita lain,
pencemburu dan posesif, memiliki kepribdian paranoid dan
prilaku

impulsive

(Dharmono,

2008).Faktor

individu

17

menyangkut pada kepribadian diri pelaku KDRT yang mudah
melakukan tindak kekerasan apabila menghadapi situasi yang
menimbulkan kemarahan (soeroso, 2010).
b. Faktor Sosial
Faktor

sosial

merupakan

salah

satu

faktor

yang

mempengaruhi terjadinya KDRT serta menyulitkan korban dalam
mendapatkan dukungan dan pendamping dari masyarakat.Pertama
dan yang utama adalah adanya ketimpangan relasi antara laki-laki
dan perempuan, baik dalam rumah tangga ataupun public.
Ketimpangan ini yang memaksakan laki-laki dan perempuan untuk
melakukan peran gender, dimana setiap yang dilakukan istri harus
berada dalam control dan pengawasan suami dan suami merasa
dituntut untuk mendidik istri dengan cara pandang suami, sehingga
pengontrolan suami ini tidak sedikit yang berujung pada tindak
kekerasan (kodir, 2008). Flood & Pease (2009) mengatakan bahwa
KDRT pada perempuan akibat faktor sosial sangat beragam mulai
dari media massa yang merupakan pengaruh potensial khususnya
pada pornografi dan berdampak pada meningkatnya angka
kekerasan seksual pada perempuan.
c. Faktor Budaya
Faktor Budaya atau keyakinan yang berkembang di
masyarakat bahwa seorang laki-laki adalah pemimpin, seseorang
yang berani, tegas, menempatkan laki-laki dalam posisi yang lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Laki-laki diajakarkan untuk

18

melihat perempuan sebagai objek pelengkap hidup mereka,
misalnya adalah seorang istri yang harus selalu patuh, tunduk dan
bersifat pasrah, selalu mendahulukan kepntingan suami, menjaga
aib suami dan keluarga (kodir, 2008). Budaya yang berkembang
bahwa perempuan diwajibkan untuk menjadi istri yang baik yang
pandai untuk menyangkan hati suami, pandai menjaga keutuhan
rumah tangga, pandai menutupi masalah yang terjadi di dalam
rumah tangga maka ketika suatu konflik muncul yang dilakukan
oleh seorang istri adalah menyalahkan diri sendiri, dan tidak bisa
mengambil keputusan saat mengalami kekerasan, disamping itu
bagi perempuan sangat lah sulit untuk hidup menjadi seorang janda,
karena ketergantungan istri baik secara ekonomi, emosional,
ataupun rasa cinta yang dimiliki istri sehingga mereka harus bisa
menanggung sisi buruk dari suami yang dicintainya (Sutarmi,
2003).
Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) yang ada di kabupaten/kota
menyebutkan banyak faktor penyebab terjadinya KDRT,

yang

paling dominan adalah persepsi laki-laki (suami) tentang status
dan peran perempuan (istri) dalam rumah tangga. Persepsi yang
dibentuk oleh tata nilai budaya patriarki. Suami diposisikan
sebagai kepala keluarga diartikan sebagai figur pimpinan yang
bisa

berbuat

sewenang-wenang

terhadap

anggota

keluarga

termasuk istri, anak dan pembantu di rumah (Juhriyadi, 2013).

19

d. Faktor Ekonomi
Salah satu faktor utama terjadinya tindak kekerasan adalah
kemiskinan, meskipun bukan berarti bahwa KDRT hanya terjadi
pada kelompok miskin.Kemiskinan terutama berhubungan dengan
masalah

ketidakadilan

gender,

kesenjangan

pendapatan,

pengisolasian perempuan, kurangnya dukungan social. Realitas
ekonomi

tersebut

memaksa

perempuan

untuk

menerima

penganiayaan dari orang pada siapa ia bergantung (Dharmono,
2008). Ketergantungan istri secara penuh terhadap suami terutama
masalah ekonomi, membuat istri benar-benar berada dibawah
kekuasan suami.Posisi rentan ini sering menjadi pelampiasan bagi
suami, ketika suami mengahadapi persoalan-persoalan yang berada
diluar rumah tangga (Kodir, 2008).
National Network to End Domestic Violence atau NNEDV
(2010) menjelaskan mengenai Faktor ekonomi bukan merupakan
faktor yang menyebabkan KDRT, namun dapat meningkatkan
resiko terjadinya KDRT khususnya permpuan dan mengurangi
kemampuan korban untuk melarikan diri karena sangat bergantung
dengan ekonomi suami.
e. Faktor Spiritual
Faktor

religi

seringkali

menjadi

konflik

karena

ketidaksiapan atau ketidakmampuan seseorang mengurus rumah
tangga dan ketidaktahuan akan hak dan kewajiban seorang istri

20

yang sebenarnya telah ditentukan oleh agama (Subakti, 2008).
Seperti Hadist berikut ini :
“Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur kemudian
istri enggan untuk memenuhi ajakannya, sehingga suami merasa
kecewa hingga tertidur, maka sepanjang itu pula para malaikat
akan melaknat istri tersebut hingga datangnya waktu subuh”
(Hadist Riwayat Ahmad bin Hanbal)
Pemahaman

kaidah

keagamaan

secara

keliru

yang

manfaatkan penggalan-penggalan ayat dalam kitab suci untuk
mendapatkan posisi dominasi laki-laki terhadap perempuan dan
sebaliknya menempatkan perempuan dalam kewajibannya yang
seakan tidak memberikan hak sedikutpun bagi kaum perempuan
(Dharmono, 2008).
Untuk mencapai keseimbangan dalam hak dan kewajiban
masing-masing, agama Islam memberikan petunjuk dimana
perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang pada umunya lakilaki bekerja keras dalam mencari nafkah di luar rumah, sedangkan
seorang istri lebih mampu bekerja di dalam rumah tangga
(mempersiapkan segala sesuatu demi kenyamanan suami serta
semua anggota keluarga lainnya) (Subakti, 2008).

21

4. Dampak KDRT
a. Dampak fisik
Dampak fisik merupakan dampak nyata yang dapat terlihat
pada

korban

KDRT.Videbeck

(2008)

menyebutkan

bahwa

kekerasan fisik terjadi dari menekan dan mendorong sampai
pemukulan parah dan tersedak dan bisa menyebabkan kerusakan
tubuh, patah tulang rusuk, pendarahan, kerusakan otak, dan bahkan
pembunuhan. Dampak fisik yang menyertai prilaku kekerasan di
antaranya cidera fisik karena kekerasan fisik (dengan variasi tingkat
perlukaannya hingga kondisi cacat yang permanen), penyakit atau
perlukaan di organ reproduksi, kesudahan kehamilan yang tidak
baik, penyakit menular, kekurangan gizi kronis, hingga bentuk yang
paling ekstrim yang mengarah pada pembunuhan (Dharmono,
2008).
Kekerasan fisik tidak hanya dapat menimbulkan luka tetapi
juga dapat menimbulkan efek lain dari luka tersebut. Stuart (2005)
mengidentifikasi dampak dari kekerasan fisik yang berkaitan
dengan luka, misalnya sakit kepala, nyeri kronis, gangguan tidur,
dan gangguan pencernaan. Penelitian mengenai karakteristik kasus
KDRT menunjukan bahwa jenis luka terbanyak yang dialami oleh
korban KDRT adalah memar dan lecet, serta lokasi terbanyak
adalah pada kepala dan leher (Afandi, 2012).

22

b.

Dampak Psikologis
1) Korban Perempuan
Dampak

psikologis

merupakan

dampak

yang

bermanifestasi ringan hingga berat, terjadi singkat atau kronik/
menahun, dapat terjadi langsung atau beberapa waktu
kemudian.

Beberapa

faktor

yang

mempengaruhi

berat

ringannya dampak psikologis kekerasan terhadap korban antara
lain tipe kepribadian, derajat kekerasan yang dialami, persepsi
korban terhadap kekerasan, toleransi terhadap stress, dukungan
yang didapat dari keluarga/ lingkungan sosial, keberhasilan
mengatasi

kekerasan

yang

pernah

dialami

sebelumnya

(Dharmono, 2008).
Poerwandari (2010) menyatakan dampak psikis yang
dialami korban setelah kejadian seperti rasa takut, rasa
terancam, hilangnya rasa berdaya, ketidakmampuan berfikir,
sulit berkonsentrasi, kewaspadaan berlebih, mungkin juga
terjadi gangguan pola makan dan pola tidur.
Dampak psikologis yang paling umum ditunjukan pada
perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga
adalah marah, bingung, sedih dan frustasi (Sinha, 2013).
Bentuk lain, korban KDRT ialah rentan mengalami gangguan
kejiwaan, antara lain depresi, battered women’s syndrome
(menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berharga, ketakutan
akan

keselamatan

dirinya

dan

anak,

tidak

mampu

23

mengendalikan situasi), stress, panic, dan keluhan psikosomatis
(Dharmono, 2008).
Hasil penelitian yang sama mengenai tingkat kecemasan
pada wanita dengan KDRT bahwa gangguan kejiwaan
(73,94%) seperti cemas, rasa rendah diri, truma hingga depresi,
kemudian disusul dengan kesehatan fisik (50,3%) dan ganguan
kesehatan reproduksi (4,85%) (Marchira, 2009). Perempuan
yang menjadi korban KDRT akan beresiko empat kali lebih
besar menderita gangguan kejiwaan dibandingkan dengan
perempuan yang tidak mengalami kekerasan (Houry, 2006).
2)

Anak korban KDRT
Kejadian kekerasan dalam rumah tangga memungkinkan
anak-anak untuk Menyaksikan pertengkaran orang tuanya
(kekerasan terhadap ibunya) mengalamin kejadian seperti yang
dialami

ibunya,

(pelampiasan

bahkan

emosi)

oleh

menjadi

sasaran

ibunya.Anak

kekerasan

korban

KDRT

tergantung usianya dapat mengalami berbagai bentuk gangguan
kejiwaan sebagai dampak dari peristiwa traumatiknya.Pada
anak pra-sekolah dapat berupa menarik diri, mengompol,
gelisah, ketakutan, sulit tidur, mimpi buruk, bicara gagap, dan
pada

anak

laki-laki

mengakibatkan

prilaku

menjadi

agresif.Pada sebagian anak korban KDRT cenderung lebih
mudah

terlibat

tindak

(Dharmono, 2008).

kekerasan

pada

kemudian

hari

24

Anak-anak korban langsung dan korban saksi KDRT
menjadi terbiasa hidup didalam keluarga yang melakukan
kekerasan, sehingga menurut mereka kekerasan merupakan hal
yang biasa saja, bahkan kekerasan dapat dianggap sebagai hal
yang wajar dalam menyelesaikan sebuah konflik yang terjadi
dalam suatu relasi intim (Margaretha, 2013).

B. KEKERASAN

DALAM

RUMAH

TANGGA

MENURUT

PERSPEKTIF ISLAM
1. Pengertian
Kekerasan dalam islam disebut juga sebagai “Jarimah” atau
kriminalitas (Rahima, 2010). Kriminalitas adalah suatu tindakan atau
perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial
(Kartono, 1999). Sesuatu yang melanggar hukum adalah kejahatan dan
kejahatan merupakan perbuatan tercela (Rahima, 2010).
Kekerasan dapat dilakukan untuk mendidik atau mengajarkan
sebagaimana yang dibenarkan oleh ajaran agama, seperti suami boleh
memukul istri mereka yang Nusyuz atau pembangkang seperti yang
dijelaskan dalam QS. An-Nisa;34 dan memukul anak-anak yang sudah
menginjak usia 10 tahun namun masih saja meninggalkan shalat fardhu
seperti yang dijelaskan dalam HR. Sunan Abu Dawud (Basri, 2013).
“Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat
(kepada Allah) dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena
Allah telah menjaga mereka. Perempuan-perempuan yang kamu
(suami) khawatirkan akan nusyuz hendaklah kamu (suami) beri nasehat
kepada mereka (istri), tinggalkanlah mereka ditempat tidur (pisah

25

ranjang) dan jika perlu pukullah mereka. Tetapi jika mereka
menantimu (suami), maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk
menyusahkannya”(QS. An-Nisa;34)

“Perintahkanlah anak untuk sholat ketika mencapai usia tujuh tahun.
Dan bila telah berusia sepuluh tahun, pukullah dia bila enggan
menunaikannya” (HR. Sunan Abu Dawud).

2. Batasan KDRT dalam Islam
Ajaran islam secara tegas melarang terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga khususnya muslim, hal ini terbukti dengan banyak ayatayat dalam Al-Quran dan hadist yang memerintahkan par suami untuk
memperlakukan istrinya dengan pergaulan yang baik (Basri, 2013). Hal
ini dijelaskan dengan firman Allah SWT:
“dan bergaullah dengan mereka secara patut (ma’ruf). Kemudian bila
kamu tidak menuykai mereka (maka bersabarlah) karena mungkin
kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak” (QS. An-Nisa;19).
Rasulullah SAW bersabda “orang muslim yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik di antara mereka akhlaknya, dan
sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap
istrinya”(HR.Sunan at-Turmidzy).
Hadist tersebut menginformasikan betapa islam senantiasa
menghormati, melindungi serta memuliakan istri . adapun perbedaan
antara kekerasan atau Jarimah dengan kekerasan yang mendidik.
a. Niat
Bagi seorang muslim niat itu memiliki peran yang penting
dalam menentukan makna dari suatu pekerjaan. Dalam hal ini harus
diperhatikan apakah niat pelaku melakukan tindakan tersebut karena

26

ingin melaksanakan perintah agama atau karena ingin memenuhi
hawa nafsu. Jika pemukulan dilakukan untuk memberikan
pengajaran bagi istri tanpa menyakitinya tentu hal ini disebut
dengan kekerasan untuk mendidik.
b. Tujuan
Setiap orang dalam melakukan suatu tindakan pasti
memiliki tujuan, jika suami mencubit istri dengan tujuan kebaikan
maka kekerasan ini termasuk kedalam mendidik.
c. Subjek atau pelaku
Keadaan pelaku sangat penting untuk diperhatikan dalam
mengkategorikan apakah tindakan tersebut termasuk kedalam
kekerasan atau mendidik. Suami dalam keadaan mabuk menendang
isti hal ini termasuk kedalam tindak kekerasan.
d. Objek atau sasaran
Kondisi objek juga dapat diperhatikan setelah suami
melakukan tindakan, misal terdapat lebam lebam akibat pemukulan
yang dilakukan suami hanya karena kesalahan kecil yang dilakukan.

3. Faktor terjadinya KDRT dalam Islam
Banyak faktor yang menjadi bukti terhadap meningkatknya
kekerasan dalam rumah t angga muslim (Basri, 2013):
a. Sikap nusyuz
Sikap membangkang terhadap kewajiban-kewajiban dalam
kehidupan rumah tangga yang ditunjukan istri atau suami. Seperti

27

istri yang tidak mau melayani suami padahal tidak ada hambatanhambatan (haid, sakit atau lelah).
b. Lemahnya pemahaman ajaran islam
Lemahnya

seseorang

dengan

agama

islam

akan

mengakibatkan tidak adanya ketaqwaan pada individu tersebut, dan
ka