ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI JAGUNG DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI JAGUNG DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Oleh

Dina Meliana Simanjuntak 1, Dwi Haryono 2, Hurip Santoso 2

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur dan menganalisis risiko usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.

Penelitian dilakukan di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dan sampel diambil secara

Simple Random Sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 48 orang yang merupakan petani yang mengusahakan jagung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2010. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif (deskriptif) dan analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) usahatani jagung pada setiap musim tanam di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur menguntungkan, dengan pendapatan atas biaya tunai untuk periode musim tanam Juni-September 2009 sebesar Rp 3.491.916,05 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 2.977.199,65 (R/C=1,91), pendapatan atas biaya tunai untuk periode musim tanam Oktober 2009-Januari 2010 sebesar Rp 4.613.624,93 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 4.054.021,37 (R/C=2,19), serta pendapatan atas biaya tunai untuk periode musim tanam Februari-Mei 2010 sebesar Rp 4.995.481,10 dan pendapatan atas biaya total Rp 4.221.201,75 (R/C=,). (2,28) Usahatani jagung yang diusahakan oleh petani responden mengandung risiko, hal tersebut dapat dilihat pada analisis risiko dimana diperoleh hasil bahwa pada musim tanam I nilai CV = 0,59 > 0,5 atau L < 0, musim tanam II nilai CV = 0,55 > 0,5 atau L < 0, dan musim tanam III CV = 0,56 > 0,5 atau L < 0.

1. Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2. Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF CORN-FARMING INCOMES AND RISKS IN BANDAR AGUNG VILLAGE SUB-DISTRICT OF BANDAR SRIBHAWONO EAST LAMPUNG DISTRICT

Dina Meliana Simanjuntak 1, Dwi Haryono 2, and Hurip Santoso 2

This research was conducted to analyze corn-farming incomes and risks in Bandar Agung Village Sub-District of Bandar Sribhawono East Lampung District.

This study was conducted at Bandar Agung Village Sub-District of Bandar Sribhawono East Lampung District. This location was chosen purposively and the sampling method was done by using simple random sampling. The numbers of respondents were 48 farmers, who developed corn farming in Bandar Agung Village. A survey method was used in this research. The data collecting was carried out from April until May 2010. Analyses used were qualitative (descriptive) and quantitative (statistic).

The research results showed that (1) Corn farming in Bandar Agung Village Sub-District of Bandar Sribhawono East Lampung gave benefits to the farmers, by details, incomes gained as much as 3,491,916.05 rupiah over total costs 2.977.199,65 rupiah (R/C=1,91) during planting season on June-September 2009, incomes gained 4,613,624.93 rupiah over total costs 4.054.021,37 rupiah (R/C=2,19) on seasons of October 2009-January 2010, and incomes gained 4,995,481.10 rupiah over total costs 4.221.201,75 rupiah (R/C=2,28) on February-May 2010.(2) Corns farming practiced in Bandar Agung Village has a risk, it can be seen from the result of CV value when at the first planting season CV = 0.59 > 0.5 or L < 0, at the second planting season CV= 0.55 > 0.5 or L < 0, and at the third season CV = 0,56 or L < 0.


(3)

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Usahatani jagung di Desa Bandar Agung pada musim tanam periode

Juni-September, Oktober-Januari, dan Februari-Mei tahun 2010 menguntungkan secara ekonomi dengan R/C > 1. R/C atas biaya total untuk MT Juni-September adalah 1,91, R/C MT Oktober-Januari adalah 2,19, dan R/C MT Februari-Mei adalah 2,28.

2. Usahatani jagung yang diusahakan oleh petani di Desa Bandar Agung mengandung risiko, hal tersebut dapat dilihat pada analisis risiko dimana diperoleh hasil bahwa pada musim tanam I nilai CV = 0,59 > 0,5 atau L < 0, musim tanam II nilai CV = 0,55 > 0,5 atau L < 0, dan musim tanam III CV = 0,56 > 0,5 atau L < 0. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden di Desa Bandar Agung memiliki peluang untuk mengalami kerugian pada setiap musim tanam, meskipun jika dilihat berdasarkan pendapatan yang diperoleh usahatani jagung masih menguntungkan.


(4)

1. Usahatani jagung di Desa Bandar Agung menguntungkan secara ekonomi, namun dalam setiap musim tanamnya terdapat risiko yang perlu diperhatikan oleh petani jagung. Oleh karena itu petani jagung juga perlu mempertimbangkan apakah tetap melakukan usahatani jagung tiga musim atau dua musim tanam dalam satu tahun, mengingat periode musim tanam Juni-September merupakan musim tanam dengan tingkat risiko yang tertinggi.

2. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini antara lain untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam menjalankan usahatani jagung dalam kondisi yang mengandung risiko.


(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor pertanian sebagai tumpuan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk. Keberadaan pertanian berfungsi secara sosial sebagai penyedia lapangan kerja yang cukup luas terutama di daerah sentra produksi, sedangkan secara ekonomi sektor pertanian merupakan penyumbang devisa terbesar setelah sektor minyak dan gas (migas). Pembangunan di bidang pertanian perlu dilakukan secara kontinyu sebagai poros perekonomian nasional,karena manfaat pembangunan yang dilakukan tidak hanya berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan jutaan petani yang

menggantungkan hidupnya pada sektor riil ini, melainkan termasuk juga sektor-sektor lainnya yang membutuhkan hasil pertanian sebagai sumber bahan baku.

Sektor pertanian mencakup subsektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Salah satu komoditi pertanian subsektor tanaman pangan yang cukup memegang peranan penting baik bagi negara, industri, ataupun

masyarakat adalah jagung. Menurut Ditjen Tanaman Pangan (2002), jagung merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis, serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein terpenting setelah beras.


(6)

Jagung di Indonesia merupakan makanan pokok kedua setelah padi, sedangkan berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi (AAK, 1993). Ditjen Tanaman Pangan (2002)

menambahkan bahwa meskipun jagung di Indonesia merupakan komoditi pangan terpenting ke dua setelah padi/beras, namun bagi kehidupan sebagian masyarakat di beberapa daerah di Indonesia, salah satunya adalah Nusa Tenggara Barat (NTB), jagung masih merupakan komoditi pangan andalan hingga saat ini.

Tabel 1. Kadar kalori, protein, dan karbohidrat pada berbagai bahan makanan mentah (dalam 100 gram)

Sum ber: AA K, 1993

Berd asark an Tabel 1, dapat dilihat bahwa kandungan dari ketiga unsur gizi pada jagung,

mendekati atau hampir sama dengan ketiga unsur gizi yang terkandung pada padi atau beras. Selain itu jagung memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap (Tabel 2), yaitu terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, abu, dan zat-zat lainnya.

Kandungan terbesar dalam jagung adalah karbohidrat, yaitu sebesar 70,7 %, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pangan pengganti beras.

Tabel 2. Kandungan gizi pada jagung

Kandungan Persentase

(%)

Bahan mentah Kadar kalori Kadar protein Kadar karbohidrat

(kal) (gram) (gram)

Beras/padi 350 8 73

Jagung 320 8 63

Ubi kayu basah 136 1,2 32

Gaplek tepung 352 1,5 85

Ketela rambat 125 1,8 28

Kentang 85 2 19


(7)

Air 13,5

Protein 10

Minyak/lemak 4

Karbohidrat:

- Tepung 61

- Gula 1,4

- Pentosan 6

- Serat kasar 2,3

Abu 1,4

Zat-zat lain 0,4

Sumber: Suprapto dan Marzuki, 2005

Jagung selain merupakan sumber pendapatan dan lapangan kerja, juga sebagai

komoditi tradable yang dapat menghasilkan devisa negara melalui ekspor, khususnya di masa-masa mendatang (Sadikin, 2000). Jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan, karena jagung juga berperan sebagai pakan ternak, bahan baku industri, dan konsumsi rumah tangga (Ditjen Tanaman Pangan (2002)). Data

menunjukkan sekitar 60% dari kebutuhan jagung nasional digunakan sebagai bahan baku industri, 57% di antaranya untuk pakan. Di masa depan terdapat indikasi kuat bahwa tingkat permintaan jagung oleh industri akan terus meningkat, seiring dengan

penambahan penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat, meskipun tingkat partisipasi konsumsi dan tingkat konsumsi rumah tangga cenderung akan menurun (Sadikin, 2000). Pemanfaatan komoditi jagung juga semakin bertambah luas seiring ditemukannya teknologi pemanfaatan jagung sebagai bahan baku energi alternatif pengganti minyak bumi (Tempo, 18 Maret 2008), hal ini menjadikan jagung (Zea mays L.) memiliki nilai strategi tambahan bila dilihat dari sektor energi (alternatif).


(8)

Jagung memiliki peran strategis di dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan baku industri pakan, makanan, dan minuman meningkata 10-15% per tahun, dengan demikian produksi jagung mempengaruhi kinerja industri peternakan. Dalam perekonomian nasional, jagung penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor pertanian. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mencapai 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum (Zubachtirodin dkk, 2000).

Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia, jika dilihat dari kancah nasional Lampung terbilang nomor tiga terbesar pemasok produksi jagung nasional setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kendati kondisi yang terjadi secara nasional demikian, namun masih terlihat bahwa terdapat kecenderungan adanya peningkatan di Provinsi Lampung meskipun fluktuatif, seperti yang terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi jagung pada beberapa sentra produksi jagung di Indonesia tahun 2004-2008

No. Provinsi Tahun

2004 2005 2006 2007 2008

1. Jawa Timur

Luas panen (ha) 1.141.671 1.206.177 1.099.184 1.153.496 1.169.377 Produksi (ton) 4.133.762 4.398.502 4.011.182 4.252.182 4.564.693 Produktivitas (kw/ha) 36,21 36,47 36,49 36,86 39,04


(9)

2. Jawa Tengah

Luas panen (ha) 521.645 596303 497.928 571.013 589.117 Produksi (ton) 1.836.233 2.191.258 1.856023 2.233.992 2.431.461 Produktivitas (kw/ha) 35,20 36,75 37,27 39,12 41,27 3. Lampung

Luas panen (ha) 364.842 411.629 332.640 369.971 379.227 Produksi (ton) 1.216.974 1.439.000 1.183.982 1.346.821 1.664.366 Produktivitas (kw/ha) 33,36 34,96 35,59 36,40 43,89 4. Sulawesi Selatan

Luas panen (ha) 196.393 206.569 206.387 262.436 261.490 Produksi (ton) 674.716 705.995 696.084 969.955 994.981 Produktivitas (kw/ha) 34,36 34,18 33,73 36,96 38,05 5. Sulawesi Utara

Luas panen (ha) 66.196 71.644 82.189 115.664 132.186 Produksi (ton) 150.128 195.305 242.714 406.759 476.479 Produktivitas (kw/ha) 22,68 27,26 29,53 35,17 36,05 6. NTT

Luas panen (ha) 264.907 239.588 252.410 217.478 277.445 Produksi (ton) 622.811 552.440 582.964 514.360 688.990 Produktivitas (kw/ha) 23,51 23,06 23,10 23,65 24,83 7. Gorontalo

Luas panen (ha) 75.529 107.752 109.792 119.027 132.718 Produksi (ton) 78.147 73.153 74.672 97.037 94.386 Produktivitas (kw/ha) 34,64 37,13 37,91 48,12 48,14

Indonesia

Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (kw/ha) 3.356.914 11.225.243 33,36 3.625.987 12.523.894 34,54 3.345.805 11.609.463 34,70 3.630.324 13.287.527 36,60 3.808.998 14.854.060 39,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, 2009

Kendati produksi sudah meningkat, namun jumlah produksi jagung Provinsi

Lampung sering tak mampu memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. Oleh karena itu, industri pakan ternak tercatat masih sering mengimpor jagung untuk bahan baku. Menurut Purbani dan Riyanto (2007), kebutuhan jagung di Provinsi Lampung terus meningkat dari tahun ke tahun dengan persentase 10 - 15% per tahun.

Menurut BI Bandar Lampung (2008), berdasarkan data yang diperoleh mengenai permintaan jagung, diperoleh rata-rata pembelian jagung per hari oleh salah satu pabrik pakan ternak (pengguna akhir jagung) di Provinsi Lampung menunjukkan


(10)

angka 400 ton per hari, sementara kemampuan membeli dan menampung jagung mencapai 2.000 ton per hari. Saat ini paling tidak terdapat tujuh perusahaan pakan ternak yang beroperasi di Provinsi Lampung yang memiliki kemampuan menjangkau pasar provinsi, nasional, maupun internasional.

Sebagian besar pemanfaatan jagung saat ini di Provinsi Lampung baru pada batas untuk industri pakan ternak, namun penggunaan tersebut merupakan pasar yang sangat menjanjikan bagi petani jagung. Hal ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung, mengingat masih terdapat

gap yang lebar antara ketersediaan dengan kebutuhan. Menurut hasil penelitian Swastika dkk (2001), senjang hasil antara rata-rata produksi yang dicapai petani saat ini dengan potensi hasil kemampuan lahan masih cukup lebar, terutama di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung. Kenyataan ini perlu diperhatikan untuk pengembangan komoditi jagung pada masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Peluang pengembangan komoditi jagung di Provinsi Lampung masih memungkinkan untuk dilakukan, baik dengan cara intensifikasi (pemanfaatan lahan yang sudah ada secara optimal) maupun ekstensifikasi/perluasan areal pertanaman memanfaatkan lahan masyarakat (BI Bandar Lampung, 2008). Salah satu sentra produksi jagung yang terdapat di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Timur.

Tabel 4. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung tahun 2008

No Kabupaten Luas Panen

(ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (Kuintal/ha)


(11)

1. Lampung Barat 2.097 8.192 39,09

2. Tanggamus 6.103 27.170 0,04

3. Lampung Selatan 79.601 380.379 47,70

4. Lampung Timur 119.557 568.846 47,58

5. Lampung Tengah 106.269 516.470 48,60

6. Lampung Utara 32.130 127.944 39,82

7. Way Kanan 14.555 61.438 42,21

8. Tulang Bawang 13.877 53.367 38,45

9. Pesawaran 12.347 61.869 50,11

10. Kota Bandar Lampung 258 1.257 48,72

11. Kota Metro 729 2.954 40,52

Provinsi Lampung 387.549 1.809.886 46,70

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2008

Kabupaten Lampung Timur memiliki luas panen yang terbesar diiringi dengan jumlah produksi yang terbesar pula dibandingkan sepuluh kabupaten lainnya (Tabel 4), yaitu 119.557 ha dan 568.846 ton. Namun di sisi lain produktivitasnya justru berada di bawah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan yang berdasarkan aspek luas panen dan produksi berada pada posisi kedua dan ketiga. Kondisi ini

memungkinkan bagi Kabupaten Lampung Timur untuk meningkatkan kinerja pengusahaan lahan usahatani jagung agar dapat mengoptimalkan produksi jagung yang seharusnya dapat lebih baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Tabel 5. Luas panen, produksi dan produktivitas komoditi jagung per kecamatan di Kabupaten Lampung Timur 2008

No. Kecamatan Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kuintal/ha)

1. Metro Kibang 7.617 28.945 38,00

2. Batanghari 2.870 16.818 58,60

3. Sekampung 7.079 31.877 45,03

4. Marga Tiga 4.540 17.207 37,90

5. Sekampung udik 13.029 71.660 55,00

6. Jabung 10.829 52.632 48,60

7. Pasir Sakti 956 3.925 41,06

8. Waway Karya 8.390 35.238 42,00

9. Marga Sekampung 11.634 58.866 50,60


(12)

11. Mataram Baru 63 221 35,00

12. Bandar Sribhawono 18.375 85.462 46,51

13. Melinting 6.895 34.740 50,38

14. Gunung Pelindung 1.277 6.181 48,40

15. Way Jepara 5.135 27.072 50,93

16. Braja Selebah 3.045 16.748 55,00

17. Labuhan Ratu 2.360 8.708 36,90

18. Sukadana 2.817 15.775 56,00

19. Bumi Agung 2.690 15.629 58,10

20. Batanghari Nuban 2.045 6.749 33,00

21. Pekalongan 2.257 10.382 46,00

22. Raman Utara 2.265 8.607 38,00

23. Purbolinggo 2.255 10.269 45,54

24. Way Bungur 1.838 6.065 33,00

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur, 2009

Kabupaten Lampung Timur sendiri terbagi atas 24 kecamatan yang memiliki luas panen jagung, produksi, dan produktivitas yang beragam (Tabel 5). Salah satu kecamatan yang memiliki luas panen tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Bandar Sribhawono. Pada Tabel 5 tertera bahwa luas panen jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono adalah 19.592 ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan adalah 70.903 ton. Namun, dari aspek produktivitas, Kecamatan Bandar Sribhawono (36,19 kuintal/ha) justru berada di bawah Kecamatan Sekampung Udik (36,43 kuintal/ha), padahal Kecamatan Sekampung Udik memiliki luas panen yang lebih kecil (28 %) dibandingkan Kecamatan Bandar Sribhawono.

Jagung merupakan komoditas yang menjanjikan untuk diusahakan oleh petani dilihat dari segi kebutuhan pasar yang terbuka luas, baik secara nasional ataupun global di masa kini maupun masa yang akan datang. Potensi pasar yang semakin meningkat sangat diharapkan dapat berbanding lurus dengan pendapatan yang mungkin diperoleh petani. Oleh karena itu penelitian yang terkait dengan usahatani jagung menjadi penting untuk dapat memotivasi petani jagung agar dapat melakukan


(13)

pengelolaan usahataninya dengan baik sehingga diperoleh hasil yang berkualitas dan dapat meminimalkan risiko kegagalan yang dapat saja terjadi, baik dikarenakan faktor alam atau faktor lainnya.

B. Perumusan Masalah

Perkembangan industri peternakan semakin pesat, diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan karena jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan benih (Kasryno dkk, 2008). Peluang tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan usahatani jagung lebih baik sehingga produksi jagung dapat meningkat.

Keberhasilan produksi sangat ditentukan oleh bagaimana petani mengatur secara baik input-input yang digunakan untuk menghasilkan ouput dalam jumlah optimal dengan mengatasi berbagai kendala yang ditimbulkan oleh alam maupun

perkembangan pasar.

Tujuan diadakannya usahatani adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Atas dasar tersebut, petani berusaha untuk mencapai pendapatan karena hasil yang diperoleh akan mempengaruhi kegiatan usahatani selanjutnya. Keberhasilan suatu usahatani tentunya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor produksi fisik yang digunakan dalam berusahatani, seperti benih, pupuk, lahan, dan tenaga kerja yang secara langsung, mempengaruhi produktivitas tanaman. Faktor eksternal adalah faktor di luar usahatani yang berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani namun tidak berpengaruh langsung


(14)

terhadap produktivitas tanaman, seperti sarana transportasi, fasilitas kredit, dan pemasaran (Hernanto, 1993). Fenomena lemahnya posisi rebut tawar petani

“bargaining position” dalam pemasaran hasil menyebabkan harga yang diterima petani berfluktuasi sesuai ketentuan pedagang, sehingga pendapatan yang diperoleh petani pun ikut berfluktuasi. Hal tersebut menyebabkan motivasi petani untuk mengusahakan jagung berubah-ubah.

Menurut Hernanto (1993), dalam setiap proses produksi, petani sebagai produsen harus mempertimbangkan berapa risiko yang ditanggungnya dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh. Hasil produksi pertanian secara umum bergantung pada faktor alam dan faktor pasar. Menurut Soekartawi (1993), masalah iklim seperti musim kemarau panjang, hujan yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit diduga sebelumnya, masalah bencana atau banjir, masalah kekurangan air irigasi atau air hujan, atau masalah yang lain merupakan contoh betapa kehidupan tanaman itu sebenarnya tunduk pada aspek risiko. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani jagung di Desa Bandar Agung

Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur?

2. Bagaimana tingkat risiko usahatani jagung dikaitkan dengan pendapatan di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk :


(15)

1. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.

2. Mengetahui tingkat risiko usahatani jagung dikaitkan dengan pendapatan di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.

D. Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini berguna sebagai:

1. Pertimbangan bagi petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya.


(1)

angka 400 ton per hari, sementara kemampuan membeli dan menampung jagung mencapai 2.000 ton per hari. Saat ini paling tidak terdapat tujuh perusahaan pakan ternak yang beroperasi di Provinsi Lampung yang memiliki kemampuan menjangkau pasar provinsi, nasional, maupun internasional.

Sebagian besar pemanfaatan jagung saat ini di Provinsi Lampung baru pada batas untuk industri pakan ternak, namun penggunaan tersebut merupakan pasar yang sangat menjanjikan bagi petani jagung. Hal ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan jagung, mengingat masih terdapat

gap yang lebar antara ketersediaan dengan kebutuhan. Menurut hasil penelitian Swastika dkk (2001), senjang hasil antara rata-rata produksi yang dicapai petani saat ini dengan potensi hasil kemampuan lahan masih cukup lebar, terutama di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung. Kenyataan ini perlu diperhatikan untuk pengembangan komoditi jagung pada masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.

Peluang pengembangan komoditi jagung di Provinsi Lampung masih memungkinkan untuk dilakukan, baik dengan cara intensifikasi (pemanfaatan lahan yang sudah ada secara optimal) maupun ekstensifikasi/perluasan areal pertanaman memanfaatkan lahan masyarakat (BI Bandar Lampung, 2008). Salah satu sentra produksi jagung yang terdapat di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Timur.

Tabel 4. Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung di Provinsi Lampung tahun 2008

No Kabupaten Luas Panen

(ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (Kuintal/ha)


(2)

1. Lampung Barat 2.097 8.192 39,09

2. Tanggamus 6.103 27.170 0,04

3. Lampung Selatan 79.601 380.379 47,70

4. Lampung Timur 119.557 568.846 47,58

5. Lampung Tengah 106.269 516.470 48,60

6. Lampung Utara 32.130 127.944 39,82

7. Way Kanan 14.555 61.438 42,21

8. Tulang Bawang 13.877 53.367 38,45

9. Pesawaran 12.347 61.869 50,11

10. Kota Bandar Lampung 258 1.257 48,72

11. Kota Metro 729 2.954 40,52

Provinsi Lampung 387.549 1.809.886 46,70 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2008

Kabupaten Lampung Timur memiliki luas panen yang terbesar diiringi dengan jumlah produksi yang terbesar pula dibandingkan sepuluh kabupaten lainnya (Tabel 4), yaitu 119.557 ha dan 568.846 ton. Namun di sisi lain produktivitasnya justru berada di bawah Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Selatan yang berdasarkan aspek luas panen dan produksi berada pada posisi kedua dan ketiga. Kondisi ini

memungkinkan bagi Kabupaten Lampung Timur untuk meningkatkan kinerja pengusahaan lahan usahatani jagung agar dapat mengoptimalkan produksi jagung yang seharusnya dapat lebih baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Tabel 5. Luas panen, produksi dan produktivitas komoditi jagung per kecamatan di Kabupaten Lampung Timur 2008

No. Kecamatan Luas Panen (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kuintal/ha)

1. Metro Kibang 7.617 28.945 38,00

2. Batanghari 2.870 16.818 58,60

3. Sekampung 7.079 31.877 45,03

4. Marga Tiga 4.540 17.207 37,90

5. Sekampung udik 13.029 71.660 55,00

6. Jabung 10.829 52.632 48,60

7. Pasir Sakti 956 3.925 41,06

8. Waway Karya 8.390 35.238 42,00

9. Marga Sekampung 11.634 58.866 50,60


(3)

11. Mataram Baru 63 221 35,00

12. Bandar Sribhawono 18.375 85.462 46,51

13. Melinting 6.895 34.740 50,38

14. Gunung Pelindung 1.277 6.181 48,40

15. Way Jepara 5.135 27.072 50,93

16. Braja Selebah 3.045 16.748 55,00

17. Labuhan Ratu 2.360 8.708 36,90

18. Sukadana 2.817 15.775 56,00

19. Bumi Agung 2.690 15.629 58,10

20. Batanghari Nuban 2.045 6.749 33,00

21. Pekalongan 2.257 10.382 46,00

22. Raman Utara 2.265 8.607 38,00

23. Purbolinggo 2.255 10.269 45,54

24. Way Bungur 1.838 6.065 33,00

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Timur, 2009

Kabupaten Lampung Timur sendiri terbagi atas 24 kecamatan yang memiliki luas panen jagung, produksi, dan produktivitas yang beragam (Tabel 5). Salah satu kecamatan yang memiliki luas panen tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Bandar Sribhawono. Pada Tabel 5 tertera bahwa luas panen jagung di Kecamatan Bandar Sribhawono adalah 19.592 ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan adalah 70.903 ton. Namun, dari aspek produktivitas, Kecamatan Bandar Sribhawono (36,19 kuintal/ha) justru berada di bawah Kecamatan Sekampung Udik (36,43 kuintal/ha), padahal Kecamatan Sekampung Udik memiliki luas panen yang lebih kecil (28 %) dibandingkan Kecamatan Bandar Sribhawono.

Jagung merupakan komoditas yang menjanjikan untuk diusahakan oleh petani dilihat dari segi kebutuhan pasar yang terbuka luas, baik secara nasional ataupun global di masa kini maupun masa yang akan datang. Potensi pasar yang semakin meningkat sangat diharapkan dapat berbanding lurus dengan pendapatan yang mungkin diperoleh petani. Oleh karena itu penelitian yang terkait dengan usahatani jagung menjadi penting untuk dapat memotivasi petani jagung agar dapat melakukan


(4)

pengelolaan usahataninya dengan baik sehingga diperoleh hasil yang berkualitas dan dapat meminimalkan risiko kegagalan yang dapat saja terjadi, baik dikarenakan faktor alam atau faktor lainnya.

B. Perumusan Masalah

Perkembangan industri peternakan semakin pesat, diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan karena jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan benih (Kasryno dkk, 2008). Peluang tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan usahatani jagung lebih baik sehingga produksi jagung dapat meningkat.

Keberhasilan produksi sangat ditentukan oleh bagaimana petani mengatur secara baik input-input yang digunakan untuk menghasilkan ouput dalam jumlah optimal dengan mengatasi berbagai kendala yang ditimbulkan oleh alam maupun

perkembangan pasar.

Tujuan diadakannya usahatani adalah untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Atas dasar tersebut, petani berusaha untuk mencapai pendapatan karena hasil yang diperoleh akan mempengaruhi kegiatan usahatani selanjutnya. Keberhasilan suatu usahatani tentunya dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor produksi fisik yang digunakan dalam berusahatani, seperti benih, pupuk, lahan, dan tenaga kerja yang secara langsung, mempengaruhi produktivitas tanaman. Faktor eksternal adalah faktor di luar usahatani yang berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani namun tidak berpengaruh langsung


(5)

terhadap produktivitas tanaman, seperti sarana transportasi, fasilitas kredit, dan pemasaran (Hernanto, 1993). Fenomena lemahnya posisi rebut tawar petani “bargaining position” dalam pemasaran hasil menyebabkan harga yang diterima

petani berfluktuasi sesuai ketentuan pedagang, sehingga pendapatan yang diperoleh petani pun ikut berfluktuasi. Hal tersebut menyebabkan motivasi petani untuk mengusahakan jagung berubah-ubah.

Menurut Hernanto (1993), dalam setiap proses produksi, petani sebagai produsen harus mempertimbangkan berapa risiko yang ditanggungnya dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh. Hasil produksi pertanian secara umum bergantung pada faktor alam dan faktor pasar. Menurut Soekartawi (1993), masalah iklim seperti musim kemarau panjang, hujan yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit tanaman yang sulit diduga sebelumnya, masalah bencana atau banjir, masalah kekurangan air irigasi atau air hujan, atau masalah yang lain merupakan contoh betapa kehidupan tanaman itu sebenarnya tunduk pada aspek risiko. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani jagung di Desa Bandar Agung

Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur?

2. Bagaimana tingkat risiko usahatani jagung dikaitkan dengan pendapatan di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk :


(6)

1. Mengetahui tingkat pendapatan usahatani jagung di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.

2. Mengetahui tingkat risiko usahatani jagung dikaitkan dengan pendapatan di Desa Bandar Agung Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur.

D. Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini berguna sebagai:

1. Pertimbangan bagi petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya.


Dokumen yang terkait

KECEPATAN DIFUSI INOVASI KOMODITAS JAGUNG HIBRIDA DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

1 5 78

PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 11 85

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN BUDIDAYA KAKAO ANGGOTA KELOMPOK TANI MAKMUR DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 8 1

RESPON ANGGOTA KELOMPOK TANI JAGUNG (ZEA MAYS L.) TERHADAP PROGRAM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH (FPPED) DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 10 7

RESPON ANGGOTA KELOMPOK TANI JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PROGRAM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH (FPPED) DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

4 36 142

BSTRAK ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI SAWI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

2 14 8

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN SEKAMPUNG UDIK KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 7 66

ANALISIS RISIKO USAHATANI KEDELAI DI KECAMATAN RAMAN UTARA KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

6 24 93

KOORDINASI ANTARA KECAMATAN DENGAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BERDASARKAN MUSRENBANG (Studi Pada Kecamatan Bandar Sribhawono Kabupaten Lampung Timur 2014)

1 45 119

Analisis Kesediaan Membayar (WTP) Dan Faktor Yang Memengaruhi Petani Kakao Dalam Membayar Zakat Perkebunanan (Kasus Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur).

4 18 62