Persepsi, Preferensi, Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Permukiman

PERSEPSI, PREFERENSI, DAN PERILAKU MASYARAKAT
TERHADAP KONSEP ECODESIGN
LANSKAP PERMUKIMAN

PRIAMBUDI TRIE PUTRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Persepsi, Preferensi, dan
Perilaku Masyarakat terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Permukiman” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Priambudi Trie Putra
NIM A451120071

RINGKASAN
PRIAMBUDI TRIE PUTRA. Persepsi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat
terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Permukiman. Dibimbing oleh ANDI
GUNAWAN dan ARIS MUNANDAR.
Pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan di Indonesia meningkatkan
kebutuhan akan perumahan. Kota saat ini dituntut untuk menjadi tempat yang
nyaman sekaligus berkelanjutan. Konsep desain yang ekologis atau ecodesign
merupakan pendekatan dalam lanskap permukiman yang dapat meningkatkan
kualitas lingkungan. Prinsip utama konsep ecodesign adalah integrasi desain alami
dengan desain artifisial. Partisipasi masyarakat merupakan pertimbangan utama di
dalam pengembangan desain lanskap yang ekologis. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat perumahan terhadap
konsep ecodesign serta menganalisis aspek ecodesign dan estetika perumahan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui
kegiatan survei lapang, wawancara, dan studi literatur dengan tahapan (1) tahap

persiapan, (2) tahap pelaksanaan lapang, dan (3) tahap analisis data. Lokasi
penelitian ini dilakukan di tiga perumahan di Kecamatan Bogor Barat, Kota
Bogor, yaitu Bumi Menteng Asri, Griya Melati, dan Pakuan Regency.
Terdapat dua fokus penelitian dalam konsep ecodesign lanskap permukiman
ini yaitu konsep ecodesign lanskap permukiman skala rumah dan skala
perumahan. Baik konsep ecodesign lanskap permukiman skala rumah maupun
konsep skala perumahan dinilai menggunakan kriteria daftar periksa. Evaluasi
estetika dilakukan untuk penelitian konsep ecodesign skala rumah menggunakan
Scenic Beauty Estimation (SBE). Setelah dilakukan SBE, digunakan uji U MannWhitney untuk mengetahui perbedaan kualitas estetika di tiga lokasi penelitian.
Untuk mengetahui korelasi antara aspek persepsi, preferensi, dan perilaku
masyarakat serta korelasi antara aspek ecodesign dan estetika digunakan uji Rank
Spearman.
Berdasarkan hasil survei responden (n=90), terdapat 36% responden yang
memahami konsep ecodesign lanskap permukiman dan sisanya (64%) tidak
memahami konsep tersebut. Sebanyak 75% responden yang mengetahui konsep
ecodesign menerapkan konsep ecodesign dalam perilaku sehari-hari. Meskipun
terdapat 64% responden yang tidak memahami konsep ecodesign, mereka
memiliki perilaku yang sejalan dengan konsep ecodesign. Pakuan Regency
memiliki tingkat ecodesign tertinggi untuk nilai ecodesign skala rumah (30%),
diikuti oleh Bumi Menteng Asri (17%) dan Griya Melati (7%). Griya Melati

meraih nilai tertinggi untuk nilai ecodesign skala perumahan (65%), diikuti oleh
Pakuan Regency (63%) dan Bumi Menteng Asri (60%). Pakuan Regency
memiliki nilai estetika tertinggi. Hasil dari uji korelasi menunjukkan bahwa tidak
terdapat korelasi yang signifikan antara persepsi, preferensi, dengan perilaku
masyarakat. Selain itu, tidak terdapat hubungan antara aspek ecodesign serta
aspek estetika. Namun demikian, terdapat korelasi positif antara aspek ecodesign
dengan estetika sehingga potensi pengembangan lanskap permukiman yang
bernilai ekologis dan estetis dapat dikembangkan.
Kata kunci: ekologi, estetika, kota, masyarakat, partisipasi

SUMMARY
PRIAMBUDI TRIE PUTRA. Resident‟s Perception, Preference, and Behavior
towards Ecodesign Concept of Settlement Landscape. Supervised by ANDI
GUNAWAN and ARIS MUNANDAR.
Population growth in large cities in Indonesia boost demand for housing in
urban areas. Cities are required to be a comfortable inhabited place and concern to
environmental sustainability. Ecodesign concept or ecodesign approach planning
is an alternative that could be done to improve quality of the environment. The
principle of ecodesign concept is the integration design in designing environment
that integrates man-made design with natural design. User participation is the

main consideration in order to develop ecological landscape design. The
objectives of this study are to analyse the residents‟ perception, preference, and
behavior towards ecodesign concept and to analyse ecodesign and aesthetic
aspects. The methods used were description methods with field survey,
interviewm and literature study. preparation, field survey, and data analysis. This
research was conducted in three urban housing in West Bogor District, Bogor City,
which are Bumi Menteng Asri, Griya Melati, and Pakuan Regency. There are two
aspects related to ecodesign concept: ecodesign concept in micro scale and
ecodesign concept in macro scale.
There are two study focus in this research which are ecodesign concept of
house-scale and residential-scale. Neither the ecodesign concept of house-scale
and and residential-scale was assessed using checklist criteria. Scenic Beauty
Estimation (SBE) was used to study the concept of ecodesign house-scale. The
Mann-Whitney U test was used to determine differences in the aesthetic quality of
the three study sites. To determine the correlation between the aspects of
perception, preferences, and behavior of society as well as the correlation between
the aesthetic aspects with ecodesign Rank Spearman test was used.
Based on the survey (n=90), only 36% of the respondents understand about
the definition of ecodesign concept of settlement landscape and the rest (64%) did
not understand about the concept. There are 75% respondents who understood and

applied ecodesign concept into their behavior. Although there are 64%
respondents who did not understand about ecodesign concept, they behave in
accordance with ecodesign concept. Pakuan Regency has the highest score of
ecodesign for single house scale (30%), followed by Bumi Menteng Asri (17%)
and Griya Melati (7%). Griya Melati has the highest score of ecodesign for
housing scale (65%), followed by Pakuan Regency (63%) and Bumi Menteng
Asri (60%). From three locations, Pakuan Regency has the highest score of
aesthetics score. Correlation test shows that there were no significant correlation
for (1) perception, preference, and behavior aspect; and (2) ecodesign and
aesthetics aspect. However, there is a positive correlation between ecodesign
aspects with aesthetic aspects so that the potential development of the settlement
landscape which has ecological and aesthetic value can be formed.
Keywords: Aesthetics, city, community, ecology, participation

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERSEPSI, PREFERENSI, DAN PERILAKU MASYARAKAT
TERHADAP KONSEP ECODESIGN
LANSKAP PERMUKIMAN

PRIAMBUDI TRIE PUTRA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


ii

Penguji Luar Komisi Ujian Tesis: Prof Dr Ir Wahju Qamara Mugnisjah, MAgr

iii
Judul Tesis : Persepsi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat terhadap Konsep
Ecodesign Lanskap Permukiman
Nama
: Priambudi Trie Putra
NIM
: A451120071

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Andi Gunawan, MAgrSc
Ketua

Dr Ir Aris Munandar, MS

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Arsitektur Lanskap

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 21 Desember 2015

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini adalah Persepsi, Preferensi, dan
Perilaku Masyarakat terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Permukiman.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andi Gunawan MAgrSc
dan Bapak Dr Ir Aris Munandar MS yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan selama kegiatan penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan di Program Studi Arsitektur Lanskap 2012 dan
seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada keluarga atas segala doa dan dukungan.
Semoga penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Priambudi Trie Putra

v

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


xii

DAFTAR GAMBAR

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
2


2 TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi, Preferensi, dan Perilaku
Ecodesign
Lanskap Permukiman

3
3
4
5

3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Tahap Analisis Data

6
6
7
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Analisis Persepsi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat
Analisis Ecodesign
Analisis Scenic Beauty Estimation (SBE)
Hubungan antara Ecodesign dengan Estetika Lanskap Permukiman
Hubungan antara Persepsi, Preferensi, dan Perilaku
Implikasi dan Rekomendasi

16
16
19
22
32
34
35
35

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

37
37
38

DAFTAR PUSTAKA

38

RIWAYAT HIDUP

42

vi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Deskripsi jenis dan sumber data
Kriteria daftar periksa ecodesign rumah tinggal
Kriteria daftar perika ecodesign lanskap permukiman
Kriteria penilaian korelasi aspek persepsi, preferensi, dan perilaku
Hasil uji chi-square berdasarkan latar belakang responden di
perumahan Bumi Menteng Asri
Hasil uji chi-square berdasarkan latar belakang responden di
perumahan Griya Melati
Hasil uji chi-square berdasarkan latar belakang responden di
perumahan Pakuan Regency
Perbedaan kualitas estetika berdasarkan uji U Mann-Whitney
Kondisi ecodesign dan estetika skala rumah dan perumahan
Hubungan aspek ecodesign dengan estetika dengan uji Rank Spearman
Hubungan persepsi, preferensi, dan perilaku

6
10
12
16
19
20
21
33
34
34
35

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Peta lokasi penelitian (a) Bumi Menteng Asri, (b) Griya Melati,
dan (c) Pakuan Regency
3 Kondisi existing lokasi penelitian Bumi Menteng Asri (a) taman
lingkungan, (b) pohon menteng, (c) jalan lingkungan, dan (d) taman
rumah
4 Kondisi existing lokasi penelitian Griya Melati (a) jalan lingkungan, (b)
taman lingkungan, (c) rumah kompos, dan (d) taman rumah
5 Kondisi existing lokasi penelitian Pakuan Regency (a) jalan lingkungan,
(b) konsep vegetasi tanaman buah, (c) taman lingkungan, dan (d) taman
rumah
6 Kondisi existing komponen ecodesign lanskap permukiman pada
lokasi penelitian
7 Persentase lima komponen ecodesign skala rumah di tiga lokasi
penelitian
8 Taman lingkungan pada tiga lokasi penelitian
9 Nilai subkomponen (1)-(8) ecodesign lanskap permukiman skala
perumahan di tiga lokasi penelitian
10 Nilai subkomponen (9)-(16) ecodesign lanskap permukiman skala
perumahan di tiga lokasi penelitian
11 Foto rumah di tiga lokasi penelitian dengan nilai SBE terendah dan
tertinggi

3
6

17
18

18
23
25
26
30
31
33

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk Indonesia yang bermukim di kawasan perkotaan pada tahun 2025
diperkirakan akan mencapai 68% dari total penduduk (Parasati 2012).
Permukiman sebagai kebutuhan dasar manusia akan semakin dibutuhkan seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bermukim di kawasan perkotaan.
Tantangan bagi lanskap perkotaan saat ini tidak hanya menambah jumlah areal
permukiman, tetapi juga meningkatkan kualitas (Atmodiwirjo dan Yatmo 2011).
Kualitas permukiman mencakup tiga aspek utama yaitu aspek ekologi, ekonomi,
dan sosial (Kusumarini et al. 2007).
Jumlah penduduk perkotaan yang terus bertambah tersebut memungkinkan
potensi terganggunya kondisi ekologis lanskap perkotaan dan menimbulkan
permasalahan lingkungan. Menurut Inoguchi et al. (1999), masalah yang utama
terkait dengan isu lingkungan pada lanskap perkotaan adalah pengelolaan sampah,
polusi, transportasi, sumber daya air dan ekosistem, serta sumber daya alam dan
energi. Isu-isu tersebut sangat erat kaitannya dengan isu ekologis. Dalam konteks
keilmuan arsitektur lanskap, isu ekologis yang dikaitkan dengan desain lanskap
dikenal dengan ecodesign.
Konsep ecodesign merupakan proses desain yang mengintegrasikan lanskap
binaan (man-made landscape) dengan lanskap alami (natural landscape) (Yeang
dan Yeang 2008). Dalam mendesain secara ekologis, prinsip utamanya adalah
tidak menambah kerusakan lingkungan melalui rancangan sedemikian rupa agar
desain yang dibuat dapat berkelanjutan. Desain yang ekologis dibuat selaras dan
mengakomodasi kekuatan-kekuatan alam. Kajian mengenai ecodesign pada unit
rumah tinggal dan permukiman telah dilakukan oleh sebelumnya. Nikita (2012)
melakukan studi pengaruh komposisi elemen-elemen taman dan kriteria hemat
energi terhadap kualitas estetika visual pada unit rumah tinggal. Disimpulkan
bahwa penerapan ecodesign mempengaruhi kualitas estetika rumah tinggal.
Kurniawaty et al. (2012) menyebutkan bahwa aspek penting dalam desain taman
dan rumah hemat energi adalah aspek site design (67%) dan aspek building design
(33%). Integrasi kedua aspek tersebut mampu menciptakan rumah tinggal yang
hemat energi melalui komponen tanaman, air, bangunan, tapak, dan perkerasan.
Pengembangan kajian ecodesign selanjutnya dilakukan oleh Pratiwi et al. (2014)
pada skala permukiman perkotaan berupa perumahan. Diperoleh simpulan bahwa
alternatif keputusan untuk mewujudkan konsep ecodesign pada lanskap
permukiman perkotaan adalah melalui partisipasi penduduk (38.4%), desain tapak
(35.9%), dan kelembagaan (25.7%). Dari data tersebut diperoleh bahwa partisipasi
penduduk memiliki nilai yang cukup signifikan terkait dengan kajian konsep
ecodesign.
Saat ini belum ada formulasi untuk menilai ecodesign lanskap permukiman
perkotaan baik skala rumah maupun skala perumahan yang menggabungkan aspek
desain dengan estetika, serta mengorelasikan persepsi, preferensi, serta perilaku
masyarakat penghuni. Lanskap permukiman tidak hanya dituntut untuk dapat
mewujudkan desain yang ekologis, tetapi juga memberikan nilai estetika sehingga
dapat memberikan performa kualitas lanskap permukiman yang maksimal.

2
Masyarakat pengguna merupakan komponen penting dalam pengembangan
konsep ecodesign sehingga turut dikaji dalam penelitian ini.
Penelitian ini penting dalam menilai konsep ecodesign lanskap permukiman
yang akan menjadi formulasi dan bahan evaluasi bagi perencanaan dan desain
untuk pengembangan konsep ecodesign lanskap permukiman berikutnya. Fokus
penelitian konsep ecodesign dalam penelitian ini dibatasi pada lingkup hunian
beserta taman rumah serta taman lingkungan kompleks perumahan. Werff et al.
(2013) menyatakan bahwa masyarakat perlu beradaptasi dengan kondisi
lingkungan saat ini melalui perilaku yang ramah lingkungan. Dengan
menggunakan konsep ecodesign di dalam pengembangan permukiman,
diharapkan akan muncul motivasi masyarakat untuk memiliki sikap serta perilaku
yang lebih bersahabat dengan lingkungan (Hirsh 2010).
Aspek estetika juga memiliki peranan penting dalam lanskap permukiman
sehingga menjadi bagian dari penelitian ini. Sebagai hasil dari persepsi pengguna
terhadap keadaan lingkungan, estetika memiliki peran penting di dalam
menentukan kualitas lanskap permukiman secara visual. Dengan
mempertimbangkan aspek estetika dalam lanskap permukiman diharapkan
kualitas kehidupan bagi masyarakat perumahan, baik dari segi ekologi maupun
estetika akan semakin meningkat.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji di dalam penelitian ini adalah
1) seperti apa persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat terhadap konsep
ecodesign pada lanskap permukiman?
2) bagaimana komponen ecodesign serta kondisi estetika pada lanskap
permukiman?
3) bagaimana korelasi antara aspek persepsi, preferensi, dan perilaku dengan
aspek ecodesign dan aspek estetika?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1) menganalisis persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat perumahan
terhadap konsep ecodesign dan
2) menganalisis aspek ecodesign dan estetika yang terdapat di perumahan
perkotaan.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan bidang
arsitektur lanskap dalam lingkup lanskap permukiman serta memberikan
formulasi untuk penilaian ecodesign lanskap permukiman skala rumah dan
perumahan.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup kajian penelitian dibatasi pada kajian aspek biofisik dan sosial
terkait dengan konsep ecodesign lanskap permukiman. Kurniawaty et al. (2012)

3
menyatakan bahwa komponen pembentuk ecodesign terdiri dari tanaman, air,
bangunan, tapak, dan perkerasan. Kelima komponen tersebut dikembangkan
menjadi topik pertanyaan yang terkait dengan persepsi, preferensi, dan perilaku
masyarakat terhadap konsep ecodesign lanskap permukiman. Komponen
ecodesign yang dilakukan oleh Kurniawaty et al. (2012) selanjutnya digunakan
untuk mengukur tingkat ecodesign skala rumah. Pratiwi et al. (2014) menyatakan
bahwa alternatif keputusan untuk mewujudkan konsep ecodesign pada lanskap
permukiman perkotaan adalah melalui partisipasi penduduk, desain tapak, dan
kelembagaan. Partisipasi penduduk diterjemahkan sebagai interaksi masyarakat
pengguna dengan lingkungan tempat tinggal sehingga terbentuk persepsi,
preferensi, dan perilaku. Dalam penelitian ini, persepsi yang digunakan
merupakan tipe persepsi lingkungan, yaitu menekankan pada skala tempat yang
lebih luas sebagai suatu kesatuan tempat serta menyertakan masyarakat sebagai
pelaku (Gifford 1997). Rumusan kerangka pikir penelitian disajikan dalam
Gambar 1.
Konsep Ecodesign Lanskap
Permukiman

Preferensi

Persepsi

Skala Rumah

Perilaku

Skala Perumahan

Komponen
Ecodesign

Aspek Estetika
Lanskap Permukiman Ecodesign
dan Estetik

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi, Preferensi, dan Perilaku
Persepsi didefinisikan sebagai proses pengamatan atau pemahaman suatu
fenomena yang menimbulkan sejumlah respon atau keadaan yang memasukkan
unsur kognitif dan afektif (Sheppard 2005). Menurut Saleha dan Erwiantono
(2012), persepsi adalah pemaknaan hasil pengamatan seseorang terhadap suatu
obyek yang timbul dari aktivitas saling mempengaruhi dari suatu kaitan peristiwa.

4
Dalam memahami persepsi diperlukan pengetahuan mengenai komponen yang
terlibat di dalam proses terjadinya interaksi tersebut. Menurut Porteous (1977)
persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah (1)
umur dan jenis kelamin, (2) latar belakang, (3) pendidikan, (4) pekerjaan dan
pendapatan, (5) asal dan status penduduk, (6) tempat tinggal, (7) status ekonomi,
(8) waktu luang, dan (9) fisik dan intelektual. Faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial. Secara umum
persepsi dihasilkan dari variasi bentuk dari energi fisik seperti panas, gerak, kimia,
suara, dan elektromagnet yang selanjutnya disebut sebagai stimulus.
Dalam penelitian ini, persepsi yang digunakan merupakan tipe persepsi
lingkungan (environmental perception) yaitu menekankan pada skala tempat yang
lebih luas sebagai suatu kesatuan tempat serta menyertakan masyarakat sebagai
pelaku (Gifford 1997). Haryadi dan Setiawan (2010) menjelaskan bahwa persepsi
lingkungan adalah interpretasi tentang suatu seting oleh individu yang didasarkan
pada latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman individu tersebut. Pemahaman
individu yang baik mengenai persepsi lingkungan akan dapat membuat
lingkungan yang optimal sesuai dengan persepsi lingkungan orang atau
masyarakat pengguna sehingga akan meningkatkan kepedulian terhadap
lingkungan (Hirsh 2010).
Preferensi terbentuk dari adanya persepsi. Preferensi didefinisikan sebagai
tindakan untuk memilih dari banyak faktor. Menurut Abello dan Benaldez (1986)
dalam Permata (2000), faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang
adalah usia, jenis kelamin, tingkat sosial, tingkat pendidikan, dan budaya.
Preferensi juga ditentukan oleh lingkungan tempat manusia biasa tinggal sehingga
dapat dikatakan bahwa familiaritas menentukan preferensi. Preferensi juga
merupakan aspek yang harus dikuasai oleh perencana maupun pengambil
kebijakan dalam menciptakan lanskap yang menarik (Zheng et al. 2011).
Gifford (1997) menyatakan bahwa sikap terhadap lingkungan merupakan
suatu bentuk kepedulian individu terhadap lingkungan fisik sebagai sesuatu yang
layak untuk dilindungi dan dipahami. Sikap terhadap lingkungan dapat membantu
dalam memberikan informasi terkait dengan program-program lingkungan.
Komponen dari sikap terhadap lingkungan ada tiga yaitu (1) konatif, yaitu sesuatu
yang individu ketahui/pikir mengenai suatu fakta atau opini; (2) afektif, yaitu
aspek emosional dan sikap individu terhadap suatu objek; dan (3) konasi, yaitu
niat perilaku individu untuk bertindak terhadap objek.
Perilaku (behavior) merupakan kesiapan seseorang untuk berekasi atau
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Sarwono (1997) menyatakan
bahwa perilaku adalah perbuatan-perbuatan manusia baik yang terbuka (overt
behavior) maupun yang tertutup (covert behavior). Umumnya perilaku merupakan
gambaran dari sikap seseorang yang juga dipengaruhi oleh norma atau nilai
tertentu yang berlaku.
Ecodesign
Konsep ecodesign sebenarnya adalah konsep lama yang berkembang dalam
kebudayaan manusia yang kembali dihidupkan (Van Der Ryn dan Cowan 1996).
Desain dihasilkan dari integrasi antara kearifan lokal dengan aspek fisik dan
biofisik. Menurut McHarg (1997), ecodesign merupakan suatu bentuk desain yang

5
direncanakan dengan mempertimbangkan faktor lokasi, bentuk, dan material.
Desain yang hendak dicapai oleh ecodesign merupakan desain yang mampu
melindungi keberlanjutan lingkungan. Di dalam ecodesign, perlu adanya
investigasi awal terhadap kondisi manusia, biotik, dan abiotik. Ketiga elemen
tersebut memiliki keterikatan di dalam ilmu arsitektur lanskap. Setiap elemen
dipetakan dan dilekatkan pada area yang sesuai untuk aktivitas manusia. Dalam
mencapai tujuan berupa kondisi yang berkelanjutan, alam harus dipandang
sebagai proses dan nilai.
Menurut Yeang dan Yeang (2008), ecological design atau ecodesign
merupakan penggunaan prinsip-prinsip desain yang ekologis dan strategis untuk
mendesain lingkungan dan cara hidup sehingga terintegrasi secara ramah
lingkungan dan berkelanjutan dengan lingkungan alam termasuk kehidupan di
dalamnya (biosfer), yang memiliki semua bentukan kehidupan yang terjadi di
bumi. Lebih lanjut, Yeang dan Yeang (2008) menjelaskan ecodesign merupakan
cara manusia mendesain lanskap binaan agar terintegrasi dengan lingkungan alami.
Dalam mendesain secara ekologis, harus dipahami untuk tidak menambah
kerusakan lingkungan dan merancang sedemikian rupa agar desain yang dibuat
berkelanjutan.
Lanskap Permukiman
Lanskap permukiman secara legal diatur oleh Pemerintah Republik
Indonesia dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Undang-undang tersebut
menjelaskan bahwa definisi permukiman secara fisik adalah bagian dari
lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Lanskap
permukiman juga disebutkan di dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007
yang menjelaskan bahwa permukiman perkotaan merupakan ciri kawasan
perkotaan. Perlu dilakukan penataan kawasan perkotaan sehingga dapat
diwujudkan keharmonisan antara lingkungan alam (natural landscape) dengan
lingkungan buatan (man-made landscape). Salah satu lembaga nirlaba yang fokus
pada permasalahan permukiman di Indonesia adalah Green Building Council
Indonesia (GBCI). GBCI memiliki sejumlah perangkat penilaian dalam rangka
melakukan sertifikasi bangunan, baik untuk bangunan baru maupun existing untuk
mewujudkan kawasan yang berkelanjutan (Green Building Council Indonesia
2015).
Permasalahan di dalam penataan lanskap kota tidak hanya bersumber pada
aspek fisik, tetapi juga pada aspek sosial. Perbaikan hubungan antara permukiman
masyarakat dengan lingkungan adalah upaya yang harus dilakukan untuk
mewujudkan permukiman yang lebih sehat (Purnomohadi 2008; Atmodiwirjo dan
Yatmo 2011). Terdapat empat hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan
permukiman yang berkelanjutan, yaitu (1) penghematan input sumber daya (tanah,
air, energi, bahan bangunan), (2) pengurangan limbah, (3) jaminan keadilan
(antargenerasi, antarwilayah, sosial), dan (4) jaminan pengambilan keputusan
yang baik (pendelegasian dan partisipasi).

6

3 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian mengambil tempat di Kota Bogor yaitu pada kawasan
perumahan yang terdapat di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Desember 2014. Beberapa faktor
yang mendasari pemilihan kota Bogor sebagai lokasi penelitian adalah sebagai
berikut
(1) terletak dekat dengan Jakarta yang berpotensi bagi pengembangan
pertumbuhan ekonomi, jasa, industri, perdagangan, transportasi, serta
permukiman sehingga dapat mendukung bagi lingkungan kota yang
estetik dan nyaman (Gunawan 2005; Pratiwi et al. 2014) dan
(2) memiliki kondisi biofisik yang cenderung masih alami serta ruang
terbuka hijau yang kondisinya mantap dalam hal bentuk dan fungsi,
tetapi juga memiliki peluang degradasi kualitas lingkungan berupa
pengalihan penggunaan lahan alami kota (Nurisjah 2005; Pratiwi et al.
2014).
Tiga lokasi perumahan yang diteliti dalam penelitian ini dipilih secara
sengaja yaitu: (1) Bumi Menteng Asri; (2) Griya Melati; dan (3) Pakuan Regency
(Gambar 2). Tiga perumahan tersebut memiliki fasilitas taman rumah sebagai
bagian utuh dari hunian serta taman lingkungan sebagai ruang publik bagi warga
perumahan. Ketiga perumahan tersebut secara urut terletak di Kelurahan Menteng,
Kelurahan Bubulak, dan Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bogor Barat. Wilayah
Kecamatan Bogor Barat merupakan salah satu wilayah di Kota Bogor yang
berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bogor bagian barat. Sebagai
kawasan periphery Kota Bogor, Kecamatan Bogor Barat mulai didominasi oleh
permukiman yang semakin lama semakin berkembang.

(c)

(b)
(a)

Gambar 2 Peta lokasi penelitian (a) Bumi Menteng Asri, (b) Griya
Melati, dan (c) Pakuan Regency

7
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif melalui survei
lapang, wawancara dengan narasumber (masyarakat dan pengelola), dan studi
literatur (Tabel 1).
Tabel 1 Deskripsi jenis dan sumber data
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis data
Data persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat
Data kondisi existing lanskap permukiman
Data demografi masyarakat perumahan
Data kriteria penilaian ecodesign lanskap permukiman
Komponen permukiman ekologis

Sumber
Survei lapang
Survei lapang, pengelola
Pengelola
Literatur
Literatur

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan penelitian, yaitu (1) tahap
persiapan, (2) tahap pelaksanaan lapang, dan (3) tahap analisis data. Tahap
persiapan kegiatan difokuskan untuk mempersiapkan pelaksanaan penelitian
utama yaitu studi literatur, penentuan lokasi penelitian, menyiapkan lembar
kuesioner, mobilisasi tenaga enumerator di lapang, penentuan sampel responden,
dan sebagainya. Tahap pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan penelitian
perseptual, komponen ecodesign, dan kualitas estetika. Secara umum tahapan
pelaksanaan penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Penelitian persepsional
Pada tahap ini dilakukan kegiatan survei lapang berupa pengamatan
kondisi existing lokasi penelitian serta pengumpulan pendapat/opini
masyarakat perumahan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.
Uji validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan validitas
konstruksi dan pengujian reliabilitas digunakan untuk menjamin
konsistensi kuesioner penelitian (Rianse dan Abdi 2009).
2. Penelitian komponen ecodesign
Penelitian ecodesign dalam penelitian ini dibagi menjadi dua lingkup
utama, yaitu skala rumah dan skala perumahan. Skala rumah
menggunakan metode Kurniawaty et al. (2012) dan untuk skala
perumahan menggunakan metode Pratiwi et al. (2014). Kedua jenis
analisis ini digunakan untuk mengetahui kondisi ecodesign lanskap
permukiman.
3. Penelitian evaluasi estetika
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas estetika taman rumah.
Metode yang digunakan adalah Scenic Beauty Estimation (SBE), yaitu
metode untuk melakukan penilaian objek melalui pengamatan foto
berdasarkan preferensi keindahan (Daniel dan Boster 1976). Metode ini
digunakan untuk mengukur kualitas estetika untuk setiap hunian yang
mencakup visual rumah dan taman rumah secara spontan oleh responden.
Jumlah responden yang digunakan dalam penilaian adalah 30 orang
(Daniel dan Boster 1976). Responden untuk tahapan ini berasal dari
mahasiswa pascasarjana Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.
Tiga puluh foto lanskap disusun dalam bentuk presentasi slide
menggunakan Microsoft Office PowerPoint 2007. Durasi setiap slide

8
yang ditayangkan adalah 8 detik. Penilaian SBE dikelompokkan dengan
menggunakan skala 1-10.
Tahap Analisis Data
Pada tahap analisis data, semua data yang dikumpulkan dianalisis menurut
karakter penelitiannya, yaitu analisis persepsional, analisis ecodesign, analisis
Scenic Beauty Estimation, dan analisis korelasi.
Analisis persepsional
Pada tahap ini dilakukan kegiatan survei lapang berupa pengamatan kondisi
eksisting lokasi penelitian serta pengumpulan pendapat/opini masyarakat
perumahan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh warga penghuni perumahan, sementara sampel
merupakan perwakilan sebagian populasi. Dengan menggunakan teknik
pengambilan sampel dalam penelitian akan didapat informasi mengenai
keseluruhan populasi dengan mencari informasi pada sebagian populasi (Faisal
2008).
Masing-masing lokasi akan diambil sampel sebanyak tiga puluh orang
responden, sehingga total responden penelitian ini sebanyak sembilan puluh orang
responden (n=90). Pertanyaan-pertanyaan dikelompokkan sesuai dengan kriteria
daftar periksa yang telah dirumuskan dalam penelitian Kurniawaty et al. (2012)
yaitu tanaman, air, bangunan, tapak, dan perkerasan (Tabel 1). Pertanyaan yang
diajukan kepada responden ditujukan agar didapatkan informasi mengenai
persepsi, preferensi, serta perilaku masyarakat terhadap konsep ecodesign lanskap
permukiman. Masing-masing komponen penilaian dijadikan standar untuk menilai
jawaban responden sehingga akan didapatkan skor ecodesign. Analisis statistik
yang digunakan dalam tahapan ini adalah uji validitas, uji reliabilitas, dan uji chisquare. Pada tahap prasurvei, dilakukan uji validitas instrumen dengan
menggunakan validitas konstruksi dan pengujian reliabilitas. Prasurvei ini
dilakukan untuk menjamin konsistensi kuesioner penelitian (Rianse dan Abdi
2009). Uji validitas yang digunakan di dalam penelitian ini digunakan untuk
menguji kesahihan suatu tes. Jika hasil validitas sesuai dengan kriteria, tes
tersebut memiliki validitas tinggi. Uji ini digunakan untuk mengetahui butir
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner yang memenuhi syarat berdasarkan
indeks validitasnya. Jumlah responden yang akan diuji sebanyak sepuluh orang
responden. Rumus yang digunakan adalah rumus Pearson Product Moment
(Rianse dan Usman 2009).
ℎ� ��

=

�.



2





2.

.
�.

Keterangan:
rhitung = koefisien korelasi
∑Xi = jumlah skor item
∑Yi = jumlah skor total (seluruh item)
n
= jumlah responden

2



2

9
Selanjutnya digunakan uji-t untuk masing-masing item dengan persamaan:

ℎ� ��

=

�−2

1−

2

Keterangan:
thitung = nilai thitung
r
= koefisien korelasi untuk masing-masing item/butir pertanyaan
n
= jumlah responden
Kaidah keputusan: (1) jika thitung ≤ ttabel berarti tidak valid dan (2) jika thitung >
ttabel berarti valid.
Setelah semua data terkumpul, dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
merupakan uji kepercayaan alat pengukur yang diwujudkan dalam taraf ketetapan
dan ketelitian hasil (Rianse dan Abdi 2009). Untuk uji reliabilitas dalam penelitian
ini digunakan metode Kuder Richardson. Metode ini merupakan alat untuk
mengukur item pertanyaan yang hanya memiliki pilihan jawaban ya dan tidak.
Rumus Kuder Richardson adalah sebagai berikut.

11

=

k
X– k −x
. 1−
k −1
k . S2

Keterangan:
r11 = koefisien realibilitas internal seluruh item
S = deviasi standar dari tes
k = banyaknya item
X = mean (rerata total skor)

Uji chi-square digunakan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya
perbedaan yang signifikan antara frekuensi hasil observasi dibandingkan dengan
frekuensi teoretis yang diharapkan (Faisal 2008). Frekuensi hasil observasi
menunjuk pada dua atau lebih jumlah kategori dari variabel atau data yang
dianalisis. Hipotesis nol menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara frekuensi hasil observasi dengan frekuensi teoretis yang diharapkan.
Persamaan chi-square adalah sebagai berikut.
2

=

Keterangan:
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan

−�


2

Variabel yang digunakan di dalam kuesioner yaitu (1) usia, (2) pekerjaan,
(3) jenis kelamin, (4) pendidikan, (5) lama domisili, dan (6) asal daerah. Masingmasing variabel akan diuji keterkaitannya dengan konsep ecodesign lanskap
permukiman.

10
Analisis ecodesign
Analisis ecodesign secara rumah merupakan analisis yang berfokus pada
rumah secara individu. Terdapat lima komponen yang menjadi dasar penilaian
konsep ecodesign lanskap permukiman berdasarkan Kurniawaty et al. (2012),
yaitu komponen (1) tanaman, (2) air, (3) bangunan, (4) tapak, dan (5) perkerasan.
Setiap komponen memiliki bobot penilaian yang berbeda. Komponen tanaman
memiliki bobot 0.483; air 0.242; bangunan 0.109; tapak 0.107; dan perkerasan
0.058. Dengan perhitungan masing-masing komponen akan diperoleh skor
ecodesign sehingga dapat ditentukan kategori ecodesign tinggi, sedang, atau
rendah untuk setiap unit rumah.
Pada tahap analisis ecodesign secara rumah dibuat klasifikasi tingkat
ecodesign. Klasifikasi tingkat ecodesign dibuat berdasarkan perhitungan nilai skor
maksimum dikurangi skor minimum dibagi tiga kriteria klasifikasi ecodesign
(nilai ecodesign tinggi, sedang, dan rendah) dengan persamaan berikut:
�� � ��

=

Nilai maksimal:
Nilai minimal:
n tingkat klasifikasi:

nilai maksimal − nilai minimal
n tingkat klasifikasi

jumlah nilai maksimum dari skor kriteria desain
jumlah nilai minimum dari skor kriteria desain
jumlah tingkat klasifikasi

Dari perhitungan skor didapatkan nilai interval kelas yaitu ecodesign tinggi
(2.331-2.997), ecodesign sedang (1.665-2.331), dan ecodesign rendah (0.9991.665).
Tabel 2 Kriteria daftar periksa ecodesign rumah tinggal
No.
1.

Komponen
Tanaman

Bobot
0.483

Variabel
Kerapatan
Tajuk
Jumlah
tanaman
Jarak dari
bangunan
Tata letak
tanaman

Jenis
tanaman
2.

Air

0.242

3.

Bangunan

0.109

Bukaan

(1)
Kerapatan
tajuk rendah