CAHAYA NUGRAHANI S4309003

(1)

commit to user

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

(MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING)

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Oleh :

CAHAYA NUGRAHANI

NIM S 4309003

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dan penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tesis yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Nilai Perusahaan (Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening)” ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Ilmu Akuntansi di Program Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Wisnu Untoro, M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Payamta, M.Si, Ak, CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi sekaligus Pembimbing I, yang telah mentransfer begitu banyak


(6)

commit to user

ilmu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis hingga tesis ini selesai.

5. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si, Ak, BKP, selaku dosen pembimbing II, yang telah memberi bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

6. Prof. Dr. Rahmawati, M.Si, Ak, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.

7. Seluruh dosen-dosen pengajar yang telah berbagi ilmu serta pengalaman selama perkuliahan, yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah ilmu pengetahuan.

8. Seluruh staff administrasi Maksi UNS dan teman-teman angkatan VIII, yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya sejak awal perkuliahan hingga selesai.

9. Ayahanda Ir. Karl Kasmiyanto dan Ibunda Sri Suprapti (almh) tercinta, terimakasih untuk doa dan motivasinya yang tidak habis-habisnya untuk ananda.

10.Anak-anakku, Fyananda Jazzmina dan Bimantara Febrian, kalianlah semangat mama...

11.Seluruh keluarga besar yang selalu memberi dukungan moril dan materiil. Kakakku, Bayu Kalpikotomo dan keluarga, adik-adikku, Diana Septiyanti dan keluarga, Ilham Nugroho dan keluarga. Terimakasih yang tidak terhingga untuk kalian semua…


(7)

commit to user

12.Serta kepada seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Semoga amal baiknya dibalas oleh Allah SWT, dengan cara dimudahkan segala urusannya dunia dan akhirat, dan dilimpahkan rizqinya Barokah, Amin.

Penulis berharap semoga tulisan tesis ini dapat berguna bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam perkembangan dan pengembangan ilmu akuntansi yang sejalan dengan perkembangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia.

Penulis menyadari, bahwa setiap hasil karya manusia, meskipun dipersiapkan dengan sebaik apapun, pasti masih jauh dari sempurna serta banyak mengandung kelemahan dan kesalahan. Semua itu tidak lepas dari kodrat manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran dari seluruh pembaca demi membangun wacana yang konstruktif.

Penulis mohon maaf atas segala kelemahan dan kesalahan yang dikandung di dalam tesis ini.

Wassalamu’alaikum wr., wb.

Klaten, 9 Juli 2012 Penulis

Cahaya Nugrahani


(8)

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN TESIS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

ABSTRAKSI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 8


(10)

commit to user

1. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 8

2. Manajemen Laba ... 10

3. Kualitas Audit ... 20

4. Nilai Perusahaan ... 23

B. Pengembangan Hipotesis ... 27

1. Kualitas Audit dan Manajemen Laba ... 27

2. Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan ... 28

3. Kualitas Audit, Nilai Perusahaan dan Manajemen Laba ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 33

B. Jenis dan Sumber Data ... 33

C. Definisi Operasional Penelitian ... 34

1. Variabel Bebas ... 34

2. Variabel Terikat ... 34

3. Variabel Mediasi (Intervening) ... 35

4. Variabel Kontrol ... 37

D. Analisis Data ... 37

1. Analisis Statistik Deskriptif ... 38

2. Uji Asumsi Klasik ... 39

3. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sampel dan Populasi Penelitian ... 46


(11)

commit to user

B. Statistik Deskriptif ... 47

C. Pengujian Asumsi Klasik ... 48

D. Pengujian Hipotesis ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Keterbatasan ... 62

C. Saran ... 63

D. Implikasi ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN


(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Penentuan Jumlah Sampel ... 46

Tabel 2 Statistik Deskriptif ... 47

Tabel 3 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……… 49

Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas ……….………… 50

Tabel 5 Hasil Uji Heterokedastisitas ……….. 51

Tabel 6 Hasil Uji Autokorelasi ………. .. 52

Tabel 7 Hasil Analisa Regresi untuk Hipotesis Pertama ….…………. 53

Tabel 8 Hasil Analisa Regresi untuk Hipotesis Kedua ………….…... 55

Tabel 9 Hasil Analisa Regresi Persamaan (3) untuk Hipotesis Ketiga ………. 57

Tabel 10 Hasil Analisa Regresi Persamaan (4) dan (5) untuk Hipotesis Ketiga ……….. ………. 58


(13)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 32 Gambar 2 Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga ... 60


(14)

commit to user

ABSTRAKSI

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN

(MANAJEMEN LABA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING)

CAHAYA NUGRAHANI S4309003

Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan secara empiris adanya pengaruh kualitas audit terhadap praktik manajemen laba, untuk membuktikan adanya pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan, selain itu juga untuk membuktikan adanya pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel intervening .

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 - 2010. Sampel dipilih menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 73 perusahaan yang menjadi sampel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda dan analisis jalur untuk hipotesis ketiga.

Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel kualitas audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara individual. Sedangkan pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan, diterima karena terbukti variabel Discretionnary Accruals berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan path analysis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak dapat berperan sebagai variabel intervening pada pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung pada kualitas audit terhadap nilai perusahaan tidaklah signifikan dan nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan lebih besar daripada nilai standardized beta coefficient pengaruh tidak langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba.


(15)

commit to user

ABSTRACK

THE INFLUENCE OF AUDIT QUALITY

ON FIRM’S VALUE

(EARNINGS MANAGEMENT AS AN INTERVENING

VARIABLE)

CAHAYA NUGRAHANI S4309003

The aims of this research are empirically to find out the influence of the audit quality on earnings management practices, to find out the influence of earnings management on firm value, and find out the effect of audit quality on firm value mediated by the earnings management.

The samples of this research are primarily company listed on the Indonesia Stock Exchange in the year ended 2007 up to 2010. The sample was selected using purposive sampling method and obtained a sample of 73 companies. Hypothesis is tested by using multiple regression analysis and path analysis for the third hypothesis.

The research reveals that the audit quality variable has no significant effect on earnings management, individually. While the effect of earnings management on firm value, accepted as proven Discretionnary Accruals has positive significant effect on firm value. Based on path analysis carried out it can be concluded that earnings management can not act as an intervening variable in the influence of the quality audit on firm value. It is shown by standardized beta coefficient of a direct influence of the audit quality on firm value is not significant and standardized beta coefficient of the direct influence of the quality audit on firm value is larger than the standardized beta coefficient indirectly influence the quality of audits of the firm value through by earnings management .

Keywords : Earnings Management, Firm’s Value, Audit Quality, Leverage, Size.


(16)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Hal ini disebabkan karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi- informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan berdasarkan teori keagenan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu pihak internal sebagai agen dan eksternal sebagai prinsipal. Pihak internal yaitu manajemen. Sedangkan pihak eksternal adalah pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, pemasok, konsumen, dan masyarakat umum lainnya. Laporan keuangan ini nantinya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi para pemakainya. Menurut Standar Pernyataan Akuntansi Keuangan No 1 tentang penyajian laporan keuangan (2004: 07), laporan keuangan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan perusahaan ini memiliki fungsi yang penting, baik bagi issuer, penjamin emisi maupun investor. Bagi issuer dan penjamin emisi, laporan keuangan penting karena merupakan salah satu sumber informasi utama untuk menilai penentuan harga saham dalam proses IPO. Laporan keuangan juga penting bagi para investor karena merupakan sumber informasi dalam menetapkan keputusan investasinya. Laporan keuangan merupakan suatu sarana


(17)

commit to user

untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan oleh manajemen atas sumber daya pemilik (Belkaoui, 1993).

Seluruh bagian laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan perusahaan merupakan bagian penting yang saling melengkapi. Bagian dari laporan keuangan tersebut dapat dipakai sebagai salah satu parameter untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan faktor penting dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba tersebut membantu pemilik atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang (Financial Accounting Standard Board, 1987).

Pada prakteknya yang banyak menjadi perhatian investor dan calon investor dalam laporan keuangan hanya terpusat pada laba (earning) perusahaan (Muid dan Catur, 2005) karena pada dasarnya laba yang dilaporkan oleh manajemen merupakan sinyal bagi para pengguna laporan keuangan terutama investor mengenai laba perusahaan di masa datang. Oleh karena itu, pengguna laporan keuangan dapat memprediksi laba yang akan datang berdasarkan sinyal yang disediakan oleh manajemen melalui laba yang dilaporkan pada periode berjalan.. Perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (manajemen laba). Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar akuntansi


(18)

commit to user

tertentu dengan tujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan dan atau nilai perusahaan. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelonggaran penggunaan metode dan prosedur akuntansi (Scott, 2003).

Manajemen laba dapat dideteksi dengan menghitung nilai Discretionary Accruals (DAit), yaitu komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen,

artinya manajer memberikan intervensinya dalam proses pelaporan keuangan. Jika nilai DAit > 0, maka perusahaan melakukan manajemen laba dengan memperbesar

laba yang dilaporkan. Begitu pula sebaliknya, nilai DAit < 0 menunjukkan bahwa

perusahaan melakukan manajemen laba dengan memperkecil laba yang dilaporkan.

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996). Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas perusahaan berdasarkan pencatatan historis. Sedangkan nilai pasar merupakan presepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya tercermin pada nilai pasar saham perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya.

Jika harga saham perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan tersebut juga baik. Nilai perusahaan dapat di tingkatkan dengan


(19)

commit to user

meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu cara dengan menerapkan praktik corporate governance.

Manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pengungkapan informasi tambahan dalam laporan keuangan namun peningkatan pengungkapan laporan keuangan akan mengurangi asimetri informasi sehingga peluang manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin kecil. Perusahaan yang melakukan manajemen laba akan mengungkapkan lebih sedikit informasi dalam laporan keuangan agar tindakannya tidak mudah terdeteksi. Namun terdapat kemungkinan sebaliknya, jika manajemen laba dilakukan untuk tujuan mengkomunikasikan informasi dan meningkatkan nilai perusahaan, maka seharusnya hubungan yang terjadi adalah positif.

Penelitian tentang manajemen laba dan hubungannya dengan nilai perusahaan telah dilakukan sebelumnya oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007). Penelitian tersebut menguji pengaruh investment opportunity set dan mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Kualitas laba diukur dengan discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model karena model ini dianggap lebih baik diantara model lain untuk mengukur manajemen laba, sedangkan nilai perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV) yang merupakan nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.

Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan akan tercermin


(20)

commit to user

dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Jensen (2001) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen. Penyatuan kepentingan pemegang saham, debtholders, dan manajemen yang notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah (agency

problem). Agency problem dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan

(kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional). Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan.

Akuntan publik sebagai pihak independen yang memberikan opini kewajaran terhadap laporan keuangan emiten juga menjadi salah satu pihak yang mau tidak mau ikut bertanggung jawab atas merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi. Akibatnya peristiwa tuntutan hukum terhadap kantor akuntan juga ikut meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini (Krishnan, 1997). Lebih jauh disebutkan bahwa kos hukum yang harus dibayarkan kantor akuntan big 6 meningkat dari tujuh persen pada tahun 1990 menjadi 19.4% pada tahun 1993 (Public Accounting Report, 1994).

Penelitian tentang kualitas Kantor Akuntan Publik, mengenai independensi auditor, KAP brand name (big four) dan spesialisasi industri auditor belum banyak dilakukan, sehingga penelitian ini akan menguji pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan dan hasil yang diharapkan adalah signifikan. Penelitian


(21)

commit to user

Mayangsari (2003) mendukung hipotesa bahwa spesialisasi industri auditor berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan. Hasil lain menunjukkan bahwa independensi berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan dan mekanisme corporate governance berpengaruh secara statistis signifikan terhadap integritas laporan keuangan meskipun tidak sesuai dengan tanda yang diajukan dalam hipotesis.

Penelitian ini akan menguji pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh manajemen laba. Adapun yang membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, adalah mengenai variabel kualitas KAP yang dalam penelitian ini menggunakan variabel independensi auditor.

Penulis menganggap penelitian ini penting karena sebagian besar penelitian mengenai manajemen laba menguji hubungan atau pengaruh manajemen laba dengan return saham sehingga penelitian ini mencoba menguji kemungkinan adanya pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di disebutkan diatas, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan di teliti, yaitu :

1. Apakah ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba? 2. Apakah ada pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan ? 3. Apakah ada pengaruh kualitas auditterhadap nilai perusahaan ?


(22)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan adanya pengaruh kualitas audit terhadap praktik manajemen laba.

2. Untuk membuktikan adanya pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk membuktikan adanya pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu ;

1. Bagi para pemakai laporan keuangan dan manajemen perusahaan memahami peranan kualitas audit terhadap praktek manajemen laba yang dilakukan yang perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. 2. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, sebagai suatu bahan kajian dan


(23)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Konsep manajemen laba dapat dijelaskan menggunakan pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Michelson et al (1995) dalam Sudjito AD (2006) mendefinisikan keagenan sebagai suatu hubungan berdasarkan persetujuan antara dua pihak, dimana manajemen (agent) setuju untuk bertindak atas nama pihak lain yaitu pemilik (principal). Pemilik akan mendelegasikan tanggungjawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik.

Principal dan agent diasumsikan sebagai pihak-pihak yang

mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini disebabkan agent juga memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraannya.


(24)

commit to user

Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan keputusan oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil sesuai kontrak kerja yang telah disetujui. Hal ini dapat memotivasi agen untuk berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi sesuai dengan harapan prinsipal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan prinsipal kepada agen.

Dalam hubungan antara agen dan prinsipal, akan timbul masalah jika terdapat informasi yang asimetri (information asymetry). Scott (2003) menyatakan apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih memiliki informasi daripada pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agen dan prinsipal, serta tidak mungkinnya prinsipal untuk mengamati secara langsung usaha yang dilakukan oleh agen. Hal ini menyebabkan agen cenderung melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour).

Salah satu disfunctional behaviour yang dilakukan agen adalah pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan harapan principal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Menurut Herawaty (2008) teori keagenan memberikan pandangan bahwa masalah earnings management dapat diminimumkan dengan pengawasan sendiri melalui good corporate governance.


(25)

commit to user

Praktek earnings management oleh manajemen dapat diminimumkan melalui mekanisme monitoring untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan agen dan principal antara lain dengan;

a. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen Meckling 1976)

b. Kepemilikan saham oleh institusional karena mereka dianggap sebagai sophisticated investor dengan jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat memonitor manajemen yang dampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan earning management. (Pratana dan Mas'ud 2003).

c. Klasifikasi akuntan publik yang dilihat dari peran auditor yang memiliki kompensasi yang memadai dan sikap independen sehingga menjadi pihak yang dapat memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dilaporkan manajemen (Mayangsari 2003).

2. Manajemen laba

Penelitian mengenai Manajemen laba (Earnings Management) merupakan bagian dari Teori Akuntansi Positif (Possitive Accounting Theory) yang merupakan teori yang membahas tentang pemilihan prinsip akuntansi oleh manajer dan bagaimana manajer bereaksi atas standar akuntansi yang diajukan (Scott, 2003). Kemudian, Teori Akuntansi Positif mencoba menjelaskan dan memprediksikan praktik akuntansi yang dilakukan dalam perusahaan, salah satunya adalah praktik Manajemen laba dalam perusahaan.


(26)

commit to user

Healy dan Wahlen (1999) dalam Gumanti (2000)menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika eksekutif suatu badan usaha menggunakan kebijakan dalam menyusun laporan keuangan dan membentuk transaksi untuk mengubah laporan keuangan. Tujuannya adalah memanipulasi besaran laba yang dilaporkan kepada para pemegang saham dan mempengaruhi hasil perjanjian yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

a. Motivasi Manajemen Laba

Watts dan Zimmerman (1990) mengajukan tiga hipotesis sehubungan dengan Teori Akuntansi Positif, yang didasarkan atas pemikiran bahwa manajer akan memilih standar akuntansi yang paling menguntungkan diri mereka sendiri. Ketiga hipotesis tersebut adalah Bonus Plan Hypothesis, Debt Covenant Hypothesis dan Political Cost Hypothesis.

1) Bonus Plan Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer yang memiliki perjanjian bonus dengan pemilik perusahaan lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan pendapatan tahun berjalan.. Jika besar bonus yang akan didapat manajer didasarkan pada besarnya laba yang dihasilkan, manajer diprediksi akan memilih metode akuntansi yang dapat menaikkan laba sehingga meningkat pula bonus yang diperoleh.

Apabila perjanjian bonus bagi manajer memiliki batas atas untuk jumlah yang dapat diterima, maka laba suatu periode yang lebih tinggi dari batas atas target laba untuk mendapatkan bonus akan memberi inisiatif bagi manajer untuk mengurangi laba yang dilaporkan dalam periode


(27)

commit to user

tersebut dan mentransfer laba pada periode berikutnya. Kelebihan laba sesungguhnya dengan laba yang dilaporkan akan disajikan pada tahun berikutnya. Upaya ini membuat manajer cenderung akan selalu memperoleh bonus di setiap periode.

2) Debt Covenant Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan dengan debt covenant yang didasarkan atas angka-angka laporan keuangan akan menghindari kondisi gagal bayar (default) dengan cara menggeser laba di masa mendatang untuk dilaporkan sebagai laba tahun berjalan.

Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil, sehingga menurunkan kemungkinan default technic (gagal bayar). Seperti diketahui bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkan peminjam untuk mematuhi atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham dan sebagainya selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut dilanggar, perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam pinjaman tambahan.

Perjanjian hutang memiliki syarat yang harus dipenuhi yang mencakup kesediaan debitur untuk mempertahankan rasio-rasio akuntansi seperti debt to equity ratio, rasio modal kerja minimum, serta batasan-batasan lain yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan. Jika dilanggar akan dikenakan sanksi pembatasan atas pembayaran


(28)

commit to user

deviden atau pembatasan penambahan hutang. Laba yang tinggi diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran syarat perjanjian hutang. Manajer diprediksi akan cenderung untuk memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba.

3) Political Cost Hypothesis

Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan yang berhadapan dengan biaya politis cenderung untuk menurunkan laba dengan tujuan untuk meminimalkan biaya politik yang harus mereka tanggung (Scott, 2003). Biaya politik menyangkut semua biaya (transfer kekayaan) yang harus ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan politis seperti anti trust, subsidi pemerintah, pajak dan tarif, persaingan dengan perusahaan asing, serta regulasi-regulasi lain (Watts dan Zimmerman, 1978).

Manajemen laba bisa digunakan untuk mengatasi persaingan dengan perusahaan asing. Untuk memperoleh proteksi tersebut, perusahaan akan memilih kebijakan akuntansi yang menurunkan laba sehingga laba mereka tampak turun sebagai akibat persaingan dengan perusahaan asing tersebut.

Teori motivasi manajemen laba yang lain adalah teori yang dikemukakan oleh Healy dan Wahlen (1999) dalam Gumanti (2000). Teori tersebut disebutkan tiga motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba, yaitu:

1) Capital Market Motivations

Investor menggunakan informasi keuangan sebagai dasar dalam menilai saham, hal inilah yang mendorong manajer untuk memanipulasi


(29)

commit to user

laba agar dapat mempengaruhi kinerja harga saham perusahaan dalam jangka pendek. Ada beberapa alasan khusus yang mendasari motivasi ini, yaitu:

a) Management Buyouts

Informasi laba sangat penting untuk penilaian dalam management buyouts. Manajer memilih untuk menurunkan labadengan tujuan agar harga saham turun sehingga dana yang dikeluarkan untuk membeli saham oleh manajemen dapat ditekan sedikit mungkin

b) Penawaran Saham

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2001), manajer melakukan manajemen laba pada saat IPO yaitu terjadi 2 tahun sebelum go public.

c) Ramalan Laba Manajemen dan Analis Keuangan (financial analyst expectation and management earnings forecast)

Manajemen laba dilakukan manajer untuk memenuhi target dari ramalan laba yang dilakukan oleh analis keuangan. Healy dan Wahlen (1999) dalam Gumanti (2000) menemukan bahwa manajer melakukan manajemen laba untuk mencegah menurunnya nilai pasar atas saham mereka karena laba yang dilaporkan lebih rendah dari harapan para analis keuangan.

2) Contracting Management

Kontrak pada dasarnya menggunakan data keuangan sebagai persyaratan dalam kontrak tersebut. Manajemen laba digunakan untuk


(30)

commit to user

menghindari sanksi kontrak akibat data keuangan yang tak sesuai dengan persyaratan. Ada 2 macam kontrak, yaitu:

a) Kontrak Pinjaman (lending contract)

Kontrak ini dibuat untuk membatasi tindakan manajemen yang akan menguntungkan pemegang saham perusahaan namun kontrak ini merugikan para kreditur. Apabila kontrak dilanggar, perusahaan akan dikenakan sanksi, seperti pembatasan atas pembayaran deviden dan penangguhan atau pembatasan penambahan hutang. Kondisi keuangan perusahaan yang hampir melanggar kontrak dapat memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba. Yaitu menaikkan laba satu tahun sebelum pelanggaran kontrak pinjaman (Healy dan Wahlen, 1999) dalam Gumanti (2000).

b) Kontrak Kompensasi Manajemen (Management Compesation Contracts)

Kompensasi yang dijanjikan atas laba yang dihasilkan perusahaan mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba. Manajer menaikkan laba yang dilaporkan untuk memenuhi target laba dalam kontrak bonus mereka. Manajer akan memilih prosedur yang akan menaikkan laba sehingga meningkatkan bonus mereka. Menurut Scott (2003:380), pada saat CEO (Chief Executive Officer) akan dipensiun juga terjadi manajemen laba untuk memaksimalkan bonus yang akan diterima dan untuk menunda masa pensiun atau pemecatan atas dirinya.


(31)

commit to user 3) Regulatory Motivations

Ada dua bentuk peraturan yang memotivasi manajer untuk melakukan manajeman laba menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Gumanti (2000), yaitu:

a) Industry Specific Regulations

Di Amerika Serikat, setiap industri memiliki aturan yang berbeda. Industri perbankan harus memelihara rasio kecukupan modal yang dinyatakan dalam angka-angka akuntansi. Sedang dalam industri asuransi, insurer harus memenuhi batas minimum kesejahteraan financial (financial health). Peraturan-peraturan inilah yang akan mendorong manajer untuk melakukan manajeman laba agar dapat memenuhi peraturan yang ditetapkan. Beberapa studi menemukan bahwa bank yang mendekati batas modal minimum menurunkan penghapusan kerugian piutang dan mengakui keuntungan yang tidak normal dari portofolio sekuritasnya.

b) Anti Trust and Other Regulations

Manajemen laba dilakukan manajer berkaitan dengan investigasi anti trust, subsidi pemerintah, persaingan dengan perusahaan asing, serta regulasi lain. Cahan (1992) dalam Gumanti (2000) meneliti perusahaan terkait dengan UU anti trust yang melarang untuk melakukan monopoli dengan indikasi laba yang dilaporkan adalah tinggi. Manajemen yang akan diinvestigasi akan menurunkan labanya


(32)

commit to user

untuk meminimalkan resiko tuduhan bahwa perusahaan melakukan monopoli.

b. Tujuan Manajemen Laba

Scott (2003) membagi tujuan manajer untuk melakukan manajemen laba sebagai berikut :

1) Rencana Bonus (Bonus Plan)

Untuk memaksimalkan bonus yang diterimanya, manajer mempunyai motif untuk melakukan manajemen laba secara oportunis dalam meningkatkan laba perusahaan. Watts dan Zimmerman (1986) menyebutkan bahwa semakin tinggi insentif manajemen yang didasarkan pada laba, semakin besar insentif untuk melakukan manjemen laba.

2) Kontrak Hutang Jangka Panjang (Debt Covenant)

Hubungan positif antara manajemen laba dan hutang perusahaan dinyatakan oleh Watts dan Zimmerman (1986) yang menyatakan perusahaan akan melakukan manajemen laba secara agresif untuk mencegah pelanggaran terhadap kontrak hutang.

3) Motivasi Politik (Political Motivation)

Motif politis dalam melakukan manajemen laba sering digambarkan dengan ukuran (size) perusahaan dengan alasan bahwa semakin besar perusahaan maka semakin besar perhatian pemerintah terhadap kinerja perusahaan tersebut. Watts dan Zimmerman (1986) menyatahan bahwa perusahaan yang lebih besar akan melakukan lebih


(33)

commit to user

banyak kebijakan yang akan menyebabkan laba menurun (income-decreasing earnings management).

4) Pergantian CEO

Pada saat terjadi pergantian direksi pada perusahaan, direksi yang akan diganti memiliki motif melakukan manajemen laba untuk memaksimumkan bonus yang akan diterimanya. Demikian pola dengan direksi yang kinerjanya kurang baik, akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya.

5) Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering)

Teoh et al (1998) menemukan discretionary current accrual disekitar IPO lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang melakukan IPO dibandingkan perusahaan yang tidak sedang melakukan IPO (non issuer) yang dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang sedang IPO melakukan manajemen lana. Hal yang sama terjadi pula pada saat melakukan seasoned equity offerings (SEO).

6) Pengkomunikasian Informasi (To Communicate Information to Investors)

Manajer terdorong untuk melakukan manajemen laba agar laporan keuangan perusahaan terlihat lebih baik. Hal tersebut karena kecenderungan investor untuk melihat laporan keuangan dalam menilai suatu perusahaan. Umumnya investor lebih tertarik pada kinerja keuangan perusahaan di masa akan datang dan menggunakan


(34)

commit to user

laba yang dilaporkan saat ini untuk meninjau kembali kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang.

c. Pendekatan dalam Memprediksi Manajemen Laba

Menurut Sulistyanto (2008) secara umum ada tiga pendekatan yang dihasilkan para peneliti untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu model yang berbasis aggregate accrual, spesific accruals dan distribution of earnings. 1) Model Berbasis Aggregate Accrual

Model ini pertama kali kembangkan oleh Healy (1985), De Angelo (1986) dan Jones (1991), dilanjutnya oleh Dechow, Sloan dan Sweeney (1995). Model ini menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba.

2) Model Berbasis Spesific Accruals

Model ini merupakan model pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item atau komponen laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih dari sektor industri manufaktur atau cadangan kerugian piutang dari industri asuransi dan lain sebagainya. Model ini dikembangkan oleh McNichols dan Wilson (2000).

3) Model Berbasis Distribution of Earnings After Management

Model ini dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev (1997) serta Degeorge, Patel dan Zeckhauser (1999). Pendekatan ini dikembangkan dengan melakukan pengujian secara statistik terhadap komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan laba.


(35)

commit to user

Penelitian Kang dan Sivaramakrishnan (1995) menyatakan bahwa terdapat pendekatan lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu dengan pendekatan Instrumental Variable (IV), dan mereka mengklaim bahwa model deteksi IV lebih baik dari beberapa model sebelumnya karena pendekatan tersebut dapat mengurangi masalah variabel-variabel yang hilang (omitted variables problems) dan bias-bias yang terkait, dengan memunculkan regressor selain penjualan, yaitu kos barang terjual (cost of good sold) dan biaya operasi lainnya.

3. Kualitas Audit

Laporan keuangan auditan yang berkualitas yang dilakukan oleh auditor yang berkualitas akan lebih disukai oleh investor, sehingga pasar akan bereaksi positif jika laporan keuangan diaudit oleh auditor yang berkualitas. Auditing adalah bentuk monitoring yang dilakukan oleh perusahaan untuk menurunkan kos keagenan (agency cost) perusahaan dengan pemegang hutang (bond-holder) dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976). Auditing menjadi bernilai karena dapat menurunkan pelaporan yang salah (misreporting) atas informasi akuntansi.

DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemampuan auditor untuk menemukan kesalahan atau kecurangan dalam sistem akuntansi dan tekanan dari klien untuk menutup buku secara selektif walaupun kecurangan telah ditemukan. DeAngelo juga menyatakan kualitas audit berkaitan dengan independensi dan dapat diproksikan dengan ukuran auditor


(36)

commit to user

KAP Big Six diasumsikan menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada KAP Non Big Six karena menginvestasikan lebih banyak waktu dalam reputasi dan pengalaman serta termotivasi mendapatkan return dari investasinya.

KAP yang besar dan memiliki jumlah klien yang banyak akan berusaha mempertahankan reputasinya dengan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik, karena kalau reputasinya turun maka KAP tersebut akan mengalami kerugian yang lebih besar. Watts dan Zimmerman (1986) juga menyatakan bahwa faktor ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit sebab KAP yang besar lebih mampu dalam mengawasi auditor secara individual dan mendeteksi opportunistic behaviour.

Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

Auditor akan melakukan audit dimana nantinya kesalahan yang bersifat material dari suatu laporan keuangan dapat ditemukan. Proses audit yang dilakukan oleh auditor diartikan sebagai proses akumulasi dan evaluasi bahan bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi yang ada dan kriteria yang ditetapkan (Arens dan Loebbecke, 2000).

Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi dari kualitas audit dan profesionalisme auditor, namun demikian dalam banyak penelitian kompetensi


(37)

commit to user

dan independensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas audit secara aktual (Ruiz Barbadillo et al, 2004). Reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum tidak dapat diamati.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan Independensi auditor sebagai proksi dari kualitas audit. Independensi juga sangat erat kaitannya dengan hubungan dengan klien, yang mana kali ini telah dinyatakan dalam keputusan Menteri Keuangan RI no. 423/KMK.02/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama lima tahun buku berturut-turut dan oleh akuntan publik paling lama untuk tiga tahun buku berturut-turut.

Independensi auditor merupakan snatu hal penting yang sejak lama menjadi pembicaraan baik di kalangan praktisi, pembuat kebijakan ataupun para akademisi. Hal ini dikarenakan pendapat yang diberikan oleh auditor berkaitan dengan kepentingan banyak pihak. Namun demikian pendapat yang diberikan oleh auditor terhadap laporan keuangan suatu perusahan tidak akan mempunyai nilai apabila auditor tersebut dianggap tidak memiliki independensi oleh para pengguna laporan keuangan.

4. Nilai Perusahaan

Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin


(38)

commit to user

sejahtera pula pemiliknya (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya (Fama, 1978). Jensen & Meckling (1986) menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim keuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen.

Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz, 2006) menyatakan nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya.

Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005)

Nilai perusahaan diukur dari nilai pasar wajar dari harga saham. Bagi perusahaan yang sudah go public maka nilai pasar wajar perusahaan ditentukan mekanisme permintaan dan penawaran di bursa, yang tercermin dalam listing price. Harga pasar merupakan cerminan berbagai keputusan dan kebijakan manajemen.

Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga


(39)

commit to user

sahamnya. Jika nilai perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan tersebut juga baik. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham, 1996).

Untuk mengukur nilai perusahaan ada beberapa rasio yang dapat digunakan, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Tobin (1967) dan dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik, karena rasio ini dapat menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan seperti terjadinya perbedaan crossectional dalam pengambilan keputusan investasi dan diversifikasi, hubungan antar kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan, hubungan antara kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akuisisi dan kebijakan pendanaan, dividen dan kompensasi.

Black et al. (2003) dalam Herawaty (2008) menyatakan bahwa rasio Q yang digunakan, memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya unsur saham biasa. Aset yang diperhitungkan dalam Tobins’Q juga menunjukkan semua aset perusahaan tidak hanya ekuitas perusahaan. Brealey dan Myers (dalam Praditia, 2004) menyebutkan bahwa perusahaan dengan nilai Q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Q yang rendah umumnya berada pada industri yang sangat kompetitif atau industri yang mulai mengecil.


(40)

commit to user

Herawaty (2008) menyatakan bahwa jika rasio-q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika rasio-q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market to book ratio, namun menurut James Tobins (Praditia, 2004), Tobin’s Q memiliki karakteristik yang berbeda antara lain:

1. Replacement Cost vs Book Value

Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost sebagai denominator, sedangkan market to book ratio menggunakan book value of total equity. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari aset yang sebenarnya di masa kini, salah satu faktor tersebut adalah inflasi. Proses perhitungan untuk menentukan replacement cost merupakan suatu proses yang panjang dan rumit, Black et al. (2003) dalam Herawaty (2008) menggunakan book value of total assets sebagai pendekatan terhadap replacement cost. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan nilai replacement cost dengan nilai book value of total assets tidak signifikan sehingga kedua variabel tersebut saling menggantikan.

2. Total Asset vs Total Equity

Market-to-book-value hanya menggunakan faktor ekuitas (saham biasa dan saham preferen) dalam pengukuran. Penggunaan faktor ekuitas ini


(41)

commit to user

menunjukkan bahwa market-to-book-ratio hanya memerhatikan satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Tobins’ Q memberikan wawasan yang lebih luas terhadap pengertian investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya menggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, penilaian yang dibutuhkan perusahaan tidak hanya dari investor ekuitas saja, tetapi juga dari kreditor. Semakin besar pinjaman yang diberikan oleh kreditur, menunjukkan bahwa semakin tinggi kepercayaan yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih besar lagi. Dengan dasar tersebut, Tobin’s Q menggunakan market value of total asset.

Jadi rasio-q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Copeland (2002), Lindenberg dan Rose (1981) yang dikutip oleh Herawaty (2008), menunjukkan bagaimana rasio-q dapat diterapkan pada masing-masing perusahaan. Mereka menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat mempertahankan rasio-q yang lebih besar dari satu. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio-q yang lebih besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio-q mendekati satu.


(42)

commit to user

B. Pengembangan Hipotesis 1. Kualitas Audit dan Manajemen Laba

Audit berkualitas tinggi berperan sebagai penghalang efektif manajemen laba karena reputasi manajemen akan rusak dan nilai perusahaan akan turun apabila terbukti ada kesalahan pelaporan sehingga diprediksikan manajemen laba lebih banyak terjadi pada perusahaan yang memiliki auditor berkualitas rendah.

DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemampuan auditor untuk menemukan kesalahan atau kecurangan dalam sistem akuntansi dan tekanan dari klien untuk menutup buku secara selektif walaupun kecurangan telah ditemukan. DeAngelo juga menyatakan bahwa kualitas audit berkaitan dengan independensi dan dapat diproksikan dengan ukuran auditor. KAP Big Six diasumsikan menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada KAP Non Big Six karena menginvestasikan lebih banyak waktu dalam reputasi dan pengalaman, serta termotivasi untuk mendapatkan return dari investasinya.

Pengauditan merupakan proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Penelitian di luar Indonesia dilakukan oleh Krishnan (2000) menyatakan bahwa akrual diskresioner dan return saham lebih tinggi pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Six daripada perusahaan yang diaudit KAP Big Six.


(43)

commit to user

Penelitian Meutia (2004) menguji apakah independensi berpengaruh pada manajemen laba pada perusahaan yang diaudit KAP Big Five dan Non Big Five. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP Big Five lebih berkualitas dalam mendeteksi berlakunya manajemen laba di dalam suatu perusahaan.

Hipotesis pertama sehubungan dengan kualitas audit dan manajemen laba adalah :

H1 : Ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba.

2. Manajemen Laba dan Nilai Perusahaan

Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal harga saham yang ditransaksikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Bagi investor, laporan laba dianggap mempunyai informasi untuk menganalisis saham yang diterbitkan oleh emiten (Boediono, 2005).

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik (pemegang saham) sehingga menimbulkan asimetri informasi. Manajer diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan merupakan cerminan nilai


(44)

commit to user

perusahaan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna ekternal perusahaan karena kelompok itu berada dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya.( Ali, 2002)

Asimetri antara manajemen dan pemilik memberikan kesempatan pada manajer untuk melakukan manajemen laba (Earnings Management) guna meningkatkan nilai perusahaan pada saat tertentu sehingga dapat menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai nilai perusahaan sebenarnya. Sloan (1996) dalam Herawaty (2008) menguji sifat kandungan informasi komponen akrual dan komponen aliran kas apakah terefleksi dalam harga saham. Terbukti bahwa kinerja laba yang berasal dari komponen akrual sebagai aktifitas Earnings Management memiliki persistensi yang lebih rendah dibanding aliran kas. Laba yang dilaporkan lebih besar dari aliran kas operasi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan saat ini

Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menguji pengaruh kualitas laba terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ pada periode 2000-2004 menyimpulkan bahwa kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dari penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah:


(45)

commit to user

3. Kualitas Audit, Nilai Perusahaan dan Manajemen Laba

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunkan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan (Ardiati, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa auditor berperan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, dengan penggunaan auditor yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan

Pada lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-20/PM/2002 terdapat Peraturan nomor VIII.A.2 yang berisikan tentang independensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal. Peraturan tersebut diantaranya membatasi hubungan auditee dan auditor dalam jangka waktu tertentu, yaitu emiten harus mengganti kantor akuntan setiap lima tahun dan setiap tiga tahun untuk auditor. Selain itu, pemberian jasa non audit tertentu, seperti menjadi konsultan pajak, konsultan manajemen, disamping pemberian jasa audit pada seorang klien tidak diperkenankan karena dapat mengganggu independensi auditor.

Teoh (1993) berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings, yang diukur dengan Earnings Response Coefficient (ERC). Penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan


(46)

commit to user

pengelompokkan auditor big four dengan non big four, dikarenakan salah satu KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan collapsed.

Teoh (1993) berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings, yang diukur dengan Earnings Response Coefficient (ERC). Penelitian kali ini menilai kualitas auditor berdasarkan pengelompokkan auditor big four dengan non big four, dikarenakan salah satu KAP big five yaitu Arthur Andersen telah dinyatakan collapsed.

Dalam penelitian yang dilakukan Ardiati (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP BIG 5 memiliki absolute discretionary accruals yang lebih rendah dibandingkan dengan KAP Non Big 5. Hal ini membuktikan bahwa KAP Big 5 lebih berkualitas dalam mendeteksi adanya earnings management dalam suatu perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

H3 : Kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan


(47)

commit to user

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel Bebas Kualitas Audit

Variabel Terikat Nilai Perusahaan

Variabel Kontrol - Ukuran Perusahaan

- Leverage

Variabel Intervening Manajemen Laba


(48)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 sampai 2010. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang tercatat di BEI tahun 2007 sampai 2010. Metode pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling (purposive random sampling method). Sampel yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut:

1) Perusahaan tidak dikelompokkan kedalam jenis industri jasa keuangan. Hal ini ditetapkan karena jenis industri keuangan sangat rentan terhadap regulasi dan memiliki perbedaan karakteristik akrual dibandingkan jenis industri lainnya 2) Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan pada periode penelitian

tidak terjadi delisting (tidak melakukan pencatatan di Bursa )

3) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode 2007 sampai 2010, laporan keuangan berakhir 31 Desember dan diaudit.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan adalah data sekunder yang berupa :

1) Laporan keuangan tahunan perusahaan publik pada periode 2007 – 2010, yang terdiri dari neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Database laporan keuangan perusahaan diambil dari Indonesian


(49)

commit to user

Capital Market Directory, yang merupakan rangkuman data laporan keuangan

yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan publik.

2) Data mengenai harga saham penutupan diperoleh dari www.idx.co.id.

C. Definisi Operasional Penelitian 1. Variabel Bebas

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidak selarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Ardiati, 2005). Kualitas audit merupakan hal yang harus diperhatikan oleh auditor dalam proses pengauditan.

Variabel bebas yang akan diuji dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Variabel ini menggunakan proksi lama penugasan audit yang diukur dengan menggunakan skala nominal dengan variabel dummy. Nilai 1 untuk mewakili perusahaan yang menggunakan auditor yang sama dalam 3 tahun, yang berarti tidak memiliki sikap independen. Nilai 0 untuk perusahaan yang mengganti auditornya dalam waktu kurang dari 3 tahun, yang berarti memiliki sikap independen.

2. Variabel Terikat

Variabel dependent merupakan variable terikat dan dipengaruhi oleh variabel lainnya (Ghozali : 9, 2005). Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kesejahteraan pemegang saham. Semakin tinggi nilai


(50)

commit to user

perusahaan maka dapat menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan variabel dependent yang dapat diukur dengan menggunakan rumus Tobin’s Q, dengan rumus sebagai berikut :

D BVE

D MVE Q

+ + =

Keterangan :

Q : Nilai perusahaan

MVE : Nilai Pasar Ekuitas (Equity Market Value), diperoleh dengan harga saham penutupan dikalikan dengan jumlah saham yang beredar D : Nilai buku dari total hutang

BVE : Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value), yang diperoleh dari selisih total asset perusahan dengan total kewajiban.

2) Variabel Intervening

Variabel intervening (pemediasi) dalam penelitian ini adalah praktik manajemen laba pada yang diproksikan dengan discretionary accrual dengan menggunakan model Jones dimodifikasi (modified jones model). Kelebihan dari model ini adalah memecah total akrual (TAC) menjadi discretionary accrual (DAC) dan non discretionary accrual (NDAC).

Untuk mendapatkan nilai DAC maka langkah pertama adalah mencari nilai TAC dengan rumus :


(51)

commit to user it

it

it NI CFO

TAC = - (1)

Keterangan :

TAit : Total accrual perusahaan i pada tahun t

NIit : Laba bersih (net income) perusahaan i pada tahun t

CFOit : Arus kas operasi (cash flow from operation) perusahaan i pada tahun

t

Selanjutnya dihitung nilai total accrual yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS, yaitu :

it it it it iit it it it it

it A A REV A REC A PPE A

TAC / -1=a1(1/ -1)+a2(D / -1-D / -1)+a3( / -1)+e (2)

Keterangan :

AIT-1 : Total Aktiva perusahaan i pada tahun t

DREVit : Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t DRECit : Perubahan piutang bersih perusahaan i pada periode t

PPEit : Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t a1,a2,a3 : Koefisien regresi

Dengan menggunakan koefisien regresi di atas (a1,a2,a3), maka dapat dihitung

nilai non discretionary accrual dengan rumus :

) / ( ) / / ( ) / 1

( 1 2 1 1 3 1

1 - + D - -D - +

-= it it it it it it it

it A REV A REC A PPE A

NDAC a a a (3)

Keterangan :


(52)

commit to user

a1,a2,a3 : Fitted coeficient yang diperoleh dari hasil regresi persamaan (2)

Discretionary accrual merupakan bagian total accrual yang diperoleh dari estimasi total accrual dan dihitung sebagai berikut :

it it

it

it A NDAC DAC

TAC / = + (4)

it it

it

it TAC A NDAC

DAC = / - (5)

{

(1/ ) ( / / ) ( / )

}

/ -1- 1 -1 + 2 D -1-D -1 + 3 -1

= it it it it it it it it it

it TAC A A REV A REC A PPE A

DAC a a a (6)

Keterangan :

DACit : Nilai discretionary accrual perusahaan i pada periode t

Apabila perusahaan tidak melakukan manajemen laba maka TAC = NDAC. Apabila perusahaan melakukan manajemen laba maka DAC > 0

4. Variabel Kontrol

Variable Kontrol atau variabel pelengkap adalah variabel untuk

melengkapi atau mengontrol agar hubungan kausalnya menjadi lebih baik

sehingga diperoleh model empiris yang lengkap (Jogiyanto : 157, 2007).

1. Ukuran Perusahaan

Variabel kontrol ukuran perusahaan (FIRM SIZE) dimasukan kedalam model untuk memperoleh bukti-bukti empiris apakah variabel tersebut berinteraksi secara positif signifikan terhadap integritas informasi laporan keuangan perusahaan. Firm size diproksi ke dalam Ln (Asset) perusahaan pada tiap akhir tahun pengamatan. Ukuran perusahaan diwakili dengan nilai logaritma dari assets. Logaritma atau eksponen dari total aset


(53)

commit to user

perusahaan dapat menunjukkan bahwa semakin besar ukuran atau aset perusahaan berarti semakin besar juga angka ekponensial atau angka logaritmanya.

2. Leverage

Variabel ini diproksikan dengan leverage dengan menggunakan debt to total assets, untuk mengetahui sejauh mana aset perusahaan dibelanjai dengan utang yang berasal dari kreditor dan modal sendiri yang berasal dari pemegang saham.

% 100 Aktiva Total

Hutang Total

assets total

Debt to = X

D. Analisis Data 1. Analisis Statistik Diskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kustorsis, sweakness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif mendeskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Stastistik deskriptif digunakan untuk mengembangkan profilperusahaan yang menjadi sampel. Statistik deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peringkasan data (Ghozali :19, 2007).


(54)

commit to user

2. Uji Asumsi Klasik

Suatu model regresi berganda yang digunakan untuk menguji hipotesa harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik tersebut terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskesdasitas.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali : 147,2007). Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini menggunakan analisis statistik. Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering digunakan untuk menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-parametik Kolmogorov- Smirnov. Dalam mengambil keputusan dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikannya lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikannya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.

b) Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas ini diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolineritas juga bertujuan untuk menghindari


(55)

commit to user

kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolineritas dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa, korelasi antar variabel independen masih bisa ditolerir (Ghozali : 95, 2007)

c) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji Durbin-Watson, di mana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson.

d) Uji Heterokesdastisitas

Heteroskesdastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu observasi ke observasi yang lain. Heteroskesdastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model


(56)

commit to user

regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan pengujian regresi linier sederhana, pengujian regresi koefisien parsial dan regresi linier dengan menggunakan path analysis.

Untuk menguji hipotesis pertama awalnya digunakan regresi multivariate sebagaimana yang ada di bawah kemudian dilanjutkan dengan pengujian regresi koefisien parsial untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel kontrol berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen, dalam hal ini variabel manajemen laba secara individual.

Persamaan untuk pengujian hipotesis pertama adalah:

DAit= β0+ β1 KAit+ β 2 UPit+ β3 Levit + εit (1)

Keterangan :

DAit : Akrual diskresioner yang diestimasikan

KAit : Kualitas Audit, dengan 1 apabila independen

UPit : Ukuran perusahaan

Levit : Tingkat Leverage


(57)

commit to user

Untuk pengujian hipotesis kedua menggunakan pengujian regresi linier sederhana.

Persamaan untuk pengujian hipotesis kedua adalah:

Qit = a + b1 DAit + e (2)

Keterangan :

Qit : Nilai Perusahaan

a : konstanta

b1 : Koefisien regresi

DAit : Akrual diskresioner yang diestimasikan

ε : error

Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini melibatkan variabel intervening sehingga akan digunakan path analysis. Path analysis digunakan untuk menelusuri urutan anteseden atau variabel yang mengakibatkan variabel independen (Sekaran, 2000). Untuk menguji hipotesis ketiga diperlukan dua persamaan karena pengambilan keputusan atas hipotesis tersebut harus membandingkan nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan nilai standardized beta coefficient dari pengaruh tidak langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba sebagai variabel intervening.

Persamaan pertama yang digunakan adalah


(58)

commit to user Keterangan :

DAit : akrual diskresioner yang diestimasikan KAit : Kualitas Audit, dengan 1 apabila independen

a : konstanta b1 : koefisien regresi

e : error

Pada persamaan ini hanya akan diambil nilai standardized beta coefficient untuk pengujian hipotesis ketiga.

Persamaan kedua dalam pengujian hipotesis ketiga adalah

Qit = a + b1 KAit + e (4)

Qit = a + b1 DAit + e (5)

Keterangan :

Qit : Nilai perusahaan a : konstanta

b1 b2 : koefisien regresi

KAit : Kualitas Audit, dengan 1 apabila independen DAit : Akrual diskresioner yang diestimasikan


(59)

commit to user

Jika nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan lebih kecil dari nilai standardized beta coefficient dari pengaruh tidak langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba sebagai sebagai variable intervening, maka hipotesis diterima .

Analisis terhadap hasil regresi dilakukan melalui langkah-langkah berikut: a) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) untuk menentukan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali : 127, 2007).

b) Uji F

Uji F digunakan untuk menguji tingkat pengaruh independent variable (variabel bebas) terhadap dependent variable (variabel terikat) secara bersama-sama atau simultan. Kriteria pengujian ditetapkan berdasarkan nilai probabilitas. Apabila tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5 persen, jika probabilitas > 0,05 maka dinyatakan tidak signifikan dan probabilitas <0,05 maka dinyatakan signifikan.


(60)

commit to user c) Uji t

Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh independent variable (variabel bebas) terhadap independent variable (variabel terikat) secara parsial. Kriteria pengujian ditetapkan berdasarkan nilai probabilitas. Apabila tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5 persen, dengan kata lain jika probabilitas > 0,05 maka dinyatakan tidak signifikan dan jika probabilitas < 0,05 maka dinyatakan signifikan.


(61)

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Sampel Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan untuk periode 2007 - 2010. Sedangkan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Secara terperinci proses pemilihan sampel adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Penentuan Jumlah Sampel

Keterangan Jumlah

Perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010. 143 Perusahaan yang dikeluarkan dari sampel karena :

- Tidak melakukan pencatatan di Bursa (delisting) - Tidak menyajikan laporan keuangan secara utuh

- Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tidak dalam bentuk rupiah

- Datanya tidak lengkap

(19) (29)

(4) (18)

Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 73


(62)

commit to user

Dari tabel 1 diatas diperoleh sampel penelitian dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan diperoleh sebanyak 73 perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia.

B. Statistik Desktiptif

Penelitian ini akan menganalisis data statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian. Penjelasan data disertai dengan nilai minimum, nilai maksimum, mean dan standar deviasi. Berikut ini dijelaskan statistik deskriptif data penelitian :

Tabel 2 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std Deviation

Q 73 ,15 11,43 1,2286 1,54313

LEV 73 ,00 11,40 1,48192 1,48192

SIZE 73 4,60 7,77 ,63005 ,63005

KA 73 ,00 1,00 ,34621 ,34621

DA 73 ,10 ,38 ,10254 ,10254

Valid N (listwise) 73

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Keterangan :

Q : Nilai Perusahaan

Lev : Leverage

Size : Ukuran Perusahaan KA : Kualitas Audit


(63)

commit to user

Dari statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviasi dari DA masing masing sebesar 10%, 38%, 22,27% dan 10,25%. Dengan diketahuinya nilai mean discretionary accrual (DA) yang menunjukkan nilai positif, mengindikasikan bahwa manajemen laba (earnings management) dilakukan dengan cara menaikkan laba.

C. PENGUJIAN ASUMSI KLASIK 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual (e) memiliki distribusi normal. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sample kecil (Ghozali : 98, 2007).

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan one sample kolmogorof smirnof dengan menggunakan kriteria pengujian satu arah (one-tailed test). Kriteria yang harus dipenuhi untuk memenuhi asumsi ini adalah jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal.

Berikut adalah hasil pengujian normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov regresi berganda :


(64)

commit to user

Tabel 3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 73

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .46918864

Most Extreme Differences Absolute .166

Positive .166

Negative -.054

Kolmogorov-Smirnov Z 1.422

Asymp. Sig. (2-tailed) .065

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Olah Data

Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) memberikan nilai 1,422 dan signifikan pada 0,065 diatas α=0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa data tersebut memenuhi syarat berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Berdasarkan aturan VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance, maka apabila VIF melebihi angka 10 atau Tolerance kurang dari 0,10, maka dinyatakan terjadi gejala multikolinieritas, sebaliknya apabila harga VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari 0,10, maka


(65)

commit to user

dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinieritas (Ghozali, 2005).hasil uji multikolinearitas dalam adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Interpretasi

KA 0,997 1,003 Tidak terjadi multikolinearitas Lev 0,840 1,176 Tidak terjadi multikolinearitas Size 0,403 2,480 Tidak terjadi multikolinearitas DA 0,408 2,454 Tidak terjadi multikolinearitas Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari hasil uji multikolinieritas yang disajikan dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa semua variabel yang digunakan dalam model regresi tidak terjadi gejala multikolinieritas. Dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen yang akan diuji tidak mengalami multikolinieritas sehingga variabel independen dalam satu persamaan saling bebas dan berkorelasi satu sama lain.

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji glejser, yaitu dengan meregresi nilai residual kuadrat dengan variabel independen, variabel independen kuadrat dan perkalian (interaksi) variabel independen (Ghozali, 2005).


(66)

commit to user

Tabel 5

Hasil Uji Heterokedastisitas

Variabel Sig Interpretasi

KA 0,525 Tidak terjadi heterokedastisitas Lev 0,719 Tidak terjadi heterokedastisitas Size 0,199 Tidak terjadi heterokedastisitas DA 0,608 Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber : Hasil pengolahan data

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa model regresi bebas dari masalah Heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi variabel independen (KA, Lev, Size dan DA) lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05 (5%)

4. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan Uji Durbin Watson (DW Test). Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel bebas (Ghozali : 95, 2005).


(67)

commit to user

Tabel 6

Hasil Uji Autokorelasi

Model Durbin-Watson

1 2,983

a. Predictors: (Constant), da, KA, lev, size

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,983. Sedangkan nilai DW dari tabel Durbin Watson yang menggunakan derajat kepercayaan 5%, jumlah sampel 73 (n) dan jumlah variabel bebas 10 (k=10) adalah 1,945. Oleh karena nilai DW 2,983 lebih besar dari batas atas (du) 1,945 dan kurang dari 4-2,983 (4-du) maka maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi.

D. Pengujian Hipotesis

Analisa uji regresi linier berganda dan analisis regresi dengan variabel intervening dilakukan untuk memperoleh jawaban atas hipotesis yang diturunkan. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut :


(1)

commit to user

terhadap nilai perusahaan tidak signifikan (0,997), maka manajemen laba tidak dapat berperan sebagai variabel intervening.

Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak dapat berperan sebagai variabel intervening pada pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan, hasil analisis ini berarti menolak hipotesis ketiga, yang berarti hasil penelitian tidak konsisten dengan penelitian Teoh (1993) yang berargumen bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings dan penelitian Ardiati (2005) menyatakan bahwa KAP Big 5 lebih berkualitas dalam mendeteksi adanya earnings management dalam suatu perusahaan.

Gambar 2

Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga 0,027

-0,052 0,456 *

Ket * : signifikan pada tingkat signifikansi 1%


(2)

commit to user

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kualitas Audit terhadap Nilai Perusahaan dengan peranan Manajemen Laba sebagai variabel intervening. Dari tiga hipotesis yang diajukan, dua hipotesis tidak didukung dan satu hipotesis didukung. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama (ada pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba) tidak dapat diterima karena berdasarkan hasil pengolahan data variabel Kualitas Audit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara individual.

2. Hipotesis kedua (ada pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan) juga diterima karena terbukti variabel Discretionnary Accruals berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Hipotesis ketiga (kualitas audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan

dengan manajemen laba sebagai variable intervening), berdasarkan path analysis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa manajemen laba tidak dapat berperan sebagai variabel intervening pada pengaruh kualitas audit terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai standardized beta coefficient dari pengaruh langsung pada kualitas audit terhadap nilai perusahaan yang tidak signifikan (0,997) sebesar 0,27 lebih besar


(3)

commit to user

daripada nilai standardized beta coefficient pengaruh tidak langsung kualitas audit terhadap nilai perusahaan melalui manajemen laba sebesar -0,24.

B. Keterbatasan

Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian yang dapat diungkapkan adalah sebagai berikut :

1. Rentang waktu penelitian yang masih relatif singkat yaitu empat tahun sehingga menyebabkan jumlah sampel yang terbatas.

2. Variabel intervening kualitas audit yang digunakan dalam penelitian ini ternyata kurang dapat memediasi variabel lainnya.

3. Model estimasi manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Modified Jones Model, sedangkan masih terdapat model pengukuran lain yang mungkin akan memberikan hasil yang berbeda dalam penilaian manajemen laba.

4. Model pengukuran nilai perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu yaitu dengan Tobin’s Q, sedangkan masih terdapat model pengukuran lain yang mungkin akan memberikan hasil yang berbeda dalam pengukuran nilai perusahaan.


(4)

commit to user

C. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi keterbatasan yang ada dalam penelitian ini dengan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya menambah rentang periode penelitian.

2. Penelitian selanjutnya perlu mengidentifikasi variabel intervening (pemediasi) kualitas lainnya, misalnya dengan spesialisasi industri auditor untuk mengetahui bagaimana nilai perusahaan.

3. Menggunakan pendekatan lain yang lebih tepat dalam menghitung discretionary accrual yang sesuai dengan kondisi di Indonesia, misalnya pendekatan Instrumental Variable (IV) oleh Kang dan Sivaramakrishnan (1995) yang mengklaim bahwa model deteksi IV lebih baik dari beberapa model sebelumnya.

4. Penelitian yang akan datang hendaknya menggunakan model pengukuran nilai perusahaan yang lain yang diharapkan dapat memberikan perbandingan yang lebih baik.


(5)

commit to user

D. Implikasi

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan, yaitu antara lain:

1. Implikasi Praktik

Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi, dengan menggunakan informasi mengenai akrual keloaan untuk menilai manajemen laba.

Bagi kreditor, analis keuangan dan auditor disarankan untuk berhati-hati dalam memahami laba yang dilaporkan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Mengingat laba yang dilaporkan tersebut dapat dinaikkan atau diturunkan dengan memanfaatkan fleksibilitas dari standar akuntansi keuangan dan regulasi pemerintah.

2. Implikasi Akademik

Adanya penelitian ini menghasilkan kesimpulan mengenai bagaimana manajemen laba dilakukan yang pada akhirnya diharapkan akan menambah wawasan dalam pendeteksian manajemen laba tersebut.

Tingkat manajemen laba pada perusahaan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas audit, ukuran perusahaan dan tingkat hutang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari kualitas audit terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage, juga


(6)

commit to user

menggunakan variabel intervening manajemen laba yang mempengaruhi nilai perusahaan.

3. Implikasi Regulasi

Bagi BAPEPAM, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan membuat peraturan yang berkaitan dengan pengungkapan penuh agar meningkatkan transparansi dalam pelaporan keuangan. Manajemen laba yang dilakukan dengan berbagai motivasi menyebabkan investor bertransaksi di pasar modal yang kurang efisien secara informasi.

Bagi IAI, agar mengupayakan pembatasan pemilihan metode akuntansi bagi manajemen dengan harapan meminimalkan terjadinya manajemen laba yang dapat merugikan berbagai pihak. Disamping itu IAI juga mengeluarkan cara pendeteksian manajemen laba yang sulit untuk diteliti secara langsung dalam laporan keuangan.