PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

(1)

Fitri Nuryanah

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

Oleh

FITRI NURYANAH

Hasil observasi di kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, salah satunya dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain pretes postes non-equivalen.Sampel penelitian adalah siswa kelas X4 dan X6 yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data kuantitatif berupa hasil belajar yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan U pada taraf kepercayaan 5% melalui bantuan program SPSS 17. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa terhadap


(2)

Fitri Nuryanah

penggunaan model PBL yang diperoleh melalui lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif.

Hasil aktivitas belajar siswa rata-rata dari semua aspek yang diamati berkriteria tinggi (78%). Pada aspek Kemampuan mengajukan pertanyaan (58%);

mengumpulkan data (87%); mempresentasikan hasil diskusi (75%); dan menyampaikan pendapat (90%). Hasil belajar juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai postes (65); N-gain (45). Peningkatan hasil belajar juga terjadi pada indikator aspek kognitif (C2 dan C4) dengan rata-rata N-gain (0,4) pada indikator C2 dan (0,6) pada indikator C4. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar dan meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Kata kunci : Problem Based Learning (PBL), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pencemaran lingkungan


(3)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

Oleh

FITRI NURYANAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

FITRI NURYANAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor Intern dan Ekstern yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 8 2. Diagram Pemikiran Variabel Bebas Model Pembelajaran PBL (X)

Terhadap Variabel Terikat Akivitas (Y1) dan Hasil Belajar Siswa

(Y2) ... 9 3. Hasil Belajar dan Berbagai Faktor yang Berpengaruh. ... 26 4. Desain Pretes Postes Kelompok Tak Ekuivalen. ... 30 5. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C2 (LKS kelas

eksperimen). ... 44 6. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKS kelas


(6)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL/PBM) ... 11

B. Aktivitas ... 17

C. Hasil Belajar ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur penelitian ... 30

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38


(7)

xiv

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN 1. Silabus ... 52

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 54

3. Lembar Kerja Siswa ... 65

4. Soal Pretes dan Postes ... 99

5. Data Hasil Penelitian ... 107

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 117


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Sintaks atau langkah-langkah PBL ... 16

2. Lembar observasi aktivitas siswa ... 33

3. Interprestasi indeks aktivitas siswa... ... 37

4. Persentase rata-rata aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol... ... 38

5. Hasil uji statistik terhadap nilai pretes, postes, dan N-gain pada siswa kelas eksperimen dan kontrol... ... 39

6. Hasil uji statistik rata – rata N-gain indikator kognitif (C2 dan C4) pada siswa kelas eksperimen dan kontrol... ... 40

7. Nilai pretes, postes dan N-gain kelas eksperimen ... 107

8. Nilai pretes, postes dan N-gain kelas kontrol ... 108

9. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen... .. 109

10. Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol... ... 111

11. Analisis butir soal pretes dan postes kelas eksperimen ... 113

12. Analisis butir soal pretes dan postes kelas kontrol ... 115

13. Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol... ... 117

14. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rata pretes .. 117

15. Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 119


(9)

17. Uji perbedaan dua rata-rata postes... ... 120

18. Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol. ... 121

19. Hasil uji kesamaan dua varians N-gain... ... 122

20. Hasil uji U N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol... ... 123

21. Hasil uji normalitas aspek kognitif C2 kelas eksperimen dan kontrol ... 123

22. Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata indikator C2………….. ... 124

23. Uji perbedaan dua rata-rata indikator C2... 125

24. Hasil uji normalitas aspek kognitif C4 kelas eksperimen dan kontrol... ... 125

25. Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata indikator C4 ... 126


(10)

(11)

(12)

“Hidup adalah Perjuangan”

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(Q.S. Ar-ra’du:11)

“ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna ”

(Einstein)

“Orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan, dan air mata”

(Dahlan Iskan)

Saya bisa karena saya yakin bisa (Penulis)


(13)

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada 5 April 1992, yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Turyanto dengan Ibu Sukaesih

(Alamat: Pesawaran, Lampung. No. hp: 089691641157)

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Pertiwi (1996-1998), SD N 1 Sukaraja (1998-2004), SMP Negeri 1 Gedong Tataan (2004-2007), SMA Negeri 14 Bandar Lampung (2007-2010). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi dari awal hingga selesai perkuliahan.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Kota Agung dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Kuripan,

Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus (Tahun 2014), dan penelitian pendidikan di SMA Negeri 14 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2015).


(15)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan

segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayah (Turyanto) dan Mamah (Sukaesih)

Sosok ayah yang bijaksana dan bertanggung jawab dan

Sosok mamah yang penuh kesabaran menjadi sebuah motivasiku untuk terus maju Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku,

Datuk (Junaidi), Adikku (Ratri Selpyani),

Adikku (Yeni Suci Paramitha), Adikku (Dian Kusuma Yanti), Keluarga

Besarku, Keluarga KKN-KT Kotaagung, Kekasihku (Roy Shandy Stallone),

Bapak (Sunaryo), Mama (Sri Sundari), dan Sahabatku (Lilis Martini)

Terimakasih untuk segala cinta, sumber inspirasi, motivasi dan segala bentuk dukungan yang kalian berikan untukku,

Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Pendidikan Biologi 2011

Terimakasih untuk persahabatan kita selama ini semoga persahabatan kita kelak kan abadi sepanjang masa,

Para Pendidikku (Guru-guruku/Dosen-dosenku)

Terimakasih atas bimbingan yang diberikan padaku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu,

Sahabat-sahabatku tercinta Rusunawa Unila

Terimakasih atas cinta, kasih sayang dan kebersamaan yang indah selama ini,


(16)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil‟alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini

berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Aktivitas

dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus Pembimbing Akademik dan juga sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini; 4. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini; 5. Drs. Arwin Achmad, M.Si, selaku Pembahas yang telah memberikan


(17)

6. Tri Winarsih, S.Pd., M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 14 Bandar Lampung dan Minarni, S.Pd., M.Pd; selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X4 dan X6 SMA Negeri 14 Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 8. Ayah dan mamah terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang tulus; datuk,

adik-adik dan keluarga besarku terimakasih untuk dukungan yang sangat berharga;

9. Sahabat-sahabat seperjuangan (Pendidikan Biologi 2011), kakak serta adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA terimakasih atas bantuan, dukungan dan persahabatan yang sangat berharga;

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (BSNP, 2006: iv). Selain itu, tuntutan pembelajaran Biologi telah dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) yakni standar kelulusan peserta didik diharapkan mampu merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis,

mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan menyajikan data secara sistematis. Lebih lanjut mata pelajaran biologi berdasarkan Standar Isi (SI) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain (BSNP, 2006: 451).

Dari uraian tersebut secara jelas tujuan pembelajaran biologi bukan hanya terfokus pada penanaman pengetahuan biologi saja. Pembelajaran biologi yang ideal menciptakan aktivitas belajar siswa yang aktif yang menunjang


(19)

2 berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan metode ilmiah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan sampai menyajikan data secara sistematis, dan menumbuhkan sikap ilmiah, yaitu dapat bekerja sama dengan orang lain. Aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah, pada hakikatnya adalah untuk mencapai tujuan belajar sedangkan tujuan belajar pada umumnya adalah untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan harapan.

Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru (Asnawir dan Usman, 2002: 1). Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing (Sardiman, 2004: 143). Berdasarkan pernyataan tersebut, guru seharusnya mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dimana siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran biologi cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep dan teori-teori secara verbal tanpa memberikan pengalaman bagaimana proses ditemukannya konsep dan teori tersebut. Seperti yang ditemukan ketika observasi di SMA Negeri 14 Bandar Lampung pada 16 Oktober 2014. Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi di sekolah tersebut, dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran masih terbilang rendah. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Dalam proses pembelajaran yang demikian, siswa menjadi


(20)

3 pasif karena kegiatan siswa kurang tereksplor dengan baik terutama aktivitas

belajar siswa dalam memecahkan masalah ataupun diskusi. Selain itu, guru tidak dapat mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan maksimal, karena yang dilakukan siswa cenderung hanya duduk diam

mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini juga dipengaruhi oleh metode belajar yang digunakan oleh guru. Selama ini, guru cenderung menggunakan metode ceramah dan diskusi atau tanya jawab. Diduga dengan menggunakan metode-metode tersebut kurang merangsang aktivitas yang mendukung siswa secara mandiri dalam menyelesaikan permasalahan biologi untuk meningkatkan hasil belajar yang diinginkan. Metode ceramah menyebabkan segala informasi berpusat pada guru, diskusi yang kurang efektif karena soal-soal yang menjadi bahan diskusi cenderung meminta jawaban yang hanya memindahkan materi yang sudah tersedia pada buku teks, sedangkan tanya jawab guru hanya memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang kurang menggali pengetahuan siswa lebih dalam. Metode-metode seperti ini diduga kurang efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kurang berkembang dan tidak tergali secara optimal. Selain itu, guru juga kurang memotivasi dan mendampingi siswa setiap tahap proses pembelajaran. Hal tersebut tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Kenyataan tersebut diperkuat dengan perolehan hasil rata-rata nilai ulangan harian biologi siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung pada materi pokok pencemaran lingkungan tahun ajaran 2013/2014 masih di bawah KKM.


(21)

4 ketuntasan belajar yang ditetapkan SMA Negeri 14 Bandar Lampung untuk mata pelajaran biologi yakni sebesar 75 dan suatu kelas dinyatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut terdapat 100% siswa yang telah mencapai

nilai ≥ 75. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa guru belum dapat

mengorientasikan siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang selain dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, juga dapat meningkatkan solidaritas sosial siswa yang dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model PBL. Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada pemecahan masalah atau masalah sebagai titik tolak. Dalam model ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, bertindak sebagai pemecah masalah dan pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja

kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi (Akinoglu dalam Sahara, 2008: 279). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakuakan oleh Norrohmah (2014: 72) menyatakan bahwa penggunaan model PBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakuakan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model


(22)

5 Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran PBL terhadap peningkatan aktivitas siswa pada materi Pencemaran Lingkungan?

2. Apakah model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan siswa SMA Negeri 14 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menggunakan model pembelajaran PBL serta menjadi bekal sebagai calon guru profesional.


(23)

6 2. Bagi guru

Dapat memberikan alternatif dalam memilih strategi dan model

pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu membangkitkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

4. Bagi sekolah

Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran biologi di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian ini maka diberikan batasan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran PBL merupakan salah satu bentuk pembelajaran berlandaskan pada paradigma konstruktivisme yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, lalu siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajarinya dari berbagai ilmu. Sintaks dalam PBL yaitu: (1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membantu penyelidikan mandiri dan kelompok, (4) mengembangkan data dan menyajikan data ,


(24)

7 (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur dalam Hosnan, 2014 : 302).

2. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Aktivitas yang di amati yaitu (1) kemampuan mengajukan pertanyaan, (2) mengumpulkan data, (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan (4) menyampaikan pendapat (Hamalik, 2004: 175).

3. Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar adalah ranah kognitif siswa yang diukur dari hasil pretes sebagai penilaian awal siswa dan postes sebagai penilaian akhir siswa yang ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain.

4. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA N 14 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

5. Kompetensi dasar (KD) yang diteliti adalah KD 4.2 Keterkaitan Antara Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan atau Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan biologi SMA Kelas X.

F. Kerangka Pikir

Konsep-konsep pencemaran tidak mudah untuk dapat dikuasai oleh siswa, oleh sebab itu untuk mempermudah belajar memahami konsep pencemaran lingkungan maka siswa dapat menggunakan model PBL. Model PBL diharapkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa pun akan meningkat. Hal ini dikarenakan kesesuaian sintaks dari model PBL yang memberikan


(25)

8 kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalahnya.

Belajar memecahkan masalah berati belajar untuk berpikir atau bernalar untuk mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai. Pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan tahapan dari mengenali masalah,

menjelaskan masalah, perencanaan pemecahan masalah, pelaksanaan perencanaan, sampai mengecek dan mengevaluasi jawaban. Dengan cara seperti itu pengetahuan tentang konsep pencemaran lingkungan akan dapat dikuasai oleh siswa. Sehingga hal ini sangat membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal seperti Gambar 1.

Siswa (input)

Faktor Intern Faktor Ekstern

Kemampuan Awal Lingkungan

Minat Sumber

Belajar

Pengalaman Bahan Belajar

Proses Belajar

LKS (Berbasis Masalah Pencemaran Lingkungan) Hasil Belajar (output)

Gambar 1. Faktor Intern dan Ekstern yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada pembelajaran memberikan kesempatan siswa untuk mengkontruksi

pengetahuannya sendiri dalam memecahkan permasalahan dapat melibatkan siswa aktif dalam proses pemecahan masalah, selain itu dengan melatih siswa


(26)

9 belajar dengan memecahkan masalah dirasa penting bagi siswa guna dalam memecahkan masalah dikehidupan sehari-hari.

Melalui model ini diharapkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan,

mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Dengan demikian diharapkan siswa mendapatkan pengetahuan yang bermakna dengan ikut terlibat aktif di dalam pembelajaran sehingga

meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pencemaran lingkungan. Penelitian ini mengunakan dua bentuk variabel yaitu 1 variabel bebas dan 2 variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran PBL (X), sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas siswa (Y1) dan hasil belajar siswa (Y2). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka dapat dijelaskan dengan paradigma pemikiran yang ditunjukan pada

Gambar 2.

X

Y1


(27)

10 Gambar 2. Diagram Pemikiran Variabel Bebas Model Pembelajaran PBL (X)

Terhadap Variabel Terikat Aktivitas Siswa (Y1) dan Hasil Belajar Siswa (Y2)

Keterangan:

X = Model Pembelajaran PBL

Y1 = Aktivitas Siswa

Y2 = Hasil Belajar Siswa (kognitif)

G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Penggunaan model PBL tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan.

H1 = Penggunaan model PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan.


(28)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Kurniasih dan Berlin (2014: 75) PBL atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang

menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan PBM , peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). PBM merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana

belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan

dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.

Duch (dalam Riyanto, 2010: 285) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada tantangan “bekerja untuk belajar”. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis, dan memecahkannya. Lebih lanjut Duch menyatakan bahwa modal ini

dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis, analitis, dan untuk menemukan dan menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar.


(29)

12

Dalam model PBL, guru berperan mengajukan permasalahan nyata,

memberikan dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar, dan fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah. Selain itu, guru memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan dan

perkembangan intelektual peserta didik. Beberapa faktor yang merupakan kelebihan pembelajaran berbasis masalah adalah:

1. Peserta didik dapat belajar, mengingat, menerapkan, dan melanjutkan proses belajar secara mandiri. Prinsip-prinsip “membelajarkan” seperti ini tidak bisa dilayani melalui „pembelajaran tradisional yang banyak

menggunakan pada kemampuan menghafal‟.

2. Peserta didik diperlukan sebagai pribadi yang dewasa. Perlakuan ini memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengimplementasikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah.

Sementara itu, Torp dan Sage (dalam Sahin dan Yorek, 2009: 754) menggambarkan PBL sebagai berikut:

“PBL sebagai fokus, pengalaman belajar terorganisir dalam penyelidikan dan penyelesaian masalah di dunia nyata. Mereka menggambarkan siswa sebagai pemecah masalah yang aktif, berusaha untuk mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk mencari solusi.

“Dalam PBL, siswa mengikuti pola eksplorasi tertentu yang dimulai dengan mempertimbangkan masalah yang terdiri dari kejadian yang membutuhkan penjelasan. Selama diskusi dengan anggota kelompoknya, siswa mencoba mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar atau proses. Di sini, siswa dirangsang untuk menemukan suatu akar masalah yang perlu

dilakukan penyelesaian lebih lanjut. Sebagai akibat dari hal ini, siswa meneliti hal-hal yang diperlukan dan kemudian mendiskusikan temuannya dan kesulitan dalam kelompok mereka” (Selcuk, 2010: 712).


(30)

13

Menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu (2005: 88) model PBL memiliki 5 asumsi utama yaitu.

1. Permasalahan sebagai pemandu.

Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk

membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.

2. Permasalahan sebagai kesatuan.

Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas - tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan kesempatan pada siswa untuk

menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.

3. Permasalahan sebagai contoh.

Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.

4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis.

5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.

Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus - kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktivitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi keterampilan


(31)

14

fisik. keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan ketermpilan metakognitif.

Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu (2005: 99) juga mengungkapkan bahwa model PBL memiliki kekuatan sebagai berikut:

1. Fokus pada kebermaknaan, bukan fakta (deep versus surface learning) Dalam pembelajaran tradisional, siswa diharuskan mengingat banyak sekali informasi dan kemudian mengeluarkan ingatannya dalam ujian. Informasi yang sedemikian banyak yang harus diingat siswa dalam proses belajar setelah proses pembelajaran selesai. Pembelajaran berbasis masalah semata-mata tidak menyajikan informasi untuk diingat siswa. Jika pembelajaran berbasis masalah menyajikan informasi, maka informasi tersebut harus digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi proses kebermaknaan terhadap informasi.

2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif

Penerapan PBL membiasakan siswa untuk berinisiatif, sehingga pada akhirnya kemampuan tersebut akan meningkat.

3. Pengembangan keterampilan dan pengetahuan

Metode PBL memberikan makna yang lebih, contoh nyata penerapan, dan manfaat yang jelas dari materi pembelajaran (fakta, konsep, prinsip, prosedur). Semakin tinggi tingkat kompleksitas permasalahan, semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan siswa yang dituntut untuk mampu memecahkan masalah.

4. Pengembangan keterampilan interpersonal dan dinamika kelompok Keterampilan interaksi sosial merupakan keterampilan yang amat


(32)

15

diperlukan siswa di dalam proses pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pengembangan sikap “Self-Motivated

Pembelajaran berbasis masalah yang memberikan kebebasan untuk siswa bereksplorasi bersama siswa lain dalam bimbingan guru merupakan proses pembelajaran yang disenangi siswa. Dengan situasi belajar yang

menyenangkan, siswa dengan sendirinya termotivasi untuk belajar terus. 6. Tumbuhnya hubungan siswa-fasilitator

Hubungan siswa-fasilitator yang terjadi dalam model PBL pada akhirnya dapat menjadi lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.

7. Jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan

Proses pembelajaran dengan model PBL dapat menghasilkan pencapaian siswa dalam penguasaan materi yang sama luas dan sama dalamnya

dengan pembelajaran tradisional. Belum lagi, keragaman keterampilan dan kebermaknaan yang dapat dicapai oleh siswa merupakan nilai tambah pemanfaatan model PBL.

Arends (dalam Riyanto, 2010: 287) mengidentifikasi 4 karakteristik

pembelajaran berbasis masalah yakni: (1) pengajuan masalah, (2) keterkaitan antardisiplin ilmu, (3) investigasi autentik, dan (4) kerja kolaborasi. Selain itu ada 5 tahap prosedur pembelajaran berbasis masalah, yakni: (1) orientasi masalah, (2) mengorganisasikan peserta didik ke dalam belajar, (3)

investigasi atas masalah, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil investigasi, dan (5) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan.


(33)

16

Pada umumnya, guru menerapkan model ini lebih menjurus pada pemecahan suatu masalah kehidupan nyata yang dihadapi siswa sehari-hari dengan menggunakan keterampilan problem solving. Riyanto (2010: 307) lebih lanjut mengusulkan langkah-langkah model ini secara sederhana sebagai berikut:

1. Guru mempersiapkan dan melempar masalah kepada siswa. 2. Membentuk kelompok kecil, dan masing-masing kelompok siswa

mendiskusikan masalah tersebut dengan memanfaatkan dan merefleksi pengetahuan/keterampilan yang mereka miliki. Siswa juga membuat rumusan masalah dan membuat hipotesis-hipotesisnya.

3. Siswa mencari (hunting) informasi dan data yang berhubungan dengan masalah yang sudah dirumuskan.

4. Siswa berkumpul dalam kelompoknya untuk melaporkan data apa yang sudah diperoleh dan mendiskusikan dalam kelompoknya berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut. Langkah ini diulang-ulang sampai

memperoleh solusinya.

5. Kegiatan diskusi penutup sebagai kegiatan akhir apabila proses sudah memperoleh solusi yang tepat.

Tabel 1. Sintaks atau Langkah-Langkah PBL

Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik

Tahap – 1

Mengorientasi peserta didik terhadap masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan.


(34)

17

Tahap - 2

Mengorganisasi peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.

Tahap – 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperluka untuk menyelesaikan masalah

Tahap – 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik untuk membagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.

Tahap -5

Menganalisis dan mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakuakan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

Sumber: Nur (dalam Hosnan, 2014 : 302)

Salah satu isi utama dalam PBM adalah pembentukan masalah yang menuntut penyelesaian. Sesuai dengan pendapat Hudoyono (dalam Rusman, 2013: 245), masalah yang disajikan dalam PBM tidak perlu berupa penyelesaian masalah (problem solving) sebagaimana biasa, tetapi pembentukan masalah (problem posing) yang kemudian diselesaikan. Aspek yang disajikan tentu saja hal-hal yang sesuai dengan pengalaman dalam kehidupan siswa, sehingga masalah yang ditimbulkan menjadi masalah yang kontekstual.

B. Aktivitas

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi pembelajaran sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah


(35)

18

tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam kegiatan belajar, subyek didik atau siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas (Sardiman, 2003: 95). Dalam proses kemandirian belajar siswa diperlukan aktivitas, siswa bukan hanya jadi obyek tapi subyek didik dan harus aktif agar proses kemandirian dapat

tercapai.

Adanya kegiatan-kegiatan yang menunjang seperti melakukan ekperimen, diskusi, tanya jawab dan lain-lain, secara tidak langsung akan menuntut siswa dalam melakukan berbagai aktivitas belajar. Hamalik (2004: 175) berpendapat bahwa:

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:

1) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.;

2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral;

3) memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa; 4) para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri; 5) memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis;

6) mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru;

7) pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalistis;

8) pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

Aktivitas kerjasama siswa merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa secara bersama-sama untuk mencapai perubahan tingkah laku dan untuk mencapai tujuan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa, maka


(36)

19

proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2004: 21):

“Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk percakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.”

Tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran bergantung pada diri siswa. Berawal dari minat dengan segala aktivitas-aktivitas selama mengikuti pembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, aktivitas kerjasama siswa perlu diperhatikan sebab hal ini berperan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Aktivitas siswa dalam bekerjasama meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Kegiatan belajar dua aktivitas tersebut saling terkait, sehingga dalam pembelajaran peserta didik diharapkan mempunyai keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental yang dilakukan sehingga akan menghasilkan pembelajaran berkelompok yang optimal.

Menurut Landsberger (dalam Wardany, 2013: 19) kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu (berkelompok) yang anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Ruang kelas merupakan suatu tempat yang sangat baik untuk membangun kemampuan kelompok (tim), yang dibutuhkan kemudian dalam kehidupan. Kerjasama/belajar bersama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota tim, Anda:


(37)

20

2. Sumbangkan pemahamanmu tentang permasalahan: pertanyaan, wawasan, dan pemecahan

3. Tanggap terhadap, dan belajar memahami, pertanyaan lain, wawasan dan penyelesaian

4. Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi, dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka

5. Bertanggung jawab terhadap yang lain, dan mereka bertanggung jawab pada Anda

6. Bergantung pada yang lain, dan mereka bergantung pada Anda.

Aktivitas kerjasama siswa dapat diukur dengan berpedoman pada besar nilai yang diperoleh siswa yang kemudian dinamakan tingkat keaktifan siswa. Seseorang dikatakan aktif jika dalam belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya, memberi tanggapan positif terhadap suatu peristiwa dan mengalami atau turut merasakan sesuatu dalam proses belajarnya.

Senada dengan hal di atas, Gie (1985: 6) menyatakan bahwa:

"Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan."

Aktivitas kerjasama dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan


(38)

21

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002: 172).

Aktivitas kerjasama haruslah difasilitasi oleh guru, seperti yang dijelaskan oleh Holubee (dalam Wardany, 2013: 18), menyatakan bahwa sama seperti seorang guru harus mengajarkan keterampilan akademis, keterampilan kerjasama juga harus diberikan kepada siswa, karena tindakan ini akan bermanfaat bagi mereka untuk meningkatkan kerja kelompok, dan menentukan bagi keberhasilan hubungan sosial dimasyarakat.

Dengan adanya aktivitas kerjasama dalam kegiatan berkelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih materi baru dan mendapatkan umpan balik dari anggota kelompok yang lain serta mendorong perkembangan keterampilan sosial siswa (Eggen dan Kauchak, 2012: 149).

Adapun indikator penilaian aktivitas kerjasama siswa dalam kegiatan berkelompok menurut Eggen dan Kauchak (2012: 152) yaitu mencakup berbicara, mendengarkan, berbagi ide, dan membantu kelompok untuk bergerak di dalam arah positif. Dalam kegiatan berkelompok, siswa belajar menerima tanggung jawab pribadi dan berfungsi sebagai anggota produktif satu kelompok.

C. Hasil Belajar

Belajar merupakan suatu proses untuk mencapai hasil belajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Abdurrahman (2009: 28) bahwa:


(39)

22

“Belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang disebut hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.”

Perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti pembelajaran terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi pekerti, dan sikap.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Menurut Hamalik (2004: 27) menyatakan bahwa:

“Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behaviour through experiencing).

Menurut Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26), enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.


(40)

23

4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Menurut Hamalik (2004: 27), hasil belajar adalah:

“Bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.”

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) Pengetahuan dan pengarahan, (c) Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2005: 22).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 2005: 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (dalam Sudjana, 2005: 39) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran.


(41)

24

Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan

lingkungannya (Ali, 2005: 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang

berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, tujuan belajar telah

ditetapkan terlebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional.

Menurut Bloom (dalam Abdurrahman, 2009: 38) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Romiszowski (dalam Abdurrahman, 2009: 38) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu system pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari system tersebut berupa macam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance).

Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 39) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu system pemrosesan berbagai masukan yang berupa


(42)

25

informasi. Berbagai masukan tersebut menurut Keller dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kelompok masukan pribadi (personal input) dan kelompok masukan yang berasal dari lingkungan (environmental input). Berdasarkan kerangka pemikiran seperti itu, Keller menjelaskan hasil belajar dalam suatu bentuk formula B = f (P, E), yaitu hasil belajar (behavior) merupakan fungsi dari masukan pribadi (personal inputs) dan masukan yang berasal dari lingkungan (environmental inputs).

Menurut Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 38) masukan pribadi terdiri dari empat macam, yaitu: (a) Motivasi atau nilai-nilai, (b) Harapan untuk berhasil (expectancy), (c) Intelegensi dan penguasaan awal, dan (d) Evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan konsekuensi.


(43)

26

Hasil Belajar dan Berbagai Faktor yang Berpengaruh Menurut John. M. Keller ditunjukan Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Belajar dan Berbagai Faktor yang Berpengaruh (Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 39)

Motif dan Nilai

Intelegensi dan Pengetahuan Awal

Evaluasi Kognitif tentang Kewajaran dan Keadilan

Harapan Hasil

Usaha Hasil Belajar Konsekuensi

Rancangan dan Pengelolaan Motivasional

Rancangan dan Pengelolaan Pembelajaran

Ulangan dan Penguatan

(reinforcemen)

Masukan dari lingkungan Keluaran

Masukan Pribadi


(44)

27

Masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil, dan masukan yang berasal dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar tetapi berpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh anak untuk mencapai hasil belajar. Menurut Keller (dalam Abdurrahman, 2009: 39) hasil belajar adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi; sedangkan hasil belajar

dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan anak.

Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak; dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai bahan pelajaran baru. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak. Ini berarti bahwa guru perlu menyusun rancangan dan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya (Abdurrahman, 2009: 40).

Hasil belajar yang dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dicurahkan, intelegensi, dan kesempatan yang diberikan kepada anak, pada gilirannya berpengaruh terhadap konsekuensi dan hasil belajar tersebut. Konsekuensi tersebut dapat intrinsik dan dapat pula ekstrinsik. Konsekuensi intrinsik dapat berupa perasaan puas atau tidak puas; sedangkan konsekuensi ekstrinsik dapat berupa hadiah atau hukuman dari orang tua atau guru. Konsekuensi atas hasil


(45)

28

belajar tersebut berkaitan erat dengan motivasi karena anak melakukan evaluasi kognitif atas kewajaran atau keadilan konsekuensi tersebut.

Konsekuensi atas hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh hasil belajar itu sendiri tetapi juga oleh adanya ulangan penguatan (reinforcemen) yang diberikan oleh lingkungan social, terutama guru atau orang tua. Oleh Karena itu, pemberian ulangan penguatan yang wajar dan adil merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, lebih lebih bagi anak


(46)

29

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 20 April 2015 di SMA Negeri 14 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Untuk kepentingan penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling dengan mengambil dua kelas dari sepuluh kelas yang ada dan diperoleh kelas X4 sebagai kelas eksperimen dan kelas X6 sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 30 siswa.

C.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak ekuivalen. Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen menggunakan kelas yang ada dan satu level dengan kondisi yang homogen. Kelas

eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran PBL,

sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran menggunakan diskusi. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:


(47)

30 Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2 II O1 C O2

Keterangan : I = Kelompok eksperimen; II = Kelompok kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes; X = Perlakuan dengan model pembelajaran PBL; C = Perlakuan dengan diskusi (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).

Gambar 4. Desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian.

Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Prapenelitian

a. Membuat izin penelitian pendahuluan ke FKIP untuk sekolah b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan akademiknya, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 orang yang tinggi prestasi belajarnya, 3 orang yang sedang prestasi belajarnya, dan 1 orang yang rendah prestasi

belajarnya. Masing-masing kelompok memiliki satu ketua kelompok. e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap pertemuan.


(48)

31 f. Membuat rubrik penilaian aktivitas yang diperoleh melalui

pengamatan guru pada saat pembelajaran sedang berlangsung ketika siswa berdiskusi dan ketika memecahan masalah dan membuat

perangkat evaluasi yaitu soal pretes dan postes berupa soal essai untuk setiap pertemuan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dirancang sebanyak dua kali pertemuan. Pretes diberikan sebelum pembelajaran dan postes diberikan setelah pembelajaran (di akhir pertemuan).

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

1. Jenis Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini yaitu data kuantitatif dan kualitatif yang diuraikan sebagai berikut:

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa hasil belajar siswa pada materi

Pencemaran Lingkungan yang diperoleh dari nilai pretes dan postes dengan bentuk dan jumlah soal yang sama, yaitu bentuk essai yang berjumlah 5. Kemudian dihitung nilai N-gain, lalu dianalisis secara statistik.


(49)

32 b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang diperoleh melalui lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif selama proses pembelajaran terhadap model pembelajaran PBL

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Hasil belajar berupa nilai pretes diambil pada pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke II. Nilai pretes diambil sebelum

pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai potes diambil diakhir pertemuan kedua pada setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Teknik penskoran pretes dan postes yaitu :

S = R x 100 N

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan secara langsung maupun melalui catatan aktivitas siswa kemudian melakukan penilaian dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek dan kriteria yang


(50)

33 telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: (1) kemampuan

mengajukan pertanyaan, (2) mengumpulkan data, (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, (4) menyampaikan pendapat.

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Suwandi (2012: 32)

Keterangan: X= Persentase aktivitas siswa; ∑Xi= Jumlah skor yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum

A. Kemampuan mengajukan pertanyaaan

Skor Indikator

0 tidak mengemukakan pertanyaan.

1 mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada

permasalahan.

2 mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan

permasalahan.

B. Mengumpulkan data

Skor Indikator

0 tidak mengumpulkan data (diam saja).

1 mengumpulkan data dengan asal-asalan (tidak sesuai dengan

hasil pengamatan).

2 mengumpulkan data sesuai dengan hasil pengamatan.

C. Mempresentasikan hasil diskusi

Skor Indikator

0 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara

yan g kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

1 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara

yan g kurang sistematis, tetapi dapat menjawab pertanyaan No Nama

Aspek yang diamati

Xi X

A B C D

0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 1

2 3 dst


(51)

34 dengan benar.

2 siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan

sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

D. Menyampaikan pendapat

Skor Indikator

1 tidak menyampaikan pendapat

2 menyampaikan pendapat tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai

dengan permasalahan.

3 menyampaikan pendapat lengkap dan sesuai dengan

permasalahan

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

a. Hasil Belajar oleh Siswa

Data hasil belajar penelitian ini berupa nilai pretes, postes, dan N-gain. Untuk mendapatkan N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rata skor postest Spre = prescore class averages = rata-rata skor pretest Smax = maximum score = skor maksimum

Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut.


(52)

35

% Peningkatan = x 100%

Nilai pretes, postest, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol selanjutnya dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:

1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS versi 17. a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

2. Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 71).

Skor akhir – Skor awal Skor maksimum – Skor awal


(53)

36 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t ( kesamaan dan perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak berbeda secara signifikan.

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda secara signifikan. 2) Kriteria Uji

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).

c. Uji Mann-Whitney U

Pada N-gain data yang didapatkan berdistribusi normal namun tidak homogen, maka dilakukan Uji Mann-Whitney U

1) Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol


(54)

37 2) Kriteria Uji

ii. Jika p-value > 0,05 maka terima Ho

iii. Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004: 36).

2. Data Kualitatif

a. Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah– langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus: % 100 x n xi

 

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor maksimal yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Coletta dan Phillips, 2005: 5).

3)Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 3.

Tabel 3. Interprestasi Indeks Aktivitas Siswa

Kategori (%) Interpretasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi


(55)

47

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan.

2. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.

1. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model

pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam dimulainya proses pembelajaran, agar lebih mengefisienkan waktu.

2. Guru mitra sebaiknya memberikan data nilai sebelumnya kepada peneliti untuk dapat mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik.


(56)

48

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan PT Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm. Ali, M. S. Q, 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surga dan Penyelamat dari Neraka.

Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur. 176 hlm.

Asnawir, H. dan M. B. Usman. 2002. Media Pembelajaran. Ciputat Pers. Jakarta.179 hlm.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/ Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Colleta, V. P. dan J.A Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University.

Dasna, I. W. dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Tesis Master pada FPMIPA UNM. Universitas Negeri Malang. Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Eggen, P dan D. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta. 436 hlm.

Gie, T.L. 1985. Cara Belajar Yang Efisien. Pusat Kemajuan Studi (Center For Study Progress). Yogyakarta. 168 hlm.

Hake, R. R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (28 Maret 2015, 11.19 p.m).

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 242 hlm. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad


(57)

49

Kuhlthau, C dan R. Todd. 2007. Guided Inquiry: A Framework for Learning Through School Librariesin 21st Century Schools. CISSL. New Jersey. (Online). (http://cissl.scils.rutgers.edu/guide d inquiry/introduction.-html.htm, diakses tanggal 28 Maret 2015, 02.15 a.m)

Kurniasih, I dan S, Berlin. 2014. Sukses Mengimplementasi Kurikulum 2013. Kata Pena. Yogyakarta. 126 hlm.

Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Rajawali Pers. Jakarta. 280 hlm.

Norrohmah, D. 2014. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Lingkungan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pannen, P., D. Mustafa., dan M. Sekarwinahyu. 2005. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta. 141 hlm.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta. 292 hlm.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit Remaja Rosdakarya: Bandung. 165 hlm.

Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/ Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Kencana. Jakarta. 310 hlm.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. 121 hlm. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 436 hlm.

Sahara, L. 2008. Using Problem Based Learning to Increase Critical Thinking Skill at Heat Concept (Proceedings The 2nd International Seminar on Science

Education). Indonesian University of Education (IUE). Bandung. Sahin, M dan N. Yorek. 2009. A Comparison of Problem-Based Learning and

Traditional Lecture Students Expectations And Course Grades In An

Introductory Physics Classroom. Dalam Journal: Scientific Research and Essay Vol. 4 (8), pp. 753-762, August, 2009.

Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 236 hlm.

Selcuk, G. S. 2010. The Effects of Problem-Based Learning on Pre-Service Teachers Achievement, Approaches and Attitudes Towards Learning Physics. Dalam International Journal of The Physical Sciences Vol. 5 (6), pp: 711-723, June


(58)

50

2010.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 168 hlm.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 334 hlm.

Suswantara. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi).

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardany, K. 2013. Katerampilan Kerjasama dan Pemahaman Konsep Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe STAD pada Materi Pencemaran. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(59)

51


(1)

ii. Jika p-value > 0,05 maka terima Ho

iii. Jika p-value < 0,05 maka tolak Ho (Pratisto, 2004: 36).

2. Data Kualitatif

a. Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah– langkah yang dilakukan yaitu:

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus: % 100 x n xi

 

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah

skor maksimal yang diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Coletta dan Phillips, 2005: 5).

3)Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 3.

Tabel 3. Interprestasi Indeks Aktivitas Siswa

Kategori (%) Interpretasi 0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan.

2. Penerapan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi Pencemaran Lingkungan.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu

dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model

pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam dimulainya proses pembelajaran, agar lebih mengefisienkan waktu.

2. Guru mitra sebaiknya memberikan data nilai sebelumnya kepada peneliti untuk dapat mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan & Kebudayaan dan PT Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm. Ali, M. S. Q, 2005. Amal Shaleh Pengantar ke Surga dan Penyelamat dari Neraka.

Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur. 176 hlm.

Asnawir, H. dan M. B. Usman. 2002. Media Pembelajaran. Ciputat Pers. Jakarta.179 hlm.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/ Model Silabus SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Colleta, V. P. dan J.A Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University.

Dasna, I. W. dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Tesis Master pada FPMIPA UNM. Universitas Negeri Malang. Malang.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Eggen, P dan D. Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Indeks. Jakarta. 436 hlm.

Gie, T.L. 1985. Cara Belajar Yang Efisien. Pusat Kemajuan Studi (Center For Study Progress). Yogyakarta. 168 hlm.

Hake, R. R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf (28 Maret 2015, 11.19 p.m).

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 242 hlm. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad


(4)

(http://cissl.scils.rutgers.edu/guide d inquiry/introduction.-html.htm, diakses tanggal 28 Maret 2015, 02.15 a.m)

Kurniasih, I dan S, Berlin. 2014. Sukses Mengimplementasi Kurikulum 2013. Kata Pena. Yogyakarta. 126 hlm.

Martono, N. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Rajawali Pers. Jakarta. 280 hlm.

Norrohmah, D. 2014. Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Lingkungan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pannen, P., D. Mustafa., dan M. Sekarwinahyu. 2005. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta. 141 hlm.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta. 292 hlm.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit Remaja Rosdakarya: Bandung. 165 hlm.

Riyanto. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Guru/ Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Kencana. Jakarta. 310 hlm.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. 121 hlm. Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 436 hlm.

Sahara, L. 2008. Using Problem Based Learning to Increase Critical Thinking Skill at Heat Concept (Proceedings The 2nd International Seminar on Science

Education). Indonesian University of Education (IUE). Bandung. Sahin, M dan N. Yorek. 2009. A Comparison of Problem-Based Learning and

Traditional Lecture Students Expectations And Course Grades In An

Introductory Physics Classroom. Dalam Journal: Scientific Research and Essay Vol. 4 (8), pp. 753-762, August, 2009.

Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 236 hlm.

Selcuk, G. S. 2010. The Effects of Problem-Based Learning on Pre-Service Teachers Achievement, Approaches and Attitudes Towards Learning Physics. Dalam International Journal of The Physical Sciences Vol. 5 (6), pp: 711-723, June


(5)

2010.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 168 hlm.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. 334 hlm.

Suswantara. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi).

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardany, K. 2013. Katerampilan Kerjasama dan Pemahaman Konsep Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Tipe STAD pada Materi Pencemaran. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012)

0 3 53

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA SUB MATERI POKOK KERUSAKAN/ PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Arjuna Bandar Lampung Tahun Pe

10 38 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 7 Bandar Lampung T.P 2012/2013)

1 5 55

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Kotaagung Tahun Pelajar

1 10 49

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

0 7 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Nusantara

1 14 73

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Sem

0 7 60

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampun

12 104 63

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LINGKUNGAN (Studi Eksperimental terhadap Siswa Kelas X Semester Genap SMA Yadika Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 6 58