Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Retensi Siswa Pada Konsep Fotosintesis

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH

RIZAL GUNTARA 108016100060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

108016100060. Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 24 April 2014

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd NIP. 19650115 198703 1 020

Meiry Fadilah Noor, M.Si NIP. 19800516 200710 2 001


(3)

(4)

(5)

i

Jakarta Selatan. Skripsi, Program Studi Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media audio visual terhadap retensi biologi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 56 Jakarta Selatan pada bulan Januari 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan penelitian nonequivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun sampel penelitian adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari kelas VIII-F sebagai kelas eksperimen dan VIII-E sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar dan daya ingat siswa berupa tes pilihan ganda (objektif). Analisis data posttest kedua kelompok menggunakan uji-t, dan persentase retensi. Data hasil perhitungan hipotesis diperoleh hasil thitung sebesar 4,486 dan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar

2,000, maka thitung>ttabel. Data hasil perhitungan retensi diperoleh hasil rata-rata

kelompok eksperimen sebesar 99% dan rata-rata kelompok kontrol sebesar 95%. Maka dapat disimpulkan menolak Ho dan Ha diterima, yang menyatakan terdapat pengaruh media audio visual terhadap retensi siswa pada konsep fotosintesis.


(6)

ii

ABSTRACT

Rizal Guntara, NIM 108016100060, “The Effect of Using Audio Visual Media

through Student’s Retention in Photosynthesis (at SMP Negeri 56 South

Jakarta ). Skripsi, Biology Program, Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The objective of this reseach is to find the effect of using audio visual media through student’s biology retention. This research was held in SMP Negeri 56 South Jakarta on January 2013. This a quasi exsperiment research with nonequivalent control group design. The writer use purposive sampling to obtain the sample in this reseach. The sample in this research is students in class VIII-F as the experiment class and class VIII-E as the control class. The instrument used to measure student’s retention and achievement in this research is an objective test. The post-test score from both experiment and control class was analyze by using t-test, and the retention prosentage. The data interpreation of the hypothesis found that the value of is 4,486. The value of t-table at significance 5 is 2000, means . The data finding of student’s retention in experiment class 99% meanwhile in the control class is 95%. The research finding showed that is rejected and is accepted, that there is a significant effect of using audio visual media through student’s retention in photosyntesis.


(7)

iii

Alhamdulillah wa syukrulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas segala karunia dan rahmat-Nya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang setia pada ajarannya.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar S1 pada Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Zulfiani, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan

Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan arahannya dan Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan arahannya dan selalu ada ketika peneliti kesulitan dalam penelitian ini.

5. Bapak Dr. Ahmad Otjin Kusnadie, M.Pd., Kepala SMP Negeri 56 Jakara yang telah memberikan izin penelitian dan Ibu QGN. Lely Abul, S.Pd., guru mata pelajaran IPA, yang telah membantu dan memberikan saran selama penelitian. 6. Orang tua tercinta, yang telah mendukung penulis dalam penelitian ini


(8)

7. Kawan-kawan kelas Program Studi Pendidikan Biologi Angkatan 2008, Iqbal, Lita, Udin, Irfan, dll, yang telah mendukung penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat: Rian dan Yogie. Terima kasih atas bantuan karena telah mengijinkan peneliti menginap di kontrakan kalian. Juga kepada Fitri yang telah sabar memberikan motivasi dan semangat agar skripsi ini cepat selesai.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik sebagai referensi maupun untuk menambah wawasan mengenai pengaruh media audio visual terhadap retensi siswa pada konsep fotosintesis.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, 24 April 2014


(9)

v

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 6

1. Media Pembelajaran ... 6

a. Pengertian Media Pembelajaran... 6

b. Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 9

c. Prinsip-prinsip Penggunaan Media ... 10

d. Fungsi Media Pembelajaran ... 11

2. Media Audio Visuak (Video)... 14

a. Pengertian Media Audio Visual (Video) ... 14

b. Sejarah Perkembangan Media Audio Visual (Video) ... 16

c. Sifat-sifat Bahan Audio Visual ... 19

3. Belajar ... 19

a. Pengertian Belajar ... 19

b. Prinsip-prinsip Pembelajaran ... 21


(10)

vi

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ingatan ... 30

d. Prinsip-prinsip Ingatan Dalam Belajar ... 30

5. Fotorsintesis ... 31

B. Hasil Penelitian yang relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Perumusan Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitain ... 41

B. Metode dan Desain Penelitian... 41

C. Populasi dan Sampel ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Kalibrasi Instrumen ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 49

H. Hipotesis Statistik ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

1. Deskripsi Data Pretes Hasil Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 54

2. Deskripsi Data Postes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

3. Deskripsi Data Retes Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

4. Deskripsi Data Nilai N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 57

B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ... 58


(11)

vii

a. Uji Normalitas ... 59

b. Uji Homogenitas ... 60

3. Uji Prasyarat Retensi ... 61

a. Uji Normalitas ... 61

b. Uji Homogenitas ... 61

4. Pengujian Hipotesis ... 62

a. Uji Hipotesis Pretes ... 62

b. Uji Hipotesis Postes ... 63

c. Uji Hipotesis Retes ... 64

C. Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(12)

viii

Group Degign ... 41

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 43

Tabel 3.3 Pemetaan Kisi-kisi Instrumen ... 44

Tabel 3.4 Kriteria Reabilitas Soal ... 46

Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran ... 47

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 48

Tabel 4.1 Hasil PretesKelompok Eksperimen dan Kontrol ... 54

Tabel 4.2 Hasil PostesKelompok Eksperimen dan Kontrol ... 55

Tabel 4.3 Hasil RetesKelompok Eksperimen dan Kontrol ... 56

Tabel 4.4 Hasil Rata-rata N-gain dan Retensi ... 58

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 59

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Posttes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Retes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 62


(13)

ix

Tabel 4.11 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Pretes Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 62 Tabel 4.12 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Postes Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 64 Tabel 4.13 Uji Kesamaan Rata-rata Hasil Retes Kelompok


(14)

x

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman E. Dale ... 8 Gambar 2.2 Proses Komunikasi yang Gagal Tanpa Bantuan

Media ... 13 Gambar 2.3 Proses Komunikasi yang Berhasil Dengan


(15)

xi

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol... 87

Lampiran 3 Soal Latihan ... 102

Lampiran 4 Bentuk Media Power Point ... 106

Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen ... 114

Lampiran 6 Soal Instrumen yang Dipakai Penelitian ... 126

Lampiran 7 Data Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 133

Lampiran 8 Data Hasil Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 148

Lampiran 9 Data Hasil Retes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 163

Lampiran 10 Daftar Nilai N-Gain dan Retensi ... 178

Lampiran 11 Hasil Anates ... 186


(16)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Proses pendidikan diimplementasikan melalui lembaga pendidikan formal seperti pendidikan dasar sampai tingkat tinggi. Pendidikan dapat menjadi sarana untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman, berakhlakul mulia, kreatif, dan bertanggung jawab. Tentang pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 (1) yaitu:“Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”

Pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan merupakan sarana penerus nilai-nilai dan gagasan-gagasan sehingga setiap orang mampu berperan serta dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pendidikan berkualitas, salah satu yang harus ada adalah guru yang berkualitas.

“Guru yang berkualitas ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional”.1

Pada pelaksanaan kompetensi pedagogik, guru dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan dalam penggunaan media pembelajaran. Bahkan dalam era reformasi yang ditandai dengan tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi, informasi tersebar meluas dan seketika. Oleh karena itu, guru perlu menyajikan informasi dalam berbagai

1

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung


(17)

bentuk dalam waktu yang cepat. Karena semua usaha pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyajian informasi senantiasa menggunakan media, maka era ini dapat pula disebut lingkungan bermedia.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong pembaharuan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi kedalam pembelajaran. Dengan keadaan itu guru dituntut agar mampu menggunakan atal-alat yang sesuai dengan perkembangan zaman. Guru juga dituntut sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat-alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana tetapi dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.2

Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.3

Media pembelajaran juga merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksananya kegiatan pembelajaran serta menunjang pendidikan dan pelatihan. Keberadaan media tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan tanpa adanya media pembelajaran, pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan dengan baik, termasuk dalam proses pembelajaran biologi. Pemilihan penggunaan media pembelajaran yang tepat akan membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan merasa senang dalam mengikuti pelajaran. Jika pembelajaran yang diselenggarakan tersebut membuat siswa merasa senang, maka siswa dapat dengan mudah menangkap dan mencerna materi pelajaran tersebut. Dengan demikian, tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan efektif dan efisien.

2

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 2

3

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka


(18)

Pembelajaran biologi menuntut siswa untuk menguasai kemampuan berdaya visualisasi yang tinggi, dan kemahiran dalam menggambarkan objek keseluruhan. Siswa juga dituntut untuk menjelaskan pelajaran biologi secara visual konsep, prinsip, dan langkah dalam setiap objek biologi. Namum pada dasarnya beberapa konsep yang terdapat dalam biologi merupakan konsep yang abstrak (tidak dapat dilihat langsung baik secara ukuran maupun secara proses biologinya). Oleh karena itu, pembelajaran biologi yang memerlukan daya imajinasi tinggi, dapat dibantu dengan media bergambar dan ber-audio visual. Media yang bergambar dan bersuara (audio visual) dapat membantu pembelajaran yang membutuhkan demonstrasi yang sulit menjadi mudah, dan sebaliknya, sehingga pada waktu mengajar guru lebih mudah menyajikan konsep. Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya.

Penggunaan media audio visual akan menuntun siswa dalam meningkatkan kemampuan persepsi dan meningkatkan pengertian siswa. Tidak hanya itu, media video yang bersifat dapat dilihat dan didengar (audio visual) juga akan membantu untuk mengalihkan perhatian siswa kepada materi yang diajarkan. Sehingga media video dapat meningkatkan kemampuan retensi (daya ingat siswa).4

Mata pelajaran biologi yang sebagian besar materinya berisikan pengertian-pengertian, istilah-istilah, dan bahasa-bahasa yang pada umumnya sulit untuk dilafalkan dan diingat. Seperti pada konsep fotosintesis yang menggunakan istilah-istilah berdasarkan letak terjadinya beserta senyawa kimia yang berperan dalam proses tersebut. Proses yang terjadi pada konsep fotosintesis tidak dapat dilihat secara langsung, oleh karena itu perlu media video agar penyampaian konsep menjadi mudah. Sehingga, penggunaan media selain menarik perhatian siswa, media dapat dibuat untuk mempercepat proses

4

Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Terj. dari The Management of Learning oleh Sudarsono, dkk, (Jakarta: Rajawali, 1991), cet. ke-2, h. 152


(19)

belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang dijelaskan guru.

Dengan demikian, seorang guru harus mampu menggunakan media pembelajaran yang mutakhir, sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran, tidak membosankan dan dapat meningkatkan retensi (daya ingat) siswa. Namun, media pembelajaran tidak semua efektif diterapkan terhadap semua materi dan mata pelajaran. Oleh karena itu, untuk mengetahui peranan media video terhadap retensi, maka penelitian ini dilakukan dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Retensi Siswa Pada Konsep Fotosintesis.

B. Identifikasi Masalah

1. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang sering dikatakan sebagai mata pelajaran yang sukar untuk dimengerti dan dipelajari.

2. Kurangnya minat siswa untuk belajar biologi dikarenakan tidak digunakannya media untuk menunjang pembelajaran.

3. Tidak semua media efektif digunakan terhadap semua materi dan mata pelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Luasnya cakupan masalah yang muncul, maka diperlukan pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi beberapa hal, yaitu:

1. Media audio visual yang dimaksud adalah media video yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan mengedit video yang berasal dari yuotube.

2. Materi biologi dibatasi pada konsep fotosintesis.

3. Retensi yang dimaksud adalah daya ingat peserta didik terhadap hasil belajar domain kognitif jenjang C1 sampai C4.


(20)

D. Perumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Apakah Media

Audio Visual berpengaruh terhadap retensi siswa?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media audio visual pada konsep Fotosintesis. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Masyarakat

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam pengembangan kurikulum dan media pembelajaran sains SMP serta merekomendasikan beberapa faktor pendukung kepada pihak penentu kebijakan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengembangan media pembelajaran yang inovatif sebagai wahana pendidikan siswa SMP serta dalam pengembangan kurikulum IPA.

c. Sebagai bahan pertimbangan pembuatan program pembelajaran IPA yang dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. 2. Bagi Peneliti

a. Bertambahnya wawasan tentang penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

b. Hasil penelitian maupun beberapa keterbatasan yang dihadapi dapat dijadikan salah satu rujuan untuk pengembangan media pembelajaran selanjutnya.


(21)

6 A. Landasan Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara

harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Gerlach dan Ely

mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mempu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam hal ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.5

“Media merupakan alat yang harus ada apabila ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan”.6

Rossi dan Breidle seperti dikutip Wina Sanjaya mengemukakan bahwa

media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.”7

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan/informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming adalah, “penyebab atau alat yang turut

5

Azhar Arsyad,op. cit., h. 3 6

Iif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri, Strategi Pebelajaran sekolah Berstandar Internasional

dan Nasional, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010), h. 115 7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:


(22)

campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran.8

Yudhi Munadi dalam bukunya yang berjudul “Media Pembelajaran:

Sebuah Pendekatan Baru” mengemukan bahwa, “media pembelaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.9

Selain pengertian di atas, ada juga yang berpendapat bahwa media pembelajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti overhead projector, radio, televisi, dan sebagainya. Sedangkan software adalah isi program yang mengandung pesan seperti informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetak lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafis, diagram, dan lain sebagainya.10

“Sasaran penggunaan media adalah agar peserta didik mampu menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya. Dengan demikian peserta didik dengan mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada mereka”.11

Berdasarkan uraian di atas, media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Bermacam-macam alat dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan

8

Azhar Arsyad,op. cit., h. 3-4 9

Yudhi Munadi, op. cit., h. 7-8 10

Wina Sanjaya, op. cit., h. 163-164 11


(23)

pendengaran untuk menghidari verbalisme yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale yang dikutip Wina Sanjaya menyatakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale dan pada saat itu dianut secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu.

abstrak Verbal

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman E. Dale12 konkret

Apabila memperhatikan kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret pengetahuan diperoleh;

12

Wina Sanjaya, op. cit., h. 166

Lambang visual Visual

Radio Film

Tv Karyasata Demonstasi

Pengamatan Melalui Drama Pengamatan Melalui Benda Tiruan


(24)

semakin tidak langsung pengetahuan itu diperoleh, maka semakin abstrak pengetahuan siswa.

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran:

1) Media grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafik sering disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunya ukuran panjang dan lebar.

2) Media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti padat (soled model), model penampang, model susun, model kerja, model mock up, diorama, dan lain-lain.

3) Media proyeksi, seperti slide, filmstrip, film, penggunaan OHP, dan lain-lain.

4) Pengguanaan lingkungan sebagai media pendidikan.

Penggunaan media di atas dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertimbangkan proses pengajaran.

b. Ciri-ciri Media Pendidikan

Gerlach dan Ely seperti dikutip Azhar Arsyad mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.

1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

2) Ciri Manipulatif (manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat


(25)

disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recorcing.

3) Ciri Distributif (Distributive property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu, sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat diproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat.13

c. Prinsip-prinsip Penggunaan Media

Prinsip-prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru.

Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, Azhar Arsyad mengemukakan sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya:

1) Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2) Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pembalajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan.

13


(26)

3) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit mamahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif.

4) Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Media yang memperlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

5) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoprasikannya. Sering media yang kompleks terutama media-media mutakhir seperti media-media komputer, LCD, dan media-media elektronik lainnya memerlukan kemampuan khusus dalam mengoperasikannya.14

d. Fungsi Media pembelajaran

Analisis terhadap fungsi media pembelajaran ini lebih difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada pengguanaannya. Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar; (2) fungsi semantik; (3) fungis manipulatif. Kedua, analisis fungsi yang didasarkan pada penggunanya (anak didik) terdapat dau fungsi, yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural.15

Hamalik mengemukakan bahwa:”pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengarug psikologis terhadap siswa.”16

Sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar, media mempunyai beberapa fungsi. Nana Sudjana merumuskan fungsi media pembelajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut:

14

Wina Sanjaya, op. cit., h. 173-174 15

Yudhi Munadi, op. cit., h. 36 16


(27)

1) Media merupakan alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.

2) Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari seluruh situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru. 3) Penggunaan (pemanfaatkan) media harus melihat kepada tujuan dan

bahan pelajaran.

4) Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

5) Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

6) Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Dengan kata lain, menggunakan media, hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama diingat siswa, sehingga mempunyai nilai tinggi.17

Dari beberapa fungsi di atas, maka media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut:

1) Pertama, media dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki siswa. 2) Kedua, media dapat mengatasi batas ruang kelas. Hal ini terutama

untuk menyajikan bahan belajar yang sulit dipahami secara langsung oleh peserta.

3) Ketiga, media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dan lingkungan.

4) Keempat, media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.

5) Kelima, media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.

6) Keenam, media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.

17


(28)

7) Ketujuh, media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. 8) Kedelapan, media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

9) Kesembilan, media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai yang abstrak.18

Di bahwa ini merupakan ilustrasi proses belajar mengajar tanpa menggunakan media.

1

2

Guru 3

4

Gambar 2.2 Proses Komunikasi yang Gagal Tanpa Bantuan Media19

Penafsiran yang gagal atau kurang berhasil berarti kegagalan dan kekurang berhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca, atau dilihat dan diamatinya. Terlepas dari siapa yang bodoh dan siapa yang pintar, keadaan seperti inilah yang terjadi pada kasus ilustrasi di atas. Siswanya tidak atau kurang berhasil mengencode pesan-pesan yang disampaikan olehnya.

Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi masalah-masalah belajar

18

Wina Sanjaya, op. cit., h. 171-172 19

Arief S. Sadiman, at.al., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 13 A

A

A1

A2


(29)

mengajar. Perbedaan gaya belajar, minta, intelegensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan. Di bawah ini merupakan ilustrasi belajar mengajar dengan bantuan media.

1

Guru 2

3

Sumber Pesan 4

Gambar 2.3 Proses Komunikasi yang Berhasil Dengan Bantuan Media20

2. Media Audio Visual (Video)

a. Pengertian Media Audio Visual (Video)

“Video adalah teknologi pemprosesan sinyal elektronik meliputi gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video adalah play back, storage media (seperti pita magnetic dan dist), dan monitor”.21

“Teknologi audio visual cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan

20

Ibid., h. 15 21

Yudhi Munadi, op. cit., h. 132 MEDIA

A

A

A

A

A A


(30)

pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar”.22

Media audio visual ini dapat dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual murni, seperti film gerak (movie) bersuara, televisi, dan video. Jenis kedua adalah media audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau satu proses pembelajaran.23

”Compact video disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video di mana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik.”24 Pada tahun 1992, Philips mempromosikan Video Compact Disk yang kebanyakan orang mengenalnya sebagai VCD. Vidoe digital ini memanfaatkan format medium CD yang sebelumnya sudah dikenal luas dalam format Audio CD.25

Berikut ini merupakan kelebihan dari video, antara lain: 1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

2) Video dapat diulang bila perlu untuk menambah kejelasan. 3) Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.

4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. 5) Mengembangkan imajinasi peserta didik.

6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistis.

7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan.

9) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.

10)Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

22

Azhar Arsyad, op. cit., h. 30 23

Yudhi Munadi, op. cit., h. 113 24

Azhar Arsyad, op. cit., h. 36 25


(31)

11)Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk evaluasi.26

b. Sejarah Perkebangan Media Audio Visual (Video)

Video Disc diperkenalkan di pasar tidak lama setelah perekaman vita video menjadi populer . Video Disc pertama kali dipasarkan oleh Philips dari Belanda di tahun 1972, dan berikutnya oleh Thompson-CSF di Prancis, JVC di Jepang, dan RCA di Amerika Serikat. Sistem yang dipakai adalah capacitance system, yakni sistem pemindaian (scan) informasi gambar dan suara dengan menggunakan Tracking arm dan Stylus, sebagaimana layaknya pada turn table audio. Kemudian mengalami perubahan menjadi sistem optik. Produsen yang pertama kali menggunakan optical tracking signal system yang menghubungkan ke sinyal video adalah JVC dari Jepang, produk ini kemudian dikenal dengan sebutan Laser Disc (LD)

Teknologi ini berbeda dari teknologi pita video dalam arti informasinya desimpan sebagai spiral lubang-lubang mikro yang dapat dibaca secara optic; galurnya diatur rapat-rapat dipermukaan cakram (disc) datar, bukan dalam bentuk magnetic di permukaan pita; dan dibaca menggunakan laser, bukan oleh head magnetic. Perbedaan utama yang lain adalah player pita video juga sekaligus recorder. Kita dapat merekam di pita video, sedangkan video disc tersedia dalam bentuk yang sudah direkam. Dengan alasan ini, video disc tidak terlalu populer ketika pertama kali diperkenalkan dan belum diterima konsumen dalam skala besar awal tahun 1990-an.

Tidak lama setelah itu, tepatnya pada tahun 1992, Philips mempromosikan video dalam tampilan baru yang disebut Video Compact Disc, yang kebanyakan orang mengenalnya sebagai VCD. Video digital ini memanfaatkan format dalam medium yang sebelumnya sudah dikenal luas dalam format audio CD. Dengan memasukkan informasi dan audio untuk memenuhi ruang 650 MB yang disediakan dalam medium ini, format diperkenalkan untuk menjadi tandingan Laser Disc (LD), yang secara fisik

26


(32)

bentuknya lebih besar dan lebih berat . teknologi digital yang digunakan adalah teknologi MPEG-1 yang diprakarsai oleh Motion picture Expert Group, sebuah badan internasional yang mengembangkan teknologi kompresi audio dan video. Teknologi MPEG-1 ini agar file yang dihasilkannya dapat efektif memenuhi ruang 650 MB yang disediakan medium . Dengan menggunakan standar VCD ini, sebuah medium dapat menampung muatan audio visual sepanjang 74 menit. Kualitas setara dengan HVS video, dan suara setara dengan kualitas Audio. Baik LD maupun VCD, bukanlah media penyimpan pada kamera, tetapi hanya untuk diputar pada play back-nya masing-masing.

Beberapa tahun kemudian, teknologi video cakram ini pun mengalami perkembangan yakni setelah munculnya DVD (1997). DVD adalah sebuah cakram optis yang dapat digunakan untuk menyimpan data kurang lebih 4,7 GB, termasuk film dengan kualitas video dan audio yang lebih baik dari kualitas VCD. DVD pada awalnya adalah singkatan dari Digital Video Disc, namun beberapa pihak ingin agar kepanjangannya diganti menjadi Digital Versatile Disc, arti Versatile adalah serab guna, dengan demikian format DVD ini bukan hanya untuk video saja. Tidak seperti LD dan VCD, DVD merupakan salah satu storage yang digunakan dalam kamera (handycame). Daya tampung DVD 8 cm hingga saat ini penggunaan DVD memang lebih didominasi oleh Industri Personal Computer dan juga industri perfilman untuk mendistribusikan film mereka ke rumah-rumah dan rental. Teknologi media penyimpan dalam bentuk kepingan DVD ini mengalami pengembangan yang dilakukan Perusahaan Toshiba dan NEC yang pada tahun 2003 melahirkan teknologi baru yaitu HD-DVD yang memiliki daya tampung lebih besar dari DVD biasa hingga 30 GB . HD-DVD (singkatan dari High-Definition DVD) adalah sebuah cakram optik berkepadatan tinggi yang didisain untuk menyimpan data termasuk video definisi tinggi.

Pada 2007 ini mulai dipasarkan cakram Blu-ray (Blu-ray Disc disingkat BD) adalah sebuah cakram optik untuk penyimpanan media digital termasuk video definisi tinggi. Nama Blu-ray diambil dari laser biru-ungu yang digunakan untuk membaca dan menulis cakram jenis ini. Cakram Blu


(33)

ray dapat menyimpan data yang lebih banyak dari format DVD yang lebih umum karena panjang gelombang laser biru-ungu yang dipakai hanya 405 nm dimana lebih pendek dibandingkan laser merah, 650 nm yang dipakai DVD dan piringan kompak. Format saingan Blu-ray yaitu HD-DVD juga menggunakan laser jenis yang sama. Cakram Blu-ray dapat menyimpan 25 GB pada setiap lapisannya dibandingkan dengan 4,7 GB pada DVD. Beberapa pabrik bahkan telah membuat cakram Blu-ray satu lapis dan dua lapis (50 GB) yang dapat ditulis ulang. Beberapa studio film yang mendukung format Blu-ray bahkan telah merilis film pada cakram berkapasitas 50 GB.

Disamping Storage yang telah diuraikan di atas, masih ada beberapa storage yang bisa dimanfaatkan video, yakni hard disk drive (HDD) dan chip memori. Pemanfaatan terhadap keduanya adalah sebagai media penyimpan pada camcorder yang tersedia dipasaran adalah 30, 40, dan 60 GB. Analoginya, untuk kapasitas 60 GB bisa merekam 14 jam 40 menit dengan setting-an high quality (9 Mbps). Bila dibandingkan dengan storage lainnya, kelebihan HDD adalah memiliki kapasitas atau daya tampung yang besar dan pemakaian ulang tidak mempengaruhi kualitas gambar. Walaupun HDD lebih efisien, tapi kemungkinan besar ia kena virus (layaknya terjadi di komputer).

Penggunaan chip memori pada camcorder didasarkan pada pertimbangan bahwa selain ukurannya yang kecil, durasi respon perekaman ke memoti ini lebih cepat dibandingkan dengan ke storage lain, seperti DVD atau miniDV. Selain itu, konsumsi batrei juga hemat daya, fleksibel, dan resiko kehilangan datanya lebih kecil. Dalam kata lain, daya tahan batrei bisa lebih panjang karena daya yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan jika menggunakan storage lain, sebab, tidak ada bagian yang harus diputar di sini. Kapasitas chip memori tertinggi saat ini adalah chip memori SDHC (Dual Memory Flash) sebesar 16 GB, yakni mampu merekam video selama 20 jam 50 menit. Ini setara dengan 23 DVD berukuran 8 cm pemakaian ulang (hapus-tulis) tidak mempengaruhi kualitas gambar. Chip memori memiliki ketahanan


(34)

terhadap guncangan daripada HDD karena ia tidak memiliki sistem mekanik, alias 100% digital.27

c. Sifat-Sifat Bahan Audio Visual

Guru biasanya dihadapkan dengan demikian banyaknya bahan audio visual, sehingga sering sulit bagi mereka untuk memilih hal-hal yang paling banyak untuk menolongnya dalam tugas-tugasnya. Namun demikian, sekali tujuan-tujuan belajar serta struktur bahannya telah ditentukan, guru lebih mudah memilih bahan-bahan audio visual yang dapat lebih membantu para siswa untuk mencapai tingkat penguasaan yang dibuttuhkan.

Untuk memutuskan bahan audio visual mana yang digunakan,

biasanya diajukan pertanyaan ”Bagaimana alat bantu ini bisa digunakan

sehingga sifat-sifat serta atributnya bisa dimanfaatkan?”. Secara umum Ivor K. Davies menyatakan bahan audio visual mempunyai lima sifat yaitu:

1) Kemampuan untuk meningkatkan persepsi. 2) Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.

3) Kemampuan untuk meningkatkan transfer/pengalihan belajar.

4) Kemampuan untuk memberi penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai.

5) Kemampuan untuk meningkatkan retensi.28

3. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Yaitu proses bertambahnya pengetahuan dan perubahan tingkah laku seseorang menjadi lebih baik. Arief S Sadiman dalam bukunya berpendapat bahwa: “belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorag telah belajar adalah adanya

27

Ibid., h. 137-140 28


(35)

perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif)”.29

“Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan”.30 Skinner berpendapat bahwa “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun.”31

Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:

1) kesempatan terjadinya peritiwa yang menimbulkan respons pebelajar, 2) respon si pebelajar, dan

3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.32

Menurut Gagne dalam buku Dimyati, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilias. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (2) proses kognitif yang dilakukan pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.33

Dari beberapa definisi dari para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu:

29

Arief S. Sadiman, at.al.,op. cit., h. 2 30

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, op. cit., h. 11 31

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) cet

ke-3, h. 9 32

Ibid.

33


(36)

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan mengetahui ada tidaknya hasil belajar.

2) Perubahan prilaku (Relative Permanent). Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-rubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku tersebut bersifat potensial.

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberi semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

b. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lainya memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dimyati dan Murjiono menulis dalam bukunya bahwa prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan:

1) Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian tori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.

Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan


(37)

mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil.

2) Keaktifan

Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan, dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksa oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.

3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

4) Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan, barangkali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan mengadakan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.

5) Tantangan

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mepelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi,


(38)

artinya tujuan belajar telah tercapai. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan ajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.

6) Balikan dan Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar.

7) Perbedaan Individual

Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.34

c. Faktor-Faktor Belajar

Prinsip-prinsip belajar yang hanya memberikan petunjuk umum tentang belajar. Tetapi prinsip-prinsip itu tidak dapat dijadikan hukum belajar bersifat mutlak, kalau tujuan belajar berbeda maka dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda, contoh: belajar untuk memperoleh sifat berbeda dengan belajar untuk mengembangkan kebiasaan dan sebagainya. Karena itu, belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.

34


(39)

Oemar Hamalik menyebutkan faktor-faktor belajar sebagai berikut: 1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan

banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.

2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan menimbulkan kepuasan dan men-dorong belajar lebih baik, sedangakan kegagalan akan menimbulkan frustrasi.

5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

6) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.

7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.

8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau


(40)

merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermanfaat bagi dirinya. Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.

9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.

10)Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas, para siswa yang lamban.35

4. Retensi (Daya Ingat). a. Pengertian Retensi.

Informasi secara tetap masuk pikiran kita melalui indera. Sebagian besar informasi ini segera kita buang tanpa kita sadari. Sedangkan beberapa kita simpan dalam ingatan kita untuk beberapa saat, dan kemudian terlupakan. Bagaimanapun juga, beberapa informasi akan tetap kita simpan bahkan kita simpan untuk selama-lamanya. Yang penting dalam pendidikan adalah memasukan informasi yang berguna, keterampilan, dan sikap ke dalam pikiran siswa dengan cara apapun, sehingga siswa dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka simpan jika mereka membutuhkannya.

Ingatan merupakan alih bahasa dari memory. Maka dari itu di samping ada yang menggunakan ingatan ada pula yang menggunakan istilah memori sesuai dengan ucapan dari memory. Pada umumnya para ahli memandang ingatan sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lalu. Proses manusia memunculkan kembali tiap kejadian pengalaman pada masa lalunya, membutuhkan kemampuan mengingat

35

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) cet ke-11,


(41)

kembali yang baik. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia maka ini menunjukan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya.36

“Retensi adalah kemampuan untuk mengingat materi (seperti: konsep-konsep, teorema-teorema) yang telah dipelajari. Seperti ingatan, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh siswa dalam proses belajarnya”.37

Daya ingat yang baik merupakan kebutuhan setiap siswa untuk belajar optimal. Ini karena hasil belajar siswa di sekolah diukur berdasarkan penguasaan siswa atas materi pelajaran, yang prosesnya tidak terlepas dari kegiatan mengingat (kemampuan menggunakan daya ingat). Maka dengan daya ingat yang baik, siswa akan dapat belajar dengan mudah dan mencapai hasil optimal. Namun, tidak setiap siswa memiliki daya ingat yang baik. Dalam setiap kelas, misalnya, pasti ada siswa yang memiliki daya ingat baik dan ada pula yang memiliki daya ingat buruk.38

Para ahli mencoba untuk mendefinisikan retensi itu sendiri. Berikut ini definisi Retensi menurut beberapa ahli, antara lain:

1) De Porter & Hernacki, menjelaskan bahwa memori atau ingatan adalah suatu kemampuan untuk mengingat apa yang telah diketahui. Seseorang dapat mengingat sesuatu pengalaman yang telah terjadi atau pengetahuan yang telah dipelajari pada masa lalu. Kegiatan seseorang untuk memunculkan kembali atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada masa lalu dalam ilmu psikologi disebut recall memory.

2) Santrock, ingatan sebagai retensi informasi yang telah diterima melalui tahap : penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan kembali (retrieval).

36

Heru Setyawan, Memory (Ingatan), Guidance dan Counseling, 2013,

(http://denmasngabeihadiningrat.blogspot.com/2013/06/memori-ingatan.html), diakses: 5 Januari 2014

37

Muhammad Yusuf, Teori Pembelajaran: Retensi, artikel, 2011, (http://yusufsila. blogspot.com/2011/10/teori-pembelajaran-retensi.html), diakses: 5 Januari 2014

38

Anthony Zaif, Retensi dan Pemahaman Konsep, artikel, 2014,

(http://zaifbio.wordpress.com/2011/11/24/retensi-dan-pemahaman-konsep/), diakses: 5 Januari 2014


(42)

3) Irwanto, ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang.

4) Walgito, ingatan adalah kemampuan psikis untuk memasukan, menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal yang lampau.39

Ada 3 tahap yang terjadi pada proses ingatan, yaitu proses memasukkan informasi atau pengkodean, proses penyimpanan, dan proses mengingat.

1) Proses Memasukkan Informasi atau Pengkodean

Pada tahap ini terjadi proses memasukkan informasi yang ada dengan mengubah sifat informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat-sifat organisme, seperti simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik tertentu yang sesuai dengan sifat organisme.

2) Proses Penyimpanan

Tahap kedua ini disebut juga retensi. Pada tahap ini terjadi pengendapan informasi yang telah terkode dalam suatu tempat tertentu. Ketika telah mempelajari sesuatu biasanya akan tersimpan dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan bisa ditimbulkan kembali. Jejak-jejak tersebut biasa juga disebut dengan tilas ingatan (memory traces). 3) Proses Pengingatan Kembali

Proses pengingtatan adalah proses mengingat kembali dari apa yang telah disimpan pada tahap kedua tadi. Mengingat kembali merupakan suatu proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam ingatan untuk suatu keperluan atau kebutuhan.40

Jadi, diperoleh kesimpulan bahwa retensi adalah kegiatan belajar mengajar yang berhubungan dengan keterampilan daya ingat siswa dari materi yang telah disampaikan dalam rentang waktu tertentu.

39

Heru Setyawan, op. cit., diakses: 5 Januari 2014 40

Bambang Susanto, Ingatan dan Hafalan (Kajian Psikoliguistik), artikel, 2013,

(http://bambangsantoso.wordpress.com/2013/05/29/ingatan-dan-hafalan-kajian-psikolinguistik/), diakses: 5 Januari 2014


(43)

b. Jenis-Jenis Ingatan

1) Ingatan Jangka Pendek (short Term Memory)

Ingatan jangka pendek (IJpe), yaitu suatu sistem penyimpanan sementara yang dapat menyimpan informasi secara terbatas. Ingatan jangka pendek ini adalah bagian dari ingatan, dimana informasi yang baru saja didapat disimpan. Pikiran memberikan kesempatan kepada informasi untuk disimpan sebentar dalam ingatan jangka pendek kita. Jika kita berhenti memikirkan sesuatu, informasi ini akan hilang dari jangka pendek kita.41

Jumlah informasi yang bisa disimpan dalam IJPe sangat terbatas,hanya lima hingga sembilan informasi saja yang dapat berada di dalamnya sekaligus. Setiap kali memberikan perhatian ke informasi baru yang berasal dari ingatan sensorial, harus didorong keluar sesuatu yang telah diperhatikan sebelumnya. Misalnya, jika ada sesuatu yang mengganggu konsentrasi seseorang ketika berlatih mengulang nomor telepon sebelum informasi nomor tersebut mencapai ke IJPa, maka informasi akan terlempar keluar dan seseorang tersebut harus melihat dan mengingat kembali.42 Suatu proses informasi meliputi bagaimana informasi itu dikodekan, ditransformasikan, diasosiasikan, disimpan, dijaga, ditimbulkan lagi, dan dilupakan. Informasi di ingatan jangka pendek dikodekan secara akustik dan dapat disimpan dalam bentuk suatu, arti, dan penampilan fisik.

“Ingatan jangka pendek hanya dapat atau mampu mengingat lima sampai tujuh informasi”.43 Ini sesuai dengan penelitian Yacobs tentang ingatan jangka pendek, Tacobs yang mengadakan penelitian dengan menyebutkan beberapa angka pada pendengar tanpa pola urutan tertentu, kemudian pendengar disuruh menulis kembali kata-kata tersebut, ternyata yang dapat diingat hanya tujuh angka. Dengan menggunakan tanda titik angka, kata dan lainnya menunjukkan hasil yang sama yakni memori jangka pendek terbatas hanya 7 +/- 2 unit.44

41

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), hal. 153

42

Bambang Susanto, op. cit., diakses: 5 Januari 2014 43

Sri Esti Wuryani Djiwandono, op.cit.., hal. 154 44


(44)

2) Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memory)

Ingatan jangka panjang adalah bagian dari sistem ingatan kita di mana seseorang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang lama. Ingatan jangka panjang diperkirakan mempunyai daya tampung yang tidak terbatas, baik dari segi jumlah informasi yang dapat disimpan maupun dari segi lama waktunya informasi akan disimpan. Kenyataannya yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin tidak pernah lupa suatu informasi yang pernah kita dapat, sebaliknya kita mungkin kehilangan kemampuan untuk menemukan informasi dalam ingatan kita.

Davidoff dalam artikel Heru Setyawan menjelaskan bahwa memori jangka panjang (long term memory) diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek. Memori jangka panjang disebut juga sebagai “gudang” atau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas. Memori jangka panjang memungkinkan manusia mengingat kembali informasi masa lalu dan menggunakan informasi yang ada untuk mengerti apa yang terjadi sekarang.45

Craik dan Lockhart menyebutkan bahwa ada satu perbedaan penting antara informasi yang diambil dari ingatan jangka pendek dan informasi yang sudah lama diingat. Perbedaannya adalah seberapa dalam dan telitinya informasi yang telah diproses. Kemudian, Craik dan Lockhart pertama-tama mengusulkan teori pemprosesan informasi mereka sebagai suatu alternatif untuk tiga tahap model. Pertama, elaboration (elaborasi) yaitu menambahkan arti dengan menghubungkan suatu informasi baru dengan kumpulan-kumpulan lain atau dengan pengetahuan yang sudah ada. Hubungan ini terjadi ketika informasi baru digabungkan ke dalam kerangka kerja dan schemata (skema) yang proporsional. Kedua, organization (pengorganisasian) yang dihubungkan dengan elaboration. Informasi yang diorganisasi dengan baik seperti mata pelajaran lebih mudah untuk diingat dari pada informasi yang sepotong-sepotong atau sedikit. Ketiga, context (konteks), secara jelas aspek-aspek tertentu dari konteks fisik dan emosi dari bahan pelajaran yang dipelajari

45


(45)

bersamaan dengan informasi menjadi bagian dari kerangka kerja yang proporsional. Kemudian, jika siswa mencoba mengingat informasi, belajar akan lebih mudah jika konteksnya sama.46

c. Faktor yang Mempengaruhi Ingatan

Di dalam kenyataanya, memang banyak hal yang telah dipelajari sukar sekali bahkan tida dapat lagi direproduksikan dari daya ingatan kita. Peristiwa ini yang disebut lupa. Ada hal yang begitu cepat kita lupakan. Ada pula hal yang baru setelah beberapa lama muncul lagi dalam ingatan kita. Whiterington (1952) melaporkan secara singkat beberapa hasil studi yang menunjukan bahwa hal-hal yang bersifat hapalan (substansi-material) mudah cepat dilupakan dibandingkan hasil proses mental (fungsional-struktural) ,yang lebih tinggi, atau hasil-hasil pengalaman praktik yang berarti (meaningful). Sedangkan hal-hal yang kurang berarti (nama-nama, fakta) atau less maeningful mudah cepat dilupakan. Faktor-faktor yang dapat membawa gangguan dalam daya ingat, atau menjurus kepada kelupaan, antara lain:

1. kalau hasil belajar yang baru mengganggu untuk me-recall hasil terdahulu (retroactive inhibition);

2. kalau hasil belajar terdahulu mengganggu untuk me-recall hasil belajar yang baru (associative inhibition);

3. resency effect, hal-hal yang secara mendadak kita hafalkan menjelang memproduksi lagi (beberapa saat sebelum ujian, misalnya).47

d. Prinsip-Prinsip Ingatan Dalam Belajar

Slameto menulis tentang beberapa prinsip ingatan, yaitu:

1. Belajar yang berarti lebih mudah terjadi dan lebih lama diingat dibanding dengan belajar yang tampaknya tidak ada artinya. Menghafal deretan huruf-huruf yang tidak ada hubungan arti adalah

46

Sri Esti Wuryani Djiwandono, op. cit., hal.155 47

Abin Syamsuddin Maknun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran


(46)

sangat sulit dan lama. Untuk memudahkannya guru perlu membubuhkan suatu arti sehingga mudah dihafal.

2. Belajar menghubungkan atau merangkaikan dua obyek atau peristiwa menjadi lebih mudah apabila kedua obyek atau peristiwa itu terjadi atau dijumpai dalam urutan yang berdekatan, baik ditinjau dari segi waktu maupun ruang.

3. Belajar dipengaruhi oleh frekuensi atau perjumpaan dengan rangsangan dan tanggapan yang sama atau serupa yang dibuat. Dalam pelajaran, siswa menjadi makin baik penguasaannya jika mereka diberikan lebih banyak kesempatan untuk mengulang atau berlatih. 4. Belajar tergantung pada akibat yang ditimbulkannya. Ini berarti bahwa

pelajaran yang memberikan kesan menyenangkan, menarik, mengurangi ketegangan, bermanfaat, atau memperkaya pengetahuan lebih efisien dan tersimpan atau memberi kesan yang lebih lama. 5. Belajar sebagai suatu keutuhan yang dapat diukur tidak hanya

tergantung pada proses bagaimana belajar itu terjadi, tetapi juga pada cara penilaiannya atau penggunaannya.48

5. Fotosintesis

Manusia dan hewan tidak dapat membuat makanan sendiri sehingga bergantung pada tumbuhan. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari. Peristiwa ini disebut fotosintesis. Fotosintesis adalah proses penyusunan atau pembentukan senyawa kompleks dari senyawa sederhana dengan menggunakan energi cahaya (foton). Tumbuhan mendapatkan energi cahaya ini dari cahaya matahari. Tumbuhan yang dapat memanfaatkan energi

cahaya matahari adalah tumbuhan yang memiliki klorofil.

Tumbuhan hijau dan alga hijau mampu melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis ini menghasilkan zat makanan yang diperlukan tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Jika telah mencukupi,

48

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka


(47)

bahan makanan ini disimpan sebagai cadangan makanan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. Produk lain dari proses fotosintesis adalah oksigen yang digunakan untuk pernapasan semua makhluk hidup.

Reaksi Kimia Proses Fotosintesis

Tumbuhan memerlukan air dan karbon dioksida untuk melakukan proses fotosintesis. Air dan mineral diserap tumbuhan dari dalam tanah melalui akar, kemudian diangkut oleh xilem menuju daun. Karbon dioksida diambil tumbuhan dari udara melalui stomata. Stomata juga berperan sebagai tempat untuk membuang uap air dan gas yang sudah tidak diperlukan lagi oleh tumbuhan. Setelah sampai di daun air dan karbon dioksida di dalam kloroplas bereaksi membentuk gula dengan bantuan sinar matahari. Bagian daun yang menyerap

sinar matahari adalah klorofil.

Reaksi kimia dalam proses fotosintesis adalah:

Sinar Matahari

6CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6O2

Klorofil

Pada umumnya, fotosintesis terjadi pada organ daun karena klorofil terdapat di daun, tepatnya pada jaringan palisade. Secara umum, proses fotosintesis terjadi dalam dua tahap yang diuraikan sebagai berikut.

a. Reaksi terang (berlangsung dengan cahaya)

Dalam tahap ini, klorofil menyerap energi cahaya untuk memecah

molekul air (fotolisis) menjadi ion oksigen dan ion hidrogen.


(48)

b. Reaksi gelap

Pada reaksi ini terjadi pengikatan karbon dioksida di dalam daun. Karbon dioksida bergabung dengan ion hidrogen yang dihasilkan dalam reaksi terang menjadi gula (glukosa).

Sama halnya dengan proses memasak, fotosintesis juga memerlukan bahan. Bahan untuk fotosintesis adalah molekul air (H2O) dan karbon dioksida

(CO2). Bahan tersebut akan membentuk glukosa (molekul gula) dan menghasilkan

oksigen. Glukosa diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan melalui floem. Hasil fotosintesis ini digunakan tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila kebutuhan glukosa sudah cukup, maka kelebihan glukosa yang ada akan diubah menjadi karbohidrat dan disimpan sebagai cadangan makanan di dalam akar, batang, buah, atau biji. Dalam akar misalnya kentang, dalam batang misalnya tebu, dalam buah seperti durian, rambutan, dan pepaya, dalam biji misalnya kacang hijau.

Proses fotosintesis terjadi di daun yang berwarna hijau karena

mengandung klorofil yang dapat menyerap sinar matahari. Daun memiliki permukaan atas dan bawah yang dilindungi lapisan epidermis yang mempunyai lapisan lilin. Fungsi lapisan lilin mencegah penguapan air (transpirasi) yang berlebihan. Lapisan epidermis tersusun atas sel-sel epidermis, di antara sel-selnya terdapat stomata. Fungsi stomata adalah untuk pertukaran CO2 dan O2 dalam

proses fotosintesis dan respirasi. Di antara epidermis bawah dan atas terdapat jaringan palisade. Sel-selnya mengandung kloroplas yang berfungsi menyerap cahaya matahari untuk digunakan sebagai tenaga dalam proses fotosintesis. Di dalam kloroplas inilah proses fotosintesis terjadi. Dalam kloroplas terdapat

pigmen warna hijau, yaitu klorofil.

Di bawah ini merupakan proses tumbuhan untuk mendapatkan nutrisi sebagai bahan untuk melakukan fotosintesis:

a. Penyerapan air dan mineral oleh akar

Salah satu bahan penting untuk proses fotosintesis adalah air yang diperoleh tumbuhan dari dalam tanah melalui organ akar. Penyerapan air oleh tumbuhan melalui tahapan sebagai berikut. Air akan diserap melalui


(49)

rambut-rambut akar → masuk ke epidermis akar → korteks → bagian stele (bagian akar

yang terdapat jaringan pembuluh angkut) → xilem → dihantarkan ke daun. Air di

sela partikel tanah akan masuk ke rambut akar. Kemudian, air dan zat-zat mineral mengalir masuk ke daerah epidermis akar sampai ke korteks secara difusi. Hal ini tejadi karena perbedaan konsentrasi atau jumlah cairan terlarut (mineral).

Difusi merupakan proses bergerak atau berpindahnya zat/molekul cair dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke yang lebih rendah. Konsentrasi mineral pada bagian manakah yang lebih tinggi? Selanjutnya, air akan masuk ke endodermis dan xilem. Di endodermis, air akan melewati membran selektif permeabel secara osmosis. Osmosis merupakan proses berpindah atau mengalirnya zat/molekul cair dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke lebih rendah melalui membran selektif permeabel. Membran ini berfungsi sebagai penyaring sehingga hanya mineral-mineral yang dibutuhkan yang akan sampai xilem dan diangkut sampai ke daun.

b. Pengangkutan air dari akar ke daun

Ada dua proses yang menyebabkan air dapat terkirim sampai ke daun, yaitu tekanan akar dan tarikan transpirasi. Saat partikel mineral banyak yang terkumpul di bagian stele, potensial air akan turun sehingga banyak air yang masuk (terosmosis) ke stele. Banyaknya air yang mengalir dari korteks ke stele ini

menghasilkan suatu dorongan besar yang “memaksa” cairan masuk dan naik di

dalam xilem. Peristiwa ini yang dimaksud sebagai tekanan akar. Saat siang hari, udara di luar daun lebih kering. Artinya, kandungan air lebih rendah dibanding kandungan air dalam daun. Akibatnya, air dalam daun akan terdifusi keluar melalui stomata. Proses ini disebut sebagai transpirasi. Proses transpirasi menyebabkan tumbuhan kehilangan air.

Adanya gaya adhesi dan kohesi yang terjadi antara air dengan sel-sel

jaringan mesofil daun maka jaringan ini „menarik‟ air dari jaringan di bawahnya

untuk memenuhi kebutuhan air dalam daun yang hilang karena transpirasi. Gaya tarik itu menyebabkan air yang terangkut akar (pada proses tekanan akar) akan mengisi xilem batang dan terus naik ke daun. Proses aliran air dari potensial tinggi


(50)

ke potensial rendah karena tarikan transpirasi terjadi terus menerus sehingga air dapat sampai ke daun.

c. Pengambilan CO2 oleh stomata

Bahan yang digunakan untuk proses fotosintesis lainnya adalah CO2 yang

diperoleh tumbuhan dari udara dengan cara difusi dalam bentuk gas melalui stomata. Stomata merupakan ruang keluarnya air saat transpirasi. Agar proses transpirasi dan difusi CO2 ini seimbang, stomata dapat membuka atau menutup.

Proses membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi proses osmosis air pada sel-sel penjaga stomata. Saat sel-sel penjaga mengambil air, se-sel tersebut dan celah antarsel penjaga akan membesar sehingga stomata akan terbuka. Sebaliknya, saat air mulai berkurang, sel-sel penjaga akan mengkerut dan celah antarsel akan mengecil, sampai menutup.

d. Transfer hasil fotosintesis dari daun

Hasil proses fotosintesis adalah molekul gula (glukosa) dan gas oksigen (O2). Oksigen akan didifusi keluar dari daun melalui stomata untuk dimanfaatkan

organisme lain, hewan atau manusia. Glukosa akan disebarkan ke seluruh tubuh tumbuhan sebagai sumber energi metabolisme. Glukosa yang berlebih akan disimpan dalam organ cadangan makanan, seperti umbi batang, umbi akar, atau buah. Proses penyebaran zat hasil fotosintesis ini disebut dengan translokasi.

Zat hasil fotosintesis diangkut pembuluh tapis (floem). Proses

pengangkutannya terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi antara ujung pipa

floem yang telah terisi glukosa dengan ujung pipa lain yang belum terisi. Pada ujung pipa yang terisi glukosa, konsentrasinya akan tinggi sehingga air akan

masuk ke floem. Adanya aliran air ini menimbulkan tekanan yang akan

mengalirkan gula ke ujung pipa lainnya yang belum terisi. Proses ini terjadi terus di dalam floem yang tersebar di seluruh bagian tubuh tumbuhan sehingga zat hasil fotosintesis dapat disebarkan


(51)

Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis

Di bawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis: a. Cahaya

Cahaya matahari sangat dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari berfungsi sebagai sumber tenaga untuk mengubah air dan karbon dioksida menjadi glukosa. Penyerapan cahaya matahari oleh tumbuhan tergantung dari intensitas cahaya matahari, lama penyinaran, dan panjang gelombang cahaya.

b. Konsentrasi karbondioksida

Semakin banyak karbon dioksida di udara, jumlah bahan yang dapat digunakan untuk fotosíntesis makin cukup, tetapi kenaikan karbon dioksida harus sesuai dengan intensitas cahaya.

c. Suhu

Suhu berpengaruh pada kerja enzim-enzim pada tumbuhan dalam proses fotosintesis. Setiap suhu naik 10° C, kerja enzim meningkat 2 kali lipat. Waktu yang baik untuk proses fotosintesis pada tumbuhan adalah siang hari karena suhu pada siang hari cukup tinggi sehingga kerja enzim-enzim dapat maksimal.

d. Kadar air

Air memiliki peranan penting dalam fotosintesis karena merupakan bahan baku fotosintesis. Keberadaan air juga berpengaruh pada kerja stomata. Bila kekurangan air, stomata menutup sehingga CO2 terhalang masuk. Bila air dan CO2

tidak ada, proses fotosintesis tidak dapat dilakukan. e. Tahap pertumbuhan tanaman

Laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah daripada tumbuhan dewasa. Bila usia daun makin tua, aktivitas fotosintesis makin lambat. Daun yang menguning mengandung klorofil yang makin sedikit. Keadaan ini menurunkan fungsi kloroplas.


(52)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya, peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu

Penelitian yang dilakukan oleh Yanti Herlanti, Nuryani Y, dan Wawan Setiawan menunjukkan bahwa retensi siswa pada kelompok multimedia lebih tinggi dari pada kelompok non multimedia, ini menandakan multimedia yang mempunyai kekuatan imagery, terbukti mampu menyimpan lebih lama abstraksi-abstraksi konsep di dalam struktur kognitif siswa.49

Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca Tapilouw dan Wawan Setiawan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknologi multimedia interaktif individual dan pembelajaran menggunakan teknologi multimedia interaktif klasikal, dapat meningkatkan pemahaman dan retensi siswa pada konsep sistem saraf. Bahkan, kedua pembelajaran mampu membuat siswa termotivasi mempelajari kembali konsep sistem saraf walaupun pembelajaran telah selesai. Hal ini terbukti dari hasil retensi yang lebih dari 100%. Pembelajaran dengan teknologi multimedia interaktif secara individual mampu membuat siswa mandiri dan aktif dalam belajar, tidak demikian halnya untuk kelas klasikal ketika belajar di kelas karena pembelajaran didominasi oleh guru.50

Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Saguni menunjukan bahwa hasil belajar dari semua aspek (retensi, transfer, dan matching) lebih baik apabila materi audio dan visual (narrration) disajikan secara bersamaan karena kapasitas work memory dapat ditingkatkan. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan modality dalam belajar melalui multimedia dapat meningkatkan hasil belajar.51

Penelitian yang dilakukan oleh Ahyani Ridhayani dan Binari Manurung

dengan judul ”Pengaruh Model dan Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dan Retensi Siswa Pada Pelajaran Biologi di SMP Swasta Muhammadiyah

49

Herlanti, Rustaman, dan Setiawan, “Kontribusi Wacana Multimedia Terhadap

Pemahaman dan Retensi Siswa (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas di Kelas 3 MTs Cimahi), Jurnal Pendidikan IPA : Metamorfosa, vol. 2 no 1, April 2007, hal. 29-38

50Francisca, Wawan, “Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf)”, Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, vol. 2 no 2, Desember 2008

51Fatimah Saguni, “Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar”, Jurnal Insan, Vol. 8 No. 3, Desember 2006


(53)

Serbelawan” menunjukan bahwa terdapat perbedaan retensi antara siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran kontekstual maupun dengan pembelajaran langsung, dengan rata-rata retensi siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kontekstual (baik menggunakan animasi komputer maupun media charta) sebesar 77,69 lebih tinggi dari retensi siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran langsung (baik menggunakan animasi maupun media charta) dengan rata-rata 74,44.52

Penelitian yang dilakukan oleh Widha Sunarno dengan judul

”Pembelajaran Fisika Dengan Media Komputer, Audio Visual, dan Konvensional Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Siswa” menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media komputer lebih efektif dari pada proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual, akan tetapi proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual lebih efektif dibandingkan dengan secara konvensional. Ini dapat dilihat dengan menggunakan media komputer memperoleh mean = 43,71; pembelajaran dengan menggunakan media audio visual mendapatkan mean = 42,71; dan pembelajaran secara konvensional memperoleh mean = 41,23.53

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran biologi sudah mencapai perkembangan terlebih dalam hal teknologi pembelajaran. Hal ini merupakan tantangan bagi para guru dan siswa untuk mampu menyesuaikan dengan perkembangan itu, sudah kita ketahui apabila tidak menyesuaikan dengan perkembangan zaman maka pembelajaran pun tidak akan mengalami perkembangan bahkan dapat dikatakan terbelakang dan pada akhirnya tidak tercapainya tujuan pendidikan.

Dalam praktiknya di sekolah masih ada yang menggunakan teknologi yang kurang variatif dalam artian masih menggunakan satu macam teknologi misalnya

52Ahyani, Binari, “Pengaruh Model dan Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar dan Retensi Siswa Pada Pelajaran Biologi di SMP Swasta Muhammadiyah Serbelawan”, Jurnal Pendidikan Biologi, vol. 1 no. 3, Desember 2010

53Widha Sunarno, “Pembelajaran Fisika Dengan Media Komputer, Audio Visual, dan Konvensional Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Siswa”, Paedagogia, jilid 10 no. 1, 2007


(54)

hanya menggunakan gambar saja. Padahal teknologi pembelajaran itu sangat banyak dan beragam sehingga apabila digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan jenis materi yang diajarkan, maka proses belajar mengajar akan menyenangkan, memotivasi, dan tentunya meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu solusinya adalah faktor keprofesionalan dalam menggunakan atau mengaplikasikan teknologi pembelajaran.

Dalam pengertian teknologi pendidikan, media atau sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping pesan, teknik latar, dan peralatan. Dengan semakin masuknya berbagai pengaruh ke dalam khazanah pendidikan seperti ilmu cetak mencetak, tingkah laku (behaviorisme), komunikasi, dan laju perkembangan teknologi elektronik, media dalam perkembangannya tampil dalam berbagai bentuk seperti modul cetak, film, televisi, film bingkai, film rangkai, radio, video, komputer, dan lain sebagainya masing-masing dengan ciri-ciri dan kemampuannya.

Salah satu media pembelajaran adalah media audio visual, dalam hal ini berbentuk video. Namun, yang akan diteliti dalam hal ini adalah pengaruh media tersebut dalam meningkatkan retensi siswa dengan cara menggunakannya yaitu penggunaan video dengan bantuan proyektor, siswa akan melihat sekaligus mendengarkan penjelasan materi dari isi tersebut dan setelah itu guru mata pelajaran menjelaskan ulang apa yang telah dijelaskan. Dengan teknik seperti ini akan memberikan suasana berbeda pada gaya belajar peserta didik.

Dalam pelajaran biologi, siswa memang harus dapat melihat langsung objek yang dia pelajari supaya lebih memudahkan pemahamannya. Tetapi kemudian, bagaimana dengan materi yang sulit untuk menampilkan objek yang dipelajari atau materi yang bersifat abstrak misalnya mempelajari struktur tubuh gajah, proses metabolisme dalam tubuh, proses fotosintesis, dan lain-lain. Dengan demikian memerlukan media pembelajaran yang mampu menampilkan hal itu semua tanpa harus menggunakan objek aslinya. Dalam hal ini materi yang akan dicobakan dalam uji efektivitas media video ini adalah fotosintesis karena kompleksnya materi ini sehingga membutuhkan media untuk mempelajarinya.


(55)

Jadi dapat disimpulkan bahwa media video diharapkan dapat meningkatkan retensi (daya ingat) peserta ajar dalam materi fotosintesis, dikarenakan video dapat membantu guru dalam menjelaskan materi ajar dan juga dapat memjelaskan secara visual proses-proses yang terjadi pada saat tumbuhan melakukan fotosintesis.

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka hipotesis

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “penggunaan media audio visual pada konsep fotosintesis memberikan pengaruh terhadap retensi belajar siswa”


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)