PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Teams Achievement Divisions (STAD) MELALUI MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH SISWA (Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
Student Teams Achievement Divisions (STAD) MELALUI
MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR
DAN PENGUASAAN MATERI POKOK
PENCEMARAN LINGKUNGAN
OLEH SISWA
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung TP
2012/2013)

Oleh
NADIA ANANDINA ARTA

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG
2013

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
Student Teams Achievement Divisions (STAD) MELALUI
MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR
DAN PENGUASAAN MATERI POKOK
PENCEMARAN LINGKUNGAN
OLEH SISWA
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung
TP 2012/2013)

Oleh
NADIA ANANDINA ARTA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran tipe STAD melalui media video dalam peningkatan aktivitas belajar
dan penguasaan materi oleh siswa kelas X SMAN 7 Bandar Lampung.

Desain penelitian ini adalah tes awal-tes akhir tak equivalen. Sampel penelitian
adalah siswa kelas X8 dan X9 yang ditetapkan secara cluster random sampling.
Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes
dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf
kepercayaan 5% melalui bantuan program SPSS 16, dan data kualitatif yaitu
aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan dianalisis dengan
menggunakan indeks aktivitas belajar siswa dengan menghitung rata–rata skor

Nadia Anandina Arta

aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penguasaan materi
oleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (eksperimen =
80,49; kontrol = 77,93). Selain itu, rata-rata persentase peningkatan aktivitas
belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 71,35; kontrol = 48,95). Dengan
demikian, pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dengan media video berpengaruh tidak secara signifikan dalam
meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi Pencemaran Lingkungan
oleh siswa.


Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif STAD, penguasaan materi, Pencemaran
Lingkungan, media video, aktivitas belajar siswa

iii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang Masalah .......................................................................

Rumusan Masalah ................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Manfaat Penelitian ...............................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
Kerangka Pikir ......................................................................................
Hipotesis................................................................................................

1
4
4
5
5
6
9

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

E.

Pembelajaran Kooperatif ......................................................................
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ......................................
Aktivitas Belajar Siswa .........................................................................
Penguasaan Materi ................................................................................
Media Video ..........................................................................................

10
13
16
18
20

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.

F.

Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur penelitian ................................................................................
Jenis dan Teknik Pengambilan Data ....................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................

23
23
24
24
30
31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................
B. Pembahasan ..........................................................................................


38
43

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

49
49

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

50

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

Silabus ................................................................................................... 53
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................... 59
Lembar Kerja Kelompok ..................................................................... 74
Soal Pretes dan Postes .......................................................................... 93
Data Hasil Penelitian ............................................................................ 102
Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ......................................... 119
Foto-Foto Penelitian ............................................................................. 127

xiv

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu kebutuhan manusia yang mendasar yaitu pendidikan, dimana pengertian
pendidikan telah diungkapkan dalam UU No.20 tahun 2003 (dalam Hasbullah, 2006:4)
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.

Dalam pendidikan, menurut Hanafiah dan Suhana (2009:107) guru dalam melaksanakan
tugasnya harus mampu memberdayakan potensi siswa sesuai dengan kecerdasan, bakat,
dan minatnya sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Guru
berperan sebagai motivator dan fasilitator artinya guru bukan satu-satunya sumber
informasi, namun hanya mendampingi siswa dalam menemukan dan memecahkan
permasalahan sehingga secara tidak langsung siswa berperan secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 7 Bandar Lampung,
diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama ini masih

2

menggunakan metode ceramah, diskusi informasi dan belum menggunakan model
pembelajaran kooperatif yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Metode ceramah tidak efektif karena kurang melibatkan siswa secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini telah diungkapkan oleh Roestiyah (1998:44) berikut ini :
Murid pasif mendengarkan dengan teliti dan mencatat, agar dapat mengambil
kesimpulan, tanpa memikirkan bahwa ada masalah dalam pembelajaran itu
Begitu pula dengan metode diskusi informasi yang digunakan kurang melibatkan anggota
kelompok diskusi untuk berkontribusi memberikan pendapat, sehingga hanya pendapat
beberapa orang saja yang mendominasi dalam kelompoknya sementara anggota
kelompok yang lain pasif. Selain itu, untuk mendukung proses pembelajaran, guru di
SMA N 7 Bandar Lampung jarang menggunakan fasilitas multimedia, padahal sekolah
tersebut sudah memilikinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keterampilan
guru dalam mengoperasikan alat-alat yang tersedia.
Kurang efektifnya metode pembelajaran yang digunakan dan jarangnya penggunaan
model pembelajaran kooperatif dan fasilitas multimedia diduga berdampak pada
rendahnya aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang rendah akan berdampak pada
rendahnya penguasaan materi oleh siswa, khususnya pada materi pencemaran
lingkungan. Hal ini ditunjukkan dari hasil ulangan harian yang tergolong rendah yaitu 60.
Hasil ini belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
sekolah yaitu ≥ 70.

Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa, maka digunakan
media yang mendukung. Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) mengemukakan bahwa media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat

3
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Salah satu media yang dapat
digunakan ialah video. Media video ini dapat digunakan dengan baik apabila
disampaikan dengan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran
yang mungkin sesuai yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disampaikan dengan video
didukung oleh penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Fakhriyah (2009:1) pada siswa
kelas X MA Banat Kudus tahun pelajaran 2008/2009 menunjukan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disampaikan dengan media video dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) Melalui Media Video Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan
Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Oleh Siswa (Studi Eksperimen Siswa Kelas X
SMA Negeri 7 Bandar Lampung TP 2012/2013)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media video
berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X SMA Negeri 7
Bandar Lampung?

4
2.

Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media video
berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan
oleh siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.

Pengaruh penggunaan model pembelajaran tipe STAD melalui media video dalam
peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X SMA N 7 Bandar Lampung

2. Pengaruh penggunaan model pembelajaran tipe STAD melalui media video dalam
peningkatan penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh siswa kelas X
SMA N 7 Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga sebagai
calon guru yang profesional, terutama dalam merancang dan melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di sekolah.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
STAD sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang
sesuai untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan
mampu mengasah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

5
4. Bagi sekolah dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu
pembelajaran biologi di sekolah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari adanya pemyimpangan anggapan terhadap masalah yang dibahas,
maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini ialah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah yaitu : (1)
melakukan perencanaan untuk mengajar kelas-utuh; (2) mengatur kelompok; (3)
merencanakan studi tim; (4) menghitung skor dasar dan nilai perbaikan (dalam Eggens
dan Kauchak, 2012:145).
2. Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah video terkait dengan pencemaran
lingkungan.
3. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini ialah Keterkaitan antara Kegiatan
Manusia dengan Masalah Perusakan/Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian
Lingkungan yang terdapat dalam KD 4.2 biologi SMA kelas X
4. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama pembelajaran
berlangsung yaitu kemampuan mengemukakan pendapat, bekerjasama dengan teman
anggota kelompok, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kemampuan bertanya, dan
kemampuan menjawab pertanyaan.
5. Penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang
diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada materi pokok pencemaran
lingkungan.

6
6. Subjek penelitian adalah siswa kelas X8 dan X9 semester genap SMA Negeri 7 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses yang bernilai edukatif dimana proses tersebut
melibatkan adanya interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan tersebut memiliki tujuan
yaitu meningkatkan pengetahuan siswa dengan melihat adanya peningkatan hasil belajar
siswa. Terdapat beberapa faktor yang menentukan tujuan tersebut antara lain guru, siswa,
model pembelajaran, dan media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa merupakan individu yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Setiap individu
memiliki cara pandang, tingkat pemahaman, cara belajar, yang berbeda, dan sebagainya.

Guru sebagai motivator dan fasilitator yang dihadapkan oleh siswa yang memiliki
karakter tersendiri diwajibkan untuk menggunakan model yang dapat mengakomodasi
semua kebutuhan siswa, serta memanfaatkan berbagai media yang dapat mendukung
dalam menyajikan pesan-pesan pembelajaran.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan aktivitas belajar dan
penguasaan materi oleh siswa ialah menggunakan model pembelajaran yang tepat dan
mengombinasikannya dengan media yang sesuai. Aktivitas tersebut terdiri atas aktivitas
bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat/ide. Aktivitas tersebut lebih
menyenangkan dan membuat siswa lebih aktif sehingga materi yang disampaikan dapat
terserap dengan baik dan dapat menjadikan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 7
Bandar Lampung meningkat. Salah satu contoh media yang dapat digunakan ialah

7
media video. Keunggulan media video diduga dapat memberikan hasil yang optimal bila
dikombinasikan dengan pembelajaran yang sesuai salah satunya adalah pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja dan
belajar dalam kelompok yang relatif heterogen. Maksud dari kelompok yang heterogen
adalah anggota kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademik
berbeda, jenis kelamin, dan suku yang beragam. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa
menerima perbedaan dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Adapun materi yang digunakan ialah pencemaran lingkungan dimana materi ini terdapat
dalam KTSP dengan kompetensi dasar 4.2 yaitu menjelaskan kegiatan manusia dengan
masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.

Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan menjadi dua macam yaitu variabel
bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan video, sedangkan variabel terikat ialah aktivitas belajar dan
penguasaan materi pokok pencemaran lingkungan oleh siswa. Hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut :

Y1
X
Y2
Keterangan: X = Pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD melalui video, Y1 =
Aktivitas Belajar siswa, Y2 = Penguasaan materi siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

8
G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.

H0 = Penerapan model pembelajaran STAD melalui media video tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan
oleh siswa
H1 = Penerapan model pembelajaran STAD melalui media video berpengaruh secara
signifikan terhadap penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh
siswa

2.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media video
berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar
(Dimyati dan Mudjiono dalam Dewi, 2011:11). Pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia
terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya
tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan sepidol, fotografi,
slide film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas,
perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.
Model cooperative adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri sehingga
siswa dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota
saling memunculkan pemecahan masalah dengan selektif dalam masing-masing
kelompok, selain itu siswa juga saling mangajar sesama siswa lainnya. Jadi dalam
pembalajaran cooperative siswa berperan ganda sebagai siswa ataupun sebagai guru
(Solihatin dalam Dewi, 2011:13).

10
Pembelajaran cooperative mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.

Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar.

2.

Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang, dan
rendah.

3.

Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin.

4.

Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu (Estiti
dalam Dewi, 2011:13).

Para ahli telah menunjukkan bahwa Cooperative Learning dapat meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkan keterampilan berpikir kritis.
Cooperative Learning juga dapat memberikan keunggulan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik
(Trianto, 2007:44)
Cooperative Learning sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan
kerjasama dan kolaborasi serta keterampilan tanya-jawab (Ibrahim dalam Trianto,
2007:45). Selanjutnya Ahmadi dan Piasetya (2005:62) menuliskan bahwa:
Keunggulan Cooperative Learning adalah: (1) Melatih keterampilan intelektual, (2)
Siswa terlibat secara langsung, (3) Saling tukar menukar informasi, (4) Melatih
komunikasi dan keterampilan bekerja sama. Kelemahan Cooperative Learning: (1) Latar
belakang pengetahuan, kematangan harus sama, (2) Menyita waktu lama, (3) Tergantung
dengan kesiapan guru dalam menyiapkan diskusi, (4) Menuntut kesanggupan guru untuk
mengontrol secara teliti keterlibatan siswa.

11
Situasi pembelajaran cooperative didorong dan dituntut untuk bekerjasama dalam suatu
tugas bersama, siswa harus mengkoordinasikan usaha-usahanya untuk menyelesaikan
tugas. Pada pembelajaran cooperative dua atau lebih individu saling tergantung untuk
suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai satu kelompok.
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Keenam fase
pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel berikut ini.
Tabel 1. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Langkah

Indikator

Tingkah laku guru

Langkah 1

Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa

Langkah 2

Menyajikan informasi

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok-kelompok
belajar
Membimbing belajar
kelompok

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan
kompetensi dasar yang akan di-capai
serta memotivasi siswa.
Guru menyajikan informasi ke-pada
siswa
Guru menginformasikan pengelompokan siswa

Langkah 4

Langkah 5

Evaluasi

Langkah 6

Pemberian Penghargaan

Guru memotivasi serta memfa-silitasi
kerja siswa untuk materi pembelajaran
dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Guru memberi penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok.

Sumber: dimodifikasi dari Arends, dalam Suyatna (2007: 96)
Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang efektif untuk melatih siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil
secara kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang
diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.

12
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu metode yang
dikembangkan oleh Slavin dimana melibatkan “kompetisi” antarkelompok. Siswa
dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertamatama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya,
kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis.
Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok
mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika
kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. Slavin menyatakan bahwa
metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi pelajaran, termasuk sains, yang
di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban yang benar (Huda,
2009 :116).
Terdapat langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif
tipe STAD seperti yang telah dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (2012:145-151)
yaitu :
1. Merencanakan pelajaran dengan STAD
Dalam merencanakan pelajaran dengan STAD ada empat langkah yang mencakup hal
berikut :
a. Melakukan perencanaan untuk mengajar kelas utuh
b. Mengatur kelompok
c. Merencanakan studi tim
d. Menghitung skor dasar dan nilai perbaikan

13
2. Melakukan perencanan untuk mengajar kelas utuh
Saat menggunakan STAD, merancang rencana untuk mempresentasikan materi yang
akan dipraktikkan oleh siswa di dalam kelompok.
2. Mengatur kelompok
Untuk menerapkan STAD secara efektif tim harus diatur terlebih dahulu. Tujuannya ialah
menciptakan tim yang memiliki campuran kemampuan, gender, dan etnisitas.
3. Merencanakan studi tim
Sukses pembelajaran STAD tergantung pada bahan-bahan yang berkualitas tinggi untuk
memadu interaksi di dalam kelompok. Disinilah tujuan belajar menjadi penting. Tujuan
itu memastikan bahwa pengajaran kelompok dan studi tim selaras dengan tujuan belajar.
4. Menghitung skor dasar dan nilai perbaikan kesempatan
Setara untuk berhasil menjadi penting ketika menggunakan STAD. Kesempatan setara
untuk berhasil berarti bahwa semua siswa, terlepas dari kemampuan atau latar belakang,
bias berharap untuk diakui upayanya. Ini dicapai dengan memberi siswa perbaikan nilai
jika skor mereka di dalam satu tes atau kuis lebih tinggi daripada skor dasar mereka. Skor
dasar adalah nilai rata-rata siswa berdasarkan tes dan kuis masa lampau atau skor yang
ditentukan oleh nilai semester lalu atau tahun lalu.
5. Menerapkan pelajaran menggunakan STAD
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD fase-fase yang dilakukan
yaitu :
a. Fase pengajaran
b. Fase transisi ke tim
c. Fase studi tim

14
d. Fase mengakui prestasi
-

Pemberian skor tim

-

Penghargaan tim

-

Menggunakan poin perbaikan dalam memberikan nilai

Hanafiah dan Suhana (2009:44) mengemukakan bahwa ada tujuh langkah dalam model
pembelajaran kooperetif tipe STAD yaitu: (1) Siswa diberikan tes awal dan diperoleh
skor awal; (2) siswa dibagi kedalam kelompok kecil 4-5 orang secara heterogen menurut
prestasi, jenis kelamin, ras atau suku; (3) guru menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa; (4) guru menyajikan bahan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim; (5) guru
membimbing kerja kelompok siswa; (6) siswa diberi tes tentang materi yang telah
diajarkan dan; (7) memberikan penghargaan.
C. Aktivitas Belajar Siswa
Pada dasarnya belajar adalah melakukan untuk merubah tingkah laku dan tindakan yang
di alami oleh seseorang. Seperti yang di ungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono (dalam
Rahayu, 2011:13), bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks
sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri.
Aktivitas adalah segala usaha yang mengarah pada perubahan perilaku untuk mencapai
tujuan yang terarah dan yang di harapkan. Siswa yang dikatakan aktif jika tidak
melakukan penyimpangan, hal ini sesuai dengan pendapat Hopkins (1993:105).
Dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar siswa sangat di perlukan agar proses
pembelajaran menjadi berkualitas dengan melibatkan langsung siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Seperti yang di ungkapakan oleh Sardiman (dalam Rahayu, 2011:14),

15
bahwa dalam belajar sangat di perlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak
mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan
kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang
belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang di
lakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.
Aktivitas siswa menurut Diedrich (dalam Rahayu, 2011:14) di golongkan ke dalam
delapan jenis kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan visual, meliputi kegiatan; membaca, melihat gambar, mengamati,
eksperimen, pameran, dan mengamati orang lain atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi kegiatan; menyatakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi kegiatan; mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, meliputi kegiatan; menulis laporan, membuat rangkuman,
mengerjakan tes, mengerjakan lembar kerja, menulis cerita, dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi kegiatan; menggambar, membuat grafik,
diagram peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan matrik, meliputi kegiatan; melakukan percobaan, melaksanakan
pameran, menyelanggarakan permainan, dan membuat model.
7. Kegiatan-kegiatan mental, meliputi kegiatan; mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan emosional, meliputi kegiatan; minat, membedakan, berani, tenang.

16
Azas aktivitas menuntut guru untuk membangkitkan aktivitas siswa baik secara jasmani
maupun rohani pada waktu siswa menerima pelajaran. Untuk meningkatkan aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menentukan bentuk pengalaman
belajar yang tepat sehingga dapat mempraktekkan kemampuan dan keterampilan.

D. Penguasaan Materi
Penguasaan materi menurut Arikunto (2008:115) merupakan kemampuan menyerap arti
dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar
mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni
melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis.
Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut
Sudijono (2008:50-52), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :
1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan
sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain mamahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang
siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri.

17
3. Penerapan atau aplikasi (Application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan
atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.
4. Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang
lain.
5. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses
berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau
berbentuk pola baru.
6. Penilaian atau evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Menurut Thoha (dalam Rahayu, 2011:18) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat
ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Arikunto (2008:53) menyatakan
bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui melalui pedoman penilaian. Bila
nilai siswa ≥ 66 maka dikategorikan baik, bila 55 ≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan

18
cukup baik, dan bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto,
2008:245).
E. Media Video
Video berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya
penglihatan). Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media audiovisual atau media pandang-dengar (Setyosari dan Sihkabuden, 2005:1). Media audiovisual dapat dibagi menjadi dua jenis, pertama dilengkapi fungsi peralatan suara dan
gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; kedua, media audio-visual
tidak murni. Film bergerak (movie), televise, dan video termasukjenis pertama,
sedangkan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk
jenis yang kedua (Munadi, 2008:113).
Menurut Hamzah (2007:125) media video meupakan media audio-visual yang memiliki
unsur gerakan dan suara. Video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar berbagai
bidang studi. Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dpata mengajak
peserta didik untuk berpetualang kemana saja walaupun dibatasi oleh ruang kelas. Objekobjek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya, atau bahkan tidak dapat dikunjungi
peserta didik karena lokasinyadibelahan bumi lain, dapat dihadirkan melalui media video.
Dengan kemampuan untuk menyajikan gerakan lambat, media video membantu pengajar
untuk menjelaskan gerakan atau prosedur tertentu dengan lebih rinci. Keterampilan yang
dapat dilatih dengan media video tidak hanya berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga
keterampilan interpersonal, seperti keterampilan dalam psikologi dan hubungan

19
masyarakat. Disamping itu manajerial juga dapat dilatihkan melalui pemanfaatan media
video.
Pengajar dapat memilih program-program video yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan, kemudian menyaksikan bersama-sama di ruang kelas, selanjutnya membahas
atau mndiskusikannya. Selain digunakan untuk melihat program-program yang telah siap
pakai, media video juga dapat digunakan untuk merekam aktivitas peserta didik yang
tengah berlatih menguasai keterampilan interpersonal, kemudian rekaman tersebut
dibahas dan dianalisis oleh sesama rekan peserta didik dan pengaja. Kemampuan video
untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual dalam bentuk dokumenter bermanfaat
untuk membantu pengajar dalam menengahkan fakta, kemudian membahas fakta tersebut
secara lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kelas (Hamzah, 2007:126).
Keuntungan menggunakan media audio-visual antara lain :
1. Alat-alat audio-visual mempermudah orang menyampaikan dan menerima pelajaran
atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian.
2. Alat-alat audio-visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak.
3. Alat-alat audio-visual mengekalkan pengertian yang didapat (Suleiman, 1988:17).

20

III.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun pelajaran 2012/2013
di SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar
Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari sembilan kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Pada tahap
pertama, dari seluruh populasi yang ada dilakukan random dan diambil dua kelas secara
acak sebagai sampel penelitian, kelas yang terpilih yaitu X8 dengan jumlah 32 siswa dan
X 9 dengan jumlah 32 siswa. Kemudian dari dua kelas yang terpilih dilakukan random
kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga terpilih kelas X8
yang sebagai kelas kontrol (model kooperatif tipe STAD) dan kelas X 9 sebagai kelas
eksperimen (model kooperatif tipe STAD melalui media video).

21
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain tes awal-tes akhir tak
equivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD melalui media video, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil tes awal dan tes akhir pada kedua kelas subyek dibandingkan. Struktur desainnya
adalah sebagai berikut :

I

O1

X

O2

II

O1

C

O2

Keterangan : I = kelas eksperimen ; II = kelas kontrol;
O1 = tes awal; O2 = tes akhir; X = perlakuan eksperimen (menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media video); dan
C=kontrol (pembelajaran hanya menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD) (modifikasi dari Purwanto dan Sulistyastuti,
2007:90).
Gambar 2. Desain pretest-posttest non equivalen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian.
Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan di FKIP Unila untuk diberikan kepada
sekolah tempat diadakan penelitian

22
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
e. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.
f. Mencari video yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang terdiri atas
pencemaran air, udara, tanah, dan suara, serta pelestarian lingkungan.
g. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa, 2 siswa dengan nilai tinggi,
1 siswa dengan nilai sedang, dan 2 siswa dengan nilai yang rendah. Setiap
kelompok terdiri atas 5 orang siswa (Lie, 2004:42).

2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model STAD melalui
media video untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran tipe STAD untuk kelas
kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama
membahas mengenai keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan
dan pencemaran lingkungan. Pertemuan kedua membahas tentang keterkaitan antara
kegiatan manusia dengan upaya pelestarian lingkungan.
1) Kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD melalui media video
a.

Pendahuluan

1) Siswa mengerjakan pretes dalam bentuk uraian pada pertemuan I

23
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Apersepsi :
 Pertemuan I : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar
dalam sebuah slide seseorang yang sedang merokok sembarangan di muka umum.
Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan yang terlihat pada gambar?”
 Pertemuan II : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan
gambar seorang anak yang sedang membuang sampah pada tempatnya dan
memberikan pertanyaan “Apakah manfaat dari kegiatan yang terlihat pada
gambar?”
4) Motivasi :
 Pertemuan I : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai
macam kerusakan lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga
lingkungan disekitar kita.
 Pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai
upaya untuk melestarikan lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga
generasi selanjutnya.

b. Kegiatan inti
1) Penyajian materi
Guru menyajikan materi pencemaran lingkungan dengan menggunakan media
video.
2) Belajar dalam kelompok

24
Setelah video disajikan siswa mengelompok dalam kelompok kecil yang telah
ditentukan (secara heterogen) untuk mengerjakan lembar kerja kelompok yang
diberikan. Dalam mengerjakan lembar kerja ada beberapa kebijakan yang perlu
diperhatikan yaitu setiap kelompok membahas lembar kerja yang berisi
pertanyaan dan harus dijawab siswa dengan cara bekerjasama saling berdiskusi.
3) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Setelah setiap kelompok mengerjakan lembar kerja, kemudian guru meminta
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
4) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Kelompok terbaik
ditentukan dari banyaknya anggota kelompok yang melakukan aktivitas belajar
yang diamati sesuai kriteria yang telah ditentukan seperti bertanya, menjawab
pertanyaan, dan mengemukakan ide.
c.

Penutup

1)

Siswa bersama-sama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2)

Siswa mengerjakan soal postes pada pertemuan II.

2) Kelas Kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
a. Pendahuluan
1) Guru memberikan pretes dalam bentuk uraian pada pertemuan I.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Guru memberikan apersepsi :


Pertemuan I: Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan
gambar dalam sebuah slide seseorang yang sedang merokok sembarangan di

25
muka umum. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan yang terlihat pada gambar?”


Pertemuan II : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan
gambar seorang anak yang sedang membuang sampah pada tempatnya dan
memberikan pertanyaan “Apakah manfaat dari kegiatan yang terlihat pada
gambar?”

3) Motivasi :
 Pertemuan I : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai
macam kerusakan lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga
lingkungan disekitar kita.
 Pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai
upaya untuk melestarikan lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga
generasi selanjutnya.

b. Kegiatan Inti
1)

Penyajian materi
Guru menyajikan materi pencemaran lingkungan secara garis besar.

2)

Belajar dalam kelompok
Setelah penyajian materi dilakukan, siswa diberikan waktu lima menit untuk
membacanya. Kemudian siswa mengelompok dalam kelompok kecil yang
telah ditentukan (secara heterogen) untuk mengerjakan lembar kerja
kelompok yang diberikan. Dalam mengerjakan lembar kerja ada beberapa
kebijakan yang perlu diperhatikan yaitu setiap kelompok membahas lembar

26
kerja yang berisi pertanyaan dan harus dijawab siswa dengan cara
bekerjasama saling berdiskusi.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Setelah setiap kelompok mengerjakan lembar kerja, kemudian guru meminta
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
 Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

c. Penutup
1) Siswa bersama-sama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Siswa mengerjakan soal postes pada pertemuan II.

E.

Jenis dan Teknik Pengambilan Data
a. Jenis Data
Data penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu
penguasaan materi siswa yang diperoleh dari hasil pretes, dan postes. Data
kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa yaitu aktivitas bertanya,
menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat/ ide.

b. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
a.

Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi
semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa

27
diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada
lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
b.

Penguasaan Materi
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretes dan postes. Pretes dilakukan
di awal pertemuan I, dan postes dilakukan di akhir pertemuan II. Pretes dan
postes dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan
bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal uraian. Pretes yang
diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama
dengan postes yang diberikan di akhir pertemuan II.

F. Teknik Analisis Data
a) Analisis data kualitatif
1.

Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang
diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas
siswa.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

28
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Aspek yang diamati
Xi
No

Nama

a
1

2

b
3

1

2

Keterangan :

c

3

1

2

3

1
2
3
4
5
Jumlah

a. Bertanya:
1. Tidak bertanya
2. Bertanya, tetapi tidak mengarah pada permasalahan
3. Bertanya sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Pencemaran
Lingkungan
b. Menjawab pertanyan:
1. Tidak menjawab pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan, tetapi tidak sesuai dengan permasalahan
3. Menjawab pertanyan dengan baik
c. Mengemukakan pendapat/ide :
1. Tidak mengungkapkan ide/pendapat (diam saja)
2. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide tetapi tidak sesuai dengan
pembahasan pada materi pokok Pencemaran Lingkungan
3. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide tetapi sesuai dengan pembahasan
pada materi pokok Pencemaran Lingkungan

Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus :
Xi
X=

x 100
n

29

Ket : X
Xi
n

= Rata-rata skor aktivitas siswa
= Jumlah skor aktivitas yang diperoleh
= Jumlah skor aktivitas maksimum

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa Sesuai Klasifikasi
pada tabel 3 yang dimodifikasi Belina (dalam Rahayu, 2011:27)

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Kategori

Interpretasi

0,00 – 29,99

Sangat Rendah

30,00 – 54,99

Rendah

55,00 – 74,99

Sedang

75,00 – 89,99

Tinggi

90,00 – 100,00

Sangat Tinggi

b) Analisis data kuantitatif
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes dihitung N-gain nya kemudian
dianalisis secara statistik.

Untuk mendapatkan N-gain dengan menggunakan rumus Hake (dalam Eka
Sulastri, 2011:26) yaitu:

Keterangan:
N-gain = rata-rata N-gain

30
Spost

= rata-rata skor postes

Spre

= rata-rata skor pretes

Smax

= skor maksimum

N-gain pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dianalisa menggunakan uji
yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa :

1. Uji Normalitas Data (Uji Lilliefors)
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan bantuan program
SPSS versi 16.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang
lainnya (Pratisto, 2004:5).
2. Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji
kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 16.
a. Hipotesis
H0 : Kedua sample mempunyai varians sama

31
H1 : Kedua sample mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Uji
- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima
- Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:13).

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua
rata-rata dengan menggunakan uji t melalu program SPSS 16.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata skor N-gain kedua sampel sama
H1 = Rata-rata skor N-gain kedua sampel tidak sama

2) Kriteria Uji
- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 ditolak
- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka H0 ditolak
(Pratisto, 2004: 13).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = rata-rata skor N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan

32
kelompok kontrol.
H1 = rata-rata skor N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari
kelompok kontrol.
2) Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:10)
3) Uji Mann-Whitney U
Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji
Mann-Whitney U

a. Hipotesis
H0 = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol
H1= Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol
b. Kriteria Uji
- Jika p-value > 0,05 maka terima H0
- Jika p-value< 0,05 maka tolak H0 (Pratisto, 2004:36)

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran STAD melalui media video berpengaruh secara tidak
signifikan dalam meningkatkan penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh
siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran STAD melalui media video berpengaruh secara tidak
signifikan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
B. Saran
Untuk kepentingan pembelajaran, maka penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Guru biologi dapat menggunakan model pembelajaran STAD melalui media video
sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan materi
siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan.
2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal hendaknya mempertimbangkan kemampuan
siswa dalam menjawab soal sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak
menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dirancang.

44

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A dan J. T. Piasetya. 2005. Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka setia.
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Dewi, E. 2011. Pengaruh Penerapan Model Cooperative Tipe Think Pair Share terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Mengenal Dunia Tumbuhan.
Lampung: Universitas Lampung.
Eggen, P dan D. Kauchak. 2012. Strategie and Models for Teachers: Teaching Content and
Thinking Skills, Sixth Edition. Boston : Pearson Education.
Fakhriyah, F. 2009. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) yang
Dilengkapi dengan Media Video pada Materi Jamur di MA NU Banat Kudus. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Hamzah, B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia. Open Univercity
Press.
Huda, M. 2009. Cooperative Learning. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, A. 2004. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada
Press.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan
SPSS 12. Jakarta: Gramedia.

45
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwanto dan Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Rahayu, A. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing
terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi oleh Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem
Kelas VII SMP Negeri 1 Padangcermin. Lampung: Universitas Lampung.
Roestiyah. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta: Bumi Aksara.
Setyosari, P dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sulastri, E. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions)Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi Pokok Ekosistem.
Lampung :Universitas Lampung.
Suleiman, A. 1988. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan.
Jakarta: PT Gramedia.
Suyatna, A. 2007. Model-Model Pembelajaran. Lampung: Universitas Lampung
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivisme. Jakarta:
Persentasi pustaka publisher.
Trisila, Y. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non
Examples Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar siswa Pada Materi Pokok Pencemaran
Lingkungan. Lampung: Universitas Lampung.

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Team Achievement Division (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung

0 4 66

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI BIOLOGI PADA MATERI POKOK KINGDOM PLANTAE (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Semester Genap Tah

4 62 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Teams Achievement Divisions (STAD) MELALUI MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH SISWA (Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung

0 19 43

EFEKTIVITAS ANIMASI MULTIMEDIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH OLEH SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester

0 10 53

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI PADA MATERI POKOK FUNGI (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah

2 6 57

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VERTEBRATA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung S

0 2 60

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VERTEBRATA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung S

1 8 76

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 7 Bandarlampung Tahun Ajaran

1 20 140

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

0 7 59