PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK PELENGKAP CAIR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI (Capsicum annuum) TM 999

(1)

ABSTRAK

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK PELENGKAP CAIR PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

CABAI (Capsicum annuum) TM 999

Oleh Poniran

Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang unik dan menarik. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk keperluan bumbu dapur. Salah satu upaya peningkatan produksi tanaman cabai dengan cara pemupukan dan perbaikan lingkungan. Bahan organik adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah tumbuhan maupun hewan atau sering dianggap sebagai produk sampingan. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Plant Catalyst 2006 mengandung unsur hara lengkap baik makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh sehat.

Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui bahan organik yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999, mengetahui Konsentrasi Plant Catalist 2006 terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999, mengetahui respon antara Bahan Organik dengan penambahan Konsentrasi Plant Catalist 2006 yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi


(2)

tanaman cabai TM 999. Penelitian ini di laksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan April sampai dengan September 2011.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan perlakuan disusun dalam rancangan faktorial (4x5). Faktor pertama adalah bahan organik 2 kg/tanaman (tanpa bahan organik, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan kompos daun) dan faktor kedua adalah plant catalyst (0 g/l, 1 g/l, 1,5 g/l, 2 g/l, dan 2,5 g/l). Masing-masing perlakuan di ulang 3 kali, setiap ulangan terdiri atas 20 bedengan masing-masing populasi tiap bedeng 6 tanaman.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa : bahan organik yang terbaik dalam

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah bahan organik pupuk kompos daun menghasilkan jumlah bunga per tanaman sebanyak 354,17 lebih banyak daripada tanpa bahan organik yaitu 234.94 dan bobot kering brangkasan seberat 144,57 g dibandingkan dengan tanpa bahan organik yaitu 93,36 g. Konsentrasi plant catalyst yang terbaik dalam mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah pada konsentrasi plant catalyst 1 g/l menghasilkan jumlah bunga per tanaman (276,63), bobot buah per tanaman (340,92 g), dan jumlah buah per tanaman (238,83). Pemberian bahan organik dan konsentrasi plant catalyst yang memperlihatkan respon terbaik adalah pemberian bahan organik pupuk kandang sapi dan konsentrasi plant catalyst 2 g/l (B2P3) yaitu pada bobot buah per tanaman (475,00 g).


(3)

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI (Capsicum annuum) TM 999

(Skripsi)

OLEH PONIRAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI TM 999

Oleh

PONIRAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

pada

Program Studi Hortikultura Jurusan Budi Daya Pertanian

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Landasan Teori ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 11

1.6 Hipotesis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Asal Usul dan Penyebarannya ... 13

2.2 Morfologi ... 14

2.3 Syarat Tumbuh ... 16

2.4 Bahan Organik ... 17

2.5 Pupuk Plant Catalyst 2006 ... 19

III. BAHAN DAN METODE ... 21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21


(7)

ii

3.3 Metode Penelitian... 21

3.3.1 Rancangan Perlakuan ... 21

3.3.2 Rancangan Percobaan dan Tata Letak Percobaan ... 22

3.3.3 Racangan Analisis Data ... 23

3.3.4 Teknik Pelaksanaan Penelitian ... 23

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 29

4.1.2 Jumlah cabang ... 30

4.1.3 Jumlah Bunga Gugur Per tanaman ... 30

4.1.4 Jumlah Buah Gugur Per tanaman ... 31

4.1.5 Jumlah Buah Per tanaman ... 32

4.1.6 Jumlah Bunga Per tanaman ... 36

4.1.7 Bobot Buah Per buah... 38

4.1.8 Bobot Buah Per tanaman ... 41

4.1.9 Bobot Kering Brangkasan ... 45

4.2 Pembahasan ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(8)

Judul Skripsi : Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Pelengkap pada pertumbuhan dan produksi cabai TM 999 Nama Mahasiswa : Poniran

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614012050 Program Studi : Hortikultura

Jurusan : Budidaya Pertanian

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Ir. Kus Hendarto, M.S. Ir.Azlina H. Bakrie, M.S. NIP 19570325 198403 1 001 NIP 19520311 198103 2 001

2. Ketua Bidang Budidaya Pertanian

Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc. NIP 19611021 198503 1 002


(9)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Kus Hendarto, M.S.

Sekretaris : Ir.Azlina H. Bakrie, M.S.

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir.Yohanes Cahya Ginting, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di lampung pada tanggal 1 April 1985, sebagai anak ke 2 dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Jumakun dan Ibu Warisem. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Purwosari pada tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis lulus sekolah Lanjut Tingkat Pertama di SLTP Muhammadiyah 4 Kalirejo dan tahun 2004 penulis lulus Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Sukoharjo. Pada tahun 2004 penulis bekerja di rumah makan Pagi Sore Jaya di Jakarta Utara, pada tahun 2005 penulis bekerja di rumah makan Bintang Surya di Bekasi Utara yang merupakan usaha pengembangan Bapak Sarjono.

Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi Mahasiswa, penulis pernah aktif berorganisasi menjadi anggota Bidang Kesekertariatan FOSI FP pada Tahun Ajaran 2007. Penulis melaksanakan Praktik Umum pada Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) Unila di Kebun Percobaan Pulau Panggung pada tahun 2010 selama enam bulan.

Selama menjadi mahasiswa penulis juga pernah bekerja di Silo Komputer sebagai teknisi dan sales marketing pada tahun 2006-2008. Pada tahun 2008 penulis juga


(11)

pernah bekerja sebagai surveyor Kementrian ESDM dan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas pada program inventarisasi dan perencanaan infrastruktur bahan bakar gas. Pada tahun 2009 penulis juga pernah bekerja di CV. Agrinusantara sebagai kepala divisi marketing dan sosialiasi. Pada tahun 2011 penulis juga pernah sebagai pemateri pada penyuluhan budidaya cabai dalam pot pada program Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan (GPOP) di Kota Bandar Lampung.


(12)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rosulullah Muhammad SAW.

Selama penyusunan skripsi ini telah banyak yang membantu penulis, dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada: 1. Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Pembimbing Pertama, atas bimbingan, saran,

kesempatan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini; 2. Ir. Azlina H. Bakrie, M.S., selaku Pembimbing kedua, atas seluruh bantuan,

perhatian, masukan, motivasi dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini;

3. Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P., selaku Pembahas, yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini; 4. Dr. Ir. Maria Viva Rini, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan arahan, bimbingan akademik, dan motivasi kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya Pertanian Universitas Lampung;


(13)

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian khususnya Budidaya Pertanian, saya ucapkan terimakasih atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah diajarkan;

8. Keluarga tercinta di Purworejo, Bapak Jumakun, Ibu Warisem, Kakakku Jumingan, dan adik Waluyo serta adikku si bungsu Wagiman yang berada di Kalimantan Timur, atas seluruh kasih sayang, dukungan, doa, perjuangan, semangat, motivasi, pengorbanan dan perhatian kepada penulis;

9. Keluarga di Ratulangi Bapak Harni, Ibu Harti, dan Ridho Hardiyan, S.P. atas kasih sayang, nasehat, dan kenyamanan tempat tinggal yang di berikan kepada penulis.

10.Keluarga di Silo Komputer Susilo, S.P., Eko Zainuri, S.P, Sutiman, S.Kom, M. Khoirudin, Amd, Ariansyah, S.Pd., Supriyanto, Hendriyansah, Andi, Rendi, Edi, Supri, Roza atas nasehat dan kebersamaan bersama penulis. 11.Keluarga di Burger Kantin Pertanian Bapak Abdul Aziz, Amd., Suwardi, Mas

Ian, Mas Pratno, Erik, Bambang, atas nasehat yang diberikan dan kebersamaan bersama penulis.

12.Keluarga Pakde Ngatmin dan Pakde Misman atas bantuan selama di lahan penelitian kepada penulis.

13.Teman seperjuangan selama penelitian Lusi, S.P., Fadhlina Sosiowati, S.P., Wendy Saputri, S.P., dan Della Susiyani, S.P. atas bantuan, semangat dan kerjasama yang baik dengan penulis;


(14)

14. Sahabatku Prapto Eko Sukoco, S.P., Robi Ahmad Hidayat, S.P., Bagus Prasetyo, S.P., Deni Satria, S.P.,Yoga Utama, S.P., Topan Dieva, S.P., Bambang Wijanarko, Fabyan Tusya Ariel, S.P., Aridho Imandha, S.P.,

Pitriyanto, Sigit Wahyudi, S.P., Dapot M. Manullang, Rinto, S.E., dan I Made Ratna Diane, S.P. atas bantuan serta saran yang diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi;

15.Teman-teman Hortikultura 2006: Erni Budi Wahyuning Tyas, S.P., Risca Yolanda, S.P, Mutia Intan Savitri Herista, S.P., Dina Novaliana, S.P., Reni Eka Aprilia, S.P., Destaria Elina Manik, S.P., Nurul Fadila, S.P., Septa Dwi Wulandari, S.P., Gunes Nurani, Feria Wirana Motiq, S.P., Nurma sari, S.P., Rian Atmaningrum, S.P., Clara Riza Agista, S.P., dan Mardatila, S.P. yang telah memberikan keceriaan, kekompakan, dan kebersamaan.

16.Teman-teman Budidaya Pertanian 2003, 2004, 2005, 2006, dan 2007, serta Agroteknologi 2008 dan 2009 terimakasih atas keceriaan dan telah berbagi pengalaman dengan penullis.

Dan seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi rekan-rekan yang membaca. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis


(15)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang unik dan menarik. Selama ini budidaya cabai dilakukan secara musiman (seasonal) sehingga produksi maupun harga sangat berfluktuasi sepanjang tahun. Oleh karena itu, prospek pasar cabai menjadi tidak stabil (Deptan, 2010). Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk keperluan bumbu dapur ataupun rempah-rempah penambah cita rasa makanan (masakan). Nilai

ekonominya yang tinggi merupakan daya tarik pengembangan budidaya cabai bagi petani. Permintaan produk cabai cenderung meningkat terus sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas nonmigas (Rukmana, 1996).

Produksi cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi dan sebagian lagi diekspor ke negara-negara beriklim dingin dalam bentuk kering. Oleh karena itu, hampir setiap hari produk dibutuhkan sehingga kebutuhan akan komoditas ini meningkat sejalan dengan semakin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkannya produk ini (Marbun, 2002).

Permintaan cabai merah di indonesia relatif tetap yaitu 60.00070.000 ton/bulan sehingga diupayakan harus ada produksi tetap setiap bulan. Kelebihan produksi biasanya terjadi pada bulan Februari sampai Juni. (Ditjen. Hortikultura, 2006).


(16)

2

Tabel 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Cabai Merah Tahun 2010 Bulan Ketersediaan

(Ton) Total Kebutuhan (Ton) Produksi-Kebutuhan (Ton)

Juni 105.833 97.999 7.834

Juli 97.228 97.999 (771)

Agustus 108.268 117.599 (9.331)

September 99.944 107.799 (7.855)

Th 2010 1.220.078 1.220.088 (10)

Sumber: Ditjen Hortikultura, Kementan RI, 2010.

Seiring dengan permintaan yang meningkat dan kurangnya pasokan yang ada maka peningkatan luas tanam diarahkan untuk mencapai keseimbangan pasokan dan permintaan. Salah satu upaya peningkatan produksi tanaman cabai dengan cara pemupukan dan perbaikan lingkungan (Indroprahasto dan Madyasari, 2005). Bahan organik adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah tumbuhan maupun hewan atau sering dianggap sebagai produk sampingan yang sudah terurai. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah (Sutedjo, 2008).

Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat (Sutedjo, 2008).

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali.


(17)

3

Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Bahan organik merupakan sumber hara tanaman. Di samping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah (Anonim, 2011a).

Pemanfaatan bahan organik limbah pertanian diharapkan dapat menggantikan sebagian pupuk buatan dalam hal unsur hara. Beberapa jenis bahan organik adalah sebagai berikut Sekam padi, coco peat, arang, kompos, pupuk kandang dan lain-lain (Sutedjo, 2008). Bahan organik yang digunakan dalam penelitian adalah pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan kompos daun.

Penggunaan pupuk kandang dapat dipadukan dengan berbagai penggunaan sumber hara anorganik sesuai dengan keperluan. Petani menggunakan bahan organik yang tersedia dengan biaya rendah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan hara dan dengan tujuan meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk kandang yang tersedia di pertanian dapat meningkatkan hasil dan keuntungan yang tinggi bila dipadukan dengan pupuk anorganik (Bawolye, 2006). Pupuk kandang juga memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah karena mendukung kehidupan jasad renik (Yuliarti, 2009).

Pupuk kandang memiliki kandungan unsur hara yang lengkap yaitu nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta


(18)

4

Pupuk kandang dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain memiliki kandungan unsur hara bagi tanaman, juga mengembangkan kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Pupuk kandang yang telah terurai oleh

mikroorganisme tanah akan membentuk humus yang dapat meningkatkan daya penahanan air, sehingga tanah akan lebih mampu menahan banyak air, air tanah akan digunakan oleh akar-akar tanaman untuk menyerap zat-zat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangannya (Sutedjo, 2008).

Penggunaan pupuk kandang sebagai bahan organik perlu diperhatikan karena pupuk kandang membawa berbagai biji rumput-rumputan (gulma) yang akan tumbuh bersamaan dengan tanaman yang diusahakan. Pupuk kandang juga terbawa bibit penyakit tanaman seperti telur/larva insekta, bakteri, cendawan dll (Sutedjo, 2008).

Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal dua peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil conditioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki struktur tanah, terutama tanah kering,


(19)

5

sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah (Anonim, 2011c).

Kompos memiliki keuntungan yaitu pada saat pembuatan kompos biji-biji

tanaman pengganggu (gulma) serta telur, larva hama tanaman, dan benih penyakit tanaman yang terangkut pada bahan-bahan organik sebagian besar dapat terbunuh atau dilumpuhkan, dikarenakan panas yang timbul dalam tumpukan kompos (Sutedjo, 2008).

Fungsi penting kompos, yaitu:

1. Memperbaiki struktur tanah, yaitu melalui peningkatan persentase bahan organik yang meningkatkan stuktur tanah.

2. Meningkatkan populasi dan aktivitas organisme tanah. Kompos juga meningkatkan kemampuan mengikat air dan agregat tanah, meningkatkan infiltrasi, menghalangi terjadinya erosi dan menunjang penyebaran dan penetrasi akar tanaman.

Plant Catalyst 2006 mengandung unsur hara lengkap baik makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh sehat. Ada 16 unsur yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan 3 (tiga) unsur didapat dari udara (C, H, O) sementara 13 unsur lainnya diserap dari tanah yang meliputi 6 unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan 7 unsur hara mikro yaitu Fe, Cl, Mn, Cu, Zn, B dan Mo (CNI, 2011). Bila unsur hara terus menerus diserap oleh tanaman maka ketersediaan unsur hara dalam tanah akan semakin berkurang. Itulah sebabnya diperlukan pemupukan agar pertumbuhan tanaman dapat maksimal. Adanya kandungan hara mikro pada plant catalyst berfungsi untuk mengatasi kekurangan unsur hara mikro dalam


(20)

6

tanah yang terus menerus diserap tanaman, ataupun yang ketersediaannya dalam tanah sangat rendah.

Dengan dipenuhinya kebutuhan hara tanaman secara lengkap, maka tanaman akan tumbuh sehat, memiliki daya tahan yang kuat terhadap hama penyakit dan

perubahan cuaca serta memberikan hasil panen yang melimpah dan berkualitas. 1.2Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat bahan organik yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999?

2. Berapakah konsentrasi Plant Catalist 2006 yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999? 3. Bagaimana respon pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999

terhadap pemberian bahan organik dengan penambahan konsentrasi plant catalist 2006?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui bahan organik yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999.

2. Mengetahui Konsentrasi Plant Catalist 2006 terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999.


(21)

7

3. Mengetahui respon antara Bahan Organik dengan penambahan Konsentrasi Plant Catalist 2006 yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999.

1.4Landasan Teori

Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut:

Produksi cabai merah di Indonesia masih rendah, perbaikan teknologi yang dapat diterapkan adalah penggunaan pupuk yang tepat dan perbaikan atau manipulasi lingkungan tumbuh tanaman (faktor lingkungan). Manipulasi lingkungan tumbuh yang saat ini banyak dilakukan pemberian bahan organik dan mulsa tertentu. Pemanfaatan bahan organik limbah pertanian diharapkan dapat menggantikan sebagian pupuk buatan.

Menurut Nofizan (2007), pemupukan didefinisikan sebagai komponen yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan hara. Menurut Ekawanti (2007), pupuk yang paling banyak digunakan pada tanaman adalah pupuk NPK. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang di dalamnya mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur-unsur N, P, dan K merupakan unsur makro esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara keseluruhan. Unsur-unsur hara makro dan mikro sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang diambil oleh tanaman dalam bentuk anion dan kation (Sutejo, 1999).


(22)

8

Menurut Hakim, dkk (1986) Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat

ditentukan oleh ketersediaan unsur hara. Makin banyak unsur hara yang tersedia, pertumbuhan dan produksinya semakin meningkat, namun ketersediaan unsur hara yang berlebihan dapat meracuni tanaman.

Jumlah komponen hara makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman sangat bervariasi, untuk hara makro kebutuhannya lebih besar namun walaupun unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun keberadaannya sangat dibutuhkan oleh tanaman. Adapun komponen hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman (Tabel 3 lampiran).

Pupuk kandang sebagai bahan organik memiliki banyak kelebihan yang berguna bagi tanaman. Baik dalam bentuk padat maupun cair, pupuk kandang digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan kadar bahan organik tanah,

menyediakan hara dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang tidak tersedia di dalam pupuk anorganik. Selain itu, dapat pula meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah. Susilawanti, dkk (2004) mengatakan bahwa pupuk kandang mampu memperbaiki tingkat kesuburan tanah,

pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan meningkatkan hasil cabai. Menurut Syukur dan Harsono (2008) pemberian dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap pH H2O, KTK tanah, dan kandungan bahan organik tanah.

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak menganandung air dan lendir. Bila terpengaruh oleh udara maka cepat akan terjadi

pergerakan-pergerakan sehingga keadaannya menjadi keras, sehingga air dan udara menjadi sukar menembus ke dalamnya. Akibatnya peranan jasad renik untuk mengubah


(23)

9

bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman menjadi lambat (Sutedjo, 2008).

Kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk kotoran hewan. Kompos yang telah mengalami pelapukan secara sempurna, ditandai dengan perubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki suhu ruang adalah yang terbaik (Haryanto, 2008). Budidaya cabai lebih menekankan masalah teknologi budidaya sehingga hampir semua jenis tanah dapat ditanami. Tanah yang paling sesuai untuk bertanam cabai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu porous, serta kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan unsur hara maupun bahan organik dapat dimanipulasi dengan penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun kompos serta penambahan unsur hara dari pupuk buatan (kimia) (Prajnanta, 1995).

Menurut Prajnanta (1995), pemakaian kompos atau bahan organik untuk cabai hibrida hampir sama dengan pemakaian pupuk kandang yaitu sekitar 1,0−1,5 kg/tanaman atau sekitar 18−27 ton ton/ha tergantung kondisi tanah. Pemberian bahan organik berupa kompos ke dalam tanah dapat memberikan dampak yang positif bagi tanah dan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan menjadi baik apabila tanah tempat tanaman tumbuh dalam kondisi yang baik. Pengambilan unsur hara tidak saja melalui akar, tetapi juga melalui bagian lain seperti daun. Kelebihan pemupukan lewat daun adalah penyerapan hara pupuk yang diberikan berjalan lebih cepat. Selain itu tanaman lebih cepat menumbuhkan


(24)

10

tunas-tunas dan tanah tidak menjadi rusak karena efek pemupukan lewat tanah. Pemupukan lewat daun akan langsung diserap oleh tanaman melalui mulut daun (stomata) yang kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Umumnya penambahan hara tanaman melalui daun diberikan bagi tanaman buah-buahan, tanaman hias, dan tanaman sayuran. Pemberian yang dilaksanakan selama pertumbuhan dapat memperbaiki warna daun, kualitas, dan besarnya buah (Marbun 2002).

Plant Catalyst 2006 mengandung unsur hara lengkap baik makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman agar tumbuh sehat, Plant Catalyst 2006 juga berfungsi sebagai katalisator dan berperan dalam mengefektifkan serta mengoptimalkan tanaman menyerap pupuk-pupuk utama dari dalam tanah dan dari pupuk dasar (urea, SP-36, KCl, ZA, pupuk kandang) akan membuat tanaman tahan dari hama penyakit dan fluktuasi cuaca (CNI, 2010).

Menurut anjuran buku panduan plant catalyst, aplikasi mulai dengan konsentrasi terendah ± 0,1 – 0,25 % = 1 – 2,5 g/l air (1 – 2,5 sendok takar per 10 l air) atau setara dengan 400 g – 1 kg plant catalyst per ha dengan volume semprot minimal 400 l air per ha. Pada tanaman sayuran seperti sawi hijau, bayam, kangkung, bawang merah, cabai, serta di daerah beriklim panas, sebaiknya dimulai dengan konsentrasi ± 0,1% = 1 g/l air. Pada tanaman keras atau pohon yang tinggi, aplikasinya dengan menyiramkannya ke akar. Pada kasus khusus, misalnya kelangkaan tenaga kerja dan sulitnya sumber air sperti terjadi diperkebunan aplikasi plant catalyst dapat dilakukan secara ditaburkan-benamkan dalam tanah (CNI, 2002).


(25)

11

1.5Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka pemikiran sebagai penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

Tanaman sangat membutuhkan kondisi internal dan eksternal yang baik bagi pertumbuhan. Pemilihan lokasi tumbuh yang tepat, dan teknik budidaya tanaman yang baik merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang optimal.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat membutuhkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Pemupukan merupakan salah satu bentuk teknis budidaya yang menentukan keberlangsungan hidup untuk mendapatkan

pertumbuhan dan produksi yang optimal.

Pemberian bahan organik untuk menyediakan tempat tumbuh yang baik untuk pertumbuhan tanaman, serta mampu memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah dan mendukung kehidupan jasad renik. Sifat fisik yaitu memperbaiki struktur tanah dan mempertinggi kadar humus, sifat kimiawi menambah unsur hara. Sedangkan pemberian pupuk plant catalyst 2006 untuk menambah kebutuhan tanaman akan unsur hara makro dan mikro. Pupuk plant catalyst 2006 memiliki kandungan unsur hara yang lengkap sehingga diharapkan kebutuhan unsur hara bagi tanaman cabai terpenuhi.

Produksi cabai akan meningkat seiring dengan diperbaiki faktor-faktor

pendukungnya. Pemberian pupuk Plant catalyst 2006, berperan sebagai penyuplai unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Kondisi tanah yang


(26)

12

baik, penggunaan pupuk yang cukup, serta lingkungan tumbuh yang sesuai dapat memacu pertumbuhan tanaman cabai yang optimal, sehingga produksi meningkat. 1.6Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang di uraikan, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut:

1. Jenis Bahan Organik kompos adalah yang terbaik mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999.

2. Konsentrasi Plant Catalist 2006 1 g/l adalah yang terbaik mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999.

3. Terdapat perbedaan respon antara pemberian Bahan Organik dengan penambahan konsentrasi Plant Catalist 2006 pada pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal usul dan Penyebarannya

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili Solanaceae. Tanaman cabai di- perkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat asalnya Amerika. Beberapa spesies yang sudah dikenal akrab oleh masyarakat luas diantaranya adalah cabai besar (Capsicum annuum), cabai kecil (Capsicum frustescens), Capsicum bacatum, Capsicum pubescens, dan Capsicum cchinense (Setiadi, 2000).

Cabai ( Capsicum annum) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan asal usulnya cabai berasal dari Peru. Ada yang menyebutkan bahwa bangsa Meksiko kuno sudah menggemari cabai semenjak tahun 7000, jauh sebelum Colombus menemukan benua Amerika (1492). Christophorus Colombus kemudian menyebarkan dan mempopulerkan cabai dari benua Amerika ke Spanyol pada tahun 1492. Pada tahun 1500-an, bangsa Portugis mulai memperdagangkan cabai ke Makao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki Usmani menduduki wilayah Portugis di Hormuz, Teluk Persia. Di sinilah orang Turki mengenal cabai. Saat turki menduduki hongaria, cabai pun memasyarakat di Hongaria.

Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan cabai dibawa masuk ke Indonesia. Menurut dugaan, kemungkinan cabai dibawa oleh


(28)

saudagar-14

saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber lain menyebutkan bahwa cabai masuk ke Indonesia karena di bawa bangsa Portugis. Pada saat ini cabai telah populer di seluruh dunia. Beberapa masakan khas dan populer di dunia, seperti kari thailand, pizza Italia, ayam hongaria, hingga masakan kapau minang menggunakan cabai sebagai bahan utama (Prajnanta, 1995).

2.2 Morfologi

Bentuk luar atau morfologi tanaman cabai sebagai berikut. 1. Daun

Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang lanset. Warna permukaan daun bagian atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran panjang daun cabai antara 3 — 11 cm, dengan lebar antara 1 — 5 cm. 2. Batang

Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu.

Biasanya, batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi 100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari pengerasan jaringan parenkim.


(29)

15

3. Akar

Tanaman cabai memiliki perakaran serabut. Biasanya di akar terdapat bintil-bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme. Meskipun tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.

4. Bunga

Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada percabangan, dalam keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya terdapat 2 — 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacam-macam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5—20 mm. Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna, artinya dalam satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik, penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik

dibandingkan tanaman cabai yang ditanam sendirian.

Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 — 20 km/jam (angin sepoi-sepoi). Angin yang terlalu kencang justru akan merusak tanaman. Sedangkan


(30)

16

bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di dalamnya (Anonim. 2010).

5. Buah

Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan memiliki banyak variasi. Cabai yang ditanam adalah Cabai keriting TM 999. Penyerbukan mudah dengan pembuahan yang terus menerus. Potensi produksi cabai F1 TM 999 0,8-1,2 kg. Tahan panas, kulit buah bergelombang, warna merah. Rasa pedas, panjang buah 13-14 cm, diameter 0,7 cm, tanaman cabai ini tahan phytophthora blight, dan layu bakteri (keterangan label dalam kemasan cabai F1 TM 999).

2.3 Syarat Tumbuh

Tanaman cabai, cocok ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan remah serta tidak tergenang air ; pH tanah yang ideal sekitar 5,5 – 6,8. Air merupakan unsur vital bagi keberhasilan bertanam cabai. Air berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang terdapat di dalam tanah, sebagai media pengangkut unsur hara tersebut ke organ tanaman, serta pengisi cairan tubuh tanaman. Peranannya pun cukup penting dalam proses fotosintesis (pemasakan makanan) tanaman dan proses pernafasan (respirasi). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu, dan akhirnya mati. Faktor iklim termasuk memegang peranan penting dalam budidaya cabai. Faktor-faktor iklim yang penting dalam usaha budidaya cabai adalah angin, curah hujan, cahaya matahari, suhu, dan kelembaban. (Prajnanta, 1995).


(31)

17

2.4 Bahan Organik

Bahan organik adalah bahan-bahan yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan seperti pupuk kandang ternak atau unggas, jerami padi yang dikompos atau residu tanaman lainnya, kotoran pada saluran air, bungkil, pupuk hijau, dan potongan leguminosa. Pupuk kandang dan sumber organik lainnya digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan kadar bahan organik tanah, menyediakan hara mikro, dan memperbaiki struktur tanah. Penggunaan bahan-bahan ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan mikroba dan perputaran hara dalam tanah.

Pupuk kandang terdapat dua jenis pupuk kandang yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang terdekomposisi. Pupuk kandang segar merupakan kotoran hewan yang baru saja keluar dari tubuh hewan, yang kadang-kadang tercampur dengan urin dan sisa makanan yang ada di kandang. Sedangkan pupuk kandang

terdekomposisi merupakan pupuk kandang yang sudah di simpan lama di suatu tempat hingga telah mengalami pemterdekomposisian.

Pupuk kandang mampu meningkatkan kandungan hara dalam tanah. Pupuk kandang juga memberikan pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan kimia tanah dan mendukung kehidupan jasad renik (Yuliarti, 2009).

Pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam tanah, sehingga menjadi faktor-faktor yang menjamin kesuburan tanah. Karena pupuk kandang mampu menambah zat makanan, mempertinggi kadar humus,


(32)

18

Susilawanti, dkk (2004) mengatakan bahwa pupuk kandang mampu memperbaiki tingkat kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan

meningkatkan hasil cabai. Menurut Syukur dan Harsono (2008) pemberian dosis pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap pH H2O, KTK tanah, dan kandungan bahan organik tanah.

Tabel 4. Jumlah unsur hara pada kotoran ternak Unsur hara

Jenis

N P K Ca Hg Na Fe Mn Zn Cu Ni

Sapi 1,1 0,5 0,9 1,1 0,8 0,2 5726 344 122 20 - Ayam 2,6 3,1 2,4 12,7 0,9 0,7 1757 572 724 80 48 Sumber: Hsieh, SC. Dan CF. Hsieh, 1987

Kompos merupakan hasil akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman ataupun bangkai binatang. Ciri-ciri kompos yang baik adalah berwarna coklat berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun lapuk (Yuliarti, 2009).

Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai secara sempurna. Kualitas kompos yang dianggap baik adalah memiliki C/N rasio antara 12−15 (Novizan, 2005).

Menurut Sutanto (2002), kandungan bahan organik sangat mempengaruhi sifat tanah. Tanah yang banyak mengandung bahan organik memiliki sifat lebih


(33)

19

terbuka atau sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah mengalami pemadatan daripada tanah yang rendah kandungan organiknya.

Sutanto (2002) menyatakan bahwa tanah yang banyak mengandung bahan organik relatif lebih sedikit hara yang terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Manfaat hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah adalah mempercepat aktivitasnya, meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik, serta mempercepat pelepasan hara. Manfaat ganda bahan organik tanah tidak dapat tergantikan oleh pupuk kimia.

2.5 Pupuk Plant Catalyst 2006

Plant Catalyst 2006 adalah pupuk pelengkap yang mengandung unsur hara lengkap (makro dan mikro). Merupakan katalisator dan berperan dalam mempercepat pertumbuhan dan perkembangan akar-akar baru, meningkatkan jumlah klorofil daun, mempercepat pembentukan primordia bunga dan

mengefektifkan serta mengoptimalkan tanaman menyerap pupuk-pupuk utama dari dalam tanah dan dari pupuk dasar (Urea, SP-36, KCl, ZA, pupuk kandang) (CNI, 2010).

Keunggulan plant catalyst

1. Unsur hara lengkap (makro dan mikro).

2. Melengkapi kebutuhan unsur hara tanaman yang tidak disediakan oleh pupuk dasar NPK.

3. Tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap serangan hama penyakit. 4. Meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil tanaman


(34)

20

5. Ramah lingkungan (bio-degradable) dan hasil tanaman bebas dari unsur-unsur logam berat yang bersifat karsinogenik.

Tabel 5. Komponen dalam Plant catalyst

No Komponen Jumlah

1 Nitrogen (N) 0,23% (wt)

2 Kalium (K) 0,88% (wt)

3 Phosfor (P) 5,54% (wt)

P2O5 11,70% (wt)

4 Sulphur (S) 0,02% (wt)

5 Boron (Bo) 0,25% (wt)

6 Chlor (Cl) 0,11% (wt)

7 Natrium (Na) 27,42% (wt)

8 Carbon (C) 6,47% (wt)

9 Kalsium (Ca) <0,05 ppm 10 Magnesium (Mg) 25,92 ppm

11 Mangan (Mn) 2,37 ppm

12 Zinc (Zn) 11,15 ppm

13 Ferum (Fe) 36,45 ppm

14 Molibdenum (Mo) 35,37 ppm 15 Copper (Cu) <0,03 ppm 16 Alumunium (Al) <0,4 ppm

17 Kobalt (Co) 9,59 ppm

Keterangan : Keterangan pada label kemasan

(wt = weight (perbandingan berat unsur per berat bahan), ppm= part per million (sepersejuta))


(35)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan April sampai dengan September 2011. 3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit cabai TM 999, pupuk NPK mutiara (16:16:16), Plant Catalyst-2006, fungisida Antracol, insektisida Curacron, dan bahan organik (pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan kompos daun).

Alat yang digunakan adalah alat siram (gembor), polibag (7x8 cm), sprayer 2 l, meteran jahit, timbangan elektrik, ember, cangkul, kamera, alat tulis, golok, tali rapia, ajir (bambu), mulsa plastik hitam perak, dan sprayer knapseck.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Perlakuan

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, rancangan perlakuan disusun rancangan faktorial (4x5).

Faktor pertama adalah bahan organik 2 kg/tanaman (tanpa bahan organik, pupuk kandang ayam, pupuk kandang sapi, dan kompos daun) dan faktor kedua adalah plant catalyst (0 g/l, 1 g/l, 1,5 g/l, 2 g/l, dan 2,5 g/l). Masing-masing perlakuan di


(36)

22

ulang 3 kali setiap ulangan 20 bedengan masing-masing populasi tiap bedeng 6 tanaman.

3.3.2 Rancangan Percobaan dan Tata letak Percobaan

Untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan untuk menguji hipotesis, rancangan perlakuan diterapkan pada rancangan percobaan kelompok teracak sempurna (RKTS) tata letak percobaan tercantum pada Gambar 2 sebagai berikut:

Kel 1 Kel 2 Kel 3

B0P0 B1P3 B0P1

B2P3 B2P1 B3P3

B1P1 B3P4 B2P2

B3P0 B0P0 B1P2

B1P4 B2P3 B2P1

B0P1 B1P0 B3P0

B2P0 B3P1 B0P3

B3P4 B0P4 B1P0

B3P1 B0P2 B1P3

B2P1 B2P2 B0P4

B1P0 B1P4 B2P0

B0P4 B3P3 B3P4

B1P2 B0P3 B0P2

B2P4 B1P2 B2P3

B0P2 B2P0 B1P4

B3P3 B3P2 B3P1

B1P3 B0P1 B0P0

B0P3 B2P4 B1P1

B2P2 B3P0 B2P4

B3P2 B1P1 B3P2

Gambar 1. Tata letak Keterangan

B0 : Kontrol

B1 : Kandang Ayam B2 : Kandang Sapi B3 : Kompos daun

P0 : Konsentrasi PC. 2006 0 g/l, P1 : Konsentrasi PC. 2006 1 g/l P2 : Konsentrasi PC. 2006 1,5 g/l, P3 : Konsentrasi PC. 2006 2 g/l P5 : Konsentrasi PC. 2006 2,5 g/l Kelompok (tinggi tanaman)

K1 : Kelompok 1 (9 cm – 15 cm) K2 : Kelompok 2 (<15 cm – 18 cm)


(37)

3.3.3 Rancangan Analisis Data

Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett sedangkan aditivitas diuji dengan uji Tukey. Jika kedua asumsi terpenuhi, dilanjutkan dengan sidik ragam dan apabila hasil uji F nyata maka dilakukan uji lanjut yang digunakan perbandingan ganda dengan uji BNT pada taraf 5 %.

3.3.4 Teknik Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan lahan

a. Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. b. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah yang bergumpal-gumpal menjadi struktur tanah yang gembur, sesuai dengan perkembangan akar tanaman cabai, menstabilkan peredaran air, udara, dan suhu di dalam tanah. Pengolahan lahan dilakukan dengan pencangkulan setelah dicangkul di angin-anginkan (berakan) selama satu minggu.

Pembuatan bedengan kasar dilakukan setelah tanah diberakan selama satu minggu. Bedengan dibuat dengan ukuran sebagai berikut :

 Panjang : 185 cm

 Lebar : 100 cm

 Tinggi : 30-40 cm


(38)

25

c. Pengapuran

Pengapuran dilakukan untuk menaikan pH tanah. Pengapuran di lahan menggunakan kapur pertanian (dolomit) dengan cara menaburkan setelah dilakukan pengolahan lahan dan terbentuk bedengan kasar sebanyak 2 kg per 1 x 1,85 m.

d. Pembuatan bedengan

Pembuatan bedengan dilakukan setelah pengolahan lahan, bedengan terbentuk pemberian bahan organik dilakukan setelah pengapuran dan selanjutnya bedengan di tutup dengan mulsa plastik hitam perak.

2. Penyemaian bibit dan penanaman

Benih cabai disemai dalam polibag-polibag kecil. Tempat pembibitan diberi naungan agar tidak terkena matahari langsung. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyemprotan dengan pestisida curacron 2 ml/l dan pembersihan gulma.

Bibit yang telah berumur 1 bulan, atau berdaun 6-7 helai di pindah ke lahan dan ditanam pada lubang yang berjarak 50 cm x 60 cm yang dilakukan sore hari. Setiap lubang berisi satu bibit tanaman cabai setiap petak percobaan terdapat 6 tanaman.

3. Aplikasi Perlakuan

Pemberian bahan organik dilakukan pada saat pembuatan bedengan sudah selesai. Bahan organik diberikan di lubang tanam sebanyak 2 kg per tanaman. Pemberian Plant Catalyst 2006 dilakukan pada tanaman 15 hari setelah tanam


(39)

26

dan selanjutnya dilakukan setiap selang waktu seminggu sekali dengan volume semprot 600 ml/bedeng.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, dan pencegahan gangguan hama dan penyakit serta pemupukan. Penyulaman dilakukan secepat

mungkin, yaitu maksimum satu minggu setelah tanam dengan mengganti bibit yang mati atau tumbuh abnormal dengan bibit yang baik. Irigasi dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang dilakukan sesuai kondisi lapang jika kering di lakukan irigasi dengan cara di alirkan (irigasi leb). Pencegahan hama dan penyakit dengan penyemprotan pestisida setiap satu minggu sekali. Pemupukan dilakukan dengan pupuk NPK 16-16-16 dengan dosis 15 gram pertanaman yang diberikan secara berkala. Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Pemasangan ajir bertujuan untuk menjaga tanaman tidak roboh akibat hujan dan terpaan angin dengan panjang 125 cm.

5. Pengamatan dan teknik pengukuran

Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman sampel tiap bedengan. Variabel yang diamati adalah:

a. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman dalam satuan cm di ukur dengan menggunakan meteran, dari leher akar sampai titik tumbuh tertinggi. Di laksanakan pada saat panen berakhir.


(40)

27

b. Jumlah cabang

Jumlah cabang dihitung dari bagian cabang pertama (primer) sampai cabang terakhir waktu panen terakhir. Jumlah cabang dihitung saat panen terakhir dilakukan.

c. Jumlah Bunga gugur per tanaman

Jumlah Bunga gugur di hitung pada keseluruhan bunga yang gugur tiap petak percobaan, dihitung pada saat muncul bunga hingga panen berakhir setiap 4 hari sekali kemudian di jumlahkan dan dibagi jumlah tanaman per petak. d. Jumlah buah gugur per tanaman

Jumlah buah gugur di hitung pada keseluruhan buah yang gugur tiap petak percobaan, dihitung pada saat muncul buah hingga panen berakhir setiap 4 hari sekali sebelum dilakukan panen kemudian di jumlahkan dan dibagi jumlah tanaman per petak.

e. Jumlah buah per tanaman

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah yang telah di panen saat awal panen dan sampai panen berakhir. Buah yang dihitung adalah buah yang baik, 80-100% merah. Panen dilakukan setiap 4 hari sekali

f. Jumlah bunga per tanaman

Jumlah bunga per tanaman dihitung dengan cara menjumlahkan jumlah buah per tanaman, jumlah bunga gugur per tanaman, dan jumlah buah gugur per tanaman pada saat panen selesai


(41)

28

g. Bobot buah per Buah

Bobot buah per buah ditimbang dengan tangkainya dengan satuan gram. Bobot buah per buah merupakan bobot buah tanaman total per tanaman dibagi dengan jumlah buah per tanaman.

h. Bobot buah per tanaman

Bobot buah ditimbang dengan tangkainya dengan satuan gram. Penimbangan dilakukan setiap panen dari panen pertama hingga berakhir.

i. Bobot kering berangkasan

Pengukuran bobot kering berangkasan tanaman terdiri dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven ‘Memmert’ dengan suhu 80°C selama 72 jam atau mencapai berat konstan. Bobot berangkasan diukur dalam satuan gram dengan menggunakan neraca elektrik.


(42)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpukan sebagai berikut:

1. Bahan organik yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah bahan organik pupuk kompos daun mampu meningkatkan jumlah bunga per tanaman sebanyak 354,17 dibandingkan dengan tanpa bahan organik yaitu 234.94 dan bobot kering brangkasan seberat 144,57 g dibandingkan dengan tanpa bahan organik yaitu 93,36 g.

2. Konsentrasi plant catalyst yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah pada konsentrasi plant catalyst 1 g/l menghasilkan jumlah bunga per tanaman (276,63), bobot buah per tanaman (340,92 g), dan jumlah buah per tanaman (238,83).

3. Pemberian bahan organik dan konsentrasi plant catalyst yang memperlihatkan respon terbaik adalah pemberian bahan organik pupuk kandang sapi dan konsentrasi plant catalyst 2 g/l (B2P3) yaitu pada bobot buah per tanaman (475,00 g) dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik dan plant catalyst (B0P0) yaitu 292,00 g.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan disarankan dilakukan penelitian lanjutan dosis NPK yang lebih tinggi yang diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman cabai.


(43)

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK PELENGKAP PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI (Capsicum annuum) TM 999

(Skripsi)

OLEH PONIRAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(44)

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011a. Bahan Organik. http://www.lestarimandiri.org/id/pupuk-organik/92-pupuk-organik/156-bahan-organik.html. Diakses tanggal 17 Juni 2011.

Anonim. 2011b. Jenis-jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media . http://www.keperawatan.web.id/blogs/jenis-jenis-bahan-organik-yang-dapat-dijadikan-sebagai-media-tanam.html. Diakses tanggal 17 Juni 2011. Anonim. 2011c. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai ,tahun 2011.

http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 24 Mei 2011. Anonim. 2010. Taksonomi dan morfologi tanaman cabai.

http://requestartikel.com/taksonomi-dan-morfologi-tanaman-cabai. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011.

Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk kandang.

http://www.puslittan.bogor.net. Diakses 16 maret 2011.

Ditjen Hortikultura, Kementan. 2010. Kondisi Pasokan dan Harga Pangan Tahun 2010. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta. www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 mei 2011.

Ekawanti, Sundari. 2007. Respon tiga varietas galdiol (Gladiolus hybridus) terhadap dua jenis pupuk. Skripsi. Fakultas pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. 78 hlm.

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Haryanto. 2008. Pengaruh beberapa dosis kompos limbah kelapa sawit terhadap pertumbuhan tebu (Sacharum officinarum). Fakultas Pertanian

Universitas Andalas. Padang.

Indroprasto, Setyo dan Madyasrai, Riandini. 2005. Frekuensi pemberian pupuk susulan terbaik bagi cabai varietas cth-01, laris, or-twist, dan tm-999. Fakultas Pertanian Institut Pertanian (INSTAN) Yogyakarta. Yogyakarta.


(45)

51

Marbun, Basaria. 2002. Uji taraf konsentrasi pupuk pelengkap cair plant catalyt 2006 terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas cabai merah (Capsicum annum L). Skripsi. Fakultas pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. 65 hlm.

Nofizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka: Jakarta. 130 Hlm.

Prajnanta, Final. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya: Jakarta. 172 Hlm.

Rukmana, R. 1996. Gerbera. Kanisius. Yogyakarta. 35 Hlm.

Setiadi. 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya: Jakarta. 200 Hlm.

Syukur, Abdul dan Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan npk terhadap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir Pantai samas bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No 2 (2008) p: 138-145 Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organik. Kanisius: Yogyakarta. 210 Hlm. Sutedjo, M. 2008. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta: Jakarta. 174 Hlm. Susilawati, Ani, Wahida Annisa, dan Achmadi Jumberi. 2004. Peningkatan

Produktivitas Tanaman Cabai di Lahan Pasang Surut dengan Pemberian Pupuk Kandang. Agrivita Brawijaya University .Vol. 32 No 1 Februari 2010 - Mei 2010

Tim Plant Catalyst 2006-PC&HC Dept. 2002. Buku Panduan Produk Plant Catalyst 2006. PT. Citra Nusa Insan Cemerlang. Jakarta. 43 Hlm.

Tim Redaksi Trubus. 2010. “Panen cabai meningkat 250%infokit vol 1”. Edisi Pebruari. Trubus Swadaya: Jakarta. 218 Hlm.

Yuliarti, Nurheti. 2009. 1001 cara menghasilkan pupuk organik. Lily publisher: Jakarta. 72 Hlm.


(46)

52


(1)

28

g. Bobot buah per Buah

Bobot buah per buah ditimbang dengan tangkainya dengan satuan gram. Bobot buah per buah merupakan bobot buah tanaman total per tanaman dibagi dengan jumlah buah per tanaman.

h. Bobot buah per tanaman

Bobot buah ditimbang dengan tangkainya dengan satuan gram. Penimbangan dilakukan setiap panen dari panen pertama hingga berakhir.

i. Bobot kering berangkasan

Pengukuran bobot kering berangkasan tanaman terdiri dari pangkal batang tanaman dan seluruh daun setelah tanaman dikeringkan menggunakan oven ‘Memmert’ dengan suhu 80°C selama 72 jam atau mencapai berat konstan. Bobot berangkasan diukur dalam satuan gram dengan menggunakan neraca elektrik.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpukan sebagai berikut:

1. Bahan organik yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah bahan organik pupuk kompos daun mampu meningkatkan jumlah bunga per tanaman sebanyak 354,17 dibandingkan dengan tanpa bahan organik yaitu 234.94 dan bobot kering brangkasan seberat 144,57 g dibandingkan dengan tanpa bahan organik yaitu 93,36 g.

2. Konsentrasi plant catalyst yang terbaik dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman cabai TM 999 adalah pada konsentrasi plant catalyst 1 g/l menghasilkan jumlah bunga per tanaman (276,63), bobot buah per tanaman (340,92 g), dan jumlah buah per tanaman (238,83).

3. Pemberian bahan organik dan konsentrasi plant catalyst yang memperlihatkan respon terbaik adalah pemberian bahan organik pupuk kandang sapi dan konsentrasi plant catalyst 2 g/l (B2P3) yaitu pada bobot buah per tanaman (475,00 g) dibandingkan dengan tanpa pemberian bahan organik dan plant catalyst (B0P0) yaitu 292,00 g.

5.2 Saran

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan disarankan dilakukan penelitian lanjutan dosis NPK yang lebih tinggi yang diharapkan mampu meningkatkan produksi tanaman cabai.


(3)

PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK PELENGKAP PADA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CABAI (Capsicum annuum) TM 999

(Skripsi)

OLEH PONIRAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

50

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011a. Bahan Organik. http://www.lestarimandiri.org/id/pupuk-organik/92-pupuk-organik/156-bahan-organik.html. Diakses tanggal 17 Juni 2011.

Anonim. 2011b. Jenis-jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media . http://www.keperawatan.web.id/blogs/jenis-jenis-bahan-organik-yang-dapat-dijadikan-sebagai-media-tanam.html. Diakses tanggal 17 Juni 2011. Anonim. 2011c. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai ,tahun 2011.

http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 24 Mei 2011. Anonim. 2010. Taksonomi dan morfologi tanaman cabai.

http://requestartikel.com/taksonomi-dan-morfologi-tanaman-cabai. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011.

Bawolye, J. 2006. Bahan Organik dan Pupuk kandang.

http://www.puslittan.bogor.net. Diakses 16 maret 2011.

Ditjen Hortikultura, Kementan. 2010. Kondisi Pasokan dan Harga Pangan Tahun 2010. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta. www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 mei 2011.

Ekawanti, Sundari. 2007. Respon tiga varietas galdiol (Gladiolus hybridus) terhadap dua jenis pupuk. Skripsi. Fakultas pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. 78 hlm.

Hakim, N, dkk. 1986. Dasar – dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Haryanto. 2008. Pengaruh beberapa dosis kompos limbah kelapa sawit terhadap pertumbuhan tebu (Sacharum officinarum). Fakultas Pertanian

Universitas Andalas. Padang.

Indroprasto, Setyo dan Madyasrai, Riandini. 2005. Frekuensi pemberian pupuk susulan terbaik bagi cabai varietas cth-01, laris, or-twist, dan tm-999. Fakultas Pertanian Institut Pertanian (INSTAN) Yogyakarta. Yogyakarta.


(5)

51

Marbun, Basaria. 2002. Uji taraf konsentrasi pupuk pelengkap cair plant catalyt 2006 terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas cabai merah (Capsicum annum L). Skripsi. Fakultas pertanian Universitas Lampung: Bandar Lampung. 65 hlm.

Nofizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka: Jakarta. 130 Hlm.

Prajnanta, Final. 1995. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar Swadaya: Jakarta. 172 Hlm.

Rukmana, R. 1996. Gerbera. Kanisius. Yogyakarta. 35 Hlm.

Setiadi. 2000. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya: Jakarta. 200 Hlm.

Syukur, Abdul dan Harsono. 2008. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan npk terhadap beberapa sifat kimia dan fisika tanah pasir Pantai samas bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8, No 2 (2008) p: 138-145 Sutanto, R. 2002. Penerapan pertanian organik. Kanisius: Yogyakarta. 210 Hlm. Sutedjo, M. 2008. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta: Jakarta. 174 Hlm. Susilawati, Ani, Wahida Annisa, dan Achmadi Jumberi. 2004. Peningkatan

Produktivitas Tanaman Cabai di Lahan Pasang Surut dengan Pemberian Pupuk Kandang. Agrivita Brawijaya University .Vol. 32 No 1 Februari 2010 - Mei 2010

Tim Plant Catalyst 2006-PC&HC Dept. 2002. Buku Panduan Produk Plant Catalyst 2006. PT. Citra Nusa Insan Cemerlang. Jakarta. 43 Hlm.

Tim Redaksi Trubus. 2010. “Panen cabai meningkat 250%infokit vol 1”. Edisi Pebruari. Trubus Swadaya: Jakarta. 218 Hlm.

Yuliarti, Nurheti. 2009. 1001 cara menghasilkan pupuk organik. Lily publisher: Jakarta. 72 Hlm.


(6)

52