5
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia SDM yang berkualitas, karena di sanalah tenaga kerja
dididik dan dilatih. Apabila ingin memperbaiki sumber daya manusia SDM maka harus dilakukan pengembangan dan perbaikan dalam pendidikan.
Pendidikan dipercaya belum mampu meningkatkan kualitas SDM, karena proses pembelajaran yang dialami peserta didik lebih bersifat proses mendengar,
mencatat, dan mengingat, kurang pada proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan intelektual dan vokasional Balfas, 2006.
Proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional seperti melalui ceramah dan buku pelajaran dianggap kurang memberikan penjelasan
yang konkret sehingga materi sulit untuk diterima dan kurang dapat menimbulkan ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa Nugroho, 2006. Metode ceramah dan
membaca buku pelajaran dikelompokkan Dale 1950 sebagai pengalaman belajar yang paling abstrak dibanding pengalaman belajar lainnya. Klasifikasi
pengalaman belajar dari bentuk paling abstrak hingga yang paling kongkret itu dikenal dengan Dales cone of experience. Pengalaman yang paling abstrak ialah
pengalaman yang di dapat siswa melalui lambang kata verbal, diikuti dengan pengalaman melalui simbol visual, pengalaman melalui radio, slide, gambar
bergerak, pameran dan museum, karya wisata, demonstrasi, partisipasi drama,
Universitas Sumatera Utara
6 observasi, dan pengalaman langsung pada tingkat yang paling konkret. Dale
dalam Prinsip, 2006 menambahkan bahwa individu akan cenderung mengingat 10 dari apa yang ia baca, 20 dari apa yang ia dengar, 30 mengingat apa yang
ia lihat dan dengar dan 70 dari apa yang ia katakan dengan adanya partisipasi dalam diskusi atau presentasi dan 90 dari apa yang ia katakan dan lakukan
melalui pengamatan langsung dan demonstrasi. Namun tidak selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan
untuk memberikan siswa pengalaman langsung. Melihat pameran, atau karyawisata hanya dapat dilakukan beberapa kali. Maka untuk menyiasati agar
proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak yakni pengalaman melalui simbol verbal, guru dapat menggunakan media yang dapat
menampilkan gambar bergerak, hal ini memberikan pengalaman yang lebih konkret daripada metode ceramah, gambar, dan menggunakan radio Dale, 1950.
Salah satu media yang dapat menampilkan gambar bergerak adalah media video. Video yang dapat menghasilkan tayangan gambar bergerak sekaligus
menghasilkan suara Percival dan Ellington, 1988, sehingga diklasifikasikan pula sebagai media audio-visual. Lebih dari itu, tayangan dengan video dapat
menampilkan format pembesaran gambar atau zoom, dapat mengendalikan penayangan seperti mempercepat, memperlambat, memperbesar, menghentikan
tayangan, atau mengulang-ulang tayangan yang dianggap perlu. Hal ini menjadikan media video sebagai pilihan alat bantu dalam proses belajar mengajar
yang dapat dipergunakan setiap hari. Dale dalam Arsyad, 2004 mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar karena
Universitas Sumatera Utara
7 melibatkan imajinasi, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sejalan dengan
itu Santrock 2004 menyatakan bahwa tayangan video dapat menolong membuat variasi di kelas agar perhatian siswa terfokus pada pelajaran.
Salah satu pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah adalah pelajaran biologi. Objek kajian biologi sangat luas, yakni segala hal yang berkaitan dengan
kehidupan yang ada di permukaan bumi; dari struktur terkecil yakni sel, hingga makhluk yang menghuni bumi beserta ekosistemnya Prawirohartono, 2004.
Namun secara umum proses pembelajaran biologi masih disampaikan dengan metode konvensional. Sehingga sebagian siswa merasa kurang berminat
mempelajarinya. Agar siswa lebih tertarik dalam mengkajinya, perlu adanya perubahan dalam metode pembelajaran, sehingga lebih atraktif dan aplikatif
Nugroho, 2006. Untuk mengenali dan mempelajari seluruh aspek kehidupan, tidaklah cukup hanya dengan menggunakan alat indera saja, tetapi perlu bantuan
berbagai alat. Dengan bantuan berbagai alat atau teknologi, banyak hal yang selama ini dipandang sebagai rahasia alam, semakin terbuka dan semakin mudah
dipahami Prawirohartono, 2004. Dikarenakan objek kajian biologi yang sangat luas dan kongkret ini, guru
membutuhkan bantuan media agar pelajaran biologi dapat diajarkan dengan lebih konkret Hernawan, dalam Winataputra dkk, 2002. Melalui bantuan media
pembelajaran audio-visual berupa video, siswa dimungkinkan untuk melihat suatu objek dalam keadaan bergerak dan bersuara. Proses metamorfosis yang biasanya
dijelaskan dalam bentuk bagan atau gambar dapat disaksikan langsung melalui tayangan video dalam tempo yang lebih singkat dan menyeluruh, dapat dipercepat
Universitas Sumatera Utara
8 atau diperlambat apabila guru membutuhkan. Video dapat menayangkan sebuah
intisari objek, dan memecahkan masalah dalam pengajaran sains yang dapat dihadirkan di kelas. Penggunaan video dianggap lebih efisien dibanding media
lain dalam proses mengajar menyangkut bahan ajar sains seperti biologi Dale, 1950. Keberadaan media pembelajaran khususnya media audio-visual dalam
proses belajar mengajar biologi dianggap dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar Dale dalam Arsyad, 2004.
Melalui hasil survei yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa SMA Negeri di kota Medan telah memiliki media pembelajaran audio-visual, media video
diletakkan di ruang laboratorium, sehingga dalam penggunaan laboratorium harus bergantian dengan kelas lain. Hingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan
proses pembelajaran dengan bantuan media video sesering mungkin. Padahal menurut Dale 1950, secara umum banyak materi dalam pelajaran biologi yang
lebih baik jika disampaikan dengan bantuan media video. Salah satu SMA yang telah memiliki fasilitas video adalah SMA Kemala
Bhayangkari 1 Medan. Sekolah ini telah dilengkapi dengan VCD player dan televisi sebagai monitor pada setiap kelasnya. Sementara untuk materi pelajaran
yang ditampilkan, sekolah ini memilki VCD pembelajaran sains yang dikeluarkan oleh PUSTEKKOM Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi PENDIDIKAN
DEPDIKNAS. VCD pembelajaran yang diterbitkan PUSTEKKOM telah disesuaikan dengan kurikulum nasional.
Namun pada kenyataannya, penggunaan media video tersebut belum optimal. Para guru tetap mengajar secara verbalisasi tanpa menggunakan media
Universitas Sumatera Utara
9 pembelajaran tersebut. Menurut pengakuan salah seorang guru fisika, sejak
pertengahan tahun 2006 setiap kelas telah dilengkapi televisi dan VCD player, namun hingga saat ini beliau belum pernah mengajar dengan bantuan media video
tersebut dan tetap mengajar dengan metode konvensional. Beliau menambahkan bahwa penggunaan media video menimbulkan masalah kerepotan komunikasi
personal, 4 April 2007. Sementara itu, salah seorang guru biologi menyatakan bahwa siswa di
sekolah tersebut secara umum kurang tertarik memperhatikan pelajaran. Bila proses mengajar dilakukan dengan bantuan media video, guru tersebut yakin
perhatian perhatian siswa akan lebih terfokus, dan termotivasi untuk mendengarkan pengajaran. Namun, hingga saat ini meskipun pada tiap kelas telah
terdapat fasilitas audio-visual tersebut, beliau belum pernah menggunakannya. Padahal, hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran biologi secara umum
masih rendah dibandingkan dengan sekolah lain dimana guru biologi tersebut juga mengajar komunikasi personal, 4 April 2007. Melalui survei selama beberapa
hari di sekolah tersebut, peneliti menemukan bahwa proses mengajar secara umum masih menggunakan metode ceramah dengan bantuan media buku dan
white board, keberadaan media pembelajaran audio-visual kerap tidak dipergunakan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koesnandar 2003, beberapa alasan guru tidak menggunakan media adalah karena mereka beranggapan menggunakan
media itu repot, memerlukan persiapan, guru tidak bisa mengoperasikan dengan lancar atau “gagap teknologi”, takut menggunakan peralatan elektronik, takut
Universitas Sumatera Utara
10 rusak karena salah pengoperasian. Sehingga guru ingin memilih beban seminimal
mungkin. Juga adanya kecenderungan bagi guru untuk melakukan hal yang sederhana dalam pelaksanaan tugas mengajar, ini terbukti dengan penggunaan
metode ceramah lecture method monoton yang paling populer di kalangan guru dan memilih menggunakan papan tulis daripada menggunakan media video
Miarso, 2004. Karena alasan-alasan tersebut media audio-visual yang telah disediakan tidak dipergunakan.
Padahal sesungguhnya pemahaman materi pembelajaran akan lebih baik apabila dapat mencapai tingkat yang lebih konkret. Melibatkan media video dalam
pengajaran dapat membantu siswa mengingat 50 materi yang disampaikan, sementara metode ceramah yang memberikan pengalaman belajar paling abstrak
hanya membantu siswa mengingat sebanyak 20 Prinsip, 2006. Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa efektifitas pengajaran
dengan menggunakan media video jauh lebih baik daripada metode ceramah. Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap Hasil Belajar Biologi pada Siswa SMA Kemala Bhayangkari 1 Medan.”
Universitas Sumatera Utara
11
I.B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap hasil belajar biologi.
I. C. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan terutama dalam dalam bidang psikologi pendidikan mengenai
dampak dari penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap hasil belajar.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pembaca yaitu: a.
Memberikan evaluasi hasil belajar kepada pihak sekolah pada proses pembelajaran yang menggunakan media video.
b. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan bagi peneliti-peneliti lain yang
ingin mengadakan penelitian lanjutan tentang pengaruh penggunaan media pembelajaran.
Universitas Sumatera Utara
12
I.D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan Berisikan uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah,
tujuan penelitian serta manfaat penelitian. Bab II : Berisikan teori-teori penyusunan variabel yang diteliti, hubungan antar
variabel dan hipotesa penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah teori tentang hasil belajar yang mencakup: definisi, fungsi, jenis-jenis, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Teori tentang media pembelajaran audio-visual meliputi: definisi, jenis-jenis, keuntungan dan
keterbatasan media pembelajaran audio-visual, juga penerapannya dalam mata pelajaran biologi. Dalam bab ini juga dimuat hipotesa penelitian.
Bab III : Metode Penelitian Berisikan identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel
penelitian, rancangan eksperimen, tehnik kontrol, populasi, alat ukur, prosedur eksperimen dan metode analisa data.
Bab IV: Analisa Data dan Hasil Penelitian Berisikan deskripsi subjek penelitian, hasil utama penelitian dan hasil
tambahan penelitian. Bab V: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Berisikan kesimpulan dan diskusi mengenai hasil penelitian serta saran- saran berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II LANDASAN TEORI