PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP HOMOSEKSUAL DI BANDAR LAMPUNG (Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung)

(1)

ABSTARACT

PERCEPTION OF UNIVERSITY SRUDENTS TO HOMOSEXUAL IN BANDAR LAMPUNG

(Case Study To University Students of FISIP Lampung of University) By:

REZA PARLUVI

Homosexual still becomes the sensitive topic among the society. It is because there is still pros and cons towards homosexual, in religion life and social and culture life. Concerning about homosexual in this country, it is hard for them to accept their abnormality because the society judge it as something wrong so they hide their gay identity. This kind of condition will be negative thing to their life so it will appear as stress, depression and dysfunctional social relation from this case we need to have further investigation about point of view from students as one of part of society toward homosexual in Bandar Lampung. Where the point of view experience of object, event, or relation gotten by concluding information and interpreting the message. The problem of this research is how the point of view of student of Sociology and Political Science Faculty University of Lampung toward homosexual is.

In this research the writer uses quality approach, by using case study, because the case study is a scientifically finding information by investigating happening event in real life. The method used is based on the fact that investigated concept is natural behavior that is appeared and influenced by phenomenon or real event, and not the country. The research location is in Sociology and Political Science Faculty, Lampung university. The result of this research shows that students of FISIP Unila have enough knowledge about homosexual in Bandar Lampung. This can be known from knowledge, characteristic, and the cause of homosexual in


(2)

distance in interacting directly with gay people, where the fearless appears because of the point of the view that homosexual is caused of environment factors or social intercourse.


(3)

ABSTRAK

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP HOMOSEKSUAL DI BANDAR LAMPUNG

(Studi Pada Mahasiswa FISIP Universitas Lampung) Oleh:

REZA PARLUVI

Homoseksual masih menjadi topik yang sensitif ditengah-tengah masyarakat. Hal tersebut terjadi karena adanya pro dan kontra terhadap homoseksual. Baik itu secara agama, sosial dan budaya. Mengingat homoseksual di tanah air sulit untuk menerima kenyataan dirinya sebagai manusia abnormal, maka mereka sering menyembunyikan orientasi yang dicap salah dalam masyarakat tersebut. Hal semacam ini akan berakibat gejolak negatif dalam dirinya sehingga tampil ke permukaan sebagai stress, depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Maka perlu diadakan kajian lebih mendalam mengenai persepsi dari mahasiswa selaku salah satu bagian dari masyarakat terhadap homoseksual di Bandar Lampung. Dimana persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung terhadap homoseksual. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan studi kasus (case study), karena studi kasus merupakan suatu pencarian keterangan secara ilmiah dengan menyelidiki fenomena yang terjadi di kehidupan nyata. Dimana penelitian menggunakan metode kualitatif ini didasarkan pada kenyataan bahwa konsep yang dikaji adalah sifat naturalistik yang muncul dan dipengaruhi oleh fenomena atau peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya. Lokasi penelitian di ambil di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa FISP Unila cukup mengetahui tentang homoseksual di Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan, ciri-ciri, dan penyebab homoseksual secara umum. Dan sikap mahasiswa Fisip Unila terhadap homoseksual di Bandar Lampung hampir serupa.


(4)

dengan homoseksual. Dimana ketakuatan tersebut dipicu oleh adanya persepsi bahwa homoseksual lebih banyak disebabkan karena faktor lingkungan atau pergaulan.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan dirinya melalui respon-respon terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Terutama dalam konteks sosial-budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna bagi manusia lainnya.

Dalam interaksi sosial biasanya menimbulkan satu respon terhadap timbulnya suatu kejadian. Kejadian tersebut dapat menimbulkan respon dari berbagai masyarakat. Salah satu bagian dari masyarakat adalah mahasiswa. Dimana mahasiswa selalu memiliki respon yang sangat kritis terhadap suatu kejadian atau fenomena yang ada ditengah-tengah masyarakat.


(6)

Fenomena yang sampai saat ini masih menjadi topik yang sensitif ditengah-tengah masyarakat adalah tentang homoseksual. Hal tersebut terjadi karena adanya pro dan kontra terhadap homoseksual. Baik itu secra agama, sosial dan budaya. Mengingat homoseksual di tanah air sulit untuk menerima kenyataan dirinya sebagai manusia abnormal, maka mereka sering menyembunyikan orientasi yang dicap salah dalam masyarakat tersebut. Hal semacam ini akan berakibat gejolak negatif dalam dirinya sehingga tampil ke permukaan sebagai stress, depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Mereka sering gagal dan menemukan identitas dirinya ditengah agama dan budaya yang sedemikian kuat.

Homoseksual lain justru dapat menerima apa yang ada di dirinya sebagai suatu bentuk hal yang hakiki. Pribadi semacam ini berani coming out atau menyatakan identitas dirinya yang sesungguhnya sehingga konflik internal dalam dirinya lepas.

Munculnya homoseksual ditengah-tengah kehidupan kita cukup menarik untuk diamati, karena mahasiswa memiliki pola pikir yang kritis dalam menyikapi suatu permasalahan dan sebagian dari kita para mahasiswa masih beranggapan bahwa homoseksual adalah bentuk penyimpangan seksual yang menyalahi aturan yang diberikan Tuhan. Tetapi anggapan bahwa hubungan yang normal dan sehat itu hanyalah antara laki-laki dan perempuan tampaknya tidak pernah bergeser. Padahal dalam kehidupan kita terdapat sekelompok orang yang memiliki orientasi seks yang berbeda. Sedangkan yang dimaksud dengan


(7)

orientasi seksual adalah kearah mana kecendrungan orang tersebut tertarik pada gender atau jenis kelamin tertentu. Secara umum ada tiga jenis orientasi yang dikenal, yaitu:

1. Heteroseksual, yaitu ketertarikan pada orang yang berlainan gender (lawan jenis)

2. Homoseksual, yakni ketertarikan pada sesame jenis.

3. Biseksual, yakni ketertarikan pada orang dari kedua gender tersebut.

Orientasi seksual adalah salah satu dari keempat komponen seksualitas. Ketiga komponen lainnya adalah jenis kelamin (biologis), identitas gender (penghayatan bahwa diri kita adalah laki-laki atau perempuan), dan peranan gender yang ditentukan oleh norma gender (yang ditentukan oleh norma sosial). Berbeda dengan ketiga komponen lainnya, orientasi seksual ini mengandung birahi, emosi, dan kasih sayang.

Pada umumnya terdapat dua istilah umum bagi homoseksual, yaitu lesbian bagi perempuan yang tertarik dengan sesama jenisnya dan gay bagi laki-laki. Para homoseksual biasanya punya ciri khusus untuk dapat mengenali satu sama lainnya. Kebanyakan para homoseksual mengetahui dan mengenali teman sejenisnya dengan memperhatikan cara memandangnya. Karena para homoseksual mempunyai cara memandang yang sejenis yang khas yang bisa dirasakan oleh sesama homoseksual. Bagi yang bukan homoseksual, sangat sulit untuk bisa mengenali dengan cara seperti itu, kecuali para homoseksual


(8)

menggunakan simbol-simbol ataupun bahasa tubuh yang digunakan oleh kelompok homoseksual.

Menjadi berbeda dari orang-orang pada umumnya tentu akan menemui banyak kendala, apalagi menjadi individu yang berorientasi homoseksual. Homoseksual dianggap menyimpang dari keadaan orang yang umunya heteroseksual, terlebih apabila dilihat dari sudut pandang agama dan norma yang menganggap homoseksual sama dengan dosa karena telah melawan kodratnya. Tidak mengherankan apabila individu yang diketahui sebagai seorang homoseksual, cendrung mendapat hinaan, hujatan, bahkan ancaman fisik.

Sebagai manusia, homoseksual sama dengan manusia biasa pada umumnya yang butuh berinteraksi dan bersosialisasi. Dalam kehidupan sehari-hari kalangan homoseksual diberbagai negara, termaksud Amerika Serikat dan Australia sudah berani tampil kepermukaan. Bahkan, setiap tahun mereka mengadakan karnaval khusus bagi kaum mereka. Namun di negara berkembang, termaksud Indonesia mereka masih malu-malu untuk tampil terbuka dan memproklamasikan diri sebagai homoseksual. Meski begitu, komunitas seperti ini memiliki tempat-tempat tertentu di Indonesia, untuk saling bertemu. Seperti halnya kalangan heteroseksual, dalam berelasi mereka mengenal perasaan cemburu dan depresi ini dapat sedemikian besarnya sehingga yang merasa ditinggalkan cepat bunuh diri karena merasa depresi. Bahkan bisa pula membunuh pasangannya yang berselingkuh. Kasus macam ini umumnya terjadi pada pasangan homoseksual. Prilaku macam ini bisa


(9)

dipahami karena mereka menjalin hubungan sama seperti kelompok heteroseksual.

Kelas sosial yang ada di kalangan lesbian/ gay/ waria tidak jauh berbeda dengan kelas sosial di masyrakat pada umumnya. Pembagian kelas tampak pada tempat nongkrong, cara berpakaian, yang semuanya berawal pada kombinasi tingkat penghasilan dan aspirasi kelas. Dilihat dari sisi fisik dan penampilan, sulit diketahui apakah seseorang itu lesbian atau gay (kalau waria tentu cendrung kelihatan). Memang ada stereotipe bahwa lesbian cendrung perempuan yang tomboy, dan laki-laki yang feminim cendrung gay, tetapi ini hanya sebagian dari kelompok mereka.

Berbeda dengan kaum heteroseksual yang secara status memperoleh pengakuan di mata masyrakat dalam hal orientasi seksualitasnya dan sebagai golongan yang normal sesuai dengan kodratnya, maka kaum homoseksual dikucilkan karena mengalami penyimpangan perilaku seksual. Meskipun konstruksi sosial dan budaya masyarakat Indonesia yang masih pro dan kontra dalam menyikapi homoseksual, tapi pada kenyataanya kaum homoseksual masih dipandang sebagai kelompok marjinal.

Dalam peneletian ini mengambil sample pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta sebagian besar kaum homoseksual sudah berani mempublikasikan dirinya pada masyarakat luas, sehingga masyarakat di sekitarnya pun sudah terbiasa dengan keberadaan kaum


(10)

homoseksual tersebut. Akan tetapi di Bandar Lampung homoseksual masih menjadi polemik di dalam masyarakat. Polemik tersebut menjadikan masalah ini menjadi kontrofersi di kalangan masyarat maupun kalangan mahasiswa di Bandar Lampung.

Di Bandar Lampung sendiri jika dilihat dari budaya asli masyarakat Lampung, tidak ada tradisi atau budaya yang diduga mendorong munculnya perilaku homoseksual di dalam masyarakat. Akan tetapi keberadaan mereka memang sudah ada dari dulu, tepatnya kapan homoseksual masuk ke Bandar Lampung memang tidak diketahui secara pasti. Namun sebagian besar dari mereka tidak berani mengakui bahwa diri mereka adalah homoseksual. Hal tersebut disebabkan karena ketatnya norma yang ada di masyarakat dan juga keluarga menganggap bahwa perilaku homoseksual adalah perilaku menyimpang dan memiliki kelainan kejiwaan. Kebanyakan homoseksual yang ada di Bandar Lampung memang asli suku Lampung, tetapi ada juga yang memiliki suku yang berbeda.

Homoseksual di Bandar Lampung terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Salah satunya adalah GayLam (Gay Lampung). Komunitas ini berdiri pada tanggal 28 September 2008. Karena baru dua tahun berdiri maka mereka belum memiliki sekretariat yang tetap. Namun selepas ba’da magrib mereka berkumpul di salah satu salon yang mereka jadikan untuk berkumpul dan berbagi informasi. Semakin malam, salon tersebut semakin ramai, (Nur’aini. 2009).


(11)

Sebagian mahasiswa menganggap hal ini bisa diterima tetapi sebagian menganggap ini merupakan kesalahan. Hal tersebut terjadi di negara dengan budaya dan agama yang kuat seperti di negara kita ini, karena persepsi yang beragam demikian akan berakibat gejolak negatif dalam seseorang homoseksual sehingga tampil ke permukaan sebagai stress, depresi dan gangguan dalam relasi sosial. Mereka sering gagal dalam menemukan identitas dirinya ditengah ancaman cambuk agama dan budaya yang sedemikian kuat. Akan tetapi sejatinya tidak sedikit pula beberapa dari mereka menerima dan mempublikasikan kepada lingkungan sekitarnya tentang orientasi seksual mereka yang menyimpang.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan lebih memfokuskan terhadap persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung. Misalnya saja apa tanggapan seoarang teman ketika mereka mengetahui salah seorang teman mereka adalah seorang homoseksual. Karena seperti yang kita ketahui, mahasiswa memiliki pemikiran keritis tentang suatu fenomena yang kontrofersi.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung”.


(12)

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap homoseksual yang ada di Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian.

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan keilmuan Sosiologi.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna sebagai acuan bagi mahasiswa dan masyarakat tentang penelitian mengenai homoseksual berikutnya.


(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Persepsi

1. Definisi Persepsi.

Menurut Cohen (Bungin, Burhan. 2008:261) dikemukakan bahwa persepsi didefinisikan sebagai interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan tentang apa yang dapat di tangkap oleh indra kita. Menurut Desiderato (Rakhmat, 1999:51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Menurut Effendi (1986:127) persepsi adalah pengindaran terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya. Penghindaran itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Menurut Mar’at (AS Saputra, 2004) memberikan batasan, “persepsi” merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Kemampuan kognisi merupakan pengalaman dan pengetahuan seorang terhadap suatu objek yang akan berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap suatu objek (afektif), yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa


(14)

yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek tersebut. Komponen kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perubahan yang akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat (kognitif).

Persepsi dalam penelitian ini adalah suatu proses dan penerimaan terhadap objek berdasarkan pengetahuan dan pengalaman (kognitif) yang di dalamnya menyangkut tanggapan kebenaran langsung, keyakinan terhadap objek tersebut yang pada akhirnya berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bersikap senang atau tidak senang (afektif) yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipersepsikan tentang suatu objek tersebut yang mengarahkan seseorang untuk bertindak atau bertingkah laku.

Menurut Morgan, King dan Robinson dalam Isbandi Rukminto Hadi (1994:105) menyatakan bahwa persepsi menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, dan mencium dunia sekitar kita. Dengan kata lain persepsi dapat pula diidentifikasikan sebagai segala sesuatu yang dialami manusia.

Perspektif teori yang dikemukakan oleh Mar’at (1981:21), yaitu persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognitif dan afektif. Aspek kognitif merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat, sedangkan aspek afektif merupakan aspek pendapat karena informasi


(15)

yang diterima akan menentukan pikiran dalam melihat sesuatu. Persepsi yeng terbentuk terkadang adalah perasaan senang dan tidak senang yang menurut David O’ Sears sebagaimana dikutif Sarlito Wirawan Sarwono (2002:97) disimpulkan sebagai persepsi positif dan persepsi negatif.

Miftah Toha (1995:358) seperti yang dikutip Burhan Isnaeni (2004:11) menyatakan bahwa persepsi adalah proses kognitif yang dialami setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Mengenai proses kognisi sendiri, menjelaskan sebagai aspek penggerak perubahan, karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat. Lebih lanjut ia menyatakan beberapa hal yang mempengaruhi komponen kognisi:

a. Faktor pengalaman b. Faktor proses belajar c. Cakrawala

d. Pengetahuan

Jalaludin rahmat (1999:51) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan infromasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada rangsangan indrawi.


(16)

Dalam kamus lengkap Psikologi ada beberapa pengertian persepsi yang meliputi:

a. proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan panca indera.

b. Kesadaran dari proses-proses organis.

c. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu.

d. Variabel yang mengulangi atau ikut campur, berasal dari kemampuan organisme untuk melakukan perbedaan diantara perangsang-perangsang. e. Kesadaran intutif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang

serta.

2. Sifat Persepsi

Persepsi memiliki sifat-sifat seperti yang diutarakan oleh Didik Kurniawan (2005:10) yaitu:

a. Persepsi adalah pengalaman

Untuk mengartikan makna dari objek atau peristiwa, kita harus memiliki dasar untuk melakukan interprestasi. Dasar ini biasanya ditentukan pada pengalaman masa lalu dengan objek atau peristiwa tersebut atau dengan hal yang menyerupai.

b. Persepsi merupakan proses yang selektif

ketika memepersepsikan sesuatu kita cenderung melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek dan menyebabkan yang lain, dalam


(17)

hal ini biasanya kita mempersepsikan apa yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan menyebabkan karakteristik yang tidak relevan atau berlawanan dengan nilai atau keyakinan kita tersebut.

c. Persespsi adalah penyimpulan

Proses psikologis dari persepsi yang kita lakukan akan akan mengandung kesalahan dalam keadaan tertentu, hal ini antara lain disebabkan oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektifitas dan penyimpulan.

d. Evaluatif

Persepsi tidak akan pernah objektif karena kita melakukan interprestasi berdasarkan pengalaman dan mereflesikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang diinginkan untuk memberikan makna pada objek persepsi. Proses merupakan proses psikologis yang ada dalam diri kita maka bersifat subjektif. Suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari interpretasi subjektif adalah evaluasi. Hampir tidak mungkin mempersepsikan suatu objek tanpa mempersepsikan baik serta buruknya objek tersebut.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terbentuk tidak begitu saja tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berpersepsi terhadap suatu objek yang dilihat. Menurut Stephen P. Robbins (2002:46) bahwa seseorang yang melihat sesuatu sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang ia lihat itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu yang melihat. Karakteristik


(18)

yang memepengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan.

Gambar 1. Variabel kunci yang mempengaruhi perilaku individu

Sumber: Stephen P. Robbins, 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga. Jakarta.

Menurut David Krech (dalam Jalalludin Rahmat, 1999:52-53), ada dua faktor yang menentukan persepsi seseorang yaitu:

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman, masa lalu dan hal-hal yang termasuk dari faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau fisik stimuli, tetapi karakteristik yang memeberikan respon stimuli itu. Faktor fungsional meliputi:

a. Kebutuhan

Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seorang akan mempengaruhi atau menumbuhkan persepsi seseorang, dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

Sikap

Kepribadian

Kemampuan

Motivasi

Pembelajaran

Perilaku individu Persepsi


(19)

b. Kesiapan mental

Kesiapan mental seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Suasana emosi

Suasana emosi seseorang baik dalam keadaan sedih, bahagia, gelisah maupun marah akan sangat mempengaruhi persepsinya.

d. Latar belakang

Latar belakang dimana seseorang berasal akan memepengaruhi dan menentukan persepsi seseorang pada suatu objek rangsangan.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural dimana-mana berasal dari sifat stimuli dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem individu meliputi antara lain:

a. Kemampuan berfikir. a. Daya tangkap inderawi.

b. Seluruh daya tangkap yang ada pada manusia.

Mar’at (1981:22) membagi komponen persepsi menjadi dua aspek yaitu : a. Aspek kognitif

Aspek ini mengacu pada pengetahuan tentang suatu objek, dengan demikian persepsi mahasiswa FISIP Universitas Lampung akan dilihat dari aspek ini. Tahap ini meliputi pemikiran-pemikiran, pengertian dan pengetahuan tentang objek yang dipersepsikan.


(20)

b. Aspek afektif

Merupakan refleksi dari perasaan atau emosi seseorang terhadap objek yang dipersepsikan, bisa berupa pendapat ataupun penilaian. Pendapat yang positif dapat berupa simpati, suka, memihak dan menghargai dan lain-lain. Pendapat yang negatif dapat berupa penghinaan, rasa tidak suka, tidak menghargai dan tidak mendukung.

Berdasarkan beberapa pengertian dan hal-hal yang memepengaruhi persepsi di atas maka dapat dinyatakan persepsi adalah cara pandang dan sikap seseorang mengenai sesuatu hal yang disebabkan pengaruh latar belakang, pengetahuan, penilaian dan tujuan seseorang terhadap hal tersebut.

Proses terbentuknya persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu sikap, kepribadian dan kemampuan. Berdasarkan ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi motivasi, persepsi, dan pembelajaran individu dan pada akhirnya akan menentukan perilaku individu untuk bertindak sesuai dengan apa yang individu dapatkan dari proses persepsi tadi.

3. Tinjauan Tentang Mahasiswa 1. Definisi Mahasiswa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) (1990:543), yang dimaksud dengan mahasiswa adalah orang yang belajar atau yang menunutut ilmu pada suatu peguruan tinggi, baik negeri atau yang dikelola oleh swasta. Sedangkan


(21)

menurut Hayatun (1996:24), mahasiswa merupakan kelompok generasi muda elit dalam masyarakat yang mempunyai sifat dan watak yang kritis, keberanian dan kepeloporan. Berperan sebagai kekuatan moral dan berfungsi sebagai kontrol sosial serta sebagai duta pembaharu masyarakat.

Konsep mahasiswa tidak berbeda dengan pemuda, konsep ini identik dengan nilai-nilai yang melekat pada diri manusia tersebut. Mahasiswa sekaligus adalah pemilik masa depan bangsa yang diharapkan mampu berperan aktif sebagai agen perubahan yang perlu dibina. Mahasiswa adalah insan-insan intelektual yang berada pada perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri yang dididik untuk menjadi calon intelektual bangsa (Wirawan, 1987 :46).

Menurut Slamet (1986:24), mahasiswa adalah manusia yang memiliki kemampuan akademis, ciri karakter atau identitas, mutu kerja dan cara berfikirnya lebih dalam dan memiliki trade mark yang berbeda dengan warga masyarakat lainnya dan berkiprah di perguruan tinggi. Dalam hal ini mahasiswa brfungsi sebagai pemberi informasi, pemberi motivasi, pelancar proses difusi inovasi dan penghubung antara sistem yang memiliki penegtahuan dan keterampilan yang berguna bagi masyarakat luas.

2. Karakteristik Mahasiswa

Damanhuri (1985) memberikan ciri-ciri mahasiswa sebagai berikut:

1. Mahasiswa adalah kelompok orang muda, oleh sebab itu karakteristik ini diwarnai oleh sifat yang pada umumnya tidak selalu puas terhadap


(22)

lingkungannya dimana mereka menginginkan berbagai perubahan dengan cepat dinamik dan mendasar (radikal).

2. Mahasiswa adalah kelompok yang menjadi sistem pendidikan tinggi. Oleh karena itu, nafas dan sikap akademis akan memberi ciri yang kuat dalam gerak langkahnya, sifat objektif, rasional, kritis, dan skeptis yang menjadi gerak langkahnya, sifat objektif, rasional, kritis, dan skeptis yang menjadi keilmuan amat mempengaruhi pandangannya dalam mengamati setiap masalah. Mereka adalah kelompok yang relatif "independen" karena relatif belum memilki keterkaitan finansial maupun birokratis terhadap pihak manapun. Oleh sebab itu ciri spontan dan lugas dalam bersikap dan memberi pandangan amat kuat.

3. Mahasiswa adalah kelompok yang menjadi subsistem masyarakat secara keseluruhan baik secara lokal, regional, nasional, maupun global. Oleh karenanya dengan menatap konstelasi yang berkembang dengan latar belakang keilmuan, keindependenan mahasiswa senantiasa menempatkan sudut pandang yang tidak mengulang pada kelompok masyarakat lainnya.

Ciri yang disebutkan di atas adalah yang membedakan antara mahasiswa dengan kelompok masyrakat lainnya. Oleh karena itu wajar bila mahasiswa dikatakan sebagai ujung tombak perubahan dan melakukan fungsi kritisnya (kontrolnya) terhadap realitas objektif yang dilihatnya.


(23)

3. Tipe-tipe mahasiswa

Adnan dan Pradiansyah (1999:131-141) mengklasifikasikan mahasiswa ke dalam 5 tipe, yaitu :

1. Kelompok Idealis Konfroniatif

Mereka adalah mahasiswa yang aktif dikelompok diskusi atau lembaga swadya masyarakat. Kegiatan mereka senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta teori-teori yang mendasarinya. Mereka aktif dalam aksi-aksi demonstrasi memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas. Ciri dari kelompok ini adalah non-kooperatif. Kelompok ini bersikap menolak posisi pemerintah karena mereka berkeyakinan bahwa pemerintah yang berkuasa saat itu tidak sesuai dengan norma, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi keadilan dan hak asasi manusia.

2. Kelompok Idealis Realistis

Kelompok ini juga aktif diberbagai kelompok diskusi atau lembaga swadaya masyarakat. Kelompok ini banyak menggagas ide-ide perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelompok ini cenderung kompromisitis dan kooperatif serta tidak terang-terangan menentang pemerintah dan tetap berusaha mencari jalan di tengah kesumpekan iklim politik.

3. Kelompok Oppurtunis

Berbeda dengan kedua kelompok di atas, kelompok ini cenderung untuk mendukung program-program pemerintah dan berpihak pada


(24)

pemerintahan (termasuk kebjikan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat).

4. Kelompok Profesional

Mereka adalah para mahasiswa yang berorientasi profesionalisme dan kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, pilitik, sosial, dan budaya bangsa, mereka memilih untuk menyelesaikan study secepat mungkin kemudian memperoleh pekerjaan yang dapat menjamin masa depan rakyat.

5. Kelompok Glamour

Kelompok ini sama dengan kelompok profesional yang kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik, serta budaya bangsa. Perbedaanya kelompok ini memiliki kecendrungan rekratif, ciri yang menonjol adalah penampilan berbusana yang cenderung glamour dan gaya hidup yang sangat mengikuti mode.

Berdasarkan beberapa pengertian, karakteristik dan tipe mahasiswa di atas maka dapat dinyatakan mahasiswa adalah orang yang belajar atau yang menutut ilmu pada suatu peguruan tinggi dan merupakan bagian dari subsistem masyarakat yang mempunyai jiwa intelektual tinggi dan mempunyai sifat kritis terhadap fenomena politik yang terjadi.


(25)

4. Pengertian Homoseksual

Dari Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2000:248) homoseksual adalah tentang kecendrungan tertarik melakukan hubungan seks atau mencintai sesame jenis kelamin. Dede Oetomo (2003:6) mendefinisikan orang homoseksual adalah orang yang orientasi atau pilihan seks pokok atau dasarnya, entah diwujudkan atau dilakukan atau pun tidak, diarahkan kepada sesame jenis kelaminnya. Dengan perkataan lain laki-laki atau perempuan homoseksual adalah seseorang yang secara emosianal dan seksual tertarik kepada sesame jenis laki-laki ataupun perempuan. Maka homoseksual dapat didefinisikan sebagai orientasi atau pilihan seks yang diarahkan kepada seseorang atau orang-orang dari jenis kelamin yang sama atau ketertarikan orang secara emosional dan seksual kepada seseorang atau orang-orang dari jenis kelamin yang sama. Sedangkan Alfred C. Kinsey (1965:612) dalam mendefinisikan kata “homoseksual” yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia menyebutkan sebaggai hubungan seksual, baik secara fisik maupun psikis, antara individu dari jenis kelamin yang sama.

Di Indonesia, kata homoseksual oleh awam hanya dipakai untuk mengacu kepada laki-laki homoseksual, sedangkan perempuan homoseksual lebih lazim disebut lesbian atau lesbi. Dalam kira-kira sepuluh tahun terakhir ini, dikenal juga istilah gay untuk mengavu kepada laki-laki homoseksual.

Kebanyakan orang Indonesia tidak membedakan antara homoseksual laki-laki (gay) dan waria, dan hanya menggunakan katagori waria untuk mengacu pada


(26)

laki-laki yang berpenampilan dan berprilaku seperti perempuan, baik sepenuhnya maupun sebagian. Walaupun masyarakat awam menyamaratakan gay dan waria, kedua kelompok ini membedakan satu dari yang lain walaupun ada kalanya terjadi “penyeberangan” dari satu kelompok ke kelompok lain. Persentuhan dan “penyeberangan” pada identitas waria terjadi di kelas menengah ke bawah. Maksudnya ada gay yang kadang-kadang berdandan seperti waria, bahkan untuk waktu yang agak lama, atau ketika berada di kota lain. Begitu juga sebagian kecil waria sebaliknya berpenampilan sebagai gay pada kesempatan-kesempatan tertentu. Batas antara gay dan waria sebetulnya batas sosiologis yang dibentuk dalam kesadaran sebagian besar kaum gay dan waria itu sendiri.

Menurut Soejono Soekanto (1992:105), secara sosiologis homoseksual adalah seseorang yang cenderung mengutamakan orang yang sama jenis kelaminnya sebagai mitra seksual. Penjelasan secara sosiologis mengenai homoseksualintas bertitik tolak pada asumsi bahwa tak ada pembawaan lain pada dorongan seksual, selain kebutuhan untuk menyalurkan ketegangan. Oleh karena itu, maka baik tujuan maupun objek dorongan seksual diarahkan oleh faktor sosial. Artinya, arah penyaluran ketegangan dipelajari dari pengalaman-pengalaman sosial. Dengan demikian tidak ada pola seksual alamiah, oleh karena yang ada adalah pola pemuasnya yang dipelajari dari adat istiadat lingkungan sosial. Lingkungan sosial akan menunjang atau mungkin menghalangi sikkap-tindak dorong-dorongan seksual tertentu. Pandangan-pandangan sosiologis menyatakan bahwa homoseksualitas merupakan suatu


(27)

peranan. Oleh karena itu, walaupun derajat ketertarikannya pada aspek seksual berbeda-beda, homoseksualitas sebagai peranan mengakibatkan terjadinya proses penamaan tertentu terhadap gejala tersebut.

1. Jenis-jenis Homoseksual

Dari segi psikiatri ada dua macam homoseksual, yakni homoseksual ego sintonik (sinkron dengan egonya) dan ego distonik (tidak sinkron dengan egonya). Seorang homoseks ego sintonik adalah homoseks yang tidak merasa terganggu oleh orientasi seksualnya, tidak ada konflik bawah sadar yang ditimbulkannya, serta tidak ada desakan, dorongan atau keinginan untuk mengubah orientasi seksualnya. Sebaliknya, seorang homoseks ego distonik adalah homoseks yang mengeluh dan merasa terganggu akibat konflik psikis.

Menurut Endang Rahayu (1998:18) yang dikutip dari Mariska (2004), homoseksual terbagi tiga jenis yaitu:

1. Eksklusif.

Homoseksual yang tidak berminat kepada wanita (impoten terhadap wanita). Dalam homoseksual eksklusif, seorang homoseksual dalam melakukan hubungan seksual atau kontak seksual dapat ada yang berperan sebagai wanita, sebagai laki, serta ada yang bisa berperan sebagai wanita dan laki-laki, tergantung dari kemauan pasangan kencan kaum homoseksual tersebut.


(28)

2. Vakultatif.

Prilaku seksual yang hanya menyalurkan dorongan seks. Dalam homoseksual vakultatif, seorang homoseksual masih mempunyai gairah terhadap lawan jenis, namun karena adanya dorongan seksual yang tinggi sedangkan lawan jenis untuk menyalurkan dorongan tersebut tidak ada maka dalam menyalurkannya dilakukan dengan sesame jenis. Homoseksual vakultatif biasanya berperan sebagai laki-laki dalam melakukan kontak seksual.

3. Biseksual.

Dapat melakukan relasi atau hubungan seksual yang memuaskan dengan sesame jenis atau lawan jenis. Dalam melakukan kontak seksual, seseorang yang mempunyai orientasi biseksual mempunyai banyak variasi. Ketika seorang biseksual melakukan kontak seksual dengan wanita akan berperan sebagai laki-laki sedangkan ketika melakukan kontak seksual dengan sesame jenis bisa berperan sebagai laki-laki, perempuan, atau berganti peran. Jadi dalam melakukan kontak seksual dengan orang yang sama bisa berganti peran sesuai dengan kemauan masing-masing individu dalam sebuah pasangan seksual.

5. Kerangka Pikir

Homoseksual yang hidup di tengah-tengah masyarakat normal atau heteroseksual biasanya sudah mampu berinteraksi dengan baik, akan tetapi sebagian besar masih tidak berani mempublikasikan diri mereka memiliki orientasi seksual yang berbeda. Secara umum ada tiga orientasi seksual yaitu


(29)

heteroseksual, homoseksual, dan biseksual. Homoseksual adalah ketertarikan seseorang terhadap sesame jenisnya baik secara fisik maupun emosioonal. Jika sesame manita di sebut lesbian maka sesama laki-laki disebut gay. Heteroseksual adalah ketertarikan dengan lawan jenis. Sedangkan biseksual adalah orientasi seksual gabungan dari keduanya.

Homoseksual merupakan kelompok yang dianggap berprilaku menyimpang sehingga kebanyakan homoseks masih menyembunyikan identitasnya. Selama ini untuk mengetahui seseorang mengalami penyimpangan tersebut hanya bisa dilakukan atau di ketahui oleh orang-orang yang mempunyai prilaku seks yang menyimpang pula. Untuk orang-orang heteroseksual atau masyarakat normal pada umumnya akan sangat susah membedakannya. Hanya saja kita dapat melihat secara kasat mata seperti cara berpakayan, berbicara dan berprilaku seseorang.

Untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar homoseks biasanya menyembunyikan kelainan mereka agar dapat di terima oleh masyarakat normal atau heteroseksual. Dalam peneletian ini masyarakat berperan penting karena respon atau tanggapan dari mereka tentang keberadaan kaum minoritas di Bandar lampung dapat menjawab penelitian ini.


(30)

SKEMATIKA KERANGKA PEMIKIRAN

A.Aspek Kognitif

HOMOSEKSUAL 1. Pengertian.

2. Keberadaan 3. Ciri-ciri 4. Faktor

B. Aspek Afektif

SIKAP MAHASISWA 1. Sikap terhadap homoseksual

2. Sikap apabila disekitar kita ada homoseksual 3. Sikap apabila teman merupakan homoseksual 4. Yang dirasakan ketika berinteraksidengan

homoseksual

5. Pandangan/ harapan kedepan terhadap homoseksual


(31)

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan menggunakan studi kasus (case study), karena studi kasus merupakan suatu pencarian keterangan secara ilmiah dengan menyelidiki fenomena yang terjadi di kehidupan nyata. Dimana penelitian menggunakan metode kualitatif ini didasarkan pada kenyataan bahwa konsep yang dikaji adalah sifat naturalistik yang muncul dan dipengaruhi oleh fenomena atau peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya.

Menurut Soekanto (1996:49) studi kasus adalah penelitian yang bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya tentang suatu fenomena yang ada dalam kehidupan masyarakat yang dapat digunakan untuk menelaah suatu keadaan masyarakat setempat (community), lembaga-lembaga, maupun individu-individu. Dari penjelasan yang dikemukakan diatas, maka metode kasus sesuai dengan penelitian yang akan penulis lakukan, yakni mengenai ”Persepsi Mahasiswa Terhadap Homoseksual di Bandar Lampung”.


(32)

B.Fokus Penelitian

Fokus penelitian memberikan batasan dalam kumpulan data, sehingga dalam pembatasasn ini akan lebih terarah dan fokus pada masalah-masalah yang ingin diteliti. Oleh karena itu menurut Lexy J. Moloeng (2000:63) fokus penelitian yang dimaksud untuk membatasi studi kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relefan, agar tidak dimasukan kedalam data yang sedang dikumpulkan, walaupun data itu menarik.

Dalam halaman berikutnya Moloeng (2000:94) menjelaskan ada dua maksud yang ingin dicapai dalam pemecahan permasalahan melalui memenfaatkan fokus penelitian yaitu: Pertama, menetapkan fokus dalam membatasi studi. Kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria yang keluar masuk suatu informasi. Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah:

a. Pengetahuan mahasiswa terhadap homoseksual yang ada di Bandar Lampung.

1. Pengetahuan mahasiswa terhadap pengertian homoseksual.

2. Pengetahuan mahasiswa terhadap keberadaan homoseksual yang ada di Bandar Lampung.

3. Pengetahuan mahasiswa terhadap ciri-ciri seorang homoseksual. 4. Pengetahun mahasiswa mengapa seseorang menjadi homoseksual.

b. Sikap mahasiswa terhadap homoseksual yang ada di Bandar Lampung. 1. Bagaimana sikap mahasiswa terhadap homoseksual.


(33)

2. Bagaimana sikap mahasiswa apabila di sekitarnya ada homoseksual. 3. Bagaiman sikap mahasiwa apabila salah satu dari temannya ternya adalah

seorang homoseksual.

4. Bagaimana ketika mahasiswa berinteraksi dengan homoseksual apa yang dirasakan oleh mahasiswa itu sendiri. (dampak terhadap mahasiswa itu sendiri dan dampaknya terhadap lingkungan sosial)

5. Bagaimana pandangan/ harapan mahasiswa kedepanya terhadap homoseksual.

C.Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Lampung. Adapun alasan dipilih lokasi penelitian ini karena adanya mahasiswa yang dapat memberikan persepsi mereka terhadap homoseksual.

D.Penentuan Informan.

Penulis memilih mahasiswa yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung sebagai informan. Dalam studi ini penulis menggunakan teknik penentuan informan secara snowball (sample bola salju), yaitu suatu pencarian informan dengan mencari dari satu orang ke orang lain samapai akhirnya mendapatkan informan yang benar-benar sesuai dengan penelitian yang dimaksud. Teknik penentuan informan secara snowball sangat tepat digunakan bila populasinya sanagat spesifik dan belum banyak diketahui oleh peneliti. Cara pengambilan sample dengan teknik ini dilakukan secara


(34)

berantai, mulai dari ukuran informan yang kecil, makin lama menjadi besar seperti halnya bola salju yang menggelinding menuruni lereng gunung ataun bukit.

1. Jenis Sumber Data.

Jenis sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer yang merupakan sumber data pertama yang dihasilkan dalam sebuah penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini akan diperoleh langsung dari pihak yang pertama atau subjek yang langsung berhubungan dengan penelitian yaitu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas Lampung.

2. Data sekunder, yaitu data kedua setelah data primer. Di dalam data sekunder ini penelitian mengambil data dari internet.

2. Teknik Pengumpulan Data.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Partisipasi Terlibat (participant observation).

Dalam observasi ini, peneliti dapat terlibat langsung dengan kegiatan-kegiatan informan yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Teknik ini dapat mendukung data yang kan diperlukan ketika wawancara, sehingga dapat diketahui keadaan yang sebenarnya.


(35)

2. Wawanca Mendalam (indepth interview).

Melakukan wawancara langsung dengan inforaman mengenai pokok penelitian, wawancara mendalam ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara dengan tujuan mendapatkan keteranagan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan

Wawancara mendalam ini dilakaukan dengan berbincang-bincang secra langsung atau berhadapan muka dengan informan. Penelitian ini juga berusaha untuk mengembangkan pertanyaan yang diajukan untuk menggali jawaban yang lebih mendalam. Sehingga dalam wawancara tersebut informan tidak merasa sedang dihakimi. Dengan wawancara mendalam diharapkan penulis mendapatkan gambaran secara lebih jelas guna mempermudah analisa data selanjutnya.

3. Teknik Analisi Data.

Dalam analisi data yang dilakukan secra kualitatif, ada tiga alur kegiatan yang dilakukan yaitu:

1. Reduksi Data.

Kegiatan memilih dan memilah hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, yaitu:

a. Mengelompokan data berdasarkan karakteristik informan yang sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas.


(36)

b. Setelah mengelompokan data berdasarkan karakteristik, kemudian memilih beberapa informan yang berbeda mengenai persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung. Hal ini dimanfaatkan peneliti untuk memperdalam kajian serta memperoleh informasi yang berfariasi.

c. Melakukan pendekatan secra kualitatif, untuk memberikan gambaran yang detail dan mendalam dari persepsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Provinsi Lampung.

d. Melakukan penggabungan kajian pustaka, data dari pengalaman informan, dan kenyataan di lapangan. Hal ini dilakaukan untuk mendapatkan wawasan yang bersifat umum terhadap analisis ini.

2. Display Data.

Yaitu penyajian data sebagai kumpulan informasi tersususun yang memberiakan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambialn tindakan yang dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus di lakaukan.

3. Vertifikasi Data.

Data yang berguna untuk menguji relevansi antara display data dengan kerangka analisis serta tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, data disajikan hasil kesimpulan dari keseluruhan data yang sudah diteliti.


(37)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Universitas Lampung

Usaha untuk mendirikan perguruan tinggi di daerah Keresidenan Lampung, timbul dari dua panitia yang lahir pada tahun 1959, yaitu Panitia Pendirian dan Perluasan Sekolah Lanjutan (P3SL) di Tanjungkarang, yang diketuai oleh Zainal Abidin Pagar Alam dan Sekertarisnya Tjan Djie Soe dan Panitia Persiapan Pembentukan Yayasan Perguruan Tinggi Lampung (P3YPTL) yang dibentuk di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 1995 dengan ketua Nadirsjah Zaini, M.A dan Sekertarisnya Hilman Hadikusuma.

Pada tanggal 19 Januari 1960 P3SL mengadakan musyawarah dengan tokoh-tokoh masyarakat Lampung untuk mempersiapkan berdirinya suatu perguruan tinggi. Pada waktu itu P3SL dirubah namanya menjadi Panitita Pendirian Perluasan Sekolah Lanjutan dan Fakultas (P3SLF) dengan ketua Zainal Abidin Pagar Alam dan Sekertarisnya Tjan Djie Soe.

Pada tanggal 19 Juli 1960 Sekertariat Fakultas Ekonomi Hukum Sosial (FEHS) Lampung dibuka di aula gedung sekolah bekas Hak Wai di jlan Hassanudin


(38)

No. 34 Teluk Betung, oleh tiga mahasiswa yang mewakili P3SLF, yaitu Hilman Hadikusuma, Alhusniduki Hamim, dan Abdoel Moeis Radja Hukum.

Pada tanggal 7 September 1960 setelah diadakan pertemuan antara P3SLF dan P3YPTL, maka kedua panitia tersebut dilebur menjadi satu yayasan dengan nama Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Lampung (YPPTL) dengan akte Wakil Notaris M.M Effendi No. 24 tanggal 23 November 1960 , bertugas membina fakultas yang baru didirikan tersebut dan mengusahakan perubahan statusnya menjadi negeri.

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Universitas Sriwijaya (dr. M. Isa) No. D-40-7-61 tanggal 14 februari 1961, terhitung tanggal 1 Februari 1961 ditetapkan Jurusan FEHS Lampung menjadi “cabang” Fakultas Ekonomi Unsri dan bulan Januari Hukum FHES menjadi cabang Fakultas Hukum Unsri.

Pada tanggal 15 Februari 1961 H. Zainal Abidin Pagar Alam ditunjuk sebagai anggota Kurator Universitas Sriwijaya di Wilayah Lampung atas dasar Surat Keputusan Presiden Unsri No. UP/031/C-1/1961. Mr. Hoesin Effendi mendapat kepercayaan untuk memimpin Fakultas Hukum dan Drs. Moersalim diberi kepercayaan memimpin Fakultas Ekonomi.

Pada tahun 1962, Mr. Rusli Dermawan diberi kepercayaan untuk mememimpin penyelenggaraan pendidikan pada Fakultas Hukum, dan Drs. P. Sitohang memimpin Fakultas Ekonomi dengan Drs. Subki E. Harum sebagai sekertaris


(39)

Fakultas. Dalam rangka penyelesaian studi mahasiswa cabang Fakultas Hukum dan cabang Fakultas Ekonomi Unsri tersebut, atas persetujuan Presiden Unsri, pada tahun 1964 diadakan hubungan afiliasi dengan Universtas Indonesia di Jakarta.

Harapan Masyarakat Lampung untuk memiliki sebuah Universitas Negeri yang berdiri sendiri dapat terkabul. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 195 th 1965 yang menyatakan bahwa sejak tanggal 23 September 1965 berdiri Universitas Lampung (Unila), yang pada saat itu memiliki dua fakultas yaitu Fakultas Hukum dan Fakutas Ekonomi.

Kusno Danupoyo yang pada saat itu sebagai Gubernur Lampung, diangkat sebagai pejabat Ketua Presidium Universitas Lampung hingga pada th 1966 diganti kedudukannya oleh gubernur yang menggantikannya, yaitu Hi. Zainal Abidin Pagar Alam. Kemudian dikukuhkan melalui keputusan Presiden Republik Indonesia No. 73 th 1966 tentang pendirian Universitas Lampung.

Pada tahun 1968, Institu Kesenian dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta Cabang Tanjungkarang dengan keputusan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi No. 1 th 1968, diintregasikan kedalam Unila menjadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung semakin maju dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman.


(40)

Pada tahun 1967 berdiri sebuah Fakultas baru yaitu Fakultas Pertanian berdasarkan surat Keputusan Presidium Unila No. 756/KPTS/1967, yang kemudian dikukuhkan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0206/01973, sehinga sejak tanggal 16 maret 1973, secara resmi Fakultas Pertanian menjadi bagian integral dalam wadah Universitas Lampung.

Setelah pendirian Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik dibentuk berdasrkan Surat Keputusan Presidium Unila No. 227/KPTS/Pres/1968 pada tanggal 5 Juli 1968. Namun karena adanya berbagai kendala, Fakultas ini tidak dapat melanjutkan keberadaannya dan dengan Surat Keputusan No. 101/B/11/72, Fakultas Teknik tidak menerima mahasiswa baru lagi dan sejumlah mahasiswa Fakultas ini disalurkan ke Fakultas lainnya.

Dalam perkembangan selanjutnya denga dukungan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, dibentuk lagi Panitia Persiapan Pembukaan Fakultas Teknik Sipil. Pada tanggal 13 Januari 1978 berdasarkan surat Keputusan Rektor Unila No. 08/KPTS/R/1979 tanggal 8 Januari 1979, dibentuk Fakultas Tekik (persiapan) Unila, dengan pokok pendidikan pengairan, perhubungan dan konstruksi. Akan tetapi berdasarkan surat Keputusan Presiden RI No. 43/M/1978, Fakultas Teknik (persiapam) Unila ditetapkan sebagai Fakultas Non Reguler Teknologi. Selanjutnya berdasar Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0132/0/1991 tanggal 6 Juni 1995 Fakultas Non Reguler Teknologi statusnya diubah menjadi Fakultas Teknik.


(41)

Pada Tahun Akademik 1986/1987 dibuka Program Studi (PS) Sosiologi dan Program Studi Ilmu Pemerintahan, dibawah naungan Fakultas Hukum. Untuk mengkoordinasikan akademiknya, dibentuk persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (persiapan FISIP). Dalam, perkembangannya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0333/0/1995, persiapan FISIP resmi menjadi FISIP.

Pada Tahun Akademik 1989/1990 dibuka program studi biologi dan studi kimia dibawah naungan Fakultas Pertanian. Untuk mengkoordiansikan pelaksanaan akademiknya, dibentuk Persiapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (persiapan FMIPA). Dalam perkembangannya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0334/0/1995, persiapan FMIPA resmi menjadi FMIPA.

Pada tahun 2002/2003 dibuka program Pendidikan Dokter. Berdasarkan SK Dikti No. 3195/D/I/2003, Unila mendapat izin menyelenggarakan program Pendidikan Dokter yang tahun ajaran 2002/2003 mulai menerima mahasiswa baru. Dengan demikian saat ini Unila terdiri dari tujuh Fakultas, yaitu Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Pertanian, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Fakultas Matematika dan ILmu Pengtahuan Alam dan 1 (satu) Pendidikan Dokter. Pada tahun 1999 unila menyelenggarakan Program Pascasarjana yang dimulai oleh Program Studi Magister Teknologi Agroindustri dan Magister Hukum, diikuti oleh Magister Manajemen dan Agronomi pada tahun 2002, Magister


(42)

Teknologi, Pendidikan pada tahun 2001, dan Magister Agribisnis pada tahun 2004. Pada tahun 2002, Unila memiliki Program Pasca Sarjana yang mengkoordinir dan menetapkan baku mutu program studi pascasarjana, Unila juga menyelenggarakan Program Diploma.

Pada awalnya, Unila berada di tiga lokasi, yaitu jalan Hasanudin No. 34, Kompleks jalan Jendral Soeprapto No. 61 Tanjungkarang dan Kompleks Jalan Sorong Cimeng Teluk Betung. Sejak tahun 1973/1979 telah dibangun kampus Unila Gedongmeneng dan saat ini semua Fakultas sudah berada didalam kampus tersebut.

Antara tahun 1960 sampai 1965, Unila dipimpin oleh seorang koordinator. Sejak tanggal 25 Desember 1965 sampai dengan 28 Mei 1973, Unila dipimpin oleh satu Presidium yang diketuai oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 (satu) Propinsi Lampung. Sejak Mei 1973 sampai sekarang Unila dipimpin secara berurut adalah sebagai berikut :

1. Prof. Dr. Ir. Hi. Sitanala Arsyad (1973-1981) 2. Prof. Dr. R. Margono Selamet (1981-1990) 3. Hi. Alhusniduki Hamim S.E., M.Sc (1990-1998) 4. Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc (1998-2007) 5. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, MS (2007-Sekarang)


(43)

B.Sejarah Singkat Berdirinya FISIP Universitas Lampung

Sifat masyarakat Indonesia yang majemuk tercerminn dalam komposisi masyarakat di daerah Lampung, karena hampir semua etnis ada. Sejak tahun 1905 Lampung telah menjadi ajang integrasi antar suku melalui pelaksanaan kolonialisasi, yang kemudian pada tahun 1905-an berkembang menjadi program transmigrasi. Migrasi penduduk ke Lampung tidak hanya melalui koordinasi pemerintah saja, tetapi banyak juga yang secara spontan membentuk pemukiman-pemukinman baru.

Keanekaragaman suku dan budaya ini merupakan potensi pembangunan itu sendiri apabila dibina dan diarahkan sesuai perencanaan yang matang. Dengan demikian, keanekaragaman suku dan budaya tersebut membutuhkan adanya system pendidikan yang multidisiplin guna memenuhi tuntutan pembangunan serta pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Universitas Lampung sebagai salah satu institusi perguruan tinggi, dengan pola ilmiah pokok yaitu Pembangunan Wilayah Lahan Kering, berupaya ikut serta memenuhi tuntutan tersebut. Salah satunya adalah mendidik tenaga-tenaga muda dan potensial yang memiliki dasar-dasar pengetahuan kepemimpinan, pemberdayaan masyarakat, kebijakan public, komunikasi, orgaisasi, bisnis dan manajemen, tata nilai serta perilaku perubahan masyarakat dengan segala dinamika serta permasalahannya. Untuk itu, Universitas Lampung bersama-sama dengan pemerintah daerah berusaha mengembangkan fakultas-fakultas


(44)

baru yang relevan dengan rencana pengebangan daerah. Salah satu fakultas yang relative baru adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unila mulai melaksanakan kegiatan Tridharma perguruan tinggi berdasarkan SK Rektor Universitas Lampung No. 90/KPTS/R/1983 tanggal 28 Desember 1983 tentang Panitia Pendirian Persiapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, FISIP Unila mulai melaksanakan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. Keberadaan FISIP Unila dalam lingkungan Fakultas Hukum sebagai induk persiapan FISIP, dikukuhkan dengan SK Dirjen DIKTI Depdikbud RI No. 103/DIKTI/Kep/1984 tertanggal 21 Agustus 1984, oleh karenanya mulai tahun akademik 1985/1986 persiapan FISIP Unila menerima mahasiswa baru melalui jalur PMDK dan SUPERMARU. Kepanitiaan pendirian FISIP ini disempurnakan dengan SK Rektor Universitas Lampung No. 85/KPTS/R/1986 tanggal 22 Oktober 1986 tentang panitia Pembukaan Pesiapan FISIP Unila. Panitia persiapan ini dipimpin oleh seorang ketua yang berada dibawah naungan dan bertanggungjawab langsung kepada Rektor Unila. Tugas panitia ditegaskan dengan SK REktor Unila No. 111/KPTS/R1989 tanggal 29 Desember 1989, bahwa panitia bertugas dan bertanggungjawab untuk melaksanakan :

1. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran

2. Penelitian dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi 3. Pengabdian kepada masyarakat

4. Pembinaan civitas akademika 5. Kegiatan pelayanan administrasi


(45)

Adapun ketua persiapan FISIP Unila adalah : 1. Drs. A. Kantan Abdullah (1985-1991) 2. Drs. Abdul Kadir (1991-1997)

FISIP Unila resmi berdiri sebagai Fakultas berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 15 November 1995 No. 0333/0/1995 tentang pembukaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Pada awalnya FISIP Unila hanya terdiri dari dua program studi, yaitu Sosiologi dan Ilmu Pemerintahan. Status kedua program studi ditingaktkan menjadi jurusan berdasarkan SK Dirjen Dikti Debdikbud RI No. 49/DIKTI/Kep/1997 tentang pembentukan Program Studi Ilmu Komunikasi. Pada tanggal 1 Juli 1998 terbit kepustakaan Dirjen Dikti No. 212/DIKTI/Kep/1998, tentang pembentukan Program Studi Strata 1 (reuguler) : Administrasi Negara dan Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Dalam rangka memenuhi harapan masyarakat dan ketersediaan tenaga-tenaga terampil siap pakai, maka mulai tahun akademik 1998/1999 FISIP membuka Program Diploma III (Keputusan Dirjen Dikti No. 211/DIKTI/Kep/1998) yakni Program Studi Administrasi Pekantoran dan Sekertaris, Program Studi Hubungan Masyrakat. Pada tahun 2001 tebentuklah Program Studi Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi berdasarkan keputusan Dirjen Dikti No. 3953/D/T/Kep/2001. Kemudian pada tahun akadenik 2002/2003 Fisip membuka Program Ekstensi/Non Reguler (S1) berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No. 28/DIKTI/Kep/2002 dan Keputusan Rektor Unila No.


(46)

4596/J26/PP/2003, yaitu Program Studi Sosiologi, Program Studi Ilmu Pemerintahan, dan Program Studi Ilmu Komunikasi.

Adapun masa kepemimpinan Dekan Fisip Unila adalah : 1. Drs. M. Sofie Akrabi, M.A (1997-2000) 2. Prof. Dr. Bambang Sumitro, M.Si (2000-2004) 3. Drs. Hertanto, M.Si (2004-2008) 4. Drs. Agus Hadiawan, M.Si (2008-Sekarang)

C. Filosofi FISIP Universitas Lampung

Fisip berpedoman kepada Undang-undang No. 20 th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasoinal ddan Peraturan-peraturan Pemerintah tentang Perguruan Tinggi. FISIP Unila dalam menyelenggarakan program-programnya bepedoman pada Status Universitas Lampung, yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 182/O/2002 tanggal 21 Oktober 2002. Kebijakan Pendidikan Nasoinal yang betujuan untuk meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antar pendidikan dan penelitian dengan perkembangan nasional serta dijadikan sebagai arah. Acuan lain adalah isu-isu utama program pendidikan yang tertuang didalam Kerangka Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPTJP) III, sebagai pengejawantahan paradigma baru pendidikan tinggi di Indonesia.

Untuk melandasi kegiatan Tridharma telah dirumuskan filosofi FISIP Unila. Filosofi membeikan dasar pertimbangan dalam memilih alternatif, gerak dan


(47)

langkah berdasarkan kepada keyakinan dasar yang telah dicanangkan, Filosofi FISIP Unila adalah sebagai berikut :

D. Berorientasi kepada kepuasan pelanggan

E. Bertumpu pada organisasi dan menejemen yang professional F. Peningkatan kualitas secara berkelanjutan

G. Bekerja berdasarkan perencanaan top down-bottom up H. Lingkungan kerja yang kondusif

1. Visi FISIP Universitas Lampung

FISIP Unila menjadi salah satu pusat pengembangan ilmu-ilmu Sosial terbaik di Indonesia.

2. Misi FISIP Universitas Lampung

Untuk mencapai visi tersebut, FISIP Unila memiliki misi sebagai berikut : a. Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang berkualitas. b. Mengembangkan kajian-kajian ilmu sosial spesifik dan menjadi

rujukan pada tingkat nasional dan internasional.

c. Mengembangkan organisasi dan tata kelola yang baik berbasis penguatan jurusan/program studi.

d. Mengembangkan kesadaran berdemokrasi yang berkeadaban dan meningkatkan keberdayaan masyarakat.


(48)

D. Tujuan FISIP Universitas Lampung

Tujuan yang ingin dicapai oleh FISIP Unila adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kepekaan terhadap masalah-masalah sosial.

2. Dihasilkannya temuan IPTEK yang berkualitas dan dapat diterapkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3. Dihasilkannya kajian-kajian ilmu sosial yang spesifik dan menjadi rujukan pada tingkat nasional dan internasional.

4. Terwujudnya penguatan jurusan dan program studi.

5. Terwujudnya budaya akademik yang berorientasi pada pengembangan ilmu.

6. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis dan sejahtera.

E. Organisasi Kemahasiswaan FISIP Universitas Lampung

Organisasi kemahasiswaan yang terdapat di FISIP Unila adalah sebagai berikut ;

1. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) 2. Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)

3. UPT Cakrawala 4. UPT Cendekia 5. UPT Republica 6. UPT FSPI


(49)

8. HMJ Sosiologi

9. HMJ Ilmu Komunikasi 10. HMPS Administrasi Negara 11. HMPS Administrasi Niaga 12. HMPD Humas

13. HMPD Pusdokinfo

14. HMPD Administasi Pekantoran dan Sekertaris

F. Kode Etik Mahasiswa FISIP Universitas Lampung Setiap mahasiswa Universitas Lampung wajib :

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tunduk kepada pancasila dan UUD 1945

2. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi mahasiswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut bedasarkan surat keputusan rektor.

3. Ikut memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban, dan keamanan Unila.

4. Menghargai ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

5. Menjaga nama baik dan kewibawaan Unila sebagai almamater.

6. Menjunjung tinggi kebudayaan nasional, nilai moral, dan kebenaran ilmiah.

7. Menjaga integritas pribadi dan kejujuran intelektual.

8. Membantu dan tidak menghalang-halangi terselenggaranya berbagai kegiatan di Unila, baik akademik maupun non akademik.


(50)

9. Bedisiplin, bersikap jujur, bersemangat, bertanggungjawab dan menghindari perbuatan tercela antara lain perbutan plagiat.

10.Berbudi luhur, berperilaku dan berpakaian sopan.

11.Menghormati semua pihak demi terbinanya suasana hidup kekeluargaan yang berasas Pancasila.

12.Memelihara dan meningkatkan mutu lingkungan hidup dikampus. 13.Senantiasa belajar dengan tekun dan berusaha meningkatkan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian sesuai dengan budaya. 14.Mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di Unila. 15.Mematuhi larangan untuk melakukan kegiatan yang dapat :

a. Mengganggu penyelenggaraan perkuliahan, seminar, kegiatan laboratorium, pengkajian, penelitian, administrasi, keagamaan, kesenian, pendidikan jasmani atau olahraga, dan pendidikan polatika.

b. Menghambat pejabat, pegawai, atau patugas Universitas dalam melaksanakan kewajibannya.

c. Menghambat dosen atau mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar atau penelitiannya.

G. Etika Bagi Mahasiswa FISIP Unila

Setiap warga Unila harus mengindahkan Etika Unila, etika mahasiswa Unila adalah :

a. Berpakaian yang sopan, yaitu bersih, rapih, tidak menonjolkan kemewahan, dan tidak mengesankan “seksi” (pakaian ketat dan tipis


(51)

sehingga tembus pandang), tidak berkaos oblong, tidak bercelana pendek, dan tidak bersandal.

b. Berpotongan rambut yang rapi.

c. Berperilaku sopan santun dan menghormati orang lain, baik kepada pemimpin, dosen, pegawai administrasi, mahasiswa lain, maupun anggota masyarakat lain.

d. Berbicara yang sopan (dalam bertanya dan mengemukakan pendapat) dengan menggunakan bahasa Indoesia yang baku.

e. Bertegur sapa dengan sesame mahasiswa, senior dan junior, dosen dan pimpinan jurusan/fakultas/universitas.

f. Menghargai waktu, antara lain dengan menepati waktu.

g. Membiasakan membuat perjanjian untuk bertemu dengan dosen atau pimpinan.

h. Mengetuk pintu jika akan memasuki ruang dosen, ruangan pimpinan, atau ruang kantor lain.

i. Meminta izin memasuki ruangan kuliah kepada dosen ketika datang terlambat dan sewaktu meninggalkan ruang kuliah sebelum perkuliahan selesai.

j. Memelihara keindahan kampus, antara lain tidak mencoret-coret, tidak mengganggu teman-teman dsb.

k. Memelihara kebersihan, antara lain dengan membuang sampah di tempat yang disediakan dan menjaga kebersihan WC.

l. Melakukan unjuk dengan sopan, tertib, dan dengan izin/melalui prosedur yang berlaku.


(52)

m. Berusaha meluruskan dan menasehati sesama mahasiswa yang melakukan perbuatan yang tercela.

n. Tidak membuat gaduh baik di dalam maupun di luar ruangan kuliah. o. Tidak menghalangi orang lain memasuki ruangan, gedung dan

kompleks kampus dengan cara memblokir pintu atau jalan.

p. Tidak merokok di tempat yang dilalarang merokok, antara lain di dalam ruang kelas.


(53)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengambil informan sebanyak 8 orang mahasiswa yang berada di jurusan yang berbeda-beda dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang mempunyai persepsi dan sikap yang berbeda-beda terhadap adanya homoseksual di Bandar Lampung.

Setelah diadakannya penelitian terhadap 8 mahasiswa tersebut, dalam hal ini Persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar Lampung, berikut ini akan digambarkan hasil penelitian yang menunjukan profil informan kemudian pembahasan, mengenai persepsi mahasiswa terhadap homoseksual di Bandar lampung.

A. Profil Informan

Pada bab kelima ini akan dipaparkan hasil wawancara dengan delapan informan yang telah diwawancarai. Data yang telah diperoleh dari informannya diolah secara sistematis, serta menurut tata aturan yang ditetapkan dalam metode penelitian setelah dilakukannya wawancara oleh masing-masing informan. Setelah dilakukan penelitian terhadap delapan informan berikut ini


(54)

akan digambarkan profil para informan yang diwawancarai tentang “Persepsi Mahasiswa Terhadap Homoseksual di Bandar Lampung”.

Tabel 1. Profil Informan N

o.

Nama (bukan nama

sebenarnmya)

Kode Informan

Angkatan Jurusan Tanggal Wawancara 1. Bunga Informan 1 2006 Ilmu

Komunikasi

20 September 2010

2. Rama Informan 2 2007 Administrasi Bisnis

20 September 2010

3. Putra Informan 3 2006 Ilmu

Pemerintahan

20 September 2010

4. Mery Informan 4 2007 Administrasi Negara

21 September 2010

5. Bayu Informan 5 2006 Sosiologi 22 September 2010

6. Vera Informan 6 2007 HUMAS 22 September

2010

7. Arini Informan 7 2008 Pusdok Info 23 September 2010

8. Budi Informan 8 2008 APS 23 September

2010 Sumber: Data Primer tahun 2010

Dari kedelapan informan yakni mahasiswa FISIP Unila dengan jurusan dan latar belakang sosial yang berbeda-beda maka berikut pengelompokan masing-masing informan berdasarkan klasifikasi jenis mahasiswa menurut Adnan dan Pradiansyah (1999:131-141):

1. Kelompok Idealis Konfroniatif

Mereka adalah mahasiswa yang aktif dikelompok diskusi atau lembaga swadya masyarakat. Kegiatan mereka senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial, budaya, serta teori-teori yang mendasarinya. Mereka aktif dalam aksi-aksi demonstrasi memperjuangkan hak-hak rakyat yang tertindas. Ciri dari kelompok ini adalah non-kooperatif.


(55)

Kelompok ini bersikap menolak posisi pemerintah karena mereka berkeyakinan bahwa pemerintah yang berkuasa saat itu tidak sesuai dengan norma, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi keadilan dan hak asasi manusia. Adnan dan Pradiansyah (1999:131-141)

Informan yang masuk dalam klasifikasi kelompok idealis konfroniatif adalah Rama (informan ke-2). Hal tersebut dikarenakan informan aktif di berbagai organisasi baik di dalam maupun di luar kampus. Selain itu informan juga cukup aktif dalam menyuarakan permasalahan-permasalahan yang bersifat pro dan kontra. Berikut hasil wawancaranya:

a. Rama: Informan ke-2 (kedua)

Informan kedua dalam penelitian ini bernama Rama (bukan nama sebenarnya) yang merupakan mahasiswi reguler jurusan Administrasi Bisnis angkatan 2007 melalui jalur SPMB. Ia menjalani perkuliahan seperti biasanya dengan mengikuti kegiatan berorganisasi yang ada di Fisip Unila yaitu HMJ Administrasi Bisnis anggota bidang enterplanner 2009-2010, selain itu ia juga menjadi anggota yang bergerak dalam keagamaan yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bandar Lampung komisaris sosial politik dari tahun 2007 sampai sekarang dan menjadi anggota bidang Sumber Daya Manusia (SDM) BEM Fisip 2008-2009. Dengan pengalaman berorganisasi yang cukup diharapkan informan dapat kritis dalam menanggapi masalah homoseksual di Bandar Lampung.

Dari hasil wawancar dengan Rama mengenai homoseksual di Bandar Lampung, informan megetahui secara umum tentang apa homoseksual


(56)

tersebut. Menurut informan homoseksual merupakan perbuatan asusila yang sanagt terkutuk dan menunjukan bahwa pelaku dari homoseksual tersebut adalah seorang yang mengalami penyimpangan psikologis dan tidak normal.

Sedangkan untuk keberadaan homoseksual di Bandar Lampung informan kurang mengetahui keberadaan para homoseksual tersebut tetapi informan pernah mendengar informasi bahwa homoseksual ada di Bandar lampung. Untuk ciri-ciri dari homoseksual tersebut informan hanya menebak-nebak bahwa homoseksual cendrung berpenampilan nyentrik. Dan biasanya untuk laki-laki bertingkah sepert perempuan dan sebaliknya untuk perempuan bertingkah seperti laki-laki atau tomboy.

Informan berpendapat bahwa setiap kejadian pasti ada penyebab, begitu juga homoseksual. Informan berpendapat bahwa penyebab terjadinya seseorang menjadi homoseksual disebabkan karena kurang adanya pendekatan diri terhadap nilai-nilai agama dan mungkin saja tekanan dari lingkungan sekitarnya. Informan mengatakan:

“Kemungkinan seseorang menjadi homoseksual orang tersebut kurang mendalami yang namanya nilai2 kaidah agamanya,juga bisa di sebabkan karena pemberian cap atau pelebelan oleh masyarakat sekitar. Bisa juga karena ada yang memberi contoh tentang hal tersebut,shingga individu itu meniru prilaku yang menyimpang. Tapi ada juga kasus yang karena paksaan dari pihak lain”.

Walaupun Rama memilih sikap untuk tetap biasa saja terhadap homoseksual, tetapi ia cendrung tidak setuju terhadap pilihan mereka yang menyukai sesama jenis karena menurut informan hal tersebut sangat dilarang oleh agama dan


(57)

manusia pada hakikatnya diciptakan secara berpasang-pasangan. Dengan pendapatnya tersebut informan juga tidak mau terlalu dekat dengan para homoseksual karena ia memiliki ketakutan jika homoseksual tersebut akan menular ke dirinya.

Disinggung soal perasaan informan apabila berinteraksi langsung dengan homoseksual, ia langsung bereaksi dan langsung berucap takut. Informan mengatakan:

“Sebenarnya saya takut kalau mesti berinteraksi dengan homoseksual. Tapi mungkin saya akan bersikap biasa saja dan menyembunyikan rasa ketakutan tersebut untuk menghargainya”.

Walaupun Rama memiliki pemahaman yang sedikit menentang keberadaan dari homoseksual tetapi ia memiliki harapan yang besar untuk mereka yang memilih hidupnya sebagai homoseksual. Informan berharap kepada mereka yang telah memilih hidupnya sebagai homoseksual untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk meminta petunjuk kepadaNya. Karean menurut informan apabila kita dekat dengan Tuhan maka kita akan takut untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan dan agama. Dengan begitu mudah-mudahan mereka akan bisa kejalan yang benar. Selain itu informan juga berharap besar kepada pemerintah untuk dapat memperhatikan masalah-masalah seperti ini dan juga dibantu oleh masyarakat sekitar pula agar homoseksual tersebut dapat kembali kejalan yang benar.


(58)

2. Kelompok Idealis Realistis

Kelompok ini juga aktif diberbagai kelompok diskusi atau lembaga swadaya masyarakat. Kelompok ini banyak menggagas ide-ide perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kelompok ini cenderung kompromisitis dan kooperatif serta tidak terang-terangan menentang pemerintah dan tetap berusaha mencari jalan di tengah kesumpekan iklim politik. Adnan dan Pradiansyah (1999:131-141)

Informan yang masuk dalam klasifikasi kelompok idealis realistis adalah Bayu (informan kelima). Hal tersebut karena informan cendrung memiliki ide-ide yang baik untuk perubahan. Berikut hasil wawancaranya:

b. Bayu: Informan ke-5 (kelima)

Informan kelima dalam penelitian ini adalah Bayu (bukan nama sebenarnya) mahasiswa jurusan Sosiologi Fisip Unila angkatan 2006. Informan menjadi mahasiswa Fisip Unila melalui jalur SPMB. Pada lingkungan sosial Fisip Unila, Bayu terlihat tidak aktif dalam kegiatan berorganisasi namun di luar kampus informan sering mengikuti seminar-seminar dan lomba debat.

Menurut Bayu sendiri homoseksual adalah orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang lain yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas gender yang sama. Bayu juga berpendapat tentang adanya homoseksual di Bandar Lampung bahwa mungkin ada keberadaan mereka di Bandar Lampung tetapi informan tidak mengetahui secara pasti keberadaanya. Informan mengaku kesulitan membedakan orang yang homoseksual dengan orang yang bukan homoseksual. Karena


(59)

menurutnya ada juga orang yang berpenampilan seperti orang normal pada umumnya. Jadi mungkin bisa dilihat dari cara bicaranya tambahnya.

Sikap biasa saja yang diambil oleh Bayu menunjukan toleransi yang tinggi terhadap sesama manusia. Karena menurutnya setiap manusia mempunyai hak masing-masing untuk menjalankan hidupnya dan mungkin saja mereka mengambil jalan tersebut bukan keinginan mereka. Karena bisa saja banyak penyebab yang menjadikan mereka memilih hidupnya sebagi homoseksual. Diman Bayu berpendapat faktor lingkungn mempunyai peran yang sangat besar penyebab seseorang memilih hidupnya menjadi homoseksual. Ia berpendapat:

“Gue fikir faktor lingkungan punya peranan penting terjadinya seseorang menjadi homoseksual. Faktor lingkungan yang cenderung bebas diantara masyarakat akan memberikan dorongan seksual yang besar kepada individual untuk melakukan kegiatan seksual. Kegiatan seksual yang udah pernah dilakukan akan menjadikan pengalaman kepada individu untuk mencoba melakukannya kembali. Apabila kegiatan seksual ini dilakukan secara negatif, maka akan memberikan dampak psikologis terhadap perilaku seksual. Dampak dari psikologis yang negatif bisa menyebabkan individu menjadi homoseksual”.

Sedangkan apabila informan dihadapkan dengan homoseksual secara langsung untuk dapat berinteraksi secara langsung dengan mereka informan masih merasa takut. Walaupun awalnya ia merasa harus dapat tetap biasa saja. Ketakutan tersebut muncul karena informan merasa setiap homoseksual memiliki tatapan yang sangat tajam seperti ingin memangsa seseorang. Hal tersebut pernah ia alami ketika ada seseorang laki-laki yang mengajaknya untuk berkenalan di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Bandar Lampung.


(60)

Walaupun demikian informan mengambil sikap yang positif apabila teman atau saudaranya ada yang mnjalani kehidupan sebagai homoseksual. Informan tetap menganggap mereka ada dan tetap berteman tetapi informan tetap menjaga dirinya agar tidak terpengaruh untuk masuk kedalamya. Ia mengatakan:

“Gue sih tetap bertemen biasa aja, yang terpenting gue bisa memagari diri untuk menghindari kondisi-kondisi yang memungkinkan hal yang tidak diinginkan terjadi. Nggak perlu dijauhin karena mereka nantinya merasa nggak diterima dan terasing di lingkungan atau bahkan keluarganya sendiri. Toh mereka juga manusia biasa seperti kita yang butuh diterima oleh lingkungannya, iya khaan????”

Informan berharap untuk semua manusia yang memilih jalan hidupnya untuk menjadi homoseksual segeralah bertaubat. Karena menurutnya hubungan jenis seperti itu tidaklah lazim dilakukan dan dari cara pandang agama pun. Dan campur tangan orang-orang sekitar pun dapat menjadikan motivasi dan semangat untuk mereka. Informan menambahkan campur tangan pemerintah pun sangat penting dalam masalah sosial seperti ini guna keberlangsungan homoseksual kedepanya.

3. Kelompok Oppurtunis

Berbeda dengan kedua kelompok di atas, kelompok ini cenderung untuk mendukung program-program pemerintah dan berpihak pada pemerintahan (termasuk kebjikan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat). Adnan dan Pradiansyah (1999:131-141)

Informan yang masuk dalam klasifikasi kelompok idealis realistis adalah Arini (informan ke-7) dan Budi (informan ke-8). Hal tersebut dikarenakan kedua informan cendrung biasa saja atau menerima apa yang terjadi di sekitar mereka


(61)

termaksud kebijakan-kebijakan yang ada. Baik kebijakan dari kampus maupun kebijakan pemerintah. Berikut hasil wawancaranya:

c. Arini: Informan ke-7 (ketujuh)

Informan ketujuh dalam penelitian ini adalah Arini (bukan nama sebenarnya) yang merupakan mahasiswa D3 jurusan PusDok Info angkatan 2008. Informan tergabung dalam anggota HMPD Pusdok Info dan sebagai mahasiswa aktif dalam perkuliahan.

Arini berpendapat bahwa homoseksual adalah seseorang yang memiliki perasaan yang mendalam terhadap sesama jenisnya. Informan beranggapan bahwa mungkin hal tersebut terjadi karena pengalaman kehidupan seseorang yang terserap sepanjang masa pertumbuhan jiwa seseorang sehingga bisa membentuk karakter dan membentuk orientasi seks kearah homoseksual.

Informan menjelaskan bahwa kita tidak dapat memungkiri bahwa keberadaan kaum homoseksual sudah semakin jelas di Indonesia dengan banyaknya berita mengenai homoseksual. Informan berpendapat mungkin di Bandar Lampung homoseksual tersebut ada tetapi tidak terpublikasi seperti dikota besar di Indonesia. Ia memilih sikap terhadap homoseksual di Bandar lampung untuk tetap biasa-biasa saja. Ia menghargai setiap keputusan yang orang lain ambil. Dan informan rasa homoseksual bukan sebuah alasan untuk menjauhi seseorang. Arini mengambil tindakan yang cukup bijak untuk menyikapi


(62)

apabila teman atau kerabatnya memilih hidup sebagai homoseksual. Ia mengatakan:

“Saya rasa tidak untuk dikucilkan karena apa pun pilihan mereka toh hak mereka sebagai manusia. Kita sebagai teman mungkin hanya bias memberikan masukan atau saran. Diterima atau tidaknya saran kita kembali lagi ke diri masing-masing, karena toh dia sendiri yang menjalankannya bukan saya”.

Informan memiliki harapan kepada mereka yang memilih hidupnya sebagai homoseksual untuk dapat segera berubah. Karena pada hakikatnya manusia seharusnya berpasangan dengan lawan jenis. Dan kepada pemerintah pula informan berharap agar melakukan tindakan burapa sosialisasi terhadap masalah ini. Karena menurutnya peran pemerintah sangatlah penting guna ketegasan bagi para homoseksual. Mungkin kejelasan hukum seperti di Negara-negara lain. Rasa takut yang pertama kali muncul apabila informan harus berinteraksi langsung dengan homoseksual. Ia mengatakan:

“Takut mungkin itu yang ada dipikiran saya pertama kali kalau saya berinteraksi dengan mereka. Karena yang saya tahu dengan kita bergaul dengan mereka kita bisa saja seperti mereka. Mungkin hal ini juga akan berdampak pada lingkungannya yang akan takut berinteraksi denagn dia. Tetapi mungkin saya akan menyembunyikan rasa takut tersebut untuk dapat menghargai mereka”.

Dari pernyataan Arini bahwa sudah jelas informan pada dasarnya takut akan keberdaan para homoseksual. Hanya saja ia mencoba untuk bisa bersikap baik kepada mereka yang memilih hidupnya sebagai homoseksual. Karena informan merasa mereka juga manusia biasa yang ingn diperlakukan baik seperti yang lainnya.


(63)

d. Budi: Informan ke-8 (kedelapan)

Informan kedelapan dalam penelitian ini adalah Budi (bukan nama sebenarnya) yang merupakan mahasiswa D3 jurusan APS angkatan 2007. Informan mengikuti perkuliahan seperti biasanya karena ia sendiri tidak tergabung dalam organisasi yang ada di Fisip Unila namun hanya sebagai anggota HMPD APS.

Budi menjelaskan yang ia ketahui tentang homoseksual. Menurutnya homoseksual adalah hubungan kelamin yang dilakukan oleh sesama jenis. Baik itu sesama laki-laki ataupun sesama perempuan. Ia menambahkan pada umunya penampilan pria homoseksual biasanya lebih macho dari pria kebanyakan. Ia mengatakan:

“Yang saya tahu penampilan pria homo biasanya malah lebih keren dan macho ketimbang pria biasa pada umumnya. Terus biasanya di telinga kiri or kanan pake anting anting. saya lupa yg kiri ato yg kanan. Pokoknya salah satu nya”.

Menurutnya juga homoseksual terjadi karena adanya salah asuh dari orang tua, lingkungan sekitar dan kebiasaan atau kekecewaan yang mendalam juga bisa menjadi salah satu pemicu seseorang menjadi homoseksual. Informan menyebutkan apabila homoseksual tersebut merupakan takdir dari Tuhan, manusia tidak bisa berbuat apa-apa.

Sikap Budi apabila berinteraksi langsung dengan homoseksual adalah ia merasa sedikit aneh apabila ia mengetahui apabila yang sedang berinteraksi dengannya adalah homosekdual, tetapi ia menambahakan selagi mereka tidak menggangu dan meresahkan lingkungan sekitar ia rasa tidak apa-apa.


(1)

VI.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(2)

80

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi. Penerbit Prenada Media Group. Jakarta.

Chaniago, Amran Y.S. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. CV Pustaka Setia. Bandung

Kadir, Hatib Abdul. 2007. Tangan Kuasa dalam Kelamin. Yogyakarta: Insist Press

Kinsey, Alfred C. Wardell B. Pomeroy and Clide E. Martin. 1965. Sexual Behaviour in The Human Male. WB Saunders Company. Philadelpia

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Penerbit Gajah Mada. Universitas Gajah Mada Pers. Yogyakarta

Ritzer, George-douglas J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media. Jakarta

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2001. Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta

Stephen P. Robbins. 2002. Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga. Jakarta


(3)

81

Oetomo, Dede. 2003. Memberi Suara yang Bisu. Pusaka Marwa. Yogyakarta

Soekanto, Soerjono. 1996. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sumber Skripsi:

Nurulia Srikandi, Marieska. 2003. Representasi Homoseksual dalam Film Indonesia (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Nur’aini. 2009. Analisis Penggunaan Bahasa Tubuh Gay dalam Mengidentifikasi

Komunitasnya (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Sumber Media:

http://swaramuslim.com/galery/more.php?id=A6041_0_18_0_M (Diakses pada tanggal 1 April 2010)

http://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas (Diakses pada tanggal 1 April 2010)

http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10049&post=1 (Diakses pada tanggal 1 April 2010)

http://www.dudung.net/buletin-gaul-islam/homoseksual-awas.html (Diakses pada tanggal 5 April 2010)

http://id.shvoong.com/humanities/1768026-pria-homoseksual-mudah-dikenali-dari/ (Diakses pada tanggal 5 April 2010)

http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/02/29/197/87868/menilik-gaya-hidup-kaum-homoseksual (Diakses pada tanggal 5 April 2010)

http://netsains.com/2008/10/simetri-otak-homoseksual-sangat-mirip-dengan-lawan-jenis/ (Diakses pada tanggal 20 september 2010)

http://www.sciencedaily.com/releases/2008/06/080617151845.htm (Diakses pada tanggal 20 september 2010)


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Profil Informan ... 50


(5)

PEDOMAN WAWANCARA

Judul skripsi : Persepsi Mahasiswa Terhadap Homoseksual di Bandar Lampung. (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung)

Lokasi penelitian : FISIP Universitas Lampung

Identitas informan

Kode informan :

Nama :

JurusaN :

NPM :

Usia :

Kegiatan selain Kuliah :

Pertanyaan:

a. Pengetahuan mahasiswa terhadap homoseksual yang ada di Bandar Lampung. 1. Apa yang anda ketahui tentang homoseksual?

2. Apakah anda mengetahui adanya homoseksual di Bandar Lampung? Jelaskan 3. Apa yang anda ketahui tentang ciri-ciri seorang homoseksual?


(6)

b. Sikap mahasiswa terhadap homoseksual yang ada di Bandar Lampung. 1. Bagaimana sikap anda terhadap homoseksual?

2. Bagaimana sikap anda apabila di sekitar anda (teman atau keluarga) ada homoseksual?

3. Bagaimana ketika anda berinteraksi dengan homoseksual apa yang anda rasakan? (dampak terhadap mahasiswa itu sendiri dan dampaknya terhadap lingkungan sosial)