Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

  Survei Tanah

  Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim, dkk, 1986).

  Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).

  Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya.

  Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)

  Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno, 1995).

  Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi :

  1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.

  2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.

  3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi.

  4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

  5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah (Hakim, dkk, 1986).

  Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang sewajar-wajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan penyebarannya (Darmawijaya, 1997).

  Evaluasi Kesesuaian Lahan

  "Kesesuaian lahan" menyatakan keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori, yaitu:

  1. Order: keadaan kesesuaian secara global

  2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order

  3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan.

  4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya (Soemarno, 2006).

  Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest

  Plantation /NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai

  penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan Webb lebih pada tanaman keras (Wahyuningrum, dkk, 2003).

  Daya guna tanah untuk pertanian ditentukan oleh sejumlah faktor, yang terpenting diantaranya adalah kecuraman lereng yang menyangkut bahaya erosi, bahaya banjir, drainase, kelembaban, permeabilitas, kepadatan massa, reaksi kimia, tingkat salinitas, daya tampung air, struktur lapisan permukaan serta kesuburan alamiah tanah tersebut (Toffler, 1986).

  Berdasarkan sejumlah faktor tersebut suatu proses pendugaan potensi lahan untuk macam-macam penggunaan yang disebut dengan evaluasi lahan (Dent and Young, 1981). Evaluasi lahan ini merupakan alat yang biasa digunakan dalam proyek perencanaan. Alat ini sangat fleksibel, bergantung pada keperluan dan komoditas wilayah yang hendak dievaluasi (Abdullah, 1993).

  Sementara itu kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan areal dapat berbeda tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus, 1985).

  Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :

  1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.

  2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

  3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.

  4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan.

  5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

  Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

  1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.

  2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

  3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

  Macam faktor pembatas berupa keadaan fisik lingkungan adalah topografi, erosi, iklim, drainase, bahaya banjir, fisik tanah seperti tekstur dan kedalaman efektif. Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan didalam suatu kelas kesesuaian. Masing-masing kelas dibagi menjadi satu atau lebih subkelas kesesuaian tergantung pada jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas dicerminkan oleh simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol kelas. Misalnya S2n, artinya lahan tersebut mempunyai kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) degan pembatas n (ketersediaan hara). Untuk kelas S1 tidak ada pembagian subkelas (Rayes, 2006).

  Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan perbaikan dan kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk, pengairan atau terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang dievaluasi (Djaenudin, dkk, 2003).

  Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungkan dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dikembangkan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual (current suitability) dan kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement) dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).

  Karakteristik Lahan

  Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi.

  Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H

  2 O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batuan (FAO, 1983).

  1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan

  o

  dalam C.

  2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan dalam mm.

  3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

  4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %.

  5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.

  6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm.

  7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm.

  8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

  9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.

  10.

  4 OAc) yang ada dalam 100 g contoh

  Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH tanah.

  11. Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

  12. C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.

  13. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m.

  14. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.

  15. Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm.

  16. Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.

  17. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.

  18. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.

  19. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah.

  20. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.

  Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

  Sifat Fisik Tanah Drainase tanah

  Drainase itu suatu proses menghilangnya air yang berkelebihan secepat mungkin dari profil tanah, terutama dari lapisan permukaan dan subsoil bagian atas. Kalau drainase dari rawa – rawa dan daerah – daerah yang tergenang air merupakan suatu hal yang penting, drainase tanah yang sudah diolah kerap kali jauh lebih penting.Boleh dikatakan, bahwa drainase tanah pertanian ialah yang paling penting dalam setiap masyarakat, bahkan di daerah kering, terutama dimana irigasi dilaksanakan (Buckman dan Brady, 1982).

  Tujuan utama drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat (Foth, 1994).

  Kelas drainase tanah dibedakan dalam tujuh kelas sebagai berikut : 1. Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warn agley (reduksi).

  2. Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

  3. Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai

  ≥ 100 cm.

  4. Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogeny tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm.

  5. Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan atau mangan serta warn agley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.

  6. Terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warn agley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau mangan seikit pada lapisan sampai permukaan.

  7. Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan (Djaenudin, dkk, 2003).

  Kedalaman tanah

  Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar – akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995). Kedalaman tanah dibedakan menjadi :

  Sangat dangkal : < 20 cm

  • Dangkal : 20 – 50 cm
  • Sedang : 50 – 75 cm
  • Dalam : > 75 cm
  • (Djaenudin, dkk, 2003).

  Tekstur tanah

  Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel – partikel tanah primer berupa fraksi liat, debu dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel – partikel primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda – beda dan dapat dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang sedemikian halusnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang (Sarief, 1986).

  Partikel – partikel tanah (tekstur tanah) yang dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi (partikel) tanah, fraksi ini dapat menjadi kasar ataupun halus. Menurut sistem MOHR fraksi tanah pasir mempunyai ukuran 2.00- 0.05 mm, debu 0.05-0.005 mm dan liat 0.005 mm (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

  Pengelompokkan kelas tekstur yang digunakan adalah : Halus (h) : liat berpasir, liat, liat berdebu.

  • berdebu.

  Agak halus (ah) : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat

  Sedang (s) : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu.

  • Agak kasar (ak) : lempung berpasir, pasir berlempung.
  • Kasar (k) : pasir.
  • Sangat halus (sh) : liat (tipe mineral 2 : 1)
  • (Djaenudin, dkk, 2003).

  Bahaya banjir

  Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

  (Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut : f0 = tidak ada banjir di dalam periode satu tahun f1 = ringan yaitu periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak. f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir. f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir.

  Batuan permukaan

  Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut :

  • b0 = Tidak ada : kurang dari 0,01 % dari luas areal .
  • tanah dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

  b1 = Sedikit : 0,01% sampai 3 % permukaan tanah tertutup, pengolahan

  • mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.

  b2 = Sedang : 3% sampai 15 % permukaan tanah tertutup ; pengolahan tanah

  • dan penanaman menjadi sangat sulit.

  b3 = banyak : 15 sampai 90 % permukaan tanah tertutup; pengolahan tanah

  • sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertaniaan.

  b4 = Sangat banyak : lebih dari 90 % permukaan tanah tertutup ; tanah sama

  Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).

  Kapasitas tukar kation (KTK)

  Kemampuan tukar kation ialah kapasitas tanah menyerap dan mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut kapasitas tukar kation (KTK) atau berupa anion yang besarnya disebut kapasitas tukar anion (KTA). KTK dan KTA masing-masing diukur menurut jumlah maksimum kation dan anion yang dapat diserap tanah (Notohardiprawiro, 1998).

  Salah satu sifat kimia tanah sawah yang berkaitan erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid yang bermuatan negatif (Noor, 2004).

  Kejenuhan basa (KB) Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.

  Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya

  ≥ 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% (Tan, 1998).

  pH tanah

  pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasaman, bukan ukuran total asam yang ada di tanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat, gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar dibandingkan dengan tanah yang berpasir (Mukhlis, 2007).

  Peranan pH tanah : a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman b.

  Memepengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa (KB) suatu tanah c. Mempengaruhi keterikatan unsur P d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme e.

  Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus (Sarief, 1989).

  Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH > 8,5 (alkalis) (Arsyad, 1989)

  C-organik Tanah

  Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk

  Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

  Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah

  • Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
  • Manambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
  • tukar kation menjadi tinggi)

  Sumber energi bagi mikroorganisme

  • Menambah kemampuan tanah
  • (Hardjowigeno, 1995).

  Syarat Tumbuh Tanaman Kopi (Coffea, sp).

  Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia. Jika potensi dahsyat ini bisa kita manfaatkan tidaklah sulit untuk menjadikan komoditi ini menjadi andalan di sektor perkebunan. Hanya butuh sedikit sentuhan teknis budidaya yang tepat, niscaya harapan kita optimis menjadi kenyataan (Anonimous, 2009)

  Kopi Arabika berasal dari Ethiopia dan Albessinia. Golongan ini merupakan yang pertama kali dikenal dan dibudidayakan oleh manusia, bahkan merupakan golongan kopi yang paling banyak diusahakan sampai akhir abad 19.. Namun kopi jenis ini merupakan kopi dengan cita rasa terbaik. Sebagian kopi beriklim tropis atau subtropis (Najiyati dan Danarti, 1997 )

  Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu

  o

  tumbuh optimalnya adalah 18-26

  C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap. Umumnya berbuah sekali dalam setahun (Najiyati dan Danarti, 1997 )

  Seperti halnya tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan tanaman kopi mempunyai sifat yang sangat khusus, karena masing-masing jenis kopi mengkehendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor-faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah.(Najiyati dan Danarti, 1997 ) Kopi (coffea,sp) merupakan salah satu komoditas ekspor yang memberikan devisa negara cukup tinggi. Budidaya tanaman kopi cukup mudah, tanpa perawatan yang intensif pun tanaman ini telah memberikan hasil. Namun untuk menghasilkan kopi yang bermutu baik dan mendapatkan harga tinggi di pasaran dunia diperlukan pengetahuan mengenai seluk beluk kopi mulai dari jenis-jenis kopi, penyediaan bibit, teknik penanaman, hingga panen dan pasca panen (Dinas pertanian pakpak bharat, 2007) Iklim besar sekali pengaruhnya terhadap produktifitas tanaman kopi.

  Pengaruh iklim itu mulai Nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Dan hal ini akan terasa terus pada saat bunga membuka sampai dengan berlangsungnya penyerbukan, pertumbuhan buah muda sampai buah menjadi tua an memasak (AAK, 1988)

  Pada umumnya, tanaman kopi tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak , akan tetapi tanaman kopi mengkehendaki sinar matahari yang teratur. Sinar matahari dalam jumlah banyak hanya dikehendaki tanaman kopi pada awal musim kemarau atau akhir musim hujan. Pada saat itu tanaman mulai menghasilkan kuncup bunga sehingga perlu dirangsang oleh sinar matahari, biasanya ditanam tanaman pelindung. (Dinas Pertanian Kab. Pakpak Bharat,2007)

  Seperti juga tanaman lainnya, maka kopi juga memerlukan tanah yang subur. Hal ini bisa dibuktikan, bahwa kopi yang arealnya itu bekas hutan maka akan memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu sangat perlu diperhatikan adalah unsur-unsur zat organik/hara yang tersedia dalam tanah. Sedangkan usaha lainnya adalah menjaga agar susunan dan struktur tanah tetap baik yaitu dengan pemupukan (Muljana, 2010) Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini sberarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi (Anonimous, 2008) A. Iklim.

  Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika dapat hidup pada 1000-1700 m

  

º

  diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20

  C. Jenis Robusta dapat hidup pada 500- 1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut dengan suhu 20 º

  C. Pertanaman kopi arabika yang dekat permukaan laut banyak diserang penyakit karat daun, sedang ketinggian lebih dari 2000 m sering Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000- 2000 mm, optimal 2000-3000 mm sedang di Indonesia curah hujan terletak 2000 -

  3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kering dikehendaki maximal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon pelindung, untuk mengurangi hal-hal tersebut ditepi-tepi kebun ditanam pohon penahan angin.(Sentani, 1991)

  B. Tanah.

  Syarat tanah yang dikehendaki adalah:

  • Mempunyai solum yang cukup dalam
  • Gembur dengan bahan organik yang cukup, karenanya sangat cocok ditanam pada tanah bekas hutan.
  • Keasaman (pH) tanah 5,5 - 6,5 - Air tanah cukup dalam. (Sentani, 1991)

  Syarat Tumbuh Tanaman Jeruk (Citrus sp.)

  Pada umumnya jeruk membutuhkan tanah yang gembur dan subur mengandung banyak hawa udara ( oksigen ), bahan organis ( humus ) dan air dalam tanah agak dalam. Tanah yang kurang subur pun dapat ditanami jeruk, asalkan soal pemuukan diperhatikan benar-benar. Tanah yang longgar dan tidak Jeruk sama sekali tidak tahan terhadap air yang tergenang ( penyakit akar ). Tanah yang banyak mengandung pasir dan air yang tidak dalam lebih dari 1,50 m, baik sekali untuk perkebunan jeruk. Yang baik ialah, jika air dalam tanah waktu musim hujan 50 cm dan di musim kemarau 150 cm dalamnya dari permukaan tanah.

  (Joesoef, 1986 ) Jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun yang lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami atau dibudidayakan. Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Itali (Anonimous, 2010)

  Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang paling panyak ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. , jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yang terdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit.Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut (Anonimous,2010).

  Tanah yang subur dan gembur merupakan tempat tumbuh yang baik bagi tanaman jeruk. Pada tanah ini banyak mengandung humus pertumbuhan tanaman ini sangat cepat, sedangkan pada tanah yang banyak mengandung garam, tanaman ini pertumbuhannya lambat ( kurus ). Hasil yang baik dengan derajat keasaman ( pH ) 5-6 (Arsyad dkk, 1992).

  Perlu 6-9 bulan basah (musim hujan), curah hujan 1000-2000 mm/th merata sepanjang tahun, perlu air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus.

  Temperatur optimal antara 25-30 °C dan kelembaban optimum sekitar 70-80%. Kecepatan angin lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Ketinggian optimum antara 1-1200 m dpl. Jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok, derajat keasaman tanah (pH tanah) adalah 5,5-6,5 . Air tanah optimal pada kedalaman 150-200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10% (Anonimous,2007).

  Angin dengan kecepatan 40-48 Km/jam menyebabkan buah jeruk akan tergoncang bahkan dapat rontok. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang intensitas angin yang sangat tinggi diperlukan tanaman penahan angin (lamtoro, cemara, dsb ) yang ditanam kurang lebih dari 2 meter berderet dengan arah tegak lurus datangnya angin (Soelarso, 1996).

  Jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jenis ini merupakan jenis yang paling panyak ditanami di Kabupaten Pakpak kemudian jeruk siam madu. Jeruk dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan datarn tinggi. Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada elevasi 800-1500 meter dpl. Pada ketinggian di atas 900 m dpl rasanya asam. Namun jenis jeruk siam tertentu seperti jeruk tebas tumbuh dengan baik di kalimantan pada elevasi 100 m dpl (Dinas Pertanian Kab. Pakpak Bharat,2006). A.Iklim.

  Umumnya tumbuh didaerah subtropik dibawah 600 mdpl. Di daerahkhatulistiwa (tropika) jeruk tumbuh baik pada elevasi di bawah pada elevasi 1830 mdpl. Temperatur berkisar antara 13-39 ºC, yang optimum antara 22- 30 ºC. curah hujan sekitar 800 mm/tahun dan toleran terhadap kelembaban tinggi, tetapi jeruk mandarine toleran terhadap kondisi yang lebih basah.

  B. Tanah 1.

  Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7-27%, debu 25-50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.

  2. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk.

  3. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 6.

  4. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150–200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm.

  Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%.

  5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.

  Penurunan hasil bias terjadi jika salinitas dengan DHL mencapai > 1,7 dS/m. Penurunan hasil bias mencapai 50 % apabila DHL mencapai 4,8 Ds/m dan atau ESP mencapai 15 % dan tidak mampu berproduksi ( penurunan hasil mencapai 100 % ) apabila DHL mencapai 8 dS/m (Anonimous.2011).