Permasalahan Ruang Lingkup Penelitian

Berbagai kejadian tersebut membuat penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang kehidupan sosial masyarakat Pagilaran. Penulis ingin mengetahui kisah petani Pagilaran yang tidak mempunyai tanah sehingga mereka bergantung pada perkebunan. Dari uraian tersebut nantinya akan diperoleh jawaban tentang apa yang dilakukan petani demi mengubah nasibnya untuk menjadi lebih baik, maka dari itu penulis ingin mengkajinya dalam skripsi yang berjudul : “PERGOLAKAN SOSIAL PETANI TEH PAGILARAN KABUPATEN BATANG TAHUN 1998 – 2000”.

B. Permasalahan

Dari uraian di atas muncul permasalahan dalam pembahasan pergolakan sosial petani teh Pagilaran Kabupaten Batang tahun 1998-2000, sesuai dengan judul skripsi, maka permasalahan yang akan duingkapkan dalam penelitian ini adalah : 1. bagaimana kehidupan sosial ekonomi petani teh Pagilaran tahun 1998-2000? 2. bagaimana pengaruh adanya Pabrik dan Perkebunan teh Pagilaran pada tahun 1998-2000 bagi masyarakat sekitar? 3. bagaimana pergolakan sosial yang terjadi pada petani teh pagilaran tahun 1998-2000?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis memberikan batasan pada ruang lingkup kajian penelitian yang meliputi wilayah skope spasial dan unsur babagan waktu skope temporal. Pembatasan ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar pada pembahasan ini tidak terjadi perluasan dalam penelitian Skope spasial dalam penelitian skripsi ini meliputi ruang lingkup penelitian masyarakat sekitar Perkebunan Teh Pagilaran Kecamatan Blado Kabupaten Batang Jawa Tengah. Pengambilan skope spasial ini didasari karena mayoritas masyarakat Pagilaran tidak mempunyai tanah sebagai lahan garapan yang telah diserobot oleh perkebunan. Berdasarkan HGU PT. Pagilaran, luas lahan perkebunan adalah 1.131 Ha yang berasal dari proses nasionalisasi perkebunan Belanda. Menurut masyarakat Pagilaran, luas lahan perkebunan yang sebenarnya adalah 836, 19 Ha, sedangkan yang lainnya merupakan lahan garapan petani di luar area perkebunan seluas 450 Ha. Perbedaan pendapat ini memicu petani melakukan aksi reclaiming untuk mendapatkan kembali tanah mereka. Sedangkan skope temporal atau babagan waktu yang diambil dalam penelitian ini adalah kurun waktu 1998 sampai tahun 2000. Tahun 1998 digunakan sebagai awal penelitian, karena pada tahap tersebut merupakan sebuah titik tolak dari beberapa pergerakan petani di Indonesia yang bertepatan dengan adanya Reformasi. Pada tahun-tahun sebelumnya, petani belum berani melancarkan beberapa aksi tuntutan yang ingin mereka lakukan. Tetapi setelah runtuhnya rezim Soeharto melalui gerakan reformasi tahun 1998, dijadikan sebagai sebuah momentum bagi gerakan petani di seluruh Indonesia termasuk juga petani Pagilaran. Petani Pagilaran menuntut agar PT. Pagilaran mengembalikan tanah yang lahan garapan petani yang telah direbut oleh perkebunan. Dalam masa ini mulai terjadi sengketa tentang kepemilikan sejumlah tanah perkebunan teh Pagilaran yang diklaim milik nenek moyang dari beberapa warga sekitar areal perkebunan. Tahun 2000 dijadikan sebagai akhir penelitian karena pada tahun ini dapat dianggap puncak dari persengketaan dan konflik antara petani dan pihak perkebunan. Pada tahun ini beberapa orang petani ditangkap oleh aparat yang merupakan suatu tindakan diambil oleh pihak perkebunan sebagai usaha mempertahankan lahan perkebunan, sehingga terjadi beberapa konflik sosial. Konflik-konflik sosial tersebut mengakibatkan keresahan bagi masyarakat .

D. Tujuan Penelitian