PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI BIOLOGI PADA MATERI POKOK KINGDOM PLANTAE (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Semester Genap Tah

(1)

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR

SISWA DAN PENGUASAAN MATERI BIOLOGI PADA MATERI POKOK KINGDOM PLANTAE

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

DIAS AMBARSARI

Berdasarkan wawancara dengan guru Biologi di SMA Bina Mulya Bandar Lampung, diketahui bahwa aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan ceramah, tanya jawab, dan kadang-kadang diskusi sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap aktivitas dan

penguasaan materi siswa. Desain penelitian ini adalah pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X 1 dan X 2 yang dipilih secara cluster random sampling. Data penelitian berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa deskripsi aktivitas belajar siswa. Data kuantitatif berupa rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis menggunakan uji-t atau uji U pada taraf kepercayaan 5% melalui program SPSS 17.


(3)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata berkriteria sangat baik yaitu 86,11%. Penguasaan materi juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes sebesar 32,29; postes sebesar 59,17; dan N-gain sebesar 39,35. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.

Kata kunci: Snowball Throwing, aktivitas siswa, dan penguasaan materi, kingdom plantae


(4)

(5)

(6)

(7)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pikir ... 7

G. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ... 10

B. Model Pembelajaran Snowball Throwing... 12

C. Aktivitas Belajar Siswa ... 14

D. Penguasaan Materi Pembelajaran ... 20

E. Kingdom Plantae ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Desain Penelitian ... 25

D. Prosedur Penelitian ... 26

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 36

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40


(8)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 57

LAMPIRAN 1. Silabus ... 61

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 67

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 94

4. Soal Pretes dan Postes ... 135

5. Data-Data Hasil Penelitian ... 150

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian. ... 166


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003: 1).

Proses belajar mengajar sering terjadi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan salah satu penyebabnya adalah tidak tepatnya seorang guru mengatasi situasi dan kondisi kelas yang heterogen yakni adanya perbedaan kemampuan siswa dalam menyerap bahan pelajaran sehingga materi yang diberikan oleh seorang guru tidak semua bisa ditangkap oleh muridnya. Murid yang

kemampuan menyerap pelajaran kurang, tentu saja akan tertinggal dari rekan-rekannya. Keberhasilan dalam mengajar tidak sepenuhnya tercapai.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang ada diluar diri siswa (Sanjaya, 2009: 26).


(10)

Upaya untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran yang diarahkan pada keaktifan belajar siswa. Interaksi belajar dan pembelajaran merupakan hal yang perlu mendapat perhatian guru selama kegiatan pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk mampu mengelolah proses pembelajaran dengan baik dan menggunakan model secara tepat. Guru dituntut untuk dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa melalui suatu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Motivasi belajar yang tinggi, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam aktivitas dan penguasaan materi (Hanafiah dan Suhana, 2009: 26).

Biologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan objek kajian yang cukup luas yaitu mahluk hidup. Pendidikan biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar (Depdiknas, 2003: 6).Dengan demikian, siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran biologi tersebut bagi diri serta masyarakatnya.

Berdasarkan hasil observasi di SMA Bina Mulya Bandar Lampung, diketahui bahwa penguasan materi pokok dunia tumbuhan siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Data yang di peroleh menujukkan bahwa nilai ujian dunia tumbuhan siswa kelas X pada tahun pelajaran 2011/2012 diketahui bahwa jumlah siswa yang


(11)

dengan guru biologi SMA Bina Mulya Bandar Lampung, bahwa proses pembelajaran yang dilakukan selama ini belum menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pembelajaran, metode yang sering digunakan yaitu ceramah, tanya jawab, dan kadang-kadang diskusi. Akibatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi rendah sehingga penguasaan materi biologi oleh siswa kurang. Pada saat proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa lebih banyak mendengar dan melihat penyampaian materi oleh guru, hanya ada beberapa siswa yang mau bertanya dan menyampaikan pendapatnya sedangkan sebagian besar siswa yang lain hanya diam saja, akibatnya berpengaruh pada aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa.

Rendahnya nilai KKM tersebut karena metode pembelajaaran yang

digunakan dalam pembelajaran selama ini belum tetap dan sesuai, diperlukan adanya model pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan materi dan membantu siswa lebih mudah menemukan konsep-konsep yang sulit. Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan solusi dalam menanggulagi masalah tersebut. Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan murid dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang di padukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari, 2010: 1). Siswa diharapkan berperan secara aktif tidak hanya secara fisik tetapi terutama dalam mengunakan kemampuan berpikirnya. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam bentuk mengajukan


(12)

pembelajaran Snowball Throwing memiliki kelebihan yaitu dapat melatih kesiapan siswa dan siswa saling memberikan pengetahuan (Widodo, 2009: 2).

Penelitian yang menguji model pembelajaran Snowball Throwing adalah penelitian Ratmiyati (2008: 1) dapat diketahui bahwa pembelajaran model Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar biologi khususnya pada materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan pada Siswa Kelas VIII SMP 2 Karangmojo Tahun Pelajaran 2008/2009. Berdasarkan penelitian Pamungkas (2008: 1) dapat diketahui bahwa penggunaan media audiovisual dan metode pembelajaran Snowball Throwing dapat perbaikan proses pembelajaran biologi yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar biologi siswa kelas XI 2 SMA Batik I Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing telah dilakukan oleh Widodo (2009: 54). Penelitian ini menunjukkan bahwa model Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMP BPK Penabur tahun pelajaran 2009/2010.

Berdasarkan uraian diatas, maka diadakan penelitian peneliti mengenai “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Dan Penguasaan Materi Biologi Pada Materi Pokok Kingdom Plantae”. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe Snowball Throwing diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi pokok Kingdom Plantae pada Siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013).


(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok kingdom plantae oleh siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung?

2. bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berpengaruh terhadap penguasaan materi pokok kingdom plantae oleh siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok kingdom plantae oleh siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung

2. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berpengaruh terhadap penguasaan materi pokok kingdom plantae oleh siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar lampung

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:

1. bagi peneliti dapat lebih memahami model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing sebagai alternatif pembelajaran, memberikan


(14)

biologi yang profesional dan untuk perbaikan pembelajaran pada masa yang akan datang

2. bagi guru/calon guru dapat memberikan informasi mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk

meningkatkan penguasaan materi dan aktivitas oleh siswa

3. bagi siswa dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda serta diharapkan mampu melatih, mengasah, serta lebih memudahkan siswa dalam memahami materi biologi sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa

4. bagi sekolah dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran biologi di sekolah

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi anggapan yang berbeda terhadap masalah yang telah dibahas maka perlu ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

(1) model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa secara aktif, baik segi fisik, mental dan emosional untuk melatih siswa tersebut lebih tanggap

menerima dan menyampaikan pesan kepada orang lain

(2) model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah model pembelajaran dengan langkah-langkah: penyampaian materi yang disajikan, membentuk kelompok dan memberikan penjelasan materi, menuliskan pertanyaan pada kertas yang dibentuk seperti bola, menjawab pertanyaan, memberikan kesimpulan, dan evaluasi


(15)

(3) aktivitas belajar siswa yang diamati adalah berdiskusi, berpendapat, bertanya, menjawab pertanyaan, dan membuat kesimpulan selama proses pembelajaran

(4) penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-gain pada materi pokok kingdom plantae

(5) materi pembelajaran yang diteliti adalah materi pokok kingdom plantae dengan kompetensi dasar mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan perannya bagi kelangsungan hidup di bumi yang terdapat pada KD 3.3 Biologi SMA kelas X

(6) subyek penelitian ini adalah siswa kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X 2 sebagai kelas kontrol SMA Bina Mulya Bandar Lampung tahun Pelajaran 2012/2013

F. Kerangka Pikir

Pendidikan di sekolah mempunyai peran yang cukup besar dalam membentuk perilaku pelajar sehingga diperlukan partisipasi aktif dari semua pihak

sekolah, terutama guru. Proses pembelajaran salah satunya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa yang ditunjukan oleh adanya penguasaan materi biologi serta aktivitas belajar siswa yang diperoleh memuaskan. Keberhasilan belajar siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: siswa, guru, dan model pembelajaran yang digunakan. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa secara aktif dan memahami pelajaran biologi. Guru dituntut untuk mampu memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan.


(16)

Adanya model pembelajaran yang tepat siswa dapat menguasai materi pelajaran biologi dan memperoleh hasil belajar yang baik. Salah satunya model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa ikut serta secara aktif dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini akan menekankan pada interaksi antara siswa untuk saling memberikan pengetahuannya. Model pembelajaran ini siswa dituntut untuk membuat satu pertanyaan yang

berbeda-beda antara siswa yang lainnya setelah melakukan diskusi.

Pertanyaan yang telah dibuat berdasarkan materi yang dijelaskan oleh guru melalui ketua kelompok. Materi yang dipelajari lebih mudah dipahami oleh siswa dengan adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini diharapkan penguasaan materi biologi oleh siswa dapat meningkat begitu pula dengan aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Penggunaan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat tertarik untuk belajar serta lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dan variabel Y adalah terikat yaitu penguasaan materi siswa. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut ini:


(17)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan : X = model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, Y1 = aktivitas belajar siswa, Y2 = penguasaan materi pokok

kingdom plantae.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. H0 = Tidak ada pengaruh dari penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap penguasaan materi pokok kingdom plantae oleh siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung.

H1 = Ada pengaruh dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing terhadap penguasaan materi pokok kingdom plantae oleh siswa kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung.

X

Y1


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran itu sendiri adalah suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2009: 22). Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 65) menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar;

2) kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah;

3) bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan

4) penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Menurut Holubec (dalam Nurhadi, 2004: 60) pembelajaran kooperatif memerlukan pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar guna mencapai tujuan bersama. Tiap kelompok terdiri dari 4 dan 5 anggota yang


(19)

heterogen berdasarkan kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras. Ada lima unsur pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan akuntabilitas individu, keterampilan antar personal, peningkatan interaksi tatap muka, dan pemprosesan.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Sanjaya (2006: 247)

keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:

a) menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain

b) mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain

c) membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan

d) membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar e) meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial f) mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri

g) meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata


(20)

Selain memiliki keunggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan sebagai berikut:

1. untuk siswa yang memiliki kelebihan, siswa akan merasa terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang, sehingga mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok

2. penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kelompok. Namun guru perlu menyadari bahwa hasil yang diharapkan adalah prestasi setiap siswa 3. keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok

memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin tercapai dengan sekali-sekali menerapan strategi ini

4. walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga belajar membangun kepercayaan diri

B. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Menurut Trimo (dalam Anonim, 2008: 2) Snowball Throwing adalah model

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik dari segi fisik, mental, dan emosional yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti “melempar bola salju”. Hal yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi dari UNESCO yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2003: 5).


(21)

Ada sembilan langkah kegiatan dalam model pembelajaran Snowball Throwing (Uno, 2012: 88) yaitu:

1. guru menyampaikan materi yang akan disajikan;

2. guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi;

3. masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; 4. masing-masing siswa diberi satu lembar kerja, untuk menuliskan satu

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok;

5. kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama lebih kurang lima menit;

6. setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan, siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian;

7. guru memberikan kesimpulan; 8. evaluasi;

9. penutup

Kelebihan dari model Snowball Throwing diantaranya adalah melatih

kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan. Sedangkan kelemahan dari model ini yakni pengetahuan tidak luas hanya berkuat pada pengetahuan sekitar siswa serta tidak efektif (Widodo, 2008: 4).


(22)

C. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar

kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2004: 171). Siswa dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki melalui aktivitas.

Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009: 170). Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Rohani, 2004: 6).

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif lain yang dilakukan oleh siswa. Menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101) membuat suatu


(23)

data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya: membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain 2. oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi

3. listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato

4. writing activities, seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin

5. drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram

6. motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak

7. mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan

8. emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup


(24)

Menurut Diedrich (dalam Hamalik, 2003: 90), aktivitas siswa digolongkan ke dalam delapan jenis kegiatan, yaitu:

(1) kegiatan-kegiatan visual, meliputi kegiatan; membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, pameran, dan mengamati orang lain atau bermain

(2) kegiatan-kegiatan lisan, meliputi; menyatakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi (3) kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi kegiatan; mendengarkan

penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan

(4) kegiatan-kegiatan menulis, meliputi kegiatan; menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengerjakan lembar kerja, menulis cerita, dan mengisi angket

(5) kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi kegiatan; menggambar, membuat grafik, diagram peta, dan pola

(6) kegiatan-kegiatan metrik, meliputi kegiatan; melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelenggarakan permainan, dan membuat model

(7) kegiatan-kegiatan mental, meliputi kegiatan; mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan

(8) kegiatan-kegiatan emosional, meliputi kegiatan; minat, membedakan, berani, dan tenang


(25)

Menurut Whipple (dalam Hamalik, 2009: 173-175) membagi kegiatan-kegiatan murid sebagai berikut:

a. bekerja dengan alat-alat visual

- mengumpulkan gambar-gambar dan bahan-bahan ilustrasi lainnya - mempelajari gambar-gambar, steograph slide film, khusus

mendengarkan penjelasan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan. - mengurangi pameran

- mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik minat, sambil mengamati bahan-bahan visual

- memilih alat-alat visual ketika memberikan laporan lisan - menyusun pameran, menulis tabel

- mengatur file material untuk digunakan kelak b. ekskursi dan trip

- mengunjungi museum, akuarium, dan kebun binatang - mengundang lembaga-lembaga/jawatan-jawatan yang dapat

memberikan keterangan-keterangan dan bahan-bahan

- menyaksikan demonstrasi, seperti proses produksi di pabrik sabun, proses penerbitan surat kabar, dan proses penyiaran televisi

c. mempelajari masalah-masalah

- mencari informasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting. - mempelajari ensiklopedi dan referensi

- membawa buku-buku dari rumah dan perpustakaan umum untuk melengkapi seleksi sekolah


(26)

- mengirimi surat kepada badan-badan bisnis untuk memperoleh informasi dan bahan-bahan

- melaksanakan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Guidance yang telah disiarkan oleh guru

- membuat catatan-catatan sebagai persiapan diskusi dan laporan - menafsirkan peta, menentukan lokasi-lokasi

- melakukan eksperimen, misalnya membuat sabun

- menilai informasi dari berbagai sumber, menentukan kebenaran atas pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan

- mengorganisasi bahan bacaan sebagai persiapan diskusi atau laporan lisan

- mempersiapkan dan memberikan laporan-laporan lisan yang menarik dan bersifat informatif

- membuat rangkuman, menulis laporan dengan maksud tertentu - mempersiapkan daftar bacaan yang digunakan dalam belajar

- men-skin bahan untuk menyusun subjek yang menarik untuk studi lebih lanjut

d. mengapresiasi literatur

- membaca cerita-cerita yang menarik

- mendengarkan bacaan untuk kesenangan dan informasi e. ilustrasi dan konstruksi

- membuat chart dan diagram - membuat blue print


(27)

- membuat poster

- membuat ilustrasi, peta, dan diagram untuk sebuah buku - menyusun rencana permainan

- menyiapkan suatu frieze

- membuat artikel untuk pameran f. bekerja menyajikan informasi

- menyarankan cara-cara penyajian informasi yang menarik - menyensor bahan-bahan dalam buku-buku

- menyusun bulletin board secara up to date

- merencanakan dan melaksanakan suatu program assembly. - menulis dan menyajikan dramatisasi

g. cek dan tes

- mengerjakan informal dan standardized test - menyiapkan tes-tes untuk murid lain

- menyusun grafik perkembangan

Manfaat aktivitas belajar dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2003: 91) adalah:

a. siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri b. berbuat sendiri dan akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa c. memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok

d. siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sanggat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual


(28)

e. memupuk disilpin belajar dan dan suasana belajar demokratis, kekeluargaan, musyawarah, dan mufakat

f. membina dan memupuk kerja sama antara sekolah dan masyarakat, guru dengan orangtua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa

g. pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkret, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis

h. pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika

D. Penguasaan Materi Pembelajaran

Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115).

Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif memiliki hirarki atau bertingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi nonverbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting


(29)

untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 13).

Anderson (dalam Widodo, 2006: 140, dalam Khoerul, 2012: 1) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: 1. menghafal (remember), yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan

dalam memori jangka panjang, yang mencakup dua macam proses kognitif mengenali dan mengingat

2. memahami (understand), yaitu mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam pemikiran siswa, yang mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting),

memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining)

3. mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu prosedur guna

meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, yang mencakup dua proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan

(implementing)

4. menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, yang mencakup tiga proses kognitif: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing)

5. mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada, yang mencakup dua proses kognitif:

memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing)

6. membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan, yang mencakup tiga proses kognitif: membuat

(generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing)

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan disebut postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru

mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan penguasaan


(30)

materi sehingga meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999: 195-196).

E. Kingdom Plantae

Kingdom plantae meliputi organisme multiseluler yang sel-selnya telah berdeferensiasi, bersifat eukariotik, dan memiliki dinding sel selulosa. Hampir semua anggota tumbuhan memiliki klorofil dalam selnya sehingga bersifat autotrof. Kebanyakan tumbuhan memiliki organ reproduksi

multiseluler yang disebut gametangium. Organisme yang termasuk tumbuhan adalah lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji (Pratiwi, 2007: 146).

1. Lumut

Lumut (Bryophytes) berasal dari bahasa yunani bryon yang berarti

tumbuhan lumut. Ciri-ciri lumut yaitu lumut memiliki klorofil dan bersifat autotrof, tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati, sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa, rizoid tampak seperti benang-benang. Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui suatu pergiliran keturunan (metagenesis). Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit, reproduksi secara seksual dengan membentuk gamet jantan (anteridium) dan gamet betina (arkegonium) yang dibentuk dalam gametangium. Tumbuhan lumut diklasifikasikan menjadi tiga divisi yaitu Bryophyta, Hepaticophyta, dan Anthocerophyta. Bryophyta (lumut daun) memiliki struktur seperti akar disebut rizoid, struktur seperti batang dan struktur seperti daun; dan tubuh fase gametofit lumut daun memiliki gametangium


(31)

di bagian atasnya. Perkembanganbiaknya berlangsung secara seksual dan seksual. Struktur sporofit (sporogoniumnya) terdiri dari vaginula, seta, apofisis, kaliptra dan kolumela. Contoh: Funaria sp. Hepaticophyta (lumut hati) tubuhnya tersusun atas struktur berbentuk hati pipih disebut talus, yang tidak terdiferensiasi menjadi akar, batang, dan daun. Sporangium menghasilkan spora yang memiliki pita yang bergulung disebut elater berfungsi menyebar spora ke tempat yang lebih jauh. Pada beberapa lumut hati, gametangium berada pada struktur batang yang disebut arkegoniofor dan anterediofor. Lumut hati melakukan reproduksi aseksual dengan sel yang disebut gemma. Contoh: Marchantia polymorpha. Anthocerotophyta (lumut tanduk) memiliki gametofit berbentuk lembaran. Sporofit lumut tanduk mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit. Sporofit lumut tanduk akan terus tumbuh selama masa hidup gametofit. Contoh: Anthoceros natans (Pratiwi, 2007: 146-150).

2. Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel dikelilingi organ

reproduksi, sistem transpor. Ciri-ciri tumbuhan paku yaitu sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati, berhabitat di darat. Reproduksi aseksual dengan membentuk spora, sedangkan reproduksi seksual dengan

membentuk anteridium dan arkegonium yang menghasilkan gamet jantan dan betina. Tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi empat divisi yaitu Psilotophyta, Lycophyta, Sphenophyta, dan Pterophyta. Peranan tumbuhan paku bagi kehidupan adalah sebagai tanaman hias contoh: Adiantum sp.,


(32)

penghasil obat-obatan contoh: Aspidium sp., sebagai sayuran contoh: Marsilea crenata (Pratiwi, 2007: 150-155).

3. Tumbuhan Biji

Tumbuhan biji (Spermatopyta) merupakan golongan tumbuhan tingkat tinggi, yang sebagai ciri yaitu adanya suatu organ yang berupa biji (dalam bahasa yunani: sperma). Ciri-ciri umum tumbuhan biji yaitu: struktur perkembangbiakan yang khas adalah biji yang dihasilkan oleh bunga atau runjung, tumbuhan biji memiliki klorofil. Tumbuhan biji dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) meliputi tumbuhan yang berupa semak-semak, akar-akarnya kebanyakan tersusun dalam sistem akar tunggang serta batangannya bercabang-cabang. Daunnya kaku, sempit, jarang serta pipih dan lebar. Bunga sesungguhnya belum ada. Tumbuhan biji terbuka bereproduksi dengan biji.

Gymnospermae (gymnos = telanjang, terbuka; sperma = biji). Suatu golongan tumbuhan yang menghasilkan biji dengan keadaannya tidak tertutup oleh daging buahnya sehingga tampak dari luar sejak masih bakal bijinya hingga menjadi biji.Tumbuhan Gymnospermae umumnya dibagi menjadi empat divisi yaitu Pinophyta, Cycadophyta, Ginkgophyta, dan Gnetophyta. Dan Angiospermae (tumbuhan biji tertutup) ditandai dengan ciri-ciri berikut ada bunga sesungguhnya, adanya daun-daun yang pipih, lebar, adanya pembuahan ganda. Lazimnya golongan ini dibagi dalam dua kelas yaitu tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil (Pratiwi, 2007: 157-163).


(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Bina Mulya Bandar Lampung yaitu pada bulan April 2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 dan X2 semester genap SMA Bina Mulya Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Sampel tersebut adalah siswa kelas X 1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 24 siswa dan siswa kelas X 2 sebagai kelas kontrol berjumlah 23 siswa. Teknik cluster random sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2005: 127).

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes tak ekuivalen. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan kelas yang ada dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Snowball Throwing, sedangkan kelas


(34)

kontrol menggunakan metode diskusi. Kedua kelas tersebut diberikan pretes sebelum pembelajaran pertemuan pertama dimulai dan postes pada pertemuan terakhir setelah pembelajaran. Sehingga struktur desainnya digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen Keterangan: I = kelompok eksperimen (kelas X 1); II = kelompok kontrol (kelas X 2); O1 = pretes; O2 = postes; X = perlakuan eksperimen dengan model pembelajaran Snowball Throwing; C = perlakuan kontrol dengan metode diskusi (modifikasi dari Riyanto,

2001: 43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut.

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke SMA Bina Mulya Bandar Lampung tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi dan wawancara ke SMA Bina Mulya Bandar Lampung tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(35)

d. Mengambil data yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes dan postes berupa soal pilihan jamak dengan lima alternatif jawaban.

g. Membuat instrumen penelitian berupa lembar obsevasi aktivitas siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran Snowball Throwing untuk kelas eksperimen dan tanpa model Snowball Throwing yaitu dengan menggunakan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pretes diberikan sebelum pembelajaran dan postes diberikan setelah pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1) Kelas Eksperimen a. Pendahuluan

1. Siswa menjawab salam dari guru.

2. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.

3. Siswa mengerjakan pretes dalam bentuk pilihan jamak. 4. Siswa mendengarkan indikator pembelajaran dan tujuan


(36)

5. Siswa memperhatikan model pembelajaran Snowball Throwing yang disampaikan guru.

6. Siswa diberikan apersepsi oleh guru:

- Pertemuan I: mengajukan pertanyaan “pernahkan kalian melihat tumbuhan lumut?”, “lumut apa sajakah yang pernah dilihat dan apa bedanya?”.

- Pertemuan II: mengajukan pertanyaan “pernahkah kalian melihat tumbuhan suplir?”, “tahukah kalian apa manfaat tumbuhan suplir?”.

- Pertemuan III: pernahkah kalian melihat tumbuhan berbiji?, “apa saja contoh tumbuhan berbiji yang ada di lingkungan?”. 7. Siswa diberi motivasi oleh siswa:

- Pertemuan I: guru memberikan motivasi berupa manfaat lumut, ”Setelah kalian mempelajari berbagai jenis lumut, kalian dapat mengetahui bahwa lumut memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, misalnya lumut dapat mengobati penyakit hepatitis serta dapat membantu kelembapan tanah”.

- Pertemuan II: guru memberikan motivasi berupa manfaat paku. ”Setelah kalian mempelajari berbagai jenis paku, kalian dapat mengetahui bahwa paku memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, misalnya paku dapat dipelihara sebagai tanaman hias, sebagai sayuran, sebagai obat-obatan


(37)

- Pertemuan III: guru memberikan motivasi berupa manfaat tumbuhan berbiji. ”Setelah kalian mempelajari berbagai jenis tumbuhan berbiji, kalian dapat mengetahui bahwa berbagai jenis tumbuhan berbiji memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, misalnya dapat dikonsumsi, sebagai bahan obat, sebagai bahan bangunan, sebagai bahan rempah-rempah, serta bahan sandang”.

b. Kegiatan inti

1. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang siswa secara heterogen.

2. Siswa mendapatkan LKS dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru melalui masing-masing ketua kelompok. Pertemuan I membahas submateri pokok tumbuhan lumut, pertemuan II membahas submateri pokok tumbuhan paku, dan pertemuan III membahas submateri pokok tumbuhan berbiji. 3. Masing-masing ketua kelompok menjelaskan materi yang telah

disampaikan oleh guru kepada teman-teman satu kelompoknya. 4. Siswa mendapatkan satu lembar kertas kerja kepada

masing-masing siswa, untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Siswa mengumpulkan kertas tersebut dalam satu kelompoknya, lalu membuat kertas yang berisi pertanyaan menjadi seperti bola, kemudian bola ditukar dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang


(38)

lain/ kelompok lain selama kurang lebih lima menit secara bergantian.

6. Siswa mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang didapatnya secara bergantian.

c. Penutup

1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran dalam setiap pertemuan.

2. Siswa mengerjakan tes akhir (postes) berupa pilihan jamak. 3. Siswa disuruh membaca materi yang akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya.

4. Siswa menjawab salam dari guru.

2) Kelas Kontrol a. Pendahuluan

1. Siswa menjawab salam dari guru.

2. Siswa mengerjkan pretes dalam bentuk pilihan jamak. 3. Siswa memdengarkan indikator pembelajaran dan tujuan

pembelajaran.

4. Siswa diberikan apersepsi oleh guru:

- Pertemuan I: mengajukan pertanyaan ” pernahkan kalian melihat tumbuhan lumut?”, “lumut apa sajakah yang pernah dilihat dan apa bedanya?”.

- Pertemuan II: mengajukan pertanyaan “pernahkah kalian melihat tumbuhan suplir?”, “tahukah kalian apa manfaat tumbuhan suplir?”.


(39)

- Pertemuan III: pernahkah kalian melihat tumbuhan berbiji?”, apa saja contoh tumbuhan berbiji yang ada di lingkungan?”. 5. Siswa diberi motivasi oleh siswa:

- Pertemuan I: guru memberikan motivasi berupa manfaat lumut, ”Setelah kalian mempelajari berbagai jenis lumut, kalian dapat mengetahui bahwa lumut memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, misalnya lumut dapat mengobati penyakit hepatitis serta dapat membantu kelembapan tanah”.

- Pertemuan II: guru memberikan motivasi berupa manfaat paku. ”Setelah kalian mempelajari berbagai jenis paku, kalian dapat mengetahui bahwa paku memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia, misalnya paku dapat dipelihara sebagai tanaman hias, sebagai sayuran, sebagai obat-obatan

berdasarkan jenisnya”.

- Pertemuan III: guru memberikan motivasi berupa manfaat tumbuhan berbiji. ”Setelah kalian mempelajari berbagai jenis tumbuhan berbiji, kalian dapat mengetahui bahwa berbagai jenis tumbuhan berbiji memiliki peranan penting bagi

kehidupan manusia, misalnya dapat dikonsumsi, sebagai bahan obat, sebagai bahan bangunan, sebagai bahan rempah-rempah, serta bahan sandang”.


(40)

b. Kegiatan Inti

1. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang siswa secara heterogen.

2. Siswa mendapatkan LKS pada masing-masing kelompok. Pertemuan I membahas submateri pokok tumbuhan lumut, pertemuan II membahas submateri pokok tumbuhan paku, dan pertemuan III membahas submateri pokok tumbuhan berbiji. 3. Siswa mengerjakan LKS dan guru membimbing serta berkeliling

disetiap kelompok.

4. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKS, guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusi di depan kelas. Setiap kelompok melakukan presentasi hasil diskusi mereka, dan kelompok yang lain dapat memberikan tanggapan. 5. Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang

belum dipahami oleh siswa. 6. Siswa mengumpulkan LKS. c. Penutup

1. Siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran dalam setiap pertemuan.

2. Siswa mengerjakan tes akhir (postes) berupa pilihan jamak. 3. Siswa disuruh membaca materi yang akan dibahas pada

pertemuan selanjutnya.


(41)

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah:

Data dalam penelitian ini meliputi nilai penguasaan materi dan aktivitas siswa.

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang diperoleh dari hasil observasi. Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat keaktifan siswa pada saat pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Snowball Throwing.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data penguasaan materi siswa pada materi pokok dunia tumbuhan yang diperoleh dari nilai pretes, postes dan N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999: 1) yaitu:

Spost– Spre

N-gain =

Smax– Spre

Keterangan: N-gain = rata-rata N-gain; Spost = rata-rata skor postes; Spre = rata-rata skor pretes; Smax = skor maksimum.


(42)

Tabel 1. Kriteria N-gain

N-gain Kriteria

g > 0,7 0,7 > g > 0,3

g ≤ 0,3

Tinggi Sedang Rendah (Loranz, 2008: 2).

Bentuk soal yang diberikan kepada siswa adalah berupa soal pilihan jamak dengan jumlah sebanyak 20 soal. Soal pretes dan postes berupa soal yang sama dengan jumlah lima alternatif jawaban.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi yang digunakan dalam pengambilan data aktivitas siswa diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi skor pada lembar observasi sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: berdiskusi, berpendapat, bertanya, menjawab pertanyaan, dan membuat kesimpulan.

Tabel 2. Aktivitas Siswa Saat Proses Pembelajaran:

No Nama Kelompok

Skor Aspek Aktivitas BelajarSiswa

A B C D E

1 2 3 4 5 dst. Jumlah Poin maksimal tiap

aspek Persentase tiap


(43)

Kriteria

Catatan: Berilah skor pada setiap item sesuai dengan kriteria penilaian.

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: a) Berdiskusi:

1. Tidak melakukan diskusi

2. Berdiskusi tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari 3. Berdiskusi sesuai dengan materi yang dipelajari

b) Berpendapat:

1. Tidak mengungkapkan pendapat

2. Mengungkapkan pendapat tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari

3. Mengungkapkan sesuai dengan materi yang dipelajari c) Bertanya:

1. Tidak membuat pertanyaan

2. Membuat pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari 3. Membuat pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari

d) Menjawab pertanyaan:

1. Tidak menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru/teman

3. Menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru/teman

e) Membuat kesimpulan:

1. Tidak membuat kesimpulan

2. Membuat kesimpulan tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari 3. Membuat kesimpulan sesuai dengan materi yang dipelajari

(Modifikasi dari Sunyono, 2009: 11).

b. Pretes dan Postes

Data penguasaan materi diperoleh dari nilai pretes dan postes. Nilai pretes diperoleh pada awal pembelajaran baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada setiap pertemuan pertama, sedangkan nilai postes diperoleh setelah pembelajaran baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada

pertemuan terakhir. Teknik penskorannya yaitu: R

S = x 100 N

Keterangan: S = Nilai yang dicari; R = Jumlah skor yang dijawab benar; N = Skor maksimal dari tes (Purwanto, 2008: 112).


(44)

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa dengan menggunakan rumus:

% 100 x n xi

 

Keterangan: = Rata-rata skor keaktivan siswa pada setiap pertemuan; ∑xi = Jumlah aspek aktivitas yang dilakukan siswa; n = Jumlah seluruh aspek aktivitas yang diamati (dimodifikasi dari Sudjana, 2002: 69).

Selanjutnya menafsirkan atau menentukan kriteria persentase aktivitas belajar siswa sesuai pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang (Dimodifikasi dari Hidayati, 2011: 17)

2. Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17.


(45)

1. Uji prasyarat berupa: a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Lilliefors dengan menggunakan softwere SPSS 17 (Sudjana, 2002: 466).

- Hipotesis

H0 : sampel berdistribusi normal H1 : sampel tidak berdistribusi normal - Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya.

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS versi 17.

- Hipotesis

H0 : kedua sampel mempunyai varians sama H1 : kedua sampel mempunyai varians berbeda - Kriteria Pengujian

Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima. Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 71).


(46)

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan softwere SPSS versi 17. Namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata (t1) - Hipotesis

H0 = rata-rata skor gain kedua sampel sama H1 = rata-rata skor gain kedua sampel tidak sama - Kriteria Pengujian

Jika t tabel< t hitung< t tabel maka H0 diterima.

Jika t hitung<-t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 13).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata (t2) - Hipotesis

H0 = rata-rata skor N-gain pada kelas eksperimen sama dengan

kelas kontrol

H1 = rata-rata skor gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol

- Kriteria Pengujian

Jika-t tabel< t hitung< t tabel maka H0 diterima.

Jika t hitung<- t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 10).


(47)

c. Uji Mann-Whitney U - Hipotesis

H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama.

- Kriteria Uji :


(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi kingdom plantae dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

2. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi kingdom plantae dapat meningkatkan penguasaan materi siswa

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini sebagai berkut:

1. agar tidak ada materi yang terlewatkan pada saat proses pelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing hendaknya setiap murid dalam 1 kelompok harus membuat 1 pertanyaan dengan masing-masing topik yang diberikan oleh guru

2. guru yang akan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing hendaknya saat proses pembelajaran berlangsung memantau dengan baik jalannya kegiatan pembelajaran, sehingga kelas dapat terkondisi dengan baik


(49)

3. agar pembelajaran berjalan optimal,sebaiknya pretes dan postes dilakukan diluar jam pelajaran untuk mengefisienkan waktu belajar


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII. Grafindo. Jakarta.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Daryanto, H. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. Dalam http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf (pada hari senin, 5 November 2012; 11.52 WIB).

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta. Djamarah, S. B. dan Aswan Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Faisal, S. 2012. Taksonomi Bloom Revisi.

http://sriadyfaisal.blogspot.com/2012/05/taksonomi-bloom-html (pada hari rabu, 20 Maret 2013; 15.00 WIB).

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 (pada hari senin, 5 November 2012; 11.00 WIB).

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.

(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.


(51)

Khoerul, E. 2012. Taksonomi Bloom Revisi.

http://ekokhoerul.wordpress.com/2012/08/11/taksonomi-bloom-revisi/ (pada hari kamis, 6 Desember 2012; 08.35 WIB).

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ archives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 10.00 WIB).

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya Dalam KBK.

Universitas Negeri Malang. Malang.

Pamungkas, T.N. 2008. Penggunaan Media Audiovisual Dan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Perbaikan Proses

Pembelajaran Biologi Siswa Kelas Xi Ipa 2 SMA Batik I Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp- content/uploads/2011/07/08.026.penggunaan-media-audiovisual-dan-metode-pembelajaran-snowball-throwing-untuk.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.00 WIB).

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT Gramedia. Jakarta.

Pratiwi, D.A, S.M. Srikini, Suharno, & Bambang S. 2007. Biologi Jilid 1 Untuk SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta

Prawiradilaga, D.S. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Kencana. Jakarta. Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Ratmiyati. 2008. Pembelajaran Model Snowball Throwing dan Student Team Achievement Division (STAD) ditinjau dari Sikap Sosial dan Aktivitas Belajar Siswa. http://www.unc.ac.id/?p=282 (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.15 WIB).

Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk membantu memecahkan problema belajar dan mengajar. Penerbit Alfabeta. Bandung.


(52)

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan motivasi belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 1991. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sunyono. 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas.

http://blog.unila.ac.id/Sunyono/files/2009/06/ptk.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.30 WIB).

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trianto. 2010. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Uno, H.B dan N. Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan Pailkem : Pembelajaran Akif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, S. 2009. Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya melalui Model Snowball Throwing dalam Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan.

http://ebookbrowse.com/jurnal-model-snowball-throwing-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-pdf-d358024630 (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.45 WIB).


(1)

sama.

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama.

- Kriteria Uji :


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi kingdom plantae dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa

2. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi kingdom plantae dapat meningkatkan penguasaan materi siswa

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini sebagai berkut:

1. agar tidak ada materi yang terlewatkan pada saat proses pelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing hendaknya setiap murid dalam 1 kelompok harus membuat 1 pertanyaan dengan masing-masing topik yang diberikan oleh guru

2. guru yang akan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing hendaknya saat proses pembelajaran berlangsung memantau dengan baik jalannya kegiatan pembelajaran, sehingga kelas dapat terkondisi dengan baik


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII. Grafindo. Jakarta.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Daryanto, H. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. Dalam http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf (pada hari senin, 5 November 2012; 11.52 WIB).

Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Depdiknas-Dikdasmen. Jakarta. Djamarah, S. B. dan Aswan Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Faisal, S. 2012. Taksonomi Bloom Revisi.

http://sriadyfaisal.blogspot.com/2012/05/taksonomi-bloom-html (pada hari rabu, 20 Maret 2013; 15.00 WIB).

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 (pada hari senin, 5 November 2012; 11.00 WIB).

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.

(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT Refika Aditama. Bandung.


(5)

Aditama. Bandung.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ archives/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 10.00 WIB).

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya Dalam KBK.

Universitas Negeri Malang. Malang.

Pamungkas, T.N. 2008. Penggunaan Media Audiovisual Dan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Perbaikan Proses

Pembelajaran Biologi Siswa Kelas Xi Ipa 2 SMA Batik I Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp- content/uploads/2011/07/08.026.penggunaan-media-audiovisual-dan-metode-pembelajaran-snowball-throwing-untuk.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.00 WIB).

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. PT Gramedia. Jakarta.

Pratiwi, D.A, S.M. Srikini, Suharno, & Bambang S. 2007. Biologi Jilid 1 Untuk SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta

Prawiradilaga, D.S. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Kencana. Jakarta. Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Ratmiyati. 2008. Pembelajaran Model Snowball Throwing dan Student Team Achievement Division (STAD) ditinjau dari Sikap Sosial dan Aktivitas Belajar Siswa. http://www.unc.ac.id/?p=282 (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.15 WIB).

Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk membantu memecahkan problema belajar dan mengajar. Penerbit Alfabeta. Bandung.


(6)

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan motivasi belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 1991. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. Sunyono. 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas.

http://blog.unila.ac.id/Sunyono/files/2009/06/ptk.pdf (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.30 WIB).

Trianto. 2009. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Trianto. 2010. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Uno, H.B dan N. Mohamad. 2012. Belajar dengan Pendekatan Pailkem : Pembelajaran Akif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Menarik. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, S. 2009. Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya melalui Model Snowball Throwing dalam Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan.

http://ebookbrowse.com/jurnal-model-snowball-throwing-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-siswa-pdf-d358024630 (pada hari selasa, 6 November 2012; 11.45 WIB).


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012

3 23 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MAKANAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung T.P 2011/2012)

0 24 64

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 26

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI BIOLOGI PADA MATERI POKOK KINGDOM PLANTAE (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung Semester Genap Tah

4 62 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Persada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2

1 7 72

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF LEARNING TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pangudi Luhur Bandar Lampung Ta

0 8 70

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 12 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 49

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar Sri

1 4 128

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 53

PENGARUH PENGGUNAAN BROSUR TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KINGDOM PLANTAE (Studi Eksperimental Semu Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 55