PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP HOMOSEKSUAL DI BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung)

(1)

ABSTARACT

PERCEPTION OF UNIVERSITY SRUDENTS TO HOMOSEXUAL IN BANDAR LAMPUNG

(Case Study To University Students of FISIP Lampung of University) By:

REZA PARLUVI

Homosexual still becomes the sensitive topic among the society. It is because there is still pros and cons towards homosexual, in religion life and social and culture life. Concerning about homosexual in this country, it is hard for them to accept their abnormality because the society judge it as something wrong so they hide their gay identity. This kind of condition will be negative thing to their life so it will appear as stress, depression and dysfunctional social relation from this case we need to have further investigation about point of view from students as one of part of society toward homosexual in Bandar Lampung. Where the point of view experience of object, event, or relation gotten by concluding information and interpreting the message. The problem of this research is how the point of view of student of Sociology and Political Science Faculty University of Lampung toward homosexual is.

In this research the writer uses quality approach, by using case study, because the case study is a scientifically finding information by investigating happening event in real life. The method used is based on the fact that investigated concept is natural behavior that is appeared and influenced by phenomenon or real event, and not the country. The research location is in Sociology and Political Science Faculty, Lampung university. The result of this research shows that students of FISIP Unila have enough knowledge about homosexual in Bandar Lampung. This can be known from knowledge, characteristic, and the cause of homosexual in


(2)

general. And the attitude of students of FISIP Unila toward homosexual of are similar. From this case, where almost all of the source decide to act normally in dealing with the gay people. However, some of them are afraid and make a distance in interacting directly with gay people, where the fearless appears because of the point of the view that homosexual is caused of environment factors or social intercourse.


(3)

ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP HOMOSEKSUAL DI BANDAR LAMPUNG

(Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung) Oleh:

REZA PARLUVI

Homoseksual masih menjadi topik yang sensitif ditengah-tengah masyarakat. Hal tersebut terjadi karena adanya pro dan kontra terhadap homoseksual. Baik itu secara agama, sosial dan budaya. Mengingat homoseksual di tanah air sulit untuk menerima kenyataan dirinya sebagai manusia abnormal, maka mereka sering menyembunyikan orientasi yang dicap salah dalam masyarakat tersebut. Hal semacam ini akan berakibat gejolak negatif dalam dirinya sehingga tampil ke permukaan sebagai stress, depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Maka perlu diadakan kajian lebih mendalam mengenai persepsi dari mahasiswa selaku salah satu bagian dari masyarakat terhadap homoseksual di Bandar Lampung. Dimana persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung terhadap homoseksual. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan studi kasus (case study), karena studi kasus merupakan suatu pencarian keterangan secara ilmiah dengan menyelidiki fenomena yang terjadi di kehidupan nyata. Dimana penelitian menggunakan metode kualitatif ini didasarkan pada kenyataan bahwa konsep yang dikaji adalah sifat naturalistik yang muncul dan dipengaruhi oleh fenomena atau peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya. Lokasi penelitian di ambil di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa FISP Unila cukup mengetahui tentang homoseksual di Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan, ciri-ciri, dan penyebab homoseksual secara umum. Dan sikap mahasiswa Fisip Unila terhadap homoseksual di Bandar Lampung hampir serupa.


(4)

Dimana hampir semua informan lebih memilih untuk bersikap biasa saja dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan homoseksual. Tetapi beberapa dianatara mahasiswa merasa takut dan menjaga jarak untuk berinterakasi secara langsung dengan homoseksual. Dimana ketakuatan tersebut dipicu oleh adanya persepsi bahwa homoseksual lebih banyak disebabkan karena faktor lingkungan atau pergaulan.


(5)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui respon-respon terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna bagi manusia lainnya.

Dalam interaksi sosial biasanya menimbulkan satu respon terhadap timbulnya suatu kejadian. Kejadian tersebut dapat menimbulkan respon dari berbagai masyarakat. Salah satu bagian dari masyarakat adalah mahasiswa. Dimana mahasiswa selalu memiliki respon yang sangat kritis terhadap suatu kejadian atau fenomena yang ada ditengah-tengah masyarakat.


(6)

2

Fenomena yang sampai saat ini masih menjadi topik yang sensitif ditengah-tengah masyarakat adalah tentang homoseksual. Hal tersebut terjadi karena adanya pro dan kontra terhadap homoseksual. Baik itu secra agama, sosial dan budaya. Mengingat homoseksual di tanah air sulit untuk menerima kenyataan dirinya sebagai manusia abnormal, maka mereka sering menyembunyikan orientasi yang dicap salah dalam masyarakat tersebut. Hal semacam ini akan berakibat gejolak negatif dalam dirinya sehingga tampil ke permukaan sebagai stress, depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Mereka sering gagal dan menemukan identitas dirinya ditengah agama dan budaya yang sedemikian kuat.

Homoseksual lain justru dapat menerima apa yang ada di dirinya sebagai suatu bentuk hal yang hakiki. Pribadi semacam ini berani coming out atau menyatakan identitas dirinya yang sesungguhnya sehingga konflik internal dalam dirinya lepas.

Munculnya homoseksual ditengah-tengah kehidupan kita cukup menarik untuk diamati, karena mahasiswa memiliki pola pikir yang kritis dalam menyikapi suatu permasalahan dan sebagian dari kita para mahasiswa masih beranggapan bahwa homoseksual adalah bentuk penyimpangan seksual yang menyalahi aturan yang diberikan Tuhan. Tetapi anggapan bahwa hubungan yang normal dan sehat itu hanyalah antara laki-laki dan perempuan tampaknya tidak pernah bergeser. Padahal dalam kehidupan kita terdapat sekelompok orang yang memiliki orientasi seks yang berbeda. Sedangkan yang dimaksud dengan


(7)

3

orientasi seksual adalah kearah mana kecendrungan orang tersebut tertarik pada gender atau jenis kelamin tertentu. Secara umum ada tiga jenis orientasi yang dikenal, yaitu:

1. Heteroseksual, yaitu ketertarikan pada orang yang berlainan gender (lawan jenis)

2. Homoseksual, yakni ketertarikan pada sesame jenis.

3. Biseksual, yakni ketertarikan pada orang dari kedua gender tersebut.

Orientasi seksual adalah salah satu dari keempat komponen seksualitas. Ketiga komponen lainnya adalah jenis kelamin (biologis), identitas gender (penghayatan bahwa diri kita adalah laki-laki atau perempuan), dan peranan gender yang ditentukan oleh norma gender (yang ditentukan oleh norma sosial). Berbeda dengan ketiga komponen lainnya, orientasi seksual ini mengandung birahi, emosi, dan kasih sayang.

Pada umumnya terdapat dua istilah umum bagi homoseksual, yaitu lesbian bagi perempuan yang tertarik dengan sesama jenisnya dan gay bagi laki-laki. Para homoseksual biasanya punya ciri khusus untuk dapat mengenali satu sama lainnya. Kebanyakan para homoseksual mengetahui dan mengenali teman sejenisnya dengan memperhatikan cara memandangnya. Karena para homoseksual mempunyai cara memandang yang sejenis yang khas yang bisa dirasakan oleh sesama homoseksual. Bagi yang bukan homoseksual, sangat sulit untuk bisa mengenali dengan cara seperti itu, kecuali para homoseksual


(8)

4

menggunakan simbol-simbol ataupun bahasa tubuh yang digunakan oleh kelompok homoseksual.

Menjadi berbeda dari orang-orang pada umumnya tentu akan menemui banyak kendala, apalagi menjadi individu yang berorientasi homoseksual. Homoseksual dianggap menyimpang dari keadaan orang yang umunya heteroseksual, terlebih apabila dilihat dari sudut pandang agama dan norma yang menganggap homoseksual sama dengan dosa karena telah melawan kodratnya. Tidak mengherankan apabila individu yang diketahui sebagai seorang homoseksual, cendrung mendapat hinaan, hujatan, bahkan ancaman fisik.

Sebagai manusia, homoseksual sama dengan manusia biasa pada umumnya yang butuh berinteraksi dan bersosialisasi. Dalam kehidupan sehari-hari kalangan homoseksual diberbagai negara, termaksud Amerika Serikat dan Australia sudah berani tampil kepermukaan. Bahkan, setiap tahun mereka mengadakan karnaval khusus bagi kaum mereka. Namun di negara berkembang, termaksud Indonesia mereka masih malu-malu untuk tampil terbuka dan memproklamasikan diri sebagai homoseksual. Meski begitu, komunitas seperti ini memiliki tempat-tempat tertentu di Indonesia, untuk saling bertemu. Seperti halnya kalangan heteroseksual, dalam berelasi mereka mengenal perasaan cemburu dan depresi ini dapat sedemikian besarnya sehingga yang merasa ditinggalkan cepat bunuh diri karena merasa depresi. Bahkan bisa pula membunuh pasangannya yang berselingkuh. Kasus macam ini umumnya terjadi pada pasangan homoseksual. Prilaku macam ini bisa


(9)

5

dipahami karena mereka menjalin hubungan sama seperti kelompok heteroseksual.

Kelas sosial yang ada di kalangan lesbian/ gay/ waria tidak jauh berbeda dengan kelas sosial di masyrakat pada umumnya. Pembagian kelas tampak pada tempat nongkrong, cara berpakaian, yang semuanya berawal pada kombinasi tingkat penghasilan dan aspirasi kelas. Dilihat dari sisi fisik dan penampilan, sulit diketahui apakah seseorang itu lesbian atau gay (kalau waria tentu cendrung kelihatan). Memang ada stereotipe bahwa lesbian cendrung perempuan yang tomboy, dan laki-laki yang feminim cendrung gay, tetapi ini hanya sebagian dari kelompok mereka.

Berbeda dengan kaum heteroseksual yang secara status memperoleh pengakuan di mata masyrakat dalam hal orientasi seksualitasnya dan sebagai golongan yang normal sesuai dengan kodratnya, maka kaum homoseksual dikucilkan karena mengalami penyimpangan perilaku seksual. Meskipun konstruksi sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang masih pro dan kontra dalam menyikapi homoseksual, tapi pada kenyataanya kaum homoseksual masih dipandang sebagai kelompok marjinal.

Dalam peneletian ini mengambil sample pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta sebagian besar kaum homoseksual sudah berani mempublikasikan dirinya pada masyarakat luas, sehingga masyarakat di sekitarnya pun sudah terbiasa dengan keberadaan kaum


(10)

6

homoseksual tersebut. Akan tetapi di Bandar Lampung homoseksual masih menjadi polemik di dalam masyarakat. Polemik tersebut menjadikan masalah ini menjadi kontrofersi di kalangan masyarat maupun kalangan mahasiswa di Bandar Lampung.

Di Bandar Lampung sendiri jika dilihat dari budaya asli masyarakat Lampung, tidak ada tradisi atau budaya yang diduga mendorong munculnya perilaku homoseksual di dalam masyarakat. Akan tetapi keberadaan mereka memang sudah ada dari dulu, tepatnya kapan homoseksual masuk ke Bandar Lampung memang tidak diketahui secara pasti. Namun sebagian besar dari mereka tidak berani mengakui bahwa diri mereka adalah homoseksual. Hal tersebut disebabkan karena ketatnya norma yang ada di masyarakat dan juga keluarga menganggap bahwa perilaku homoseksual adalah perilaku menyimpang dan memiliki kelainan kejiwaan. Kebanyakan homoseksual yang ada di Bandar Lampung memang asli suku Lampung, tetapi ada juga yang memiliki suku yang berbeda.

Homoseksual di Bandar Lampung terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Salah satunya adalah GayLam (Gay Lampung). Komunitas ini berdiri pada tanggal 28 September 2008. Karena baru dua tahun berdiri maka mereka belum memiliki sekretariat yang tetap. Namun selepas ba’da magrib mereka berkumpul di salah satu salon yang mereka jadikan untuk berkumpul dan berbagi informasi. Semakin malam, salon tersebut semakin ramai, (Nur’aini. 2009).


(11)

7

Sebagian mahasiswa menganggap hal ini bisa diterima tetapi sebagian menganggap ini merupakan kesalahan. Hal tersebut terjadi di negara dengan budaya dan agama yang kuat seperti di negara kita ini, karena persepsi yang beragam demikian akan berakibat gejolak negatif dalam seseorang homoseksual sehingga tampil ke permukaan sebagai stress, depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Mereka sering gagal dalam menemukan identitas dirinya ditengah ancaman cambuk agama dan budaya yang sedemikian kuat. Akan tetapi sejatinya tidak sedikit pula beberapa dari mereka menerima dan mempublikasikan kepada lingkungan sekitarnya tentang orientasi seksual mereka yang menyimpang.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan lebih memfokuskan terhadap persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung. Misalnya saja apa tanggapan seoarang teman ketika mereka mengetahui salah seorang teman mereka adalah seorang homoseksual. Karena seperti yang kita ketahui, mahasiswa memiliki pemikiran keritis tentang suatu fenomena yang kontrofersi.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung”.


(12)

8

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap homoseksual yang ada di Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian.

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan Sosiologi.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna sebagai acuan bagi mahasiswa dan masyarakat tentang penelitian mengenai homoseksual berikutnya.


(13)

77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Fisip Universitas Lampung mengenai Persepsi Mahasiswa Terhadap Homoseksual di Bandar Lampung maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini. Pertama, dilihat dari aspek kognitif yang mengacu pada suatu objek dalam hal ini homoseksual, hasil wawancara terhadap kedelapan informan diketahui bahwa mahasiswa Fisip Unila cukup mengetahui tentang homoseksual di Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan, ciri-ciri, dan penyebab homoseksual secara umum.

Kedua, dilihat dari aspek afektif yang mengacu kepada suka atau tidaknya mahasiswa FISIP Unila terhadap homoseksual yaitu hasil wawancara terhadap kedelapan informan menunjukan bahwa diketahui sikap mahasiswa Fisip Unila terhadap homoseksual di Bandar Lampung hampir serupa. Dimana semua informan lebih memilih untuk bersikap biasa saja dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan homoseksual. Tetapi beberapa dianatara mahasiswa merasa takut dan menjaga jarak untuk berinterakasi secara langsung dengan homoseksual. Dimana ketakuatan tersebut dipicu oleh adanya persepsi bahwa


(14)

78

homoseksual lebih banyak disebabkan karena faktor lingkungan atau pergaulan. Dari sini dapet terlihat pro dan kontra terhadap fenomena homoseksual. Dimana yang pro lebih mengetahui homoseksual itu sendiri karena adanya homoseksual di lingkungannya, sedangkan yang kontra lebih ke mahasiswa yang tidak memiliki teman yang homoseksual. Tetapi dari adanya pro dan kontra tersebut mahasiswa FISIP Unila tetap menghargai pilihan hidup seseorang.

B. Saran.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut, maka penulis mencoba untuk memberikan masukan atau saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kita semua dituntut untuk memiliki ketahanan mental agar tidak mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga akhirnya menjadi menyimpang. Untuk memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan acuan dan pedoman berupa norma-norma agama, norma etika maupun norma sosial. Oleh sebab itu berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama, norma etika dan norma sosial yang berlaku.

2. Setiap pilihan selalu dihadapkan pada konsekuensi. Dalam masalah diatas, penulis lebih berharap pada mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan tinggi dan masyarakat luas agar dapat mengambil sikap yang tidak dapat merugikan pihak manapun . Sehingga untuk ke depan, pilihan apapun yang diambil oleh seseorang bukan suatu paksaan dari harapan masyarakat semata.


(1)

dipahami karena mereka menjalin hubungan sama seperti kelompok heteroseksual.

Kelas sosial yang ada di kalangan lesbian/ gay/ waria tidak jauh berbeda dengan kelas sosial di masyrakat pada umumnya. Pembagian kelas tampak pada tempat nongkrong, cara berpakaian, yang semuanya berawal pada kombinasi tingkat penghasilan dan aspirasi kelas. Dilihat dari sisi fisik dan penampilan, sulit diketahui apakah seseorang itu lesbian atau gay (kalau waria tentu cendrung kelihatan). Memang ada stereotipe bahwa lesbian cendrung perempuan yang tomboy, dan laki-laki yang feminim cendrung gay, tetapi ini hanya sebagian dari kelompok mereka.

Berbeda dengan kaum heteroseksual yang secara status memperoleh pengakuan di mata masyrakat dalam hal orientasi seksualitasnya dan sebagai golongan yang normal sesuai dengan kodratnya, maka kaum homoseksual dikucilkan karena mengalami penyimpangan perilaku seksual. Meskipun konstruksi sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang masih pro dan kontra dalam menyikapi homoseksual, tapi pada kenyataanya kaum homoseksual masih dipandang sebagai kelompok marjinal.

Dalam peneletian ini mengambil sample pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta sebagian besar kaum homoseksual sudah berani mempublikasikan dirinya pada masyarakat luas, sehingga masyarakat di sekitarnya pun sudah terbiasa dengan keberadaan kaum


(2)

homoseksual tersebut. Akan tetapi di Bandar Lampung homoseksual masih menjadi polemik di dalam masyarakat. Polemik tersebut menjadikan masalah ini menjadi kontrofersi di kalangan masyarat maupun kalangan mahasiswa di Bandar Lampung.

Di Bandar Lampung sendiri jika dilihat dari budaya asli masyarakat Lampung, tidak ada tradisi atau budaya yang diduga mendorong munculnya perilaku homoseksual di dalam masyarakat. Akan tetapi keberadaan mereka memang sudah ada dari dulu, tepatnya kapan homoseksual masuk ke Bandar Lampung memang tidak diketahui secara pasti. Namun sebagian besar dari mereka tidak berani mengakui bahwa diri mereka adalah homoseksual. Hal tersebut disebabkan karena ketatnya norma yang ada di masyarakat dan juga keluarga menganggap bahwa perilaku homoseksual adalah perilaku menyimpang dan memiliki kelainan kejiwaan. Kebanyakan homoseksual yang ada di Bandar Lampung memang asli suku Lampung, tetapi ada juga yang memiliki suku yang berbeda.

Homoseksual di Bandar Lampung terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Salah satunya adalah GayLam (Gay Lampung). Komunitas ini berdiri pada tanggal 28 September 2008. Karena baru dua tahun berdiri maka mereka belum memiliki sekretariat yang tetap. Namun selepas ba’da magrib mereka berkumpul di salah satu salon yang mereka jadikan untuk berkumpul dan berbagi informasi. Semakin malam, salon tersebut semakin ramai, (Nur’aini. 2009).


(3)

Sebagian mahasiswa menganggap hal ini bisa diterima tetapi sebagian menganggap ini merupakan kesalahan. Hal tersebut terjadi di negara dengan budaya dan agama yang kuat seperti di negara kita ini, karena persepsi yang beragam demikian akan berakibat gejolak negatif dalam seseorang homoseksual sehingga tampil ke permukaan sebagai stress, depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Mereka sering gagal dalam menemukan identitas dirinya ditengah ancaman cambuk agama dan budaya yang sedemikian kuat. Akan tetapi sejatinya tidak sedikit pula beberapa dari mereka menerima dan mempublikasikan kepada lingkungan sekitarnya tentang orientasi seksual mereka yang menyimpang.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan lebih memfokuskan terhadap persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung. Misalnya saja apa tanggapan seoarang teman ketika mereka mengetahui salah seorang teman mereka adalah seorang homoseksual. Karena seperti yang kita ketahui, mahasiswa memiliki pemikiran keritis tentang suatu fenomena yang kontrofersi.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung”.


(4)

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap homoseksual yang ada di Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian.

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan Sosiologi.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna sebagai acuan bagi mahasiswa dan masyarakat tentang penelitian mengenai homoseksual berikutnya.


(5)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Fisip Universitas Lampung mengenai Persepsi Mahasiswa Terhadap Homoseksual di Bandar Lampung maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini. Pertama, dilihat dari aspek kognitif yang mengacu pada suatu objek dalam hal ini homoseksual, hasil wawancara terhadap kedelapan informan diketahui bahwa mahasiswa Fisip Unila cukup mengetahui tentang homoseksual di Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan, ciri-ciri, dan penyebab homoseksual secara umum.

Kedua, dilihat dari aspek afektif yang mengacu kepada suka atau tidaknya mahasiswa FISIP Unila terhadap homoseksual yaitu hasil wawancara terhadap kedelapan informan menunjukan bahwa diketahui sikap mahasiswa Fisip Unila terhadap homoseksual di Bandar Lampung hampir serupa. Dimana semua informan lebih memilih untuk bersikap biasa saja dalam memperlakukan dan berinteraksi dengan homoseksual. Tetapi beberapa dianatara mahasiswa merasa takut dan menjaga jarak untuk berinterakasi secara langsung dengan homoseksual. Dimana ketakuatan tersebut dipicu oleh adanya persepsi bahwa


(6)

homoseksual lebih banyak disebabkan karena faktor lingkungan atau pergaulan. Dari sini dapet terlihat pro dan kontra terhadap fenomena homoseksual. Dimana yang pro lebih mengetahui homoseksual itu sendiri karena adanya homoseksual di lingkungannya, sedangkan yang kontra lebih ke mahasiswa yang tidak memiliki teman yang homoseksual. Tetapi dari adanya pro dan kontra tersebut mahasiswa FISIP Unila tetap menghargai pilihan hidup seseorang.

B. Saran.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut, maka penulis mencoba untuk memberikan masukan atau saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kita semua dituntut untuk memiliki ketahanan mental agar tidak mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga akhirnya menjadi menyimpang. Untuk memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan acuan dan pedoman berupa norma-norma agama, norma etika maupun norma sosial. Oleh sebab itu berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama, norma etika dan norma sosial yang berlaku.

2. Setiap pilihan selalu dihadapkan pada konsekuensi. Dalam masalah diatas, penulis lebih berharap pada mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan tinggi dan masyarakat luas agar dapat mengambil sikap yang tidak dapat merugikan pihak manapun . Sehingga untuk ke depan, pilihan apapun yang diambil oleh seseorang bukan suatu paksaan dari harapan masyarakat semata.