PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI PADA MATERI POKOK FUNGI (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI
PADA MATERI POKOK FUNGI
(Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah
Tahun Pelajaran 2012/2013)

OLEH
FERRY ARDIANTO

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2013

Ferry Ardianto

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP
AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI
PADA MATERI POKOK FUNGI
(Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran
2012/2013)

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar
brosur melalui model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievemen
division (STAD) terhadap aktivitas dan penguasaan materi pada materi pokok
fungi pada kelas X SMA N I Tulang Bawang Tengah. Desain penelitian ini adalah
pretest-posttest non equivalen. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X2 yang
berjumlah 31 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X3 yang berjumlah 32

siswa sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling.
Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis
secara statistik menggunakan uji t dan uji-u. Data kualitatif berupa data aktivitas
belajar siswa selama proses pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar brosur melalui
model pembelajaran koperatif tipe STAD
berpengaruh signifikan dalam
meningkatkan penguasaan materi siswa, ini terlihat pada kelas eksperimen ratarata nilai N-gain sebesar 58,88 dan rata-rata nilai N-gain kelas kontrol sebesar
40,94. Aspek penguasaan materi yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu pada
aspek aplikasi (C3) yaitu 0,88 sedangkan rata-rata aspek penguasaan materi
terendah yaitu pada aspek menganalisis (C4) sebesar 0,53. Rata-rata persentase
aktivitas belajar siswa yaitu 80,77 % memiliki kriteria tinggi. Sebagian besar
siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan ajar brosur.
Kata kunci : brosur, STAD, penguasaan materi, aktivitas siswa, fungi.

DAFTAR ISI

Halaman
xvi
xix


DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Latar Belakang ...................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................. 7
Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 8
Kerangka Pikir ...................................................................................... 10
Hipotesis Penelitian ............................................................................ 12


II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Bahan Ajar .............................................................................................
Student Teams Achievement Division (STAD) ......................................
Brosur .....................................................................................................
Penguasaan materi .................................................................................

13
20
25
27

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.

D.

E.

F.

G.
H.

Waktu dan Tempat ...............................................................................
Populasi dan Sampel ............................................................................
Desain Penelitian .................................................................................
Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Perencanaan ...........................................................................
2. Tahap Pelaksanaan ...........................................................................
Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian ..................................................................................
2. Tekhnik Pengambilan Data. ............................................................
Teknik Analisis data
1. Uji Normalitas Data ........................................................................

2. Uji Homogenitas Data .....................................................................
3. Pengujian Hipotesis .........................................................................
Pengolahan Data Aktivitas Siswa .......................................................
Pengolahan Data Kemenarikan Bahan Ajar Brosur ............................

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xiii

30
30
30
31
31
36
37
39
40
40
42
43


A. Hasil Penelitian .....................................................................................
B. Pembahasan ...........................................................................................

46
52

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................
B. Saran .....................................................................................................

61
61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Silabus .........................................................................................................
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...........................................................
3. Lembar Kerja Kelompok.............................................................................
4. Soal pretes dan postes ...............................................................................

5. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ...............................................
6. Foto-Foto Penelitian ...................................................................................
7. Surat-surat ...................................................................................................
8. Brosur .........................................................................................................

66
71
79
89
114
135
142
145

xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau
perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan
sebagai antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang
memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan menyiapkan
kehidupan mendatang yang lebih baik. Untuk mewujudkan itu semua
maka pendidikan seharusnya mempersiapkan bekal yang baik dalam
mengolah akal pikiran manusia melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu
lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya
mengantarkan siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik
intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai
individu dan makhluk sosial (Sudjana dan Rivai, 2010:1).

2


Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru
diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian
dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur
tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi
pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah
sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan untuk
mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga diatur tentang
berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang bersifat
kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada satuan
pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan
kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat
dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan
bahan ajar.
Pengembangan kompetensi guru mengacu pada standar nasional
pendidikan, sesuai dengan amanah PP Nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan. Dalam PP tersebut, dimuat rincian standarstandar nasional yang harus dipenuhi dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan nasional salah satunya adalah standar proses. Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan

3

dan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Pasal 20 PP No. 19 tahun 2005 menjelaskan:
keistimewaan KTSP adalah bahwa pemerintah memberikan kesempatan
kepada daerah dan sekolah, khususnya kepada guru dan kepala sekolah
untuk melakukan improvisasi terhadap kurikulum yang akan
diterapkannya. Dalam hal ini para guru dan kepala sekolah diberi
kebebasan dan keleluasaan untuk mengembangkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar (SK KD) yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik sekolah dan daerah masing-masing, bahkan menyusun sendiri
kurikulum yang sesuai dengan sekolah dan daerahnya (Mulyasa, 2006:65).
Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambahan (added value)
bagi peserta didik (Hanafiah dan Suhana, 2009 :24), karena aktivitas
belajar harus melibatkan seluruh aspek psikologis peserta didik, baik
jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat
terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku yang terjadi
pada diri peserta didik dapat berkembang melalui pengalaman dalam
aktivitas belajar. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Biologi
termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), umumnya
memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di
dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia
Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam
menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (BSNP, 2006: 4).

4

Masalah utama yang sering dihadapi pada pendidikan di sekolah adalah
rendahnya daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Oleh karena itu
mutu pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang
dimiliki oleh guru. Guru harus berperan aktif dalam meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah terutama mengenai meteri pelajaran. Materi
pelajaran yang dipegang guru harus sesuai dengan profesinya, oleh sebab
itu dalam mengajar guru harus pandai dalam menggunakan pendekatan
dan memilih bahan ajar, bahan ajar yang pokok disertai dengan bahan
pelajaran yang menunjang akan membantu memotivasi siswa untuk
belajar (Djamarah, 2005: 71).
Belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar
tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar
mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa
dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal- hal yang belum jelas, mencatat,
mendengar, berpikir, membaca ( Sardiman, 2003. 100).
Namun pada kenyataan yang ada siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga berdampak pada lemahnya penguasaan materi
siswa khususnya pada mata pelajaran biologi. Hal ini disebabkan antara
lain, siswa selalu bergantung pada guru, kurangnya sumber belajar
sehingga siswa tidak mengetahui lebih dahulu materi yang akan dibahas,
dan rendahnya minat baca pada buku-buku yang berhalaman tebal (Fitria,
2009:5). Bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan siswa sehingga menarik perhatian siswa
untuk membacanya (Harjanto, 2006:257). Sesuai dengan pendapat Amri

5

dan Ahmadi (2010:159) bahwa bahan pembelajaran merupakan bagian
dari sumber belajar yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi di SMA N 1 Tulang Bawang Tengah bahwa
selama ini banyak menggunakan metode ceramah, proses pembelajaran
masih saja terkesan “teacher centered” atau “teacher oriented”, yaitu
pembelajaran belum menempatkan siswa sebagai peserta didik (subjek)
aktif dan mandiri yang bertanggung jawab sepenuhnya atas
pembelajarannya. Guru juga belum menjalankan fungsinya sebagai mitra
pembelajaran maupun fasilitator. Sebaliknya, guru masih berperan sebagai
“diktator” yang menguasai proses pembelajaran sehingga tidak
memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengembangkan
kecakapan berpikir rasionalnya. Hal ini terlihat pada proses pembelajaran,
siswa terkesan “disuapi” untuk menggali dan mengolah informasi tersebut.
Dalam proses pembelajaran banyak siswa yang kurang aktif dalam
bertanya dan kemmapuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru juga
masih rendah.
Kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran yang digunakan
diduga mengakibatkan aktivitas belajar siswa pasif dalam pembelajaran
dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Di SMA N 1 Tulang Bawang
Tengah diketahui rata-rata nilai mata pelajaran biologi siswa belum
mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, rendahnya nilai mata
pelajaran biologi dapat dilihat pada materi pokok fungi dari hasil belajar
siswa kelas X pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 masih

6

rendah yaitu 63 dengan ketuntasan 45% . Hasil belajar tersebut masih
rendah jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 72.
Dari permasalahan tersebut, salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan minat baca dan penguasaan materi siswa adalah dengan
penggunaan bahan ajar dalam bentuk brosur. Brosur yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik brosur didesain secara
cermat dan dilengkapi dengan ilustrasi serta menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat dan mudah dipahami.
Materi pelajaran tersebut diambil dari berbagai sumber belajar baik dari
buku maupun internet yang dijadikan satu dalam bentuk brosur ini.
Bahan ajar brosur ini dikombinasikan dengan suatu model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat
terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan
terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan
satu (antara lain dengan stapler, benang, atau kawat), biasanya memiliki
sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras. Menurut definisi UNESCO,
brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap
(dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak
lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul.

7

Slavin (dalam Riyanto, 2010:268) menyatakan bahwa pada pembelajaran
STAD siswa membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
Menurut Anomin (2011: 1) Kelompok yang heterogen bertujuan untuk
menumbuhkan kemampuan bekerjasama dengan teman, berpikir kreatif,
berpikir kritis sehingga dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian dengan judul “
Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar brosur melalui model pembelajaran
Student Teams Achievement Divisions (STAD) Terhadap aktivitas dan
Penguasaan Materi Pada Materi pokok Fungi”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah penggunaan bahan ajar brosur melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penguasaan materi oleh siswa kelas X pada materi pokok Fungi ?
2. Apakah penggunaan bahan ajar brosur melalui model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas
belajar siswa kelas X materi pokok Fungi?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar brosur
melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

8

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Pengaruh bahan ajar brosur melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap peningkatan penguasaan materi siswa kelas X materi
pokok Fungi.
2. Pengaruh bahan ajar brosur melalui model pembelajaran kooperatif tipe
STAD terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X materi pokok
Fungi.
3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar brosur melaui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Manfaat Penelitian
Setelah diadakan penelitian ini, diharapkan bermanfaat bagi:
1. Sekolah, memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
pembelajaran biologi di sekolah melalui bahan ajar brosur melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Siswa, dapat memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan
bahan ajar yang berbeda dalam mempelajari materi pokok fungi.
3. Guru, memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan bahan
ajar dalam pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan penguasaan
materi dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran materi pokok
fungi

9

4. Peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran
biologi dengan menggunakan bahan ajar brosur melalui model
pembnelajaran kooperatif tipe STAD.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menjaga agar masalah ini lebih terarah dan lebih jelas sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman, maka perlu adanya batasan ruang lingkup
penelitian yaitu:
1. Bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu bentuk
bahan ajar cetak berbentuk brosur yang berisikan rangkuman materi
pelajaran
2. Tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Dalam pelaksanaannya siswa dikelompokan kedalam 4-5 orang secara
heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lainlain)
3. Penguasaan materi diperoleh dari hasil pretes, postes dan N-gain siswa
pada materi pokok Fungi.
4. Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Fungi.
5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X2
sebagai kelas eksperimen dan X3 sebagai kelas kontrol IPA semester
ganjil di SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran
2012/2013.
6. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung yang ditentukan dengan lembar

10

observasi aktivitas belajar siswa yang terdiri dari: memperhatikan
presentasi/penjelasan dari guru (visual activities), mengisi/menulis
jawaban LKS (writing activities), melakukan kegiatan diskusi
kelompok (oral activities), mempresentasikan hasil diskusi kelompok
(motor activities), mengajukan pertanyaan dalam presentasi (oral
activities), mengemukakan pendapat/ide dalam presentasi (oral
activities), dan menanggapi pertanyaan dalam presentasi (mental
activities).
7. Tanggapan siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah hasil
kemenarikan bahan ajar brosur.

E. Kerangka Pikir
Lemahnya proses yang pembelajaran yang dikembangkan guru saat ini
merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan.
Proses pembelajaran yang terjadi di kelas dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan dan selera guru sehingga mengakibatkan suasana
pembelajaran kurang interaktif karena hanya sebagian siswa saja yang
aktif sehingga pembelajaran membosankan. Oleh karena itu, salah satu
cara yang dapat guru lakukan adalah dengan memvariasikan bahan ajar
sebagai sumber belajar yang dapat menarik perhatian siswa untuk
membacanya.

Penggunaan brosur sebagai bahan ajar diharapkan dapat membantu siswa
dalam memahami materi pelajaran. Brosur ini disusun dari beberapa
sumber belajar dan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti

11

siswa serta disisipkan ilustrasi gambar yang mendukung materi pelajaran
sehingga mampu menarik minat baca siswa. Selain itu, penggunaan brosur
ini dirasa sangat tepat apabila dikombinasikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah yaitu penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan
penghargaan kelompok. Kombinasi keduanya tercermin pada fase kedua
yaitu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang dapat dilakukan
dengan cara mendemonstrasikan lewat bahan bacaan. Bahan bacaan yang
dimaksud adalah brosur yang telah disiapkan oleh guru. Saling berdiskusi
dengan teman kelompoknya juga akan menambah pengetahuan mereka
karena dalam proses diskusi tersebut terjadi saling tukar pendapat dan
gagasan yang muncul dari setiap siswa. Pengalaman belajar ini diharapkan
akan membuat siswa lebih termotivasi untuk membangun pengetahuannya
yang pada akhirnya bahan ajar brosur ini diharapkan dapat berdampak
positif terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan ajar brosur dengan
model pembelajaran STAD, dan variabel terikat adalah aktivitas dan
penguasaan materi pada materi pokok Fungi.

12

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada
tabel dibawah ini:
Y1
X
Y2

Keterangan : X= Variabel bebas dengan menggunakan model
pembelajaran STAD ; Y1= Penguasaan materi dan Y2=
Aktivitas belajar siswa pada materi pokok fungi.
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

F. Hipotesis penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.

H0 = Penggunaan bahan ajar brosur dengan model pembelajaran STAD
tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penguasaan
materi oleh siswa pada materi pokok fungi.
H1 = Penggunaan bahan ajar brosur dengan model pembelajaran STAD
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan penguasaan materi
oleh siswa pada materi pokok fungi.

2. Penggunaan bahan ajar brosur melalui model pembelajaran Tipe STAD
dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok fungi.
3. Tanggapan positif siswa terhadap bahan ajar brosur melalui model
pembelajaran Tipe STAD pada materi pokok fungi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya diajarkan kepada siswa.
b. Pedoman bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah
merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain : a). Petunjuk belajar
(Petunjuk siswa/guru), c). Kompetensi yang akan dicapai, d) Content atau isi
materi pembelajaran, d), Informasi pendukung, e) Latihan-latihan, f) Petunjuk
kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK), g) Evaluasi, h) Respon atau balikan
terhadap hasil evaluasi (Depdiknas, 2008: 6-8).

14

Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan
tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi peserta didik untuk
belajar, mengantisipasi kesukaran belajar peserta didik sehingga menyediakan
bimbingan bagi peserta didik untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan
latihan yang banyak, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi
pada peserta didik secara individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar
bersifat mandiri, artinya dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri
karena sistematis dan lengkap (Panen dan Purwanto, 2004 : 16).

Menurut Dharmasraya (2008:1), bahan ajar merupakan bagian penting dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah
dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah
dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Pada pendidikan
menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan adanya
lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang
bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work
sheet), lembar informasi (information sheet), dan bahan ajar lainnya baik cetak
maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses
belajar itu disebut sebagai bahan ajar.
Beberapa pengertian lain tentang bahan ajar yang intinya masih sama adalah
sebagai berikut:
1. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan
guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran.

15

2. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis.
3. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar materi
pembelajaran yang akan disampaikan dalam bentuk tertulis maupun tidak
tertulis. Menurut Dharmasraya (dalam Iqbal 2008:3), bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar,brosur/leaflet, model/maket. Bahan ajar dengar (audio)
seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar
pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar
multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer
Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif,
dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud berupa tertulis maupun tidak tertulis (Amri dan Ahmadi 2010:159).
Hal senada juga diungkapkan Sudrajat (2008:1) bahwa bahan ajar atau materi
pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi

16

yang telah ditentukan, secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan
sikap atau nilai. Selanjutnya Bahti dan Ikhwansyah (2011:20) berpendapat
bahwa prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Karena itu, materi pembelajaran yang
dipilih untuk diajarkan oleh guru yang harus dipelajari oleh siswa hendaknya
berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang untuk
tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini didukung oleh
pendapat Amri dan Ahmadi (2010:159) bahwa bahan ajar disusun dengan
dengan tujuan:
1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang
sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta
didik.
2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar
disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
3. Mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam
pengajaran, sebab bahan ajar adalah inti dalam kegiatan belajar mengajar
yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa (Djamarah 2005:18). Oleh karena
itu menurut Harjanto (2006: 172) bahwa dalam memberikan bahan ajar
hendaknya sesuai dengan kemampuan siswa agar tujuan pembelajaran
tercapai. Dengan demikian, Hal ini didukung oleh pendapat dari Ballstaedt

17

(dalam Zaskia, 2011:18) bahwa bahan ajar cetak harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Susunan tampilan, yang menyangkut: urutan yang mudah, judul yang
singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan
tugas pembaca.
2. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya
kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
3. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya,
cheklist untuk pemahaman.
4. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong
pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
5. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf
yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks
terstruktur, mudah dibaca.
6. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian,
lembar kerja (work sheet).
Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD,
analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar. Analisis
dimaksud dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi
mana yang memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat
diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu

18

semester tertentu dan jenis bahan ajar mana yang dipilih. Berikut diberikan
contoh analisis SK-KD untuk menentukan jenis bahan ajar.
2. Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan
ajar perlu dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan,
kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Caranya adalah
menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan
kebutuhan.
3. Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa
untuk mencapai kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan
kebutuhan dan kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik.
Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan
analisis sumber bahan sebelumnya ( Depdiknas, 2008: 16 ).
Amri dan Ahmadi (2010:159) berpendapat bahwa bahan ajar memiliki
manfaat bagi:
1. Guru tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menulis bahan ajar, membangun komunikasi pembelajaran yang efektif,
dapat menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan
diterbitkan.
2. Siswa memberikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,
mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang

19

harus dikuasainya.

Bahan ajar dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.Berdasarkan teknologi
yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori,yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul,
lembar kerja siswa, brosur, leaflet,wallchart, foto/gambar, model/maket.Bahan
ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,
film.Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials) (Zaskia 2011:11).
Sebuah bahan ajar cetak paling tidak mencakup antara lain: Judul, Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja (LK)
dan evaluasi. Tetapi dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam
strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain.
Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh
Ballstaedt (dalam Zaskia, 2011:11) yaitu:
1. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan
bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana
yang sedang dipelajari.
2. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
3. Bahan tertulis cepat digunakan secara mudah

20

4. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu
5. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca dimana saja
6. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas, seperti menandai, mencatat dan membuat sketsa
7. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
8.Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
( STAD )
Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama
adalah pembelajaran kooperatif. Seperti yang dikemukakan oleh Rusman
(2010:203) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil secara kolaborasi yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur heterogen. Salah satu model
pembelajaran koopertif yaitu pembelajaran kooperatif tipe STAD,
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok-kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.Diawali dengan
penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi kegiatan kelompok,
kuis dan penghargaan kelompok (Trianto, 2009:68). Selanjutnya dinyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan
yaitu, membuat perangkat pembelajaran yang mencakup rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), membentuk kelompok secara
heterogen, menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk dan kerja

21

kelompok.

Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD menurut
Rusman (2010:215-216), yaitu: menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa, Pembagian kelompok terdiri dari 4-5 siswa secara
heterogen, kemudian guru menyampaikan materi pelajaran, bekerjasama
dalam tim, Melaksanakan kuis (evaluasi), dan Memberikan penghargaan
kelompok yang diberikan kepada kelompok yang memperoleh nilai terbaik
setelah melaksanaan kuis.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran
yangmengutamakan kerjasama siswa dalam kelompok kecil yang heterogen
dengan anggota 4-5 orang setiap kelompoknya untuk menyelesaikan tugas
pembelajaran di kelas. Tahap-tahap dalam pembelajaan koopertif tipe STAD
menurut Slavin (1995: 71) meliputi presentasi kelas, belajar kelompok,
pemberian tes, pemberian poin peningkatan individu dan penghargaan
kelompok.
a. Presentasi kelas
Materi pelajaran disampaikan pada saat presentasi kelas. Kegiatan tersebut
bisa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh
guru. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang dipelajari siswa dalam
kelompok. Hal ini penting karena akan membantu siswa dalam
melaksanakan tes. Selanjutnya skor tes mereka akan dihitung untuk
memperoleh poin kelompok.

22

b. Belajar kelompok
Kelompok siswa yang akan dibentuk terdiri dari 4 sampai 5 orang.
Kelompok ini bersifat heterogen baik dari tingkat prestasi akademik, jenis
kelamin, ras dan suku.Fungsi utama dari kelompok adalah untuk membuat
semua anggota kelompok belajar dan lebih spesifik lagi untuk
mempersiapkan setiap anggota untuk mengerjakan tes dengan baik.Siswa
belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru.Setiap anggota kelompok harus saling membantu dan
bertanggungjawab atas keberhasilan kelompoknya.
c. Tes
Setelah 1–2 periode penjelasan guru dan 1-2 periode kerja kelompok,
siswa diberikan tes individu. Siswa tidak diperkenankan untuk saling
membantu selama tes.Dengan ini setiap siswa bertanggung jawab secara
pribadi untuk memahami materi.
d. Poin peningkatan individu
Ide dibalik poin peningkatan individu adalah untuk memberikan kepada
siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan
memperlihatkan prestasi yang lebih baik dibanding sebelumnya.Setiap
siswa dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya.Setiap siswa
diberi skor dasar yang diperoleh dari skor tes awal mereka.Kemudian hasil
tes siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor
terdahulu (skor tes dasar dengan skor terakhir).Tujuan dari skor dasar dan
poin peningkatan individu adalah untuk meyakinkan siswa bahwa setiap
siswa dapat memberikan poin maksimal pada kelompoknya. Siswa akan

23

memahami bahwa membandingkan siswa dengan skor mereka yang lalu
merupakan hal yang adil. Setiap siswa memulai kelas dengan tingkat
kemampuan dan pengalaman yang berbeda-beda.
Tabel 1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu
Skor Tes

Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 poin hingga 1 poin di bawah skor
awal
Skor awal hingga 10 poin di atas skor
awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor
awal)
Sumber : Slavin (1995: 80)

5
10
20
30
30

e. Penghargaan kelompok
Setelah dilakukan poin peningkatan individu, diberikan penghargaan
kepada kelompok, penghargaan diberikan atas dasar poin kelompok.
Tabel kriteria penghargaan kelompok mengikuti tabel Slavin (1995: 80)
yang telah dimodifikasi, berikut ini.
Tabel 2. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria
Nk < 15
15  Nk  25
Nk > 25
Sumber : Slavin (1995: 80)

Predikat Kelompok
Baik
Hebat
Super

Ibrahim (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 93-94) model pembelajaran
kooperatif tipe STAD bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerja sama dan kolaborasi untuk memahami materi pelajaran
dan mampu menuntaskan pelajaran. Setiap penggunaan model dalam

24

pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.Keunggulan dan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (dalam
Anomin, 2011:1) yaitu dapat:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan
bertanya dalam membahas suatu masalah.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah.
3. Mengembangkan bakat dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
4. Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu
dan kebutuhan belajarnya.
5. Mengaktifkan siswa bergabung dalam diskusi.
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat
orang lain.
Selain keunggulan tersebut, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
memiliki kekurangan-kekurang, Sanjaya (2010: 249) kelemahankelemahanyang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
1. Adanya ketergantung siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih
belajar mandiri.
2. Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian
kurikulum tidak dapat dipenuhi.
3. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.

25

4. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan menyulitkan bagi guru
untuk melaksanakannya.

C. Brosur
Brosur adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga
sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam
sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler,
benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid
keras, memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di
luar perhitungan sampul. (Darmansyah, 2008.1)
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak
memuat antara lain:
1.

Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar
kecilnya materi.

2.

KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.

3.

Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik
memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan
pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk
membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per
kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.

4.

Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait
dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan
secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.

5.

Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang
diberikan.

26

6.

Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian ( Depdiknas,
2008: 25).

Bila terdiri dari satu halaman, brosur atau pamflet umumnya dicetak pada
kedua sisi, dan dilipat dengan pola lipatan tertentu hingga membentuk
sejumlah panel yang terpisah. Pamflet yang hanya terdiri dari satu
lembar/halaman sering disebut selebaran. Selain itu, brosur yang memuat
informasi tentang produk disebut juga sebagai katalog produk atau sering
hanya disebut katalog. Brosur atau pamflet memuat informasi atau penjelasan
tentang suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah,
atau dimaksudkan sebagai sarana beriklan. Informasi dalam brosur ditulis
dalam bahasa yang ringkas, dan dimaksudkan mudah dipahami dalam waktu
singkat. Brosur juga didesain agar menarik perhatian, dan dicetak di atas
kertas yang baik dalam usaha membangun citra yang baik terhadap layanan
atau produk tersebut.

Maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur
diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan Kompetensi Dasar tentang menjelaskan keterkaitan
antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan
dan pelestarian lingkungan ini, ditentukan bahan ajar berupa brosur. Hal ini
dikarenakan Kompetensi Dasar tersebut merupakan hal yang sehari-hari dapat
dijumpai siswa, sehingga dengan menggunakan brosur karena bentuknya
yang menarik dan praktis akan mempermudah siswa dalam belajar. Selain itu,

27

diharapkan ilustrasi dalam brosur akan menambah motivasi dan minat peserta
didik untuk menggunakannya dalam belajar(Depdiknas, 2008: 14).

D. Penguasaan materi
Materi pembelajaran (bahan ajar) merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas,
2003:23).Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu
bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai
apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan
berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto,
2003:115). Sedangkan penguasaan materi menurut Slameto (1991:131)
adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif.

Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hierarki atau bertingkat-tingkat.
Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (1) informasi non verbal, (2)
informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4)
pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau
dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwaperistiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal
atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan
membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsepkonsep.Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsipprinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah
atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001 : 131).

28

Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan
kognitif.Menurut Anderson, dkk (2000: 67-68), ranah kognitif terdiri dari 6
jenis perilaku sebagai berikut:
1) Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajaridan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta,
peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.
2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang
dipelajari.
3) Apply mencakup kemampuan menerapkam metode dan kaidah untuk
meghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian –
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.
Misalnya mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.
5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan criteria tertentu.
6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi.Menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur yang biasa
digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Arikunto (2001:53) tes
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

29

Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan
dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau
alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes, menurut Thoha
(1994:1). Sedangkan menurut Arikunto (2003:53) tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran
dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postest atau
tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru
mengadakan tes awal atau pretest. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran.
Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan
mutu pembelajaran (Daryanto, 1999:195-196).

30

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telahdilaksanakanpada bulan November semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 1 Tulang bawang tengah.

B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester Ganjil
Tahun Pelajaran 2012/2013 SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah yang
berjumlah 130 siswa dan terbagi menjadi 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa-siswi kelas X2 yang berjumlah 31 siswa sebagai kelas eksperimen
I dan siswa- siswi kelas X3yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol
yang diambil dengan teknik clusterrandom sampling.

C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas
siswa untuk aspek aktivitas belajar siswa dan desain pretest-posttest non
equivalen untuk aspek penguasaan materi. Kelompok eksperimen diberikan
perlakuan dengan menggunakan bahan ajar brosur, sedangkan kelas kontrol
menggunakan LKS bergambar. Kedua kelas tersebut sama-sama
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Struktur desain
penelitian sebagai berikut:

31

Kelompok
Pretes
I
O1X1O2
II
O1X2O2

Perlakuan

Postes

Keterangan: I= kelas eksperimen, II = kelas kontrol, O1 = pretes, O2 = postes, X1
= perlakuan eksperimen (bahan ajar brosur melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD), X2 = perlakuan kontrol
(Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD) (Dimodifikasi
dari Riyanto, 2001:43)
Gambar 2. Desain pretest-posttest nonequivalen

D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut :
a.

Menetapkan waktu penelitian

b.

Menetapkan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan

c.

Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian

d. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
e.

Membuat bahan ajar brosur sebagai sumber belajar siswa

f.

Membuat angket kemenarikan bahan ajar brosur

g. Membuat LKK yang akan dikerjakan oleh siswa
h. Membuat lembar observasi untuk mengukur aktivitas siswa
i.

Membuat soal yang sama yaitu soal tes awal dan soal tes akhir

2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan bahan ajar brosur
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk kelas eksperimen

32

, sedangkan untuk kelas kontrol dengan LKK bergambar dan buku
pegangan siswa. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan.
Pertemuan I membahas ciri jamur, Pertemuan II membahas klasifikasi
jamur berdasarkan ciri-cirinya, pertemuan III membahas lumut kerak dan
mikoriza.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Kelas Eksperimen (Menggunakan Bahan Ajar Brosur Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD)
a. Pendahuluan
1. Melaksanakan pretest
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Apersepsi
i. Pertemuan I pada halaman rumahmu saat musim hujan atau
tempat-tempat yang lembab dan teduh kamu akan
menemukan suatu organisme seperti tumbuhan kecil yang
berbentuk payung berwarna putih ?” Pengertian tentang
jamur, dimana tempat-tempat ditemukannya serta peran jamur
bagi kehidupan.?” sebutkan jamur-jamur yang ada dalam
lingkungan rumahmu yang sering kalian jumpai? Apakan
jamur tersebut dapat dikonsumsi?
ii. Pertemuan II guru menanyakan kepada siswa tentang jamur
yang ada di sekeliling lingkungan rumanya tergolong dalam
jamur jenis apa? Apakan peran dari jamur tersebut dalam
dalam kehidupan sehari-hari?

33

iii. Pertemuan III mengajukan pertanyaan “ apakah perbedaan
antara jamur dengan lichenes?”
4. Motivasi:
i.

Pertemuan I “Hari ini kita akan mempelajari tentang ciri
jamur secara umum, kalian akan bisa mengetahui struktur dan
fungsi penyusun jamur”

ii. Pertemuan II pada pertemuan ini kita akan melanjutkan sub
materi yaitu tentang klasifikasi jamur, kalian akan memahami
tentang perbedaan masing-masing jenis jamur dan mengetahui
peranannya dalam keseharian kalian“.
iii. Pertemuan III “pada pertemuan ini kita akan melanjutkan sub
materi yaitu tentang lichens atau lumut kerak yang merupakan
simbiosis mutualisme antara jamur dengan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas VII SMP Surya Dharma 2 Bandar Lampung Semester Genap T

0 11 72

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri

1 14 63

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VIRUS

3 7 66

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI PADA MATERI POKOK FUNGI (Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah

2 6 57

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA (Studi Quasi Eksperimen Kelas VII SMP Negeri 2 Tegineneng Tahun Ajaran 2012/2013 )

0 9 38

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VERTEBRATA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung S

0 2 60

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK VERTEBRATA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung S

1 8 76

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK DUNIA TUMBUHAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Neger

0 20 129

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MANUSIA (Studi Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Natar Lam

0 8 55

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN MANUSIA (Studi Eksperimental Semu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Natar Lam

0 3 56