16
kepada penyajian pelaporan keuangan yang tidak benar, dan akhirnya dapat memengaruhi alokasi sumber daya yang ada. Manajer dapat memanipulasi
laba dengan berbagai cara, baik yang secara langsung berpengaruh terhadap keputusan operasi, pembiayaan, investasi maupun dalam bentuk pemilihan
prosedur akuntansi yang diperbolehkan dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum PABU.
2.3 Kategori Manajemen Laba
Menurut Gunny 2005 manajemen laba dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu: fraudulent accounting, accruals management dan real earnings
management. 1
Fraudulent accounting Fraudulent accounting merupakan pilihan akuntansi yang
melanggar General Accepted Accounting Principles GAAP, accrual earnings management meliputi aneka pilihan dalam GAAP yang menutupi
kinerja ekonomi yang sebenarnya dan real earnings management terjadi ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktik yang
sebenarnya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.
2 Manajemen laba akrual
Manajemen laba berbasis akrual dilakukan karena adanya keleluasaan kebijakan dari manajemen dalam menentukan suatu praktik
akuntansi terhadap suatu account dalam neraca. Menurut Sulistyanto 2008, praktik akrual ini dilakukan dengan mempermainkan komponen-
17
komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan
orang yang melakukan pencatatan dan menyusun laporan keuangan. Praktik manajemen laba berbasis akrual dapat dilakukan apabila
manajemen telah memiliki pengetahuan yang baik dalam bidang akuntansi. Manajer sama sekali tidak melibatkan arus kas perusahaan dan
hanya bermain pada pos-pos neraca di akhir tahun neraca. Praktik berbasis akrual menyatakan bahwa perusahaan dapat mengakui pendapatan atau
beban sesuai dengan waktu substansinya dan tidak memperhatikan kapan arus kas masuk atau keluar. Biaya dapat diakui dalam waktu tertentu
walaupun pengeluaran kas telah terjadi pada waktu sebelumnya, begitu juga sebaliknya, jika biaya baru diakui di periode yang akan datang
walaupun pengeluaran kas telah terjadi di periode berjalan.
3 Manajemen laba riil
Menurut Roychowdhury 2006, kegiatan manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil merupakan kegiatan yang berangkat dari praktik
operasional yang normal, yang dimotivasi oleh manajer yang berkeinginan untuk menyesatkan beberapa stakeholder untuk percaya bahwa tujuan
pelaporan keuangan tertentu telah dipenuhi dalam operasi normal. Kegiatan manipulasi aktivitas riil sebenarnya tidak memberikan kontribusi
untuk nilai perusahaan walaupun mungkin tujuan para manajer tercapai dalam penentuan target laba yang mereka harapkan.
18
Gunny 2005, melakukan penelitian tentang konsekuensi dari manajemen laba riil. Empat aktivitas utama manajemen laba riil yang
digunakan adalah: a mengurangi biaya diskresioner riset dan pengembangan, b mengurangi biaya diskresioner penjualan dan biaya
administrasi dan umum, c melakukan timing penjualan aktiva tetap untuk menaikkan laba, dan d overproduction, diskon harga atau keringanan
kredit untuk menaikkan penjualan atau mengurangi biaya produksi. Terdapat dua alasan yang mendasari dipilihnya manajemen laba melalui
manipulasi aktivitas riil daripada manipulasi akrual yaitu 1 manipulasi akrual lebih sering dijadikan pusat pengamatan atau inspeksi oleh auditor
dan regulator daripada keputusan tentang penentuan harga dan produksi. Sehingga pilihan akuntansi yang dilakukan terkait dengan akrual pada
perusahaan mempunyai risiko yang lebih besar terhadap pemeriksaan oleh pihak yang berwenang di pasar modal dan perusahaan akan mendapatkan
sanksi apabila terbukti melakukan penyimpangan standar akuntansi yang berlaku umum dengan tujuan untuk memanipulasi laba, dan 2 hanya
menitikberatkan perhatian pada manipulasi akrual merupakan tindakan yang berisiko. Selain itu, perusahaan mungkin mempunyai fleksibilitas
yang terbatas untuk mengatur akrual, misalnya keterbatasan dalam melaporkan akrual diskresioner Graham, et al 2005. Menurut
Roychowdhury 2006, manajemen laba riil dapat dideteksi melalui 3 hal yaitu arus kas operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner perusahaan.
19
Cara yang digunakan oleh manajer dalam praktik manipulasi arus kas operasi tersebut diantaranya adalah dengan melakukan manipulasi
penjualan. Manajer menggunakan kebijakan diskon besar-besaran sebagai salah satu cara untuk meningkatkan penjualan dan berdampak pada arus
kas operasi yang masuk ke dalam perusahaan. Dengan demikian, volume penjualan perusahaan pada tahun tersebut akan naik. Cara yang lainnya
adalah dengan pemberian kredit ringan yang akan meningkatkan penjualan namun memperkecil arus kas operasi yang masuk ke dalam perusahaan
atau penundaan pembayaran bahan baku kepada supplier sehingga volume arus kas di dalam perusahaan menjadi tinggi.
Pihak manajemen memanipulasi biaya produksi dengan cara membesarkan volume produksi di tahun berjalan. Pada penelitian yang
dilakukan Roychowdhury 2006, biaya produksi merupakan jumlah dari harga pokok penjualan dan perubahan persediaan selama periode berjalan.
Dengan semakin banyaknya unit produksi yang dihasilkan, biaya fixed overhead per unit semakin menurun, bila diasumsikan biaya marginal
produksi tidak meningkat maka efeknya adalah biaya total per unit yang akan menurun. Menurunnya biaya total per unit akan berpengaruh
terhadap menurunnya nilai harga pokok penjualan sehingga laba perusahaan di tahun berjalan akan meningkat. Proksi dari manajemen laba
riil yang selanjutnya adalah biaya diskresioner. Biaya diskresioner merupakan biaya yang outputnya tidak bisa diukur secara moneter dan
bergantung pada kebijakan manajemen.
20
Roychowdhury 2006, menyebutkan bahwa biaya diskresioner merupakan penjumlahan dari biaya iklan, biaya penelitian dan
pengembangan, biaya pemeliharaan serta biaya penjualan, umum dan administrasi. Manajemen sering kali mengurangi volume biaya
diskresioner ini karena biaya–biaya ini tidak segera menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Dengan berkurangnya biaya diskresioner ini,
laba perusahaan akan meningkat dan arus kas operasi juga akan meningkat.
2.4 Praktik Manajemen Laba