ANALISIS PENENTUAN MODAL KERJA OPTIMAL PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENENTUAN MODAL KERJA OPTIMAL PADA

PERUSAHAAN ROKOK YANG TERCATAT

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh: Norhalidah

06610244

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Analisis Penentuan Modal Kerja Optimal pada Perusahaan Rokok yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia” untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammdiyah Malang.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada hingganya kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Widagdo, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Dra. Dewi Nurjannah MM, AFP selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis.

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr. H. Nazaruddin Malik, M.Si. Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ketua Jurusan Manajemen, Dra. Aniek Rumijati, MM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Dra. Triningsih Sri S, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Seluruh Bapak/Ibu Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang atas bantuan yang diberikan selama penulis mengikuti studi.

5. Semua pihak yang telah banyak membantu, memberikan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini dan tidak penulis sebutkan.

6. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ibu tercinta dan Adik tersayang yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.


(5)

Disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 01 November 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Penelitian ... 6

C. Batasan Penelitian ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 8

B. Tinjauan Teori ... 8

C. Kerangka Pikir ... 25


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ... 27

B. Jenis Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Data dan Sumber Data ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Definisi Operasional Variabel ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 29

H. Uji Hipotesis ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Analisis Data ... 36

C. Uji Hipotesis ... 54

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1.1 Tingkat Penjualan Perusahaan Rokok Di BEI Tahun 2008-2010 ... 5 Tabel 1.2 Rata-rata Modal Kerja, Utang, dan Laba Usaha Perusahaan

Rokok di Bursa Efak Indonesia 2006-2009 (Dalam Jutaan Rupiah) ... 5 Tabel 4.1 Penjualan PT Gudang Garam Tbk Tahun 2008 sampai

tahun 2011 (dalam Jutaan Rupiah) ... 31 Tabel 4.2 Perkembangan Modal Kerja PT Gudang Garam Tbk Tahun

2008 sampai Tahun 2011 (dalam Jutaan Rupiah) ... 32 Tabel 4.3 Penjualan Tahun 2008 sampai Tahun 2011 PT Hanjaya

Mandala Sampoerna Tbk. (dalam Jutaan Rupiah) ... 33 Tabel 4.4 Perkembangan Modal Kerja PT Hanjaya Mandala

Sampoerna Tbk Tahun 2008 sampai Tahun 2011 (dalam Jutaan Rupiah) ... 34 Tabel 4.5 Penjualan PT Bentoel Internasional Investama Tbk pada

Tahun 2008 sampai Tahun 2011 (dalam Rupiah) ... 35 Tabel 4.6 Perkembangan Modal Kerja PT Bentoel Internasional

Investama Tbk Tahun 2008 Sampai Tahun 2011 (dalam Rupiah) ... 36 Tabel 4.7 Penjualan PT Gudang Garam Tbk Tahun 2008-2011 (dalam

Jutaan Rupiah) ... 36 Tabel 4.8 Perputaran Kas PT Gudang Garam, Tbk Tahun 2008- 2011

(dalam Kali) ... 37 Tabel 4.9 Perputaran Piutang PT Gudang Garam, Tbk Tahun

2008-2011 (dalam Kali) ... 37 Tabel 4.10 Perputaran Persediaan PT Gudang Garam, Tbk Tahun


(9)

Tabel 4.11 Keterikatan Dana dalam Kas, Piutang dan Persediaan PT Gudang Garam, Tbk Tahun 2008 sampai Tahun 2011 (dalam Harian) ... 39 Tabel 4.12 Perputaran Modal Kerja PT Gudang Garam, Tbk Tahun

2008 sampai Tahun 2011 (dalam Kali) ... 39 Tabel 4.13 Tingkat Pertumbuhan Penjualan yang akan Datang PT

Gudang Garam, Tbk Tahun 2008-2011 (dalam %) ... 40 Tabel 4.14 Modal Kerja Optimal PT Gudang Garam, Tbk Tahun 2011

(dalam Jutaan Rupiah) ... 41 Tabel 4.15 Penjualan PT HM. Sampoerna Tbk Tahun 2008-2011

(dalam Jutaan Rupiah) ... 42 Tabel 4.16 Perputaran Kas PT HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2008- 2011

(dalam Kali) ... 42 Tabel 4.17 Perputaran Piutang PT HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2008 –

2011 (dalam Kali) ... 43 Tabel 4.18 Perputaran Persediaan PT HM. Sampoerna, Tbk Tahun

2008 -2011 (dalam Kali) ... 44 Tabel 4.19 Keterikatan Dana dalam Kas, Piutang dan Persediaan PT

HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2008-2011 ... 44 Tabel 4.20 Perputaran Modal Kerja PT HM. Sampoerna, Tbk Tahun

2008 sampai Tahun 2011 (dalam Kali) ... 45 Tabel 4.21 Tingkat Pertumbuhan Penjualan yang akan Datang PT HM.

Sampoerna, Tbk Tahun 2008-2011 (dalam %) ... 46 Tabel 4.22 Modal kerja optimal PT HM. Sampoerna, Tbk Tahun 2011

(dalam Jutaan Rupiah) ... 47 Tabel 4.23 Penjualan PT Bentoel Tbk Tahun 2008-2011 (dalam

Rupiah) ... 48 Tabel 4.24 Perputaran Kas Tahun 2008- 2011 PT Bentoel, Tbk (dalam

Kali) ... 48 Tabel 4.25 Perputaran Piutang PT Bentoel, TbkTahun 2008–2011


(10)

Tabel 4.26 Perputaran Persediaan PT Bentoel, Tbk Tahun 2008- 2011 (dalam Kali) ... 49 Tabel 4.27 Keterikatan Dana dalam Kas, Piutang dan Persediaan PT

Bentoel, Tbk Tahun 2008-2011 ... 50 Tabel 4.28 Perputaran Modal Kerja PT Bentoel, Tbk Tahun 2008

sampai Tahun 2011 (dalam Kali) ... 51 Tabel 4.29 Tingkat Pertumbuhan Penjualan yang akan Datang PT

Bentoel Tbk Tahun 2008-2011 (dalam %) ... 52 Tabel 4.30 Modal kerja optimal PT Bentoel Tbk Tahun 2011 (dalam


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Amin Widjaja Tunggal.1994. Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan, cetakan pertama, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Gitosudarmo Indriyo, Basri Muhammad. 2000. Manajemen Keuangan, Edisi keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Husnan Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi keempat, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Husnan Suad, Muhammad Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek, Edisi keempat, Penerbit APP AMP YKPN, Yogyakarta.

Kumalasari, Santi. 2008. Analisis Modal Kerja Pada Perusahaan Rokok PT Gudang Garam Tbk, Skripsi diterbitkan UMM, Tidak Dipublikasikan. Martono, Harjito Agus. 2005. Manajemen Keuangan, Edisi pertama cetakan

kelima, Penerbit Ekonisia, Jogyakarta..

Munawir, 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi ke empat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Rianto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, Cetakan ke tujuh, Penerbit Gaja Mada, Yogyakarta

Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sarwoko, Halim Abdul. 1989. Manajemen Keuangan (Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan), Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sutrisno, 2000. Manajemen Keuangan, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta. Syamsuddin, Lukman. 2004. Manajemen Keuangan, CV.Rajawali, Jakarta Tampulolon, P, Manahan. 2004. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap perusahaan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan cara menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan optimalisasi laba, dengan mengoptimalisasi laba maka perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan membutuhkan modal kerja dalam menjalankan aktivitas operasinya. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup seluruh fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Modal kerja digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran operasional rutin perusahaan seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah dan gaji pegawai, dan lain-lain.

Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat memungkinkan perusahaan berfungsi secara ekonomis, sehingga tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan untuk beroperasi. Pengelolaan manajemen modal kerja yang efektif sangat diperlukan untuk menjamin kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Modal kerja yang berlebih menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dimana dana tersebut tidak digunakan secara efektif, akan tetapi perusahaan dengan jumlah modal kerja yang terlalu sedikit dapat menyebabkan perusahaan mengalami kekurangan modal kerja untuk memperluas penjualan.


(14)

2

Efektivitas modal kerja dapat ditunjukkan dengan perputaran modal kerja (working capital turnover), perputaran piutang (receivables turnover), perputaran persediaan (inventory turnover). Semakin tinggi perputaran modal kerja dan perputaran setiap komponen modal kerja maka semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba.

Perusahaan membutuhkan sumber dana dalam menjalankan operasinya. Sumber dana tersebut bisa berasal dari sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal (internal financing) adalah dana yang berasal dari dalam perusahaan, dimana pemenuhan kebutuhan modal diambil dari dana yang dihasilkan oleh perusahaan sendiri. Sumber ekternal (exrenal financing) yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan dengan cara meminjam kepada kreditur berupa hutang atau melalui penerbitanan saham. Pembiayaan dari modal sendiri memiliki keterbatasan pada jumlahnya sehingga perusahaan melakukan pinjaman (hutang) dari pihak lain untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Hutang merupakan kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Penggunaan hutang harus dikelola dengan baik karena penggunaan hutang mempunyai resiko cukup besar dimasa yang akan datang.

Manajemen perusahaan harus dapat membuat kebijakan yang tepat dalam mengambil pendanaan untuk memperoleh aktiva yang digunakannya dalam beroperasi agar dapat menghasilkan laba yang maksimal.Banyaknya perusahaan rokok yang sudah berdiri di Indonesia telah menciptakan persaingan yang sangat ketat dalam industri rokok (baik yang legal dengan cukai maupun tidak). Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi industri rokok legal yang sudah mempunyai nama besar seperti PT Gudang Garam


(15)

3

Tbk, PT HM Sampoerna, PT Bentoel, dan lain-lainnya. Di Jawa Timur ada beberapa perusahaan rokok yang terbesar, misalnya PT Gudang Garam, PT HM Sampoerna, PT Bentoel dan sebagainya, dari sejumlah nama perusahaan rokok yang terbesar di Jawa Timur, tinggal PT Gudang Garam saja yang masih dimiliki pengusaha nasional. PT Bentoel sudah diakuisisi dari pemilik lamanya ke investor asing. PT HM Sampoerna diakuisisi oleh PT Philip Moris pada tahun 2005 dan PT Bentoel International Investama diakuisisi oleh British America Tobacca (BAT) pada tahun 2007 (www.detikfinance.com. 2009).

Perkembangan indusrti rokok memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Pada perkembangannya perusahaan rokok di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup bagus. Perkembangan industri rokok yang pesat membawa implikasi pada persaingan antar perusahaan dalam industri. Perusahaan rokok memproduksi produk sesering mungkin sehingga memungkinkan aliran kas berjalan dengan teratur dan pencapaian laba bisa maksimal. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kinerjanya agar tetap bertahan dalam masa krisis maupun persaingan yang ketat.

Perkembangan industri rokok di Indonesia memiliki pengaruh yang cukup positif dalam beberapa segi khususnya dunia ekonomi. Indonesia yang sebagian besar pendapatan dalam negerinya berasal dari sektor pajak, sangat diuntungkan dengan berkembangnya industri rokok karena pemerintah mengenakan tarif yang cukup tinggi bagi cukai rokok. Industri rokok juga memiliki potensi yang cukup besar untuk berkembang di Indonesia karena


(16)

4

rokok merupakan konsumsi bagi sebagian besar masyarakatnya. Indonesia tercatat sebagai Negara ke 3 dari daftar 10 negara perokok terbesar di dunia dengan jumlah 65.000.000 perokok atau 28% per penduduk Indonesia (www.tempo.com).

Produksi rokok pada lima tahun terakhir telah mengalami peningkatan produksi dari 233 miliar batang pada tahun 2004 menjadi 240 miliar batang pada tahun 2008. peningkatan rata-rata 4,78% per tahun. Penerimaan cukai untuk tahun yang sama meningkat dari Rp 29,1 triliun menjadi Rp 49 triliun atau meningkat rata-rata 13,64% per tahun. Pertumbuhan produksi pada skala mikro menjadi pemicunya. (www.tempo.com). Ibarat dua sisi mata uang, industri rokok dibutuhkan tetapi di sisi lain ruang geraknya dibatasi. Bagaimana tidak, industri rokok saat ini memberikan pemasukan cukai yang sangat besar bagi pemerintah. Industri rokok pada tahun 2008 menyumbang cukai sebesar Rp 57 triliun dan jumlah produksi rokoknya pun mencapai 240 miliar batang per tahun. (www.tempo.com).

Industri rokok dihadapkan pada suatu keputusan penting untuk meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh laba melalui pengelolaan manajemen yang tepat, oleh sebab itu industri rokok harus senantiasa menjaga kinerja perusahaannya. Melalui peningkatan atas kinerja perusahaan maka dengan sendirinya aktivitas operasional perusahaan dapat dilaksanakan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Apabila dilakukan perbandingan atas pencapaian kinerja keuangan pada perusahaan rokok dari tahun 2008-2010 menunjukkan adanya peningkatan. Berikut tabel penjualan perusahaan rokok dari tahun 2008-2010.


(17)

5

Tabel 1.1

Tingkat Penjualan Perusahaan Rokok Di BEI Tahun 2008-2010

No Nama

Emiten

Tahun

2008 2009 2010

1 GGRM 30,251,643.00 32,973,080.00 37,691,997.00

2 HMSP 34,680,445.00 38,972,186.00 43,381,658.00

3 RMBA 5,940,801.00 6,081,726.00 8,904,568.00

Sumber : www.bei.co.id (Diunduh tanggal 2 Oktober 2011)

Pada tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa semua perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia memiliki tingkat penjualan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa hasil dari industri rokok ini digemari oleh sebagian penduduk Indonesia sebanyak 65.000.000 penduduk Indonesia adalah perokok aktif. Berdasarkan data keuangan industri rokok di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh 3 tahun terakhir yaitu tahun 2008 hingga tahun 2010 dapat diketahui bahwa modal kerja, utang dan laba usaha mengalami fluktuasi dari tahun ketahun.

Tabel 1.2

Rata-rata Modal Kerja, Utang, dan Laba Usaha Perusahaan Rokok di Bursa Efak Indonesia 2006-2009

(Dalam Jutaan Rupiah)

Tahun Modal Kerja Hutang Laba Usaha

2006 3.806.741 5.529.480 2.510.705

2007 5.159.828 9.102.154 2.816.424

2008 4.851.423 6.454.200 3.267.002

2009 6.435.439 6.215.313 4.256.690


(18)

6

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa fluktuasi dari rata-rata modal kerja dan hutang tidak searah dengan rata-rata laba usaha kecuali pada tahun 2007. Pada tahun 2008 rata-rata modal kerja dan hutang mengalami penurunan, sedangkan rata modal kerja dan laba usaha mengalami peningkatan sedangkan rata-rata hutang mengalami penurunan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil judul penelitian yaitu: Analisis Penentuan Modal Kerja Optimal Pada Perusahaan Rokok Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.

B. Rumusan Penelitian

Modal kerja mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan untuk memperlancar kegiatan operasinya, sehingga berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang timbul adalah: “Apakah modal kerja perusahaan rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah optimal”

C. Batasan Penelitian

Batasan penelitian bertujuan untuk membatasi objek masalah yang di teliti agar tidak terlalu meluas dari pokok permasalahan dan ruang lingkupnya pun jelas, maka penulis membatasi masalah yang dibahas yaitu dengan menggunakan data yang bersifat tahunan dan metode analisisnya menggunakan metode perputaran modal kerja tahunan yang terdiri dari perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimalisasi modal kerja perusahaan rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.


(19)

7

2. Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi Perusahaan

Memberikan informasi dan bahan pertimbangan pada pihak manajemen perusahaan sehingga dapat melakukan pengelolaan modalnya dengan lebih baik.

b. Bagi Investor

Bagi investor diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya di industri rokok pada Bursa Efek Indonesia.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang akan datang.


(20)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti yang mengkaji tentang modal kerja sebelumnya pernah dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul “Analisi Modal Kerja Pada Perusahaan Rokok PT Gudang Garam Tbk”.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi menunjukan bahwa penggunaan modal kerja perusahaan PT Gudang Garam Tbk dianggap tidak optimal karena pada tahun 2003 sampai 2006 modal kerja ideal tidak sama dengan modal kerja riil (MKr ≠ MKi). Kondisi tersebut dapat membuktikan bahwa PT Gudang Garam belum efesien dalam menggunakan modal kerja yang dimiliki yang berakibat pada kurang maksimalnya aktivitas perusahaan dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan usaha.

B. Tinjauan Teori 1. Modal Kerja

Menurut Sartono (2008:385), ada dua konsep utama tentang modal kerja yaitu:

a. Modal kerja netto (net working capital) adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar.

b. Modal kerja brutto (gross working capital) adalah semua aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.


(21)

9

Menurut konsep ini modal kerja adalah dana yang digunakan selama periode akuntansi untuk menghasilkan penghasilan yang utama (current income). Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari terutama yang memiliki jangka waktu pendek seperti kas, surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya, apabila kita melihat kepada beberapa pos neraca maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Kas dan persediaan merupakan modal kerja b. Piutang dagang terbagi dua bagian:

1) Bagian dana dalam bentuk piutang yang di investasikan dalam produk yang terjual (harga pokok produknya) merupakan modal kerja.

2) Bagian dana dalam bentuk piutang yang merupakan keuntungan dari produk yang terjual secara kredit merupakan modal kerja pontensial, karena baru bisa dianggap sebagai modal apabila piutangnya telah tertagih.

c. Efek yang bisa diperjual belikan merupakan modal kerja potensial, karena baru bisa dianggap sebagai modal apabila efek tersebut sudah terjual.

d. Aktiva tetap terbagi dua bagian yaitu:

1) Penyusutan aktiva tetap merupakan modal kerja 2) Nilai buku aktiva tetap bukan merupakan modal kerja.


(22)

10

2. Konsep Modal Kerja

Analisis penentuan modal kerja sangat penting bagi penganalisis intern maupun ekstern disamping masalah modal kerja ini erat hubunganya dengan operasi perusahaan sehari-hari juga menunjukan tingkat keamanan para kreditur. Adanya modal kerja yang cukup penting bagi suatu perusahaan karena memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomi mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan, tetapi adanya hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan.

Menurut Sutrisno (2001: 43) ada tiga macam konsep tentang modal kerja yang bisa digunakan untuk analisis, yaitu:

a. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang satu tahun. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, oleh karena itu semua elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendek lainnya, maka modal kerja ini sering disebut modal kerja bruto atau Gross Working Capital. (Sutrisno, 2001: 43)


(23)

11

b. Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep kualitatif ini bukanlah semua aktiva lancar tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar, dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang segera jatuh tempo, karena menurut konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya (Sutrisno, 2001: 43).

c. Konsep Fungsional

Konsep ini lebih menitik beratkan pada fungsi dana dalam menghasilkan penghasilan langsung atau current income. Pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan current income pada satu periode tertentu, oleh karena itu yang masuk sebagai modal kerja adalah kas, piutang dagang sebesar harga pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan periode tersebut, sedangkan efek atau surat berharga dan margin laba dari piutang merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah dibayar dan surat berharga sudah dijual.

Piutang yang menggunakan keuntungan adalah tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang tertanam dalam aktiva tetap yang menghasilkan futire income (pendapatan tahun sesudahnya) termasuk dalam nonworking capital.


(24)

12

Modal kerja sangat diperlukan bagi perusahaan dan merupakan unsur yang sangat menentukan kelancaran suatu usaha operasi perusahaan. Munawir (2002:, 116-117), menyatakan bahwa manajemen modal kerja yang baik akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, antara lain:

1) Melindungi perusahaan dari krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

2) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya.

3) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.

4) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih baik dan menguntungkan bagi kreditur.

5) Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak mendapat kesulitan untuk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan.

Unsur-unsur modal kerja meliputi hal-hal sebagai berikut: (Sutrisno, 2000: 59-105)

a. Kas

Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002: 61) kas adalah sebagai uang kontan dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diluangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya.


(25)

13

Kas dapat berupa uang kontan yang disimpan di perusahaan, rekening-rekening giro atau rekening lainnya yang dapat dicairkan pada saat dibutuhkan. Kas dalam kegiatan operasional diperlukan untuk: 1) Membelanjai seluruh kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. 2) Mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

3) Membayar dividen, pajak, bunga dan pembayaran lain-lain. b. Piutang

Menurut Syamsuddin (2001: 254) Piutang meliputi semua transaksi-transaksi pembelian secara kredit tetapi tidak membutuhkan suatu bentuk catatan atau surat formal yang ditanda tangani yang menyatakan kewajiban pihak pembeli kepada pihak penjual. Menurut Munandar (2000: 79) Piutang adalah hak atau tagihan perusahaan kepada pihak lain yang akan dilunasi pembayarannya atau pelunasannya bilamana telah sampai jatuh tempo.

Beberapa perusahaan cenderung menjual barang dagangannya secara kredit, dengan maksud membesar volume penjualan, dengan melakukan penjualan kredit berarti perusahaan telah menanamkan sebagai modalnya dalam bentuk piutang kepada orang lain atau kepada pelanggan.

c. Persediaan

Persediaan adalah sejumlah barang atau bahan-bahan yang tersedia dalam perusahaan. Persediaan diperlukan untuk melakukan proses produksi dan lancarnya proses penjualan.


(26)

14

3. Jenis-jenis Modal kerja

Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama, hal ini disebabkan berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu, seperti adanya permintaan disebabkan musiman, oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga bisa mengalami perubahan. Menurut Sutrisno (2001:45), jenis-jenis modal kerja dikelompokan menjadi dua bagian yaitu: a. Modal kerja permanen (permanent working capital)

Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja permanen terbagi dua antara lain :

1) Modal kerja primer (primary working capital) adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya.

2) Modal kerja normal (normal working capital) adalah sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaannya.

b. Modal kerja variabel (Variable woking capital)

Yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja variabel dapat dibedakan antara lain sebagai berikut:


(27)

15

1) Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan musim.

2) Modal kerja siklus (cyclical working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah di sebabkan oleh perubahan permintaan produk.

3) Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang menyebabkan tidak diketahui sebelumnya (misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok kerja dan sebagainya).

4. Klasifikasi Modal Kerja

Sebagai aktiva lancar, modal kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:

a. Komponen-komponen seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan b. Waktu, yaitu permanen atau sementara (musiman), sedangkan modal kerja permanen adalah sejumlah aktiva lancar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minimum jangka panjang, dan modal kerja sementara (musiman) adalah investasi dalam aktiva lancar yang berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan musiman.

5. Kebijaksanaan Modal Kerja

Kebijaksanaan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana, seperti diketahui bahwa sumber dana untuk


(28)

16

memenuhi modal kerja bisa dipilih dari sumber dana berjangka panjang atau sumber dana berjangka pendek. Masing-masing alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan. Modal kerja pada dasarnya adalah dana yang masa perputarannya berjangka pendek, tapi karena ada dana (modal kerja) yang selalu harus ada dalam jangka panjang, maka perlu kebijakan untuk mencari sumber pembelanjaan sehingga diperoleh biaya dana yang paling murah.

Kebijaksanaan modal kerja apa yang harus diambil oleh perusahaan ini tergantung dari seberapa besar manajer berani mengambil risiko. Kebijaksanaan modal kerja yang bisa diambil oleh perusahaan adalah: a. Kebijaksanaan Konservatif

Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek, dalam kebijakan ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dipenuhi oleh sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Kebijaksanaan ini disebut konservatif (hati-hati), karena sumber jangka panjang mempunyai jatuh tempo yang lama, sehingga perusahaan memiliki keleluasaan dalam pelunasan kembali artinya perusahaan mempunyai tingkat keamanan atau margin of safety yang besar


(29)

17

b. Kebijaksanaan Moderat

Kebijakan atau strategi pendanaan ini perusahaan membiayai setiap aktiva dengan dana yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran aktiva tersebut, artinya aktiva yang bersifat permanen yakni aktiva tetap dan modal kerja permanen akan didanai dengan sumber dana jangka panjang, dan aktiva yang bersifat variabel atau modal kerja variabel akan didanai dengan sumber dana jangka pendek.

Kebijakan ini didasarkan atas prinsip matching principle yang menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya didanai dengan sumber dana jangka panjang, dengan demikian resiko yang dihadapi hanya berupa terjadinya penyimpangan aliran kas yang diharapkan, oleh karena itu kesulitan yang dihadapi adalah memperkirakan jangka waktu arus kas bersih dan pembayaran hutang yang selalu terdapat unsur ketidakpastian dan pada kebijakan ini akan muncul trade-off antara profitabilitas dan resiko. Semakin besar margin of safety yang ditentukan untuk menutup penyimpangan arus kas bersih semakin aman bagi perusahaan, tetapi harus menyediakan dana yang jangka waktunya melebihi kebutuhan dana yang akan digunakan, akibatnya akan terjadi dana menganggur dan hal ini akan menurunkan profitabilitas, dengan kata lain bila resiko rendah akan mengakibatkan profitabilitas juga rendah,


(30)

18

c. Kebijaksanaan Agresif

Kebijakan agresif ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber jangka pendek. Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung resiko yang cukup besar, sedangkan trade-off yang diharapkan adalah memperoleh profitabilitas yang lebih besar.

6. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja

Pengelolaan modal kerja menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja adalah hal yang sangat penting karena modal kerja yang terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan hal lain ini akan menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Sebaliknya jika modal kerja terlalu kecil akan ada resiko proses produksi perusahaan kemungkinan besar akan terganggu, oleh karena itu perlu ditentukan berapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan.

Penentuan besarnya modal kerja, bisa digunakan beberapa metode penentuan besarnya modal kerja yaitu: (Sutrisno, 2001:50)

a. Metode keterikatan dana

Penentuan besarnya modal kerja dengan metode ini, maka perlu diketahui 2 faktor yang mempengaruhi, yakni:

1) Periode terikatnya modal kerja

Merupakan jangka waktu mulai kas ditanamkan ke dalam elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi. Semakin lama periode keterkaitannya modal kerja akan semakin memperbesar jumlah kebutuhan modal kerja, demikian sebaliknya bila periode terikatnya modal kerja semakin kecil kebutuhan modal kerja juga semakin kecil.


(31)

19

2) Proyeksi kebutuhan kas rata-rata perhari

Pengeluaran kas perhari merupakan pengeluaran rata-rata setiap harinya untuk keperluan bahan baku, bahan penolong, pembayaran biaya pemasaran dan pembayaran tunai lainnya.

b. Metode perputaran modal kerja

Metode perputaran modal kerja merupakan metode untuk menentukan kebutuhan modal kerja dengan memperhatikan perputaran elemen pembentuk modal kerja itu sendiri seperti: kas, piutang dan persediaan. Untuk menentukan besarnya modal kerja maka dilakukan dengan cara perputaran elemen aktiva lancar sebagai berikut: (Sutrisno, 2001:50)

1) Menghitung elemen modal kerja dalam kali


(32)

20

c. Metode Aliran Kas

Aliran kas yang terjadi di perusahaan adalah terus menerus selama perusahaan beroperasi yang terdiri dari aliran kas masuk (cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow). Aliran kas masuk ke perusahaan (penerimaan uang), misalnya perolehan pendapatan baik berupa hasil penjualan atau laba perusahaan. Uang kas masuk dapat pula diperoleh dari bunga hasil investasi atau pendapatan diluar usaha serta dapat juga diperoleh dari pinjaman pihak lain (misalnya, bank atau pun dari hibah).

Aliran kas keluar merupakan uang yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan seperti untuk membeli bahan baku, membayar gaji, upah, pajak, atau biaya operasinal lainnya. Uang keluar dapat berupa sejumlah uang yang digunakan untuk melakukan investasi baik yang berkaitan dengan bidang usaha maupun tidak.

Jumlah kas yang terlalu kecil akan berbahaya bagi perusahaan, karena akan mengakibatkan hambatan bagi pengeluaran untuk berbagai pembayaran perusahaan. Sebaliknya apabila uang kas terlalu besar ketimbang pengeluaran kas yang dibutuhkan juga kurang baik. Artinya, kemungkinan ada uang menganggur atau tidak memberikan penghasilan kepada perusahaan (Kasmir, 2010:189)

7. Penentuan Modal Kerja Optimal

Menurut. Tampubolon (2004: 57) manajemen modal kerja bertujuan untuk mencari tingkat (level) dari susunan aktiva lancar dan pasiva lancar yang optimal.Modal kerja optimal adalah kemampuan perusahaan untuk


(33)

21

memaksimalkan hasil (output), dalam arti tidak terjadi kelebihan atau kekurangan modal kerja, sehingga pada tingkat modal kerja optimal yaitu biaya akan sama dengan manfaatnya. Ada 2 hal yang mempengaruhi penentuan modal kerja optimal yaitu:

a. Pertimbangan likuiditas, untuk menentukan pertimbangaan likuiditas ada 3 alternatif :

1) Apabila likuiditas perusahaan tinggi maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan semakin besar sehingga penghasilan (output) makin banyak.

2) Apabila likuiditas perusahaan sedang maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sedikit.

3) Apabila likuiditas perusahaan rendah maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan rendah sehingga jumlah output sama.

b. Trade-off antara profitabilitas dan resiko

1) Perusahaan ingin profitabilitas tinggi, maka harus memelihara aktiva lancar relatif rendah, akibatnya resiko tinggi terhadap kekurangan persediaan atau kehilangan kesempatan penjualan.

2) Perusahaan ingin resiko terhadap kekurangan persediaan atau kehilangan kesempatan penjualan, maka harus memelihara tingkat aktiva lancar yang relatif tinggi, akibatnya profitabilitas rendah.

Analisis optimalisasi merupakan salah satu penentuan besarnya aktiva lancar dengan metode perputaran modal kerja yang didasarkan pada data historis, sehingga kondisi tahun mendatang diasumsikan mirip dengan tahun sebelumnya. Dasar utama untuk menentukan besarnya etismasi modal


(34)

22

kerja tahun mendatang adalah hasil estimasi nilai penjualan tahun mendatang. Metode seperti kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan.

Berdasarkan hasil perputaran elemen aktiva lancar diketahui besarnya perputaran modal kerja. Setelah estimasi nilai penjualan tahun mendatang dengan perputaran modal kerja dapat dihitung nilai modal optimal tahun mendatang.

8. Modal Kerja Besih

Definisi modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, sedangkan definisi modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan.

a. Aktiva lancar melebihi pasiva lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih positif. Secara umum modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva lancar yang dibiayai dengan dana jangka panjang yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal saham, karena pasiva lancar menunjukkan sumber dana jangka pendek, sehingga jika aktiva lancar melebihi pasiva lancar maka melebihinya dibiayai dengan jangka panjang.

b. Aktiva lancar lebih kecil dari pasiva lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih negatif, dengan kata lain modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva tetap yang dibiayai dengan pasiva lancar. Modal Kerja Bersih = Total Aktiva Lancar - Total Pasiva Lancar


(35)

23

9. Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja pada dasarnya meliputi: a. Perencanaan besarnya kebutuhan modal kerja

Perubahan dari aktivitas usaha suatu perusahaan akan mengakibatkan perubahan terhadap kebutuhan modal kerja. Kebutuhan modal kerja dalam satu periode (satu tahun) pada waktu yang akan datang dapat dihitung atau dirumuskan sebagai berikut:

Kebutuhan modal kerja = periode perputaran modal kerja ×rata-rata pengeluaran kas per periode

b. Periode perputaran modal kerja. Periode perputaran modal kerja adalah dimulai dari saat dimana kas di investasikan ke dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas. Panjang pendeknya perputaran modal kerja tergantung dari perputaran masing-masing komponen modal kerja. Semakin pendek tingkat perputarannya berarti semakin tinggi rate turn overnya dan sebaliknya semakin panjang tingkat perputarannya berarti semakin rendah rate turn overnya.

c. Rata-rata pengeluaran kas per periode. Rata-rata pengeluaran kas per periode adalah hasil perhitungan rata-rata dari segala pengeluaran kas untuk melaksanakan kegiatan perusahaan sehari-hari baik berupa pembelian bahan baku, pembayaran upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya administrasi umum dan penjualan.


(36)

24

10. Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahaan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar di ikuti dengan perubahaan dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunya modal kerja adalah:

a. Pembayaran kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan. Dikatakan sebagai penggunaan modal kerja apabila perusahaan mengalami kerugian yaitu jumlah biaya dalam suatu periode lebih besar dari pada jumlah penghasilannya.

b. Pembayaran kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan adanya penjualan surat-surat berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya. Kerugian di luar kegiatan operasi terdapat pada selisih pendapatan dan biaya lain-lain dalam suatu periode, sedang kerugian insidentil adalah kerugian pada saat tertentu yang keduanya mengakibatkan berkurangnya modal kerja.

c. Adanya pembayaran utang-utang jangka panjang, utang hipotik, obligasi maupun utang jangka panjang lainnya.

d. Adanya pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau tumbuhnya utang lancar, dengan demikian akan mengurangi besarnya modal kerja.

e. Adanya pengambilan uang kas oleh pemilik perusahaan dan pengambilan keuntungan atas pengambilan dividen oleh pemilik dalam perseroan terbatas.


(37)

25

f. Adanya pembentukan dana dari aktiva lancar pada tujuan tertentu dalam jangka panjang.

11. Manfaat Manajemen Modal Kerja

a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2.1.

Berdasarkan kerangka pikir penelitian maka dapat diketahui tujuan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam melakukan pengendalian atas modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Melalui analisis tersebut maka dapat ditentukan tingkat optimalisasi modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu dengan membandingkan modal kerja riil dalam hal ini adalah jumlah kas, piutang dan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan dengan modal kerja optimal yang dicapai oleh perusahaan.

Perusahaan Rokok Yang Listing di BEI Analisis Modal Kerja

Piutang

Kas Persediaan


(38)

26

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan pustaka di atas maka dapat ditarik hipotesis bahwa: modal kerja perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sudah optimal.


(1)

memaksimalkan hasil (output), dalam arti tidak terjadi kelebihan atau kekurangan modal kerja, sehingga pada tingkat modal kerja optimal yaitu biaya akan sama dengan manfaatnya. Ada 2 hal yang mempengaruhi penentuan modal kerja optimal yaitu:

a. Pertimbangan likuiditas, untuk menentukan pertimbangaan likuiditas ada 3 alternatif :

1) Apabila likuiditas perusahaan tinggi maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan semakin besar sehingga penghasilan (output) makin banyak.

2) Apabila likuiditas perusahaan sedang maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sedikit.

3) Apabila likuiditas perusahaan rendah maka aktiva lancar yang dimiliki perusahaan rendah sehingga jumlah output sama.

b. Trade-off antara profitabilitas dan resiko

1) Perusahaan ingin profitabilitas tinggi, maka harus memelihara aktiva lancar relatif rendah, akibatnya resiko tinggi terhadap kekurangan persediaan atau kehilangan kesempatan penjualan.

2) Perusahaan ingin resiko terhadap kekurangan persediaan atau kehilangan kesempatan penjualan, maka harus memelihara tingkat aktiva lancar yang relatif tinggi, akibatnya profitabilitas rendah.

Analisis optimalisasi merupakan salah satu penentuan besarnya aktiva lancar dengan metode perputaran modal kerja yang didasarkan pada data historis, sehingga kondisi tahun mendatang diasumsikan mirip dengan tahun sebelumnya. Dasar utama untuk menentukan besarnya etismasi modal


(2)

kerja tahun mendatang adalah hasil estimasi nilai penjualan tahun mendatang. Metode seperti kas, surat berharga, piutang dagang, dan persediaan.

Berdasarkan hasil perputaran elemen aktiva lancar diketahui besarnya perputaran modal kerja. Setelah estimasi nilai penjualan tahun mendatang dengan perputaran modal kerja dapat dihitung nilai modal optimal tahun mendatang.

8. Modal Kerja Besih

Definisi modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, sedangkan definisi modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan.

a. Aktiva lancar melebihi pasiva lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih positif. Secara umum modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva lancar yang dibiayai dengan dana jangka panjang yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal saham, karena pasiva lancar menunjukkan sumber dana jangka pendek, sehingga jika aktiva lancar melebihi pasiva lancar maka melebihinya dibiayai dengan jangka panjang.

b. Aktiva lancar lebih kecil dari pasiva lancar, perusahaan mempunyai modal kerja bersih negatif, dengan kata lain modal kerja bersih merupakan bagian dari aktiva tetap yang dibiayai dengan pasiva lancar. Modal Kerja Bersih = Total Aktiva Lancar - Total Pasiva Lancar


(3)

9. Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja pada dasarnya meliputi: a. Perencanaan besarnya kebutuhan modal kerja

Perubahan dari aktivitas usaha suatu perusahaan akan mengakibatkan perubahan terhadap kebutuhan modal kerja. Kebutuhan modal kerja dalam satu periode (satu tahun) pada waktu yang akan datang dapat dihitung atau dirumuskan sebagai berikut:

Kebutuhan modal kerja = periode perputaran modal kerja ×rata-rata pengeluaran kas per periode

b. Periode perputaran modal kerja. Periode perputaran modal kerja adalah dimulai dari saat dimana kas di investasikan ke dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas. Panjang pendeknya perputaran modal kerja tergantung dari perputaran masing-masing komponen modal kerja. Semakin pendek tingkat perputarannya berarti semakin tinggi rate turn overnya dan sebaliknya semakin panjang tingkat perputarannya berarti semakin rendah rate turn overnya.

c. Rata-rata pengeluaran kas per periode. Rata-rata pengeluaran kas per periode adalah hasil perhitungan rata-rata dari segala pengeluaran kas untuk melaksanakan kegiatan perusahaan sehari-hari baik berupa pembelian bahan baku, pembayaran upah tenaga kerja, biaya overhead, biaya administrasi umum dan penjualan.


(4)

10. Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahaan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar di ikuti dengan perubahaan dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunya modal kerja adalah:

a. Pembayaran kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan. Dikatakan sebagai penggunaan modal kerja apabila perusahaan mengalami kerugian yaitu jumlah biaya dalam suatu periode lebih besar dari pada jumlah penghasilannya.

b. Pembayaran kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan adanya penjualan surat-surat berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya. Kerugian di luar kegiatan operasi terdapat pada selisih pendapatan dan biaya lain-lain dalam suatu periode, sedang kerugian insidentil adalah kerugian pada saat tertentu yang keduanya mengakibatkan berkurangnya modal kerja.

c. Adanya pembayaran utang-utang jangka panjang, utang hipotik, obligasi maupun utang jangka panjang lainnya.

d. Adanya pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau tumbuhnya utang lancar, dengan demikian akan mengurangi besarnya modal kerja.

e. Adanya pengambilan uang kas oleh pemilik perusahaan dan pengambilan keuntungan atas pengambilan dividen oleh pemilik dalam perseroan terbatas.


(5)

f. Adanya pembentukan dana dari aktiva lancar pada tujuan tertentu dalam jangka panjang.

11. Manfaat Manajemen Modal Kerja

a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.

b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat disajikan pada gambar 2.1.

Berdasarkan kerangka pikir penelitian maka dapat diketahui tujuan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam melakukan pengendalian atas modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Melalui analisis tersebut maka dapat ditentukan tingkat optimalisasi modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu dengan membandingkan modal kerja riil dalam hal ini adalah jumlah kas, piutang dan persediaan yang dimiliki oleh perusahaan dengan modal kerja optimal yang dicapai oleh perusahaan.

Perusahaan Rokok Yang Listing di BEI Analisis Modal Kerja

Piutang

Kas Persediaan


(6)

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan pustaka di atas maka dapat ditarik hipotesis bahwa: modal kerja perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sudah optimal.