Persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah

(1)

MIRAWATI

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT

TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

Penerbit:

LSIP

(Lembaga Studi Islam Progresif)

2011


(2)

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

MIRAWATI

Editor : Ahmad Rodoni, Khamami Azda Desain Cover : Saifuddin

Lay out : Muhammad Mulyadi

Penerbit:

LSIP (Lembaga Studi Islam Progresif)

Jl. Alam Indah Villa Inti Persada Blok C6/ No: 36 Pamulang, Tangerang Selatan

Telp/Fax : 021-7497810

ISBN : 978-979-998535-9-2 Cetakan I, Agustus 2011

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan Mirawati

Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah / Mirawati

Jakarta : LSIP, 2011 202 hlm, 16 X 24 cm ISBN : 978-979-98535-9-2


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilla>h, berkat rahmat dan karunia Allah Swt. penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul Persepsi dan perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah. Shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kehadirat Nabi Muhammad Saw., beserta keluarganya, para sahabat, serta pengikut jejak risalahnya hingga akhir zaman. Amin.

Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya buku ini dapat selesai dengan segala kekurangannya dan kelebihannya, buku ini berasal dari tesis yang dipertahankan dalam sidang ujian promosi magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hati kamis, 11 Agustus 2011.

Buku ini merupakan sebuah kajian studi lapangan untuk melihat faktor-faktor persepsi dan perilaku masyarakat dalam memilih pembiayaan murabahah di Bank Muamalat cabang Pekanbaru. Setelah itu dianalisis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis deskriptif. Buku ini juga diperkaya oleh teori dari disiplin ilmu ekonomi Islam terutama yang menyangkut pada pembiayaan murabahah.

Seraya memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada berbagai pihak yang berkenan membantu, membimbing, memberi kemudahan dalam penyelesaian buku ini.

Kepada Prof. Dr. Ahmad Rodoni, yang telah membimbing dalam penulisan buku ini. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor Universitas Islam egeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan., Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Beserta para para pengelola program, Prof. Dr. Suwito, Prof. Amany Burhanuddin Lubis, MA, Dr. Fuad Jabali, MA, dan Dr. Yusuf Rahman, MA.tidak lupa juga kepada Prof. Dr Abdul Hamid dan Dr. Hasanudin atas segala bimbingan, dorongan, dan arahan yang mencerahkan. Semoga Allah Swt., membalas jasa baik beliau semua dengan sebaik-baik balasan.

Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Asri dan Ibunda Asni yang tidak

pernah kenal lelah dan letih mendo‟akan dalam setiap sujud, serta

membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang, membimbing dan memfasilitasi dalam banyak hal demi meraih cita-cita dan mencari


(4)

jati diri yang hakiki menuju ridha-Nya. Semoga Allah Swt., melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan semoga penulis dapat membalas jasa-jasa keduanya yang tak ternilai.

Akhirnya, seraya mengharap ridha dan karunia Allah Swt., penulis persembahkan karya ini kepada mereka yang memiliki perhatian pada kajian keislaman, disertai harapan semoga kehadiran karya kecil ini bermanfaat dalam memperkaya wacana intelektual, khususnya bagi pengembangan kajian Ekonomi Islam. Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon doa dan restu semuanya, agar ilmu yang telah diperoleh menjadi ilmu yang bermanfaat dan memberi berkah bagi kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Amin.

Jakarta, Agustus 2011 P e n u l i s,


(5)

PENGANTAR PENERBIT

Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah telah menjadi trend dalam pergulatan ekonomi syariah. Tumbuhnya Bank-bank Syariah di Indonesia yang semakin marak telah menjadikan wacana dan praktik ekonomi syariah semakin berkembang. Jika dulu, pembiayaan keuangan dimonopoli oleh Perbankan Konvensional, maka sekarang ini Perbankan Syariah telah mampu menyerap pembiayaan.

Buku “Persepsi dan Perilaku Masyarakat terhadap Pembiayaan Murabahah” yang ditulis oleh Mirawati ini membuktikan bahwa faktor utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru, yaitu faktor sosial ekonomi dan psikologi.

Pemenuhan faktor-faktor ini akan dapat mengakselerasikan tingkat pertumbuhan nasabah pembiayaan, tidak hanya dari nasabah yang syraiah loyalist, akan tetapi juga dari kalangan rasionalis, dan mereka yang tidak terlalu mempermasalahkan hukum bunga bank sama dengan riba dari sudut pandang agama maupn kalangan non-Muslim. Sehingga bank syariah tidak hanya menjadi sebuah bank alternatif, tetapi bisa memposisikan dirinya menjadi sebuah bank yang profitable serta sejajar nilai jualnya dengan bank konvensional.


(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN TRANSLASI

A.

Huruf Konsonan

أ

=

'

ز

=

z

ق

=

q

ب

=

b

س

=

s

ك

=

k

ت

=

t

ش

=

sh

ل

=

l

ث

=

th

ص

=

s}

م

=

m

ج

=

j

ض

=

d{

ن

=

n

ح

=

h{

ط

=

t}

و

=

w

خ

=

kh

ظ

=

z}

ه

=

h

د

=

d

ع

=

ء

=

`

ذ

=

dh

غ

=

gh

ي

=

y

ر

=

r

ف

=

f

B. Huruf Vokal

Vokal Tunggal: a = ´ ; i = ; u =

Vokal Panjang: a< = ا ; i> = ي ; ū = و Vokal Rangkap: ay = يا ; aw = وا

C. Translasi

- Kecuali terjemahan al-Qur‟an dan kecuali dinyatakan sebaliknya, seluruh terjemahan dalam tesis ini adalah milik penulis.

- Untuk terjemahan al-Qur‟an penulis mengitip Mushaf al-Qur‟an Terjemahan, Departemen Agama RI, edisi 2006, dengan beberapa penyesuaian.

D. Singkatan


(7)

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN ... v

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ... vi

SURAT PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

TRANSLITERASI DAN TRANSLASI ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 11

F. Defenisi Konsepsional ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II WAWASAN PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP BANK SYARIAH A. Wawasan tentang Persepsi ... 19

B. Wawasan tentang Perilaku ... 24

C. Wawasan tentang Bank Syariah ... 28

D. Persepsi dan {Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah .... 37

BAB III WAJAH PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH A. Pembiayaan Murabahah ... 56

B. Tahapan Praktek Murabahah ... 65

C. Kesalahan Persepsi Tentang Murabahha ... 75

D. Ketentuan Umum Murabahah ... 76

E. Penyelesaian Sengketa yang Terjadi ... 77

BAB IV EVALUASI PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH A. Karakteristik Responden Secara Keseluruhan ... 82


(9)

B. Persepsi Masyarakat terhadap Pembiayaan Muarabahah ... 87

C. Perilaku Masyarakat Terhadap Pembiayaan Murabahah ... 106

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 131

B. Saran-saran dan Rekomendasi ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

INDEKS ... 141

GLOSARI ... 144 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Proses Pembentukan Persepsi ... 21 Gambar 2.1: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 23 Gambar 2.3: Faktor-Faktor Yg Mempengaruhi Perilaku Konsumen . 27 Gambar 3.1: Skema Pembiayaan Murabahah ... 67


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ……… 13


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dasawarsa ini sistem ekonomi dan keuangan Islam mulai memperlihatkan eksistensinya sebagai alternatif baru dari sistem ekonomi sosialisme yang dianggap telah berakhir seiring runtuhnya Negara Uni Sovyet, dan juga sistem kapitalisme yang kerap melahirkan krisis financial dan moneter yang menyengsarakan umat manusia. Banyak kalangan yang memiliki optimisme bahwa sistem ekonomi islam akan terus tumbuh berkembang dan semakin lebih baik pada masa-masa mendatang. Keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian merupakan tujuan mulia yang ingin diraih oleh sistem ekonomi islam saat ini1.

Sekarang ini merupakan saat yang menentukan bagi umat islam dapatkah umat Islam mempergunakan sistem ekonomi dunia dengan suatu yang dapat dikatakan sebagai kekuatan baru meski sampai saat ini juga kondisi ekonomi dan politiknya masih dipengaruhi oleh Negara-negara maju, sebagian besar masih dibawah garis kemiskinan bahkan terpuruk sebagai produksi Negara-negara maju sabagai dampak kultural, politis dan ideologis.

Adanya bank syariah di Indonesia dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat yang meyakini bahwa system operasional perbankan konvensional tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Sistem Islam menggunakan sistem bagi hasil(profit and loss sharing)2 dan melarang adanya fixed return ( penetapan keuntungan yang pasti diawal aqad), sebagaimana sistem yang berjalan pada bank konvensional dengan sistem bunga yang diberlakukan pada sistem perbankan konvensional adalah tergolong riba, yang diiringi fatwa haram atas bunga oleh MUI tahun 20043.

1

Mohamad Hidayat, An Intoduction to the Sharia Economic (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), xi

2

Lihat, pada Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2009).

3

Dewan Syariah Nasional (DSN) - MUI, Himpunan Fatwa Devvan Syariah Nasional, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2006).


(13)

Sistem bunga merupakan titik perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional. Kehadiran sebuah bank syariah dalam percaturan dunia modern yang mengglobal, diharapkan mampu menjadi sebuah perwujudan dan peruhaan terhadap sistem bunga bank konvensional yang dapat melahirkan pemerasan secara tidak langsung terlindungi oleh hukum positif yang ada. Situasi dan kondisi umat islam dewasa ini pada umumnya dan di Indonesia khususnya, tidak mungkin melepaskan diri dari perbankan konvensional dengan sistem bunganya. Karena itu suatu hal yang logis apabila para sarjana muslim atau para ulama menganggap situasi dan kondisi pada saat itu sebagai keadaan darurat. Kehadiran bank syariah, menjadi suatu keniscayaan dan sebagai alternative yang sangat positif.

Dibukanya bank syariah ditengah masyarakat Pekanbaru disambut sangat gembira karena hal ini adalah moment yang sangat ditunggu-tunggu sejak dikeluarkannya fatwa haramnya bunga bank oleh MUI. Dilihat dari latar belakang masyarakat Pekanbaru adalah pusat kota budaya melayu, dimana melayu di identikkan dengan islam.

Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang populer di masyarakat Pekanbaru, hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan jumlah masyarakat yang menggunakan pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru setiap tahunnya secara signifikan dari pada produk pembiayaan lainnya yang ditawarkan oleh pihak bank4. Dalam pembiayaan murabahah di perbankan syariah penjual (pihak bank) harus memberitahu harga pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkatan keuntungan sebagai tambahan5. Pembiayaan murabahah menurut Adiwarman A.Karim adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli6. Sampai saat ini pendapatan umum masyarakat tentang pembiayaan mura>bah}ah adalah sama dengan pembiayaan sistem bunga pada perbankan konvensional.

Hal ini disebabkan karena dalam praktek pembiayaan mura>bah}ah terjadi perubahan-perubahan yang mencontoh kepada

4

PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Pembiayaan murabahah di Pekanbaru.

5

Frank F Vogel dan Samuel Hayes, Islamic Law and Finance, Risk and Return

(London: Kluwer Law International, 2009), 140.

6


(14)

kemiripan praktek dalam pembiayaan di perbankan konvensional. Masyarakatpun cenderung mengeluhkan tingkat pembiayaan murabahah yang relative mahal.

Bahasan pembiayaan murabahah pada bank syariah diambil karena hal ini didasari pada laporan awal tahun 2009 dominasi jenis pembiayaan murabahah pada bank syariah mencapai 58,73% yang menunjukkan bahwa bank dan masyarakat lebih nyaman terhadap jenis pembiayaan ini dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain seperti mudharabah atau musyarakah7. Dan pembiayaan sistem bunga di bank konvensional masih diminati oleh masyarakat dikarenakan persyaratan yang tidak berbelit-belit yang dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan pembiayaan tersebut. Dengan dua fenomena ini penulis ingin melihat seperti apa sebenarnya persepsi dan tingkah laku masyarakat sebagai nasabah dalam pembiayaan di perbankan ini.

Di Pekanbaru perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan beroperasinya Bank Muammalat Indonesia pada tahun 1999, dengan dikeluarkannya UU no.7 tahun 1992 tentang perbankan syariah. Perkembangan perbankan syariah di Pekanbaru tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah sebagaimana diatur dalam Undang - undang No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dukungan terhadap pengembangan perbankan syariah juga diperlihatkan dengan

adanya “dualbanking system”, dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha syariah. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis walaupun disadari bahwa pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang produk dan system perbankan syariah di Indonesia masih sangat terbatas.

Hal ini di dukung oleh data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, tahun 2009 perbankan syariah hanya memiliki 2,46% dari

7

Biro Perbankan Syariah Tim Pengembangan Syariah IBI 2009, “Annual Report 2008: PT. Bank Muamalat Indonesia, bandingkan dengna laporan Bank


(15)

total pangsa pasar perbankan secara nasional8. Meskipun mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muslim.

Dalam konteks ini, pangsa pasar (maket share) bank syariah dapat dibagi ke dalam tiga segmen, yaitu: pertama, masyarakat yang secara absolute menolak bunga bank sehingga tidak memanfaatkan jasa bank konvensional atau disebut syariah loyalist. Kedua, masyarakat yang memanfaatkan jasa bank syariah dan bank konvensional (floating market). Sedangkan ketiga adalah masyarakat yang hanya menggunakan jasa bank konvensional disebut juga sebagai conventional loyalist. Dari ketiga segmen pasar ini, yang memiliki potensi terbesar justru yang berasal dari pasar mengambang(floating market), yaitu diperkirakan sebesar Rp 720 triliun, dibandingkan dengan pasar conventional loyalist yang hanya sebesar Rp 240 triliun dan pasar syariah loyalist yang berpotensi sebesar Rp 10 triliun9.

Sesuai dengan namanya, segmen floating market ini mencerminkan segmen yang memiliki perilaku yang dapat bergerak ke posisi memilih produk-produk bank konvensional atau produk-produk bank syariah. Mayoritas dari segmen ini berasal dari kalangan menengah keatas. Mereka cenderung melihat dari segi pelayanan yang memuaskan serta keuntungan yang didapat dalam memilih dan memanfaatkan jasa suatu bank. Dengan kata lain segmen floating market merupakan nasabah atau calon nasabah yang memiliki perilaku rasional. Dari sinilah, pihak perbankan syariah dituntut untuk merumuskan strategi yang tepat dengan memahami perilaku pasar yang potensial tersebut, tentunya dengan tanpa mengurangi perhatian terhadap pasar conventional loyalist dan syariah loyalist.

Pengembangan produk syariah berjalan lambat dan belum berkembang sebagaimana halnya bank konvensional. Upaya pengembangan bank syariah tidak cukup hanya berlandaskan kepada aspek-aspek legal dan peraturan perundang-undangan tetapi juga harus

8 Indonesian Commercial Newsletter, “Laporan Market Intelligence

Perkembangan Sistim Bank Syariah di Indonesia” Monthly Report, (2009), http://www.datacon.co.id/BankSyariah1.html

9

Potensi ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting pada awal tahun 2004. Lihat Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, cet, ke-2 (Bandung: Mizan, 2006), 167.


(16)

berorientasi kepada pasar atau masyarakat sebagai pengguna jasa (konsumen) lembaga perbankan. Keberadaan bank (konvensional dan syariah) secara umum memiliki fungsi strategis sebagai lembaga intermediasi dan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, namun karakteristik dari kedua tipe bank (konvensional dan syariah) dapat mempengaruhi perilaku calon nasabah dalam menentukan preferensi mereka terhadap pemilihan antara kedua tipe bank tersebut. Lebih lanjut, perilaku nasabah terhadap produk perbankan (bank konvensional dan bank syariah) dapat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi masyarakat terhadap karakteristik perbankan itu sendiri. Dengan memahami preferensi masyarakat terhadap bank-bank tersebut, maka bank (syariah atau konvensional) memiliki peluang yang kuat untuk mendisain produk yang ditawarkan agar lebih bersifat market driven10.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Persepsi dan perilaku masyarakat dalam menggunakan produk pembiayaan suatu bank dapat dilihat dari floating market dan bisa dijelaskan kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap perbankan syariah khususnya dan aktifitas ekonomi secara syariah. Umumnya terasa masih minim bahkan bisa digolongkan sangat rendah, sehingga berimplikasi kepada animo untuk turut serta menjadi mitra bank syariah, hal ini masih diwarnai dengan banyaknya pertanyaan, bahkan sedikit dengan sinisme, keraguan dan kecurigaan terhadapnya.

2. Batasan Masalah

Pembahasan tesis ini terfokus dan tidak melebar maka permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah objek yang diteliti yaitu persepsi dan prilaku masyarakat terhadap produk pembiayaan murabahah pada Bank Muamalat Indonesia di Pekanbaru11. Serta hal lain

10 Muliriwan, “

Analisis Persepsi Masyarakat tentang produk perbankan konvensional dan pengaruhnya terhadap pencapaian segmen pasar perbankan

syariah” 20 Agustus 2010

hppt://mul1rawan.wordpress.com/category/analisispersepsimasyarakattentangprodukper bankan

11

Pembatasan dalam kajian ini dikarenakan pembiayaan murabahah banyak ditawarkan oleh pihak bank kepada nasabah dan juga sangat diminati oleh nasabah sehingga pembiayaan ini menempati rangking teratas dalam transaksi pembiayaan,


(17)

yang mendukung, melengkapi serta mempertajam kajian yang akan dibahas ini guna mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang dikaji dalam tesis ini dapat dirumuskan yaitu:

a. Apakah faktor pribadi, lingkungan serta obyek merupakan faktor utama yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat cabang Pekanbaru?

b. Apakah faktor pribadi, sosial ekonomi serta psikologi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Menganalisa faktor pribadi, lingkungan serta obyek yang paling dominan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.

b. Menganalisa faktor pribadi, sosial ekonomi serta psikologi yang paling dominan mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia cabang Pekanbaru.

2. Manfaat Penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi akademisi dan praktisi perbankan syariah dalam mensosialisasikan konsep perbankan syariah kepada masyarakat luas.

b. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini adalah sebuah penelitian terhadap perilaku konsumen terkait dengan nasabah perbankan,

namun disisi hukum pembiayaan murabahah yang dipraktekan oleh bank syariah tidak semua ulama memperbolehkannya walupun sebagain besar memperbolehkannya.


(18)

sehingga dapat menjadi acuan dalam mendisain sebuah penelitian tentang karakteristik perilaku konsumen

terkait dengan lembaga perbankan syariah khususnya, untuk mencapai target customer satisfaction.

c. Bagi pihak perbankan syariah berguna sebagai masukan tentang persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Pekanbaru sebagai pertimbangan dalam menyusun langkah-langkah kebajikan dan merancang strategi pemasaran mereka.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu mendukung pendapat bahwa perilaku konsumen sebagai nasabah perbankan sangat dipengaruhi oleh sikap dan persepsi mereka. Hasil survey yang dilakukan Tim Penelitian dan Pengembangan Bank Syariah12, menunjukkan bahwa Persepsi bunga dari sudut pandang agama dapat dibedakan menjadi tiga pendapat; (1) bertentangan dengan ajaran agama, (2) tidak bertentangan dengan ajaran agama, (3) tidak tahu/ragu-ragu. Survey di Jawa Barat menunjukkan indikasi bahwa 62% responden menyatakan bertentangan dengan ajaran agama, sementara 22% diantara responden menyatakan tidak bertentangan dan sisanya (16%) menyatakan tidak tahu/ragu-ragu.

Hasil penelitian Bank Indonesia tahun 2001 di Sumatera Barat menunjukkan bahwa 20% masyarakat menyatakan bunga itu haram, 39% menyatakan tidak tahu/ ragu-ragu, dan sisanya 41% menyatakan bahwa bunga itu tidak haram13. Selanjutnya, penelitian Pusat Studi Ekonomi Islam Dan Bisnis Brawijaya Malang di Jawa Timur mendukung bahwa perbedaan penting dalam memilih bank terletak pada faktor kelompok acuan, peran dan status, kepraktisan dalam menyimpan kekayaan, ukuran produk, jaminan, dan periode pembayaran14.

12

Budi S.Utomo, Menuju Era Ekonomi Berkeadilan dan Bebas Bunga

(Jakarta, 2001). 13

Bank Indonesia, Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Jawa Barat (Jakarta, tp, 2001).

14

Kompas, “Pangsa Perbankan Syariah 2011 diprediksi 20 persen”, Senin 7 Maret 2005.


(19)

Survey yang dilakukan Institut Pertanian Bogor di Kalimantan Selatan tentang persepsi bank konvensional, menunjukkan bahwa 94.5% responden setuju dengan peranan perbankan dalam kehidupan sehari-hari, dengan alasan utama menguntungkan masyarakat dan permodalan. Berdasarkan kelompok responden, sebesar 79.3% responden bank syariah menyatakan bunga bank bertentangan dengan ajaran agama, cenderung menyatakan penolakan pada sistem perbankan konvensional. Namun di sisi lain, mereka adalah nasabah bank konvensional, sehingga hal ini dapat mengindikasikan tidak konsistennya perilaku konsumen. Implikasi hasil penelitian di atas memperlihatkan bahwa pemahaman tentang perilaku konsumen, dalam hal ini nasabah perbankan, menjadi semakin krusial dan perlu untuk diteliti15.

Untuk tingkatan internasional, penelitian tentang perilaku nasabah Islamic Bank di Bahrain menemukan bahwa keputusan nasabah dalam memilih bank syariah lebih didorong oleh faktor keagamaan melalui dukungan masyarakat pada ketaatan perbankan terhadap prinsip - prinsip Islam, disamping itu masyarakat di Negara tersebut juga dipengaruhi oleh dorongan keluarga, dan teman serta lokasi keberadaan bank16.

Penelitian yang dilakukan oleh Coyle memberikan kesimpulan yang berbeda tentang faktor yang mendorong nasabah memilih bank konvensional atau bank syariah. Hasil penelitian tersebut mendukung bahwa motivasi nasabah dalam memilih bank syariah cenderung didasarkan kepada motif keuntungan, bukan kepada motif keagamaan. Dengan kata lain, nasabah lebih mengutamakan economic rationale dalam keputusan memilih bank syariah dibandingkan dengan lembaga perbankan non-syariah atau bank konvensional17. Lewis berargumen meskipun banyak upaya, namun untuk generalisasi konsep tentang

15

Institut Pertanian Bogor. Potensi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat terhadap Bank Syariah di Wilayah Kalimantan Selatan. Kerjasama Direktorat Perbankan Syariah – Bank Indonesia dengan Institut Pertanian Bogor.2004.

16

M. Almossawi, “Bank Selection Criteria Employed by College Student in Bahrain: an Emperical Analysis”, The International Journal of Bank Marketing, Vol. 19 No.3,2001 115.

17T. Coyle, “The Bank of Tomorrow”, American Community Banker,

Vol 8, No.7,1999, 16-18.


(20)

dinamika pengambilan keputusan konsumen terhadap bank atau lembaga keuangan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut18.

Penelitian tentang persepsi konsumen di Malaysia menemukan bahwa persepsi konsumen terhadap bank syariah terdiri dari beberapa dimensi; pemanfaatan fasilitas perbankan, pengetahuan terhadap perbankan Islam, peranan konsumen dalam memilih produk perbankan telah dilakukan19. Pada sebuah studi tentang sikap konsumen Amerika terhadap bank komersial, Kaynak menemukan tiga atribut penting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih bank, ketersediaan ATM, pelayanan yang cepat dan efisien, serta respon petugas yang cepat20.

Metawa dan Almossawi (1998) menemukan bukti bahwa keputusan konsumen dalam memilih bank Islam didorong oleh faktor agama, di mana konsumen menekankan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Islam. Selanjutnya, keputusan juga termotivasi oleh faktor faktor keuntungan, keluarga dan teman-teman, dan lokasi bank. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dikaitkan dengan karekteristik responden seperti umur, pendapatan dan pendidikan, mengindikasikan lima atribut penting yang dipertimbangkan konsumen dalam memilih bank yaitu, (1) lokasi ATM yang mudah dijangkau, (b) ketersediaan ATM dibeberapa lokasi, (c) reputasi bank, (d) layanan ATM 24 jam, dan (e) ketersediaan tempat parkir yang memadai21.

Erol dan El-Bdour tahun 1989 menemukan bahwa motif memilih bank syariah sebagai suatu lembaga penyimpanan dan penyaluran bukan agama, tetapi keuntungan. adanya cabang baru bank syariah adalah bukan pertimbangan penting bagi peningkatan pelayanan. Selain itu, suatu kelompok memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen untuk memilih bank Islam dan kesadaran konsumen untuk memperoleh

18B. R. Lewis, “Student account

-A porofitable segment?” Bank Marketing,

(1982) Vol. 16 No. 3, 63- 72.

19

S. Haron, N. Ahmed, & S. Planisek, “Bank patronage factors of Muslim and

non Muslim customers”, Marketing Vol. 12, No.1,(1994), pp 32-40.

20E, Kaynak, “American Consumers‟ Attitudes Towards Commercial Banks”,

Marketing Bank, Vol 23, No.1, (2005), 32-40.

21 S. A. Metawa, & Almossawi, M. “Banking behavior of Islamic bank customers: Perspectives and implications”, Bank Marketing Vol. 16, No. 7,(1998), 299-313.


(21)

keuntungan dari laba dan bagi hasil investasi dan redistribusi pendapatan peran sistem perbankan Islam. Kemudian, pada tahun 1990, Erol et al. melakukan studi tentang konsumen keputusan untuk memilih bank Islam atau perbankan konvensional. Penelitian ini melaporkan bahwa konsumen memilih bank Islam karena layanan yang cepat dan efisien, yang reputasi, dan kerahasiaan perbankan. Di sini, kesimpulan yang dapat diambil adalah laba yang bermotif (faktor ekonomi) ada dalam memilih perbankan Islam22.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Naser, Jamal, dan Al-Khatib pada tahun 1999 menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi konsumen memilih perbankan syariah adalah reputasi bank, alasan agama, persepsi bahwa perbankan Islam tidak hanya menawarkan fasilitas yang sama dengan perbankan konvensional tetapi juga menerapkan prinsip Islam, dan kemampuan perbankan untuk menjaga kerahasiaan, serta laba. Pada saat yang sama, faktor-faktor motivasi konsumen untuk memilih baik bank Islam maupun konvensional untuk melakukan diversifikasi investasi dan pembatasan cabang perbankan Islam dan pelayanan waktu. Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa konsumen memilih perbankan Islam, karena faktor agama dan laba (faktor ekonomi)23.

Suatu penelitian yang telah dilakukan di Inggris untuk mempelajari perilaku pengguna jasa perbankan dalam kelompok muslim, terutama sikapnya terhadap pemberlakuan bunga memberikan hasil bahwa dari responden yang tidak pernah meminjam uang, hanya sekitar 23% yang tidak mau meminjam karena menolak adanya pemberlakuan bunga dalam pinjaman24.

E. Metodologi Penelitian

22

Erol, Cengiz, and Radi El-Bdour, 1989. “Attitudes, Behaviour and Patrinage

Factors of Bank Customers Towards Islamic Banks”, International Journal Banking and Marketing, Vol.7 No.6 : 31-37.

23

Kamal, Naser, Jamal, Ahmad, and Khalid Al-Khatib “Islamic Banking: A

Study of Customer Satisfaction and Preferences in Jordan”, The International Journal of Banking Marketing for the Financial Services Sector, Vol.17 No.3, 1999, 135-150.

24

Anny Ratnawaty, Bank Syariah: Potensi, Prefensi dan Perilaku Masyarakat di Wilayah SUMUT (Medan: kerjasama Biro Perbankan Syariah-BI dengan LP-IPB,2003), 4.


(22)

Untuk mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat terhadap produk murabahah di perbankan, maka dibutuhkan suatu metode analisi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya25. Metode deskriptif menurut Revers sebagaimana yang dikutip oleh Husein umar adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu26.

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bank syariah yang berkedudukan diwilayah Pekanbaru yaitu Bank Muamalat Indonesia. Adapun produk yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah pembiayaan murabahah.

2. Metode Penentuan Sampel

Mengingat keterbatasan sumber daya dalam perlaksanaan penelitian ini, maka upaya pengambilan sample didasarkan pada model probability sampling dengan teknik random sampling yaitu metode pemilihan sampel secara acak sederhana kepada nasabah pembiayaan murabahah27.

Sementara penentuan sampel dari populasi tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut28:

Keterangan:

N n : Ukuran Sampel n = N : Ukuran Populasi

25

Sugiyono, Metode Penelitian bisnis. Cet ke-9 (Bandung: Alfabeta, 2006), 142.

26

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), 22.

27

Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitan Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002), 124.

28

Husein Umar, Strategic Management In Action (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), 146.


(23)

1 + N (e)2 e :persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel (10%)

3. Metode pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu: a. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan29. Sedangkan obyek dalam penelitian adalah masyarakat yang menjadi nasabah pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia. Penyebaran kuesioner ini dilakukan pada tanggal 7 sampai 18 maret 2011.

b. Kuesioner

Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab30.Disain pokok-pokok isi kuesioner penelitian meliputi aspek demografi, aktifitas penggunaan jasa perbankan, dan perilaku masyarakat. Aspek demografi terdiri dari: (1) jenis kelamin (2) Agama, (3) usia, (4) pendidikan terakhir, (5) penghasilan, (6) jenis pekerjaan. Aktifitas penggunaan jasa perbankan meliputi: (1) pengetahuan, kesan, (2) lokasi bank, (3) Brand Image,pelayanan dan pemasaran. Sedangkan aspek perilaku terdiri dari (1) afeksi, (2) perbandingan, (3) motivasi dan sikap.

Untuk memperoleh data primer (hasil penelitian lapangan), baik yang berkaitan dengan variabel bebas maupun variabel terikat, setiap variabel terlebih dahulu dijabarkan ke dalam bentuk dimensi, kemudian dioperasionalkan ke dalam indikato-indikator. Setiap indikator dirinci kepada setiap item dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pada instrument kuesioner, lalu diukur dengan skala likert, Skala likert sendiri digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini

29

Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, cet ke-1 (Bandung: Alfabeta, 2004),104.

30


(24)

telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Setia jawaban nantinya dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata yang terdiri dari 5 poin31 (1, berarti Sangat Tidak Setuju; 2, berarti Tidak Setuju; 3, berarti Netral/Ragu-ragu; 4, berarti Setuju; dan 5, berarti Sangat Setuju), yang mempunyai gradasi dari sangat negatif sampai sangat positif. Sedangkan kisi-kisi instrument penelitian untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel berikut:

31


(25)

Tabel 1.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

4. Metode Analisis

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan model deskriptif analisis. Teknik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data karakteristik responden, dimensi-dimensi yang mempengaruhi persepsi serta dimensi-dimensi-dimensi-dimensi yang mempengaruhi perilaku. Metode ini dimulai dengan memberikan scoring dan kode. Selanjutnya data-data tersebut dianalisa secara obyektif dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

Variabel Dimensi Teori Indikator No. item

PERSEPSI 1.Faktor Pribadi 2.Faktor lingkungan 3.Faktor Obyek Stephen P. Robbin Stephen P. Robbin Stephen P. Robbin 1.Pengetahuan 2.Kesan lokasi

1.Brand image 2.Pelayanan 3.pemasaran 1,2 3,4,5,6,7, 8 9 10,11,12, 13,14, 15,16,17, 18,19,20 PERILAKU 1.Pribadi 2.Sosial Ekonomi 3.Faktor Psikologi Philip Kotler Philip Kotler Philip Kotler dan Amstrong Kepribadian dan konsep diri Kel. Acuan (Perbandingan) 1.Motivasi 2.sikap 1,2 3,4,5,6,7 8,9,10,11,12, 13, 14,15,16,17, 18,19,20


(26)

1. Validitas dan Reabilitas

Sebelum melakukan analisis data-data penelitian, uji validitas dan reabilitas perlu dilakukan. Pengujian instrument penelitian ini menggunakan uji validitas dan reabilitas Alpha dengan bantuan program SPSS (Statistics Package for Social Sciences)32.

Adapun langkah proses validitas dan reliabilitas adalah: Pengambilan keputusan

a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka variabel tersebut valid.

b. Jika r hasil negative, serta r hasil < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid.

2. Analsis deskriptif statistic

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan secara detail masing-masing variabel dalam penelitian ini. Beberapa teknik analsis statistic deskriptif yang akan digunakan antara lain: Modus, Median dan Mean.

a. Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata (mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok tersebut, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut33.

b. Median

Median adalah salah satu teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari yang besar sampai yang terkecil34. Median digunakan untuk mengetahui kecenderungan responden terhadap variabel faktor-faktor persepsi dan variabel faktor-faktor perilaku.

c. Mode (Modus)

Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang sedang popular (yang menjadi mode) atau nilai yang

32

Sofyan Yamin, Heri Kurniawan, SPSS Compelete: Tek\nik Analisasi Statistik Terlengkap dengan Software SPSS (Jakarta: Selemba Infotek, 2009).

33

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2007), 48. 34


(27)

sering muncul dalam kelompok tersebut35. Modus digunakan untuk mengetahui kecenderungan mayoritas responden terhadap variabel faktor-faktor persepsi dan perilaku.

3. Analisis faktor

Analisis faktor berfungsi melayani tujuan keiritan upaya ilmiah, yaitu memberitahukan tes-tes yang tepat dan serasi atau sama tujuannya dan sejauh manakah kesamaan itu. Dengan demikian dapat mengurangi banyaknya variabel yang harus diteliti36. Untuk mengetahui faktor

– faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi dan perilaku masyarakat dalam memilih pembiayaan dibank syariah digunakan analisis faktor. Model analisis faktor yang digunakan adalah sebagai berikut37:

Keterangan:

1. Zjk = skor standar dari personil k pada variabel j 2. αij = faktor loading dari variabel j pada faktor k

3. Fik = skor faktor dari personil k pada faktor 1 dalam bentuk skor standar

4. αsj = faktor loading dari variabel j pada faktor yang spesifik 5. Ssk = skor faktor dari personil k pada faktor yang spesifik.

F. Defenisi Konsepsional

Defenisi konsepsional merupakan sarana penjelasan tentang judul yang sedang dibahas dalam penelitian tesis ini dan sangat berguna untuk dapat mempertegas arti kata demi kata yang dimaksud dalam judul:

“Persepsi dan perilaku Masyarakat terhadap pembiayaan murabahah ”

1. Persepsi menurut Kotler adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengelola dan menafsirkan suatu input

35

Sugiono, Statistika Untuk Penelitian, 50.

36

Fred N. Kerlinger, Foundation of Behavioral Research Third edition

(Yogyakarta: UGM Press, 2006), 1000. 37

Bennet Spencer & David Bowers, An Introduction to Multivariate Techniques for Social and Behavioral Sciences (New York: John Wiley & Sons, 1978), 146.


(28)

informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang memiliki arti. Persepsi ini tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Ketiga poin inilah yang menjadi elemen dasar terjadinya persepsi38.

2. Perilaku masyarakat menurut David Loudon ialah suatu proses keputusan dengan kegiatan fisik individu terikat dalam mengevaluasi, perolehan, penggunaan atau mendapatkan barang dan jasa39.

3. Murabahah berasal dari kata ribhn yang artinya keuntungan sedangkan kata murabahah sendiri adalah bentuk isim maful secara bahasa berarti pembagian keuntungan sedangkan pengertian secara

syar‟iy adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus

atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujur40.

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan tesis ini dituangkan bab per bab secara garis besar masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan uraian sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yang mencangkup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua, pembahasan tentang wawasan persepsi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah baik itu faktor-faktor yang menentukan persepsi ataupun perilaku masyarakat terhadap bank syariah, dan wawasan tentang bank syariah, serta persepsi masyarakat terhadap bank syariah di Timur Tengah, Inggris, Amerika, Singapura, Malaysa dan juga Indonesia .

Bab ketiga, membahas tentang pembiayaan murabahah di bank syariah, dari jenis pembiayaan, fungsi dan unsurnya, prosedur dan tahapan praktek pembiayaan murabahah di bank syariah, dan cara penyelesaian sengketa terhadap pembiayaan murabahah di bank syariah.

38

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control 11th edition (New Jersey: Prentice – Hall International Inc, 2003), 197.

39

David Loudon & Della Bitta, Albert J, Consumer Behavior : Concept and Applications 4th edition (USA: McGraw-Hill, 1993), 5.

40


(29)

Bab keempat, hasil dari analisis persepsi dan perilaku masyarakat terhadap pembiayaan murabahah di Bank Muamalat Indonesia. Hasil itu mencakup demografi responden secara umum. Karakteristik masyarakat yang akan dijadikan sampel. Hasil Persepsi masyarakat dengan uji validitas dan reabilitis,analisis faktor yang mempengaruhi persepsi. Begitu juga dengan hasil perilaku masyarakat dengan uji validitas dan reabilitis,serta analisis faktor yg mempengaruhinya.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.


(30)

(31)

BAB II

WAWASAN PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARKAT TERHADAP BANK MUAMALAT INDONESIA

PEKANBARU

A. Wawasan Tentang Persepsi

Manusia sadar atau tidak, secara konstan menerima rangsangan dari dunia luar melalui panca inderanya. Panca indera pada manusia terdiri dari mata untuk merespon gelombang cahaya, telinga menerima hantaran suara, kulit merespon temperatur dan tekanan dari objek yang disentuh, hidung menghirup bau dan lidah merasakan sesuatu yang manis, pahit, pedas tawar dan seterusnya. Seluruhnya memberi informasi penting tentang objek dan peristiwa yang terjadi pada seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Melalui panca indra manusia memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya. Tanpa alat indra yang disebutkan, manusia sama. Bahkan sama dengan mahluk ciptaan lain41.

Persepsi merupakan suatu hal penting untuk melihat citra dan reputasi suatu perusahaan atau suatu lembaga. Citra tersebut dibentuk atau dihasilkan dari komunikasi pemasaran yang efektif dan strategik. Sedangkan kualitas citra tersebut tergantung pada reputasi yang disandang oleh perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Terujinya kualitas suatu citra tidak terlepas dari beberapa faktor seperti usia, pengalaman, konsistensi, makna dan lingkungan makro42.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ditemukan makna persepsi yang berarti pemahaman, penafsiran dan tanggapan individu proses untuk mengingat atau mengidentifikasi sesuatu43. Persepsi menurut Kotler adalah proses yang digunakan seorang individu untuk memilih, mengelola dan menafsirkan suatu input informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang memiliki arti. Persepsi ini tidak hanya tergantung

41Muh Fadhail Rahman, “Hubungan

Persepsi Civitas Akademika terhadap Perilaku Untuk Menjadi Nasabah Pada Perbankan Syariah” (Tesis UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta,2005), 42.

42

Abdul Gafur, “Persepsi dan Perilaku Pedagang Etnik Tionghoa di Mangga Dua Terhadap Bank Syariah” (Tesis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), 19.

43

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Tim Pustaka Phoenix,2007) cet ke-2, 663.


(32)

pada rangsangan fisik tetapi juga rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Ketiga poin inilah yang menentukan sebuah persepsi44.

Menurut Bilson Simamora persepsi adalah bagaimana kita melihat dunia sekitar kita. Secara formal lebih lanjut menurutnya, persepsi didefenisikan sebagai suatu proses, dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan stimulasi kedalam gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh45.

Kaplan menyebutkan dalam bukunya persepsi adalah salah satu dari bentuk pemikiran manusia, sedangkan disisi lain adalah kepercayaan. Persepsi dapat dianggap sebagai penyebab dan berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Persepsi yang difungsikan sebagai salah satu alat problem solving dapat menjadi sarana jitu jika dimaksimalkan perannya. Semakin banyak alternatif persepsi yang ada dalam pikiran manusia dalam menghadapi persoalan-persoalan kehidupan, maka akan semakin kaya pula kemungkinan-kemungkinan untuk menyelesaikan masalah dengan baik, demikian pula sebaliknya46.

Persepsi menurut J.P.Chaplin diartikan kedalam lima kategori yaitu47: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. (2) Kesadaran dari proses-proses organisme. (3) (Ticher) satu kelompok pengindraan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu. (4) Variabel-variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan berasal dari kemampuan seorang untuk melakukan pembedaan di antara perangsang-perangsan. (5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

1. Proses Terbentuknya Persepsi

44

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, implamentation, and Control, 11th edition (New Jersey: Prantice- Hall International Inc,2003), 197.

45

Bilson Simamora, Panduan Riset Prilaku Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2002), 102.

46

Robert S. Kaplan and David P. Norton, Strategy Maps (Boston: Harvard Bussiness School, 2004), 209.

47

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap (Jakarta; PT Raja GrafindoPersada, 2004), Cet. 9, Ed.1, 359.


(33)

Dalam psikologi kontemporer secara umum persepsi yang terbentuk dari stimuli-stimuli diberlakukan sebagai suatu variabel campur tangan (intervening variable), bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor-faktor motivasional. Untuk memudahkannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini48:

Gambar 2.1: Proses Pembentukan Persepsi Sumber: Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi, (2000)

Persepsi pada prinsipnya adalah memberikan arti kepada berbagai data, terdapat beberapa persepsi yang dapat mempengaruhi penafsiran. Diantaranya adalah perangkat persepsi, nilai-nilai atau kepercayaan yang dianut individu akan mempengaruhi persepsi yang diterima. Kepercayaan dan pendapat-pendapat, dapat disebut sebagai perangkat-perangkat persepsi. Persepsi lain yang mempengaruhi penafsiran adalah pembelaan persepsi, apabila terdapat data atau rangsangan – rangsangan yang diterima individu bertentangan dengan nilai dan keyakinan yang dimiliki, maka individu melakukan apa yang disebut persepsi dengan mekanisme menolak data yang diterima, memodifikasi data, pembenaran sikap dan kepercayaan dan data itu pasti diterima49.

48

Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi (Jakarta:FKM UI, 2000), 14. 49

Rita Damayanti, Dasar-dasar Psikologi , 15.

Proses Belajar Pengalaman

Lingkungan

Interpretasi PERSEPSI

Proses Pengorganisasian Seleksi

Input Rangsangan


(34)

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Penjelasan lebih lengkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi datang dari Robbins. Dia menjelaskan faktor-faktor yang dapat membentuk atau yang dapat memutarbalikkan persepsi seseorang adalah pertama, pelaku persepsi (perceiver). Bila seseorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari perilaku persepsi individual tersebut. Di antara karakteristik pribadi yang lebih relevan mempengaruhi pelaku persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi).

Kedua, target, karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terpencil, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.

Ketiga, situasi, merupakan konteks di mana kita melihat objek-objek atau peristiwa-peristiwa50. Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi manusia. Berikut skema yang bisa digambarkan:

50

Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition (New Jersey: Prentice-Hall International, 2001), 124.

Situasi:  Waktu

 Keadaan/Tempat Kerja  Keadaan Sosial

Pelaku persepsi:  Sikap

 Motif  Kepentingan  Pengalaman  Pengharapan

Objek/Target:  Hal Baru  Gerakan  Bunyi  Ukuran  Latar Belakang  Kedekatan


(35)

Gambar 2.2: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi51 Sumber: Stephen P. Robbin, Organizational Behavior, 9th Edition, (2001)

Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi persepsi yaitu52:

1. Membedakan stimulus, satu hal yang sangat penting bagi pemasar adalah mengetahui bagaimana nasabah bisa membedakan perbedaan antara dua stimuli atau lebih. Apakah nasabah merasakan perbedaan merek berdasarkan rasa, perabaan, harga dari bentuk kemasan produk agar berbeda dari yang lainnya. 2. Tingkat ambang batas (threshold level), kemampuan nasabah

untuk mendeteksi perbedaan dalam suara, cahaya , bau atau stimuli yang lainnya. Ditentukan oleh tingkat ambang batasnya. Ada dua jenis threshold yaitu, Absolute threshold dan Differential threshold.

3. Persepsi bawah sadar (subliminal Perception), pemasar (bank) selalu berusaha menciptakan pesan diatas tingkat ambang batas kesadaran konsumen. Para peneliti menemukan bahwa nasabah(konsumen) sebenarnya mampu memberikan respons atas informasi ataupun pesan yang datang pada bawah sadarnya. Artinya, ketika nasabah dirangsang oleh suatu pesan, sebenarnya nasabah tidak menyadari akan keberadaan pesan tersebut, namun alam bawah sadarnya mampu menangkapnya. Dengan demikian stimulus (pesan) tersebut dibawah tingkat ambang batas kesadaran nasabah.

51

Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 9th Edition, 126.

52

Michael R. Solomon, Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. 3th edition (New Jersey: Prentice-Hall International, 1996), 67.


(36)

4. Tingkat adaptasi, suatu konsep yang berkaitan erat dengan ambang batas absolut adalah adaptasi. Hal ini terjadi ketika nasabah sudah merasa terbiasa dan kemudian tidak mampu lagi, maka ketika itu juga ambang batas absolutnya berubah. Tingkat adaptasi terjadi ketika konsumen tidak lagi memperhatikan stimulus yang berulang-ulang.

5. Generalisasi stimulus, terjadi ketika nasabah melihat dua stimulus atau lebih yang mempunyai kesamaan (mempunyai hubungan yang dekat), dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, oleh karena itu dapat disubstitusikan.

B. Wawasan Tentang Perilaku

1. Pengertian perilaku

Secara spesifik perilaku dapat diartikan sebagai padanan kata dari behavior yang mempunyai arti cara bertindak, bersikap dan memberi respon terhadap seseorang atau suatu objek.

Green dalam bukunya yang berjudul Measurment of human behavior menjelaskan bahwa perilaku adalah kegiatan manusia atau makhluk hidup lainnya yang dapat dilihat secara langsung pada saat tertentu di suatu tempat53. Sedangkan Djamaluddin Ancok menyatakan hubungan antara pengetahuan, sikap, niat dan perilaku adalah bahwa adanya pengetahuan akan manfaat terhadap suatu hal, menyebabkan orang mempunyai sikap positif akan hal terhadap hal tersebut. Selanjutnya dengan sikap itu akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung apakah orang itu mempunyai sikap terhadap kegiatan tersebut. Adanya niat untuk

kegiatan tersebut akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan. Kegiatan yang sudah dilakukanlah yang disebut dengan perilaku54.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Gibson juga berpendapat bahwa perilaku timbul karena suatu sebab, perilaku diarahkan kepada tujuan, perilaku yang diamati masih dapat diukur, perilaku yang tidak langsung dapat diamati (seperti berfikir

53

E.B. Green, Measurment of human behavior (New York: P.S. The Odessey PRess, 1971)

54

Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran (Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1987)


(37)

dan persepsi) juga penting dalam mencapai tujuan, serta perilaku bermotivasi55.

Kotler menyatakan empat karakteristik atau faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu yang pertama faktor budaya56. Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku masyarakat. Hal ini karena budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.

Budaya merupakan suatu petunjuk arahan pada fase pemecahan masalah di masyarakat untuk memuaskan kebutuhan psikologis, personal dan sosial. Sub-budaya adalah bagian kecil dari budaya atau kelompok orang yang mempunyai sistem sama berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Sub-budaya termasuk nasionalitas, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Sedangkan kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relative permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah laku yang serupa. Dalam konteks kultural, jika suatu produk tidak dapat lagi diterima karena nilainya tidak dapat lagi memuaskan kebutuhan maka masyarakat harus siap merevisi penawarannya.

Kedua adalah faktor sosial57. Perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status sosial masyarakat. Kelompok kecil merupakan orang atau kelompok yang berperan sebagai titik referensi dari individu untuk membentuk nilai, sikap serta perilaku baik secara umum maupun khusus. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.

Keluarga adalah orang atau pihak yang dihubungkan karena pertalian darah atau keturunan dengan perkawinan. Anggota keluarga dapat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat. Keterlibatan suami istri sangat bervariasi menurut kategori produk dan menurut tahap proses pembelian. Peran dan status sosial konsumen yaitu seseorang individu mempunyai tugas peranan yang berbeda saat berpatisipasi dalam keluarga ataupun organisasi. Seseorang individu mempunyai peranan beragam dalam keluarga.

55

Gibson, Ivancenich, Donnely, Organisasi: Perilaku Sturuktur Proses,

(Terjemah dari Organizations, 5th Edition) (Jakarta: Erlangga, Cet ke-7, 1994). 56

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implamantation, and Control, 11th (New Jersey: Prentice-Hall International Inc, 2003), 147.

57

Philip Kotler, Marketing Management: Analysis, Planning, Implamantation, and Control, 148


(38)

Ketiga adalah faktor pribadi58. Keputusan pembelian juga dipengaruhi berbagai karakteristik dari individu itu sendiri. Mulai dari umur dan tahap daur hidup. Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabotan, rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahapn yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya pekerjaan kasar cenderung membeli lebih banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor lebih banyak membeli jas dan dasi. Situasi ekonomi, kondisi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk.

Gaya hidup, orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, pekerjaan yang sama mungkin mempunyai gaya hidup yang jauh berbeda. Gaya hidup adalah pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam psikografiknya. Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan pola beraksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian seseorang yang jelas mempengaruhi perilaku membelinya. Kepribadiannya mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respon yang relative konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan sekitarnya.

Terakhir adalah faktor psikologi59. Pilihan barang yang dikonsumsi seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yang penting. Motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap. motivasi adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tadi. Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu saat. Kebutuhan biologis, yang muncul dari keadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau merasa tidak nyaman. Setalah itu kebutuhan psikologis, yang sering muncul dari kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebanyakan dari kebutuhan ini tidak cukup kuat memotivasi seseorang supaya berindak pada suatu saat. Kebutuhan berubah menjadi motif kalau merangsang sampai tingkat intensitas yang mencukupi.

Keyakinan dan sikap. melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini pada waktunya, akan mempengaruhi perilaku konsumsi. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Orang yang

58

Philip Kotler and Gary Amstrong, Principles of Marketing, (Jakarta: Prenhallindo, 1997), 150.

59


(39)

mempunyai sikap terhadap agama, politik, pakaian, dan hampir segala sesuatu yang lain. Sikap mengenai evaluasi, perasaan, dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu objek atau ide yang relatif konsisten.

Gambar 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen Sumber: Philip Kotler dan Gery Amstrong, Principles of Marketing (1997)

Sedangkan menurut Green ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu60:

1. Faktor dasar (predispotitioning factor) meliputi kebiasaan, kepercayaan, tradisi dan pengalaman.

2. Faktor pendukung (Enabling factor) meliputi pendidikan, sosial, ekonomi, pekerjaan, ketersediaan fasilitas.

3. Faktor pendorong (Reinforcing factor) meliputi sikap dan pengalaman.

C. Wawasan Tentang Bank Syariah

1. Lahirnya bank syariah

Perkembangan perbankan syariah merupakan fenomena yang menarik kalangan akademisi maupun praktisi dalam 20 tahun terakhir. Tak kurang IMF juga telah melakukan kajian-kajian atas praktek perbankan Islam sebagai alternatif sistem keuangan internasional yang

60

E.B, Green, Measurment of human behavior (New York: P.S. The Odessey Press, 1971)

Budaya

Budaya Sub-budaya Kelas sosial

Pribadi

Umur dan tahap daur hidup Pekerjaan Situasi ekonomi Gaya hidup Kepribadian dan konsep diri

Psikologi

Motivasi Persepsi Pengetahuan Keyakinan dan sikap

Sosial

Kel. Acuan Keluarga Peran dan status


(40)

memberikan peluang upaya penyempurnaan sistem keuangan internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis dan keterpurukan ekonomi akibat lebih dominannya sektor finansial dibanding sektor riil dalam hubungan perekonomian dunia

Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu, menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum muslim, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak zaman Rasulullah saw61.

Awalnya bermula dari beroperasinya Mith Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963 dan ini merupakan tonggak sejarah perkembangan Sistem Perbankan Syariah. Kemudian pada tahun 1967 pengoperasian Mith Ghamr diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir disebabkan adanya kekacauan politik. Walaupun Mith Ghamr sudah berhenti beroperasi sebelum mencapai kematangan dan menyentuh semua profesi bisnis, keberadaannya telah memberikan tanda positif bagi masyarakat muslim pada umumnya, dengan diperkenalkannya prinsip - prinsip Islam yang sangat applicable dalam dunia bisnis modern62.

Konferensi Negara-negara Islam sedunia yang diselenggarakan tanggal 21-27 April 1969 di Kuala Lumpur menghasilkan beberapa keputusan yang terkait dengan perkembangan bank syariah dunia. Perkembangan selanjutnya adalah berdirilah Islamic Development Bank (IDB), yang didirikan atas prakarsa dari hasil sidang menteri luar negeri Negara Negara OKI di Pakistan tahun 1970, Libya tahun 1973, dan Jeddah tahun 1975. Dalam sidang tersebut diusulkan penghapusan suatu sistem keuangan berdasarkan Bunga dan menggantinya dengan Sistem Bagi Hasil. Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara negara

Islam untuk mendirikan suatu lembaga keuangan syari‟ah. Pada akhirnya

tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an bank syari‟ah mulai bermunculan di Mesir, Sudan, Negara Negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, dan Turki. Secara umum lembaga keuangan Syariah secara internasional diklasifikasikan menjadi dua yaitu bank komersial (Islamic commercial Bank) dan lembaga investasi dalam bentuk International Holding Company. Pada tahun 1984 telah berkembang 5 bank Islam di

61

Adiwarman A.Karim, Bank IslamL Analisis Fiqih dan Keuangan, 18.

62

Muhammad Imran Ashraf Ustmani, Meezan Bank‟s Guide To Islamic


(41)

Negara non muslim (Inggris, Swiss, Cyprus, Luxemburg, dan Denmark), dan 23 bank Islam di Negara-negara Islam63.

Perkembangan bank Syariah ini telah menarik bank-bank konvensional untuk menawarkan produk-produk syariah, misalnya dengan Islamic windows di Malaysia, Islamic transaction di cabang bank Mesir, dan Islamic services di cabang bank perdagangan Arab Saudi. Tahun 1996, Citibank mendirikan Citi Islamic Investment Bank di Bahrain yang berprinsip pada wholly-owned subsidiary. Produk investment banking yang islami juga ditawarkan oleh beberapa fund management internasioal seperti the Wellington Management Company (Amerika), Oasis International equity Fund (Inggris), State Street Investment Management (Amerika), Hongkong-Shanghai Banking Corporation (HSBC-London) dan ANZ Bank (Melbourne-London). Disisi lain, pengguna jasa bank syariah dari non muslim juga sudah berkembang, misalnya KFC, Xerox, General Motor, IBM, General Electric, dan Chrysler64.

Dengan berkembangnya bank bank syari‟ah di Berbagai Negara

Negara Islam lainnya, Di Indonesia rintisan praktek perbankan syariah dimulai pada awal periode 1980-an, melalui diskusi-diskusi bertemakan bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam pengkajian tersebut, untuk menyebut beberapa, di antaranya adalah Karnaen A Poerwataatmadja, M Dawam Rahardjo, AM Saefuddin, dan M Amien Azis. Sebagai gambaran, M Dawam Rahardjo

dalam tulisannya pernah mengajukan rekomendasi Bank Syari‟at Islam

sebagai konsep alternatif untuk menghindari larangan riba, sekaligus berusaha menjawab tantangan bagi kebutuhan pembiayaan guna pengembangan usaha dan ekonomi masyarakat. Jalan keluarnya secara sepintas disebutkan dengan transaksi pembiayaan berdasarkan tiga modus, yakni mudlarabah, Musyarakah dan Murabahah65.

Prakarsa lebih khusus mengenai pendirian Bank Islam di Indonesia baru dilakukan tahun 1990. Pada tanggal 19 – 22 Agustus tahun tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang

63

Khursyid Ahmad, Islamic Finance And Banking, Plan Field (The lslamic Society of North America,1999) 21.

64

Fies UMY, Sejarah Bank Syari‟ah (2009),

hhtp://fiesumy.blogspot.com/2009/01/sejarah-bank-syariah.html

65

Moch. Yazid Afandi, Aspek Legal Perbankan Syariah di Indonesia, (2011) http://www.ibnussite.com/aspek-legal-perbankan-syariah-di-indonesia.html


(42)

menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak yang terkait. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991.

Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-. Sampai bulan September 1999, BMI telah memiliki lebih dari 45 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia66. sedangkan untuk tahun 2010 secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS. Selain itu, jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah sebanyak 1,640 unit. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan syariah juga telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten/kota di 33 provinsi. Dari segi aset, perkembangan perbankan syariah meningkat secara signifikan, dari Rp 20,880 miliar (2005) menjadi Rp 83,454 miliar (September 2010). Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 63,912 miliar dan jumlah pembiayaan sebesar Rp 60,970 miliar67.

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi

66

Veithzal Rivai, Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis, Namun Solusi Dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 105.

67

Ali Rahma, Outlook Ekonomi Syariah 2011, (2011) http://blogekonomisyariah.wordpress.com/2011/01/01/outlook-ekonomi-syariah-2011/


(43)

keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan68.

Dalam pendirian BMI telah ditetapkan sebagai perusahan terbatas (perseroan) dengan ketetapan akta notaris karena sudah memenuhi syarat-syarat finansial maupun yuridis. Adanya struktur kepengurusan bank yang telah ditentukan oleh peraturan pemerintah dimana adanya dewan syariah yang tidak ditemukan dibank konvensional. Dewan syariah yaitu lembaga yang berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan69.

2. Dasar Operasional Bank Syariah

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas

68

Lihat UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah

69

MUI, Tentang Dewan Syariah Nasional (2009) http://www.mui.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=55:tentang-dewan-syariah-nasional&catid=39:dewan-syariah-nasional&Itemid=58


(44)

kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro.

Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Yaitu shiddiq, amanat, tablygh, dan fat}onah. Selain itu, dimensi keberhasilan bank syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long term oriented) yang sangat memerhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses, dan kemanfaatan hasil70.

Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi syariah akan menjadi dasar beroperasinya bank syariah yaitu yang paling menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan atau kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.

Didalam menjalankan operasinya fungsi bank syariah terdiri dari71:

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank. 2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik

dana / sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi)

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan ( fungsi optional ).

70 Za‟tari, Alauddin,

Al-Mas}a>rif Al-Islamiyyah Wa Ma>dha> Yajibu An

Yu‟rafa „Anha> ( Damaskus: Dar Ghar Hira, 2006).

71

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, (2011) http://www.vibiznews.com/1new/knowledge/syariah/PRINSIP%20DASAR%20OPER ASIONAL%20PERBANKAN%20SYARIAH.pdf


(45)

Dari fungsi tersebut maka produk bank syariah akan terdiri dari 72:

Tabel 2.1 : Dasar Prisip Produk Perbankan Syariah dalam Praktek

PRODUK/JASA PRINSIP SYARIAH

Penghimpunan Dana

1. Giro 1. Wadiah

2. Mudharabah 2. Tabungan Syariah 1. Wadiah

2. Mudharabah

3. Deposito Mudharabah

Penyaluran Dana

1. Pembiayaan mudharabah 1. Mudharabah

2. Mudharabah Muthlaqah 3. Mudharabah Muqayyadah 2. Pembiayaan Musyarakah Musyarakah

3. Pembiayaan Murabahah Murabahah 4. Pembiayaan salam Salam

5. Pembiayaan Ististhna‟ Istishna‟

6. Pembiayaan Ijarah Ijarah 7. Pembiayaan Qardh Qardh 8. Pembiayaan Multijasa 1. Ijarah

2. Kafalah Pelayanan

1. Letter of Credit (L/C) impor syariah

1. Wakalah bil Ujroh 2. Kafalah

2. Bank Garansi Syariah Kafalah 3. Penukaran Valuta Asing

(Sharf)

Sharf

Sumber: Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah73

Seperti telah disebutkan di atas, bank syariah adalah lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas investasi atau jual beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan perbankan bagi para nasabah. Mekanisme kerja bank syariah adalah sebagai berikut. Bank syariah melakukan kegiatan

72

Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah 2011. 73

Lihat, Bank Indonesia, Kodifikasi Produk Perbankan Syariah,(2011) www.bi.go.id


(46)

pengumpulan dana dari nasabah melalui deposito atau investasi maupun titipan giro dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian diinvestasikan pada dunia usaha melalui investasi sendiri (non-bagi hasil/trade finan-cing) dan investasi dengan pihak lain (bagi basil/investment financing). Ketika ada hasil (keuntungan), maka bagian keuntungan untuk bank dibagi kembali antara bank dan nasabah pendanaan. Di samping itu, bank syariah dapat memberikan berbagai jasa perbankan kepada nasabahnya.

3. Aspek Legal Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Meski wacana bank syari‟ah sudah mengemuka di Indonesia

sejak tahun 70-an, tetapi secara formal kelembagaan saat itu belum mendapatkan respon yang baik dari pemerintah sebagai pemegang tunggal kebijakan. Baru di era 90-an wacana tersebut mendapatkan respon yang baik dengan diterbitkannya UU No 7/1992. namun demikian, keberadaan UU tersebut sebagai satu-satunya payung hukum praktek perbankan syariah ketika itu masih belum dapat memberikan ruang gerak secara maksimal. Beberapa kelemahan masih banyak ditemukan dalam UU tersebut.

Seiring dengan perkembangan yang terjadi, para pemerhati

perbankan syari‟ah terus melakukan evaluasi terhadap kelemahan UU perbankan syari‟ah yang telah ada dan menerbitkan berbagai peraturan terbaru. Maka, muncullah UU No. 10/1998 dan berbagai peraturan lain yang dikelaurkan oleh Lembaga pemegang otoritas tertinggi moneter Indonesia, Bank Indonesia. Semua peraturan tersebut muncul atas dasar kebutuhan bagi sempurna dan leluasanya praktek perbankan syari‟ah di Indonesia.

Dengan telah diberlakukannya UU tentang Perbankan Syariah, maka terdapat 2 (dua) UU yang mengatur perbankan di Indonesia, yaitu UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Walaupun telah terdapat 2 (dua) UU yang masing-masing mengatur bank berdasarkan prinsip syariah dan bank konvensional, namun dalam masa peralihan ini masih dikenal Unit Usaha Syariah, yang membuka kesempatan bagi bank konvensional untuk melakukan kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah. Hal ini menyebabkan bank konvensional di satu sisi tunduk pada UU Perbankan (bagi kantor bank yang beroperasi secara konvensional), dan di sisi lain tunduk pada UU Perbankan Syariah (bagi UUS dan KC Syariah dari bank konvensional dimaksud). Pada umumnya sistematika pengaturan


(1)

154 Dual banking system 3,

Economic rationale 7, 30 Ezpected of profit 65 Fathonah 26

Fixed return 1 Floating market 4, 5 Gharar 26, 95

Ha>amish gha>diyah 53 al-Hiwalah 27

Ijarah 27 al-Kafalah 27

convensional loyalist 5, Limited decision making 110 Lumsum 58

Maysir 26 Mitsli 49

Margin 2, 3, 35, 37, 62, 89,91, 98, 102, 109 Marketing officer 60, 63, 64

Market share 4,

Mudharabah 3, 28, 33, 38 Musyarakah 3, 33, 46

Mura>bah}ah 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 18, 27, 31, 33, 40, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59,60, 61,62, 63,64, 65, 66, 68, 70, 71,72, 73, 74, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 131, 132

Negative spread 105 Offering Letter 60,62, Profit and Loss Sharing 1 Problem solving 20, 46, 102 Qimi 49

Shiddiq 26

Syariah loyalist 4, 5, 131 Tabligh 26

Ujrah 60


(2)

al-Wakalah 27

Wholly-owned subsidiary 24 Win-win solution 66, 105


(3)

156

GLOSARI

Applicable :Sesuatu yang dapat diterapkan

Bai‟ al-Salam :Jual beli dengan cara pemesanan, di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu

terhadap barang yang telah disebutkan spesifikasinya, dan barang dikirim kemudian, Salam biasanya dipergunakan untuk produk-produk pertanian jangka pendek. Dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai pembeli produk dan memberikan uangnya lebih dulu sedangkan para nasabah menggunakannya sebagai modal untuk mengelola pertaniannya. Dual Banking System :Diperbolehkan bank konvensional

membuka unit usaha syariah Ezpected of Profit : Perkiraan keuntungan.

Fixed Return :Penetapan keuntungan yang pasti diawal akad

Ha>amish gha>diyah : Uang tanda jadi ketika terjadi ijab qabul Al-Hiwalah :Akad pemindahan utang/piutang suatu

pihak kepada pihak yang lain. Dalam lembaga keuangan hawalah diterapkan pada fasilitas tambahan kepada nasabah pembiayaan yang ingin menjual produknya kepada pembeli dengan jaminan pembayaran dari pembeli tersebut dalam bentuk giro mundur. Ini lazim disebut Post Dated Check. Namun disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah.

Ijarah :Akad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh manfaat atas barang yang disewa. Akad sewa yang terjadi antara lembaga keuangan (pemilik barang) dengan nasabah (penyewa) dengan cicilan sewa yang sudah termasuk cicilan pokok harga barang sehingga pada akhir masa perjanjian


(4)

penyewa dapat membeli barang tersebut dengan sisa harga yang kecil atau diberikan saja oleh bank. Karena itu biasanya Ijarah ini dinamai dengan al Ijarah waliqtina‟ atau al Ijarah alMuntahia Bittamliik.

Al-Kafalah :Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam lembaga keuangan biasanya digunakan untuk membuat garansi atas suatu proyek (performance bond), partisipasi dalam tender (tender bond) atau pembayaran lebih dulu (advance payment bond).

Limited Decision making :Pengambilan keputusan yang kadang-kadang mereka tidak memiliki keterlibatan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengambilan masa lalu dari produk tersebut.

long term oriented :Oriantasi yang berjangka panjang

Lumpsum :Uang yang dibayarkan sekaligus untuk semua biaya

Margin :Besarnya keuntungan yang disepakati

antara bank dan nasabah atas transaksi pembiayaan dengan akad jual beli (murabahah). Margin pembiayaan bersifat tetap (fixed) tidak berubah sepanjang jangka waktu pembiayaan.

Mengintroduksikan : memperkenalkan

Musyarakah : Akad antara dua pemilik modal atau lebih untuk menyatukan modalnya pada usaha tertentu, sedangkan pelaksananya bisa ditunjuk salah satu dari mereka. Akad ini diterapkan pada usaha/proyek yang sebagiannya dibiayai oleh lembaga keuangan sedangkan selebihnya dibiayai oleh nasabah.

Mudharabah :Akad yang dilakukan antara pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib) dimana nisbah bagi hasil


(5)

158

disepakati di awal, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.

Negative Spread : selisih suku bunga pinjaman dengan suku bunga dana yang negatif.

Offering Letter : Dokumentasi legal berisi komitmen bank untuk membiayaai nasabah

Personal Selling :Suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi dan memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak

Profit and Loss Sharing : berbagi keuntungan dan kerugian

Viral Marketing :teknik pemasaran dengan menggunakan jaringan sosial untuk mencapai suatu tujuan pemasaran tertentu yang dilakukan melalui proses komunikasi berantai memperbanyak diri.

Problem Sloving :Cara pengatasan terhadap masalah

Al-Wakalah :Akad perwakilan antara satu pihak kepada yang lain. Wakalah biasanya diterapkan untuk pembuatan Letter of Credit, atas pembelian barang di luar negeri (L/C Import) atau penerusan permintaan.

Wholly-Owned Subsidiary :Anak Perusahaan yang dimiliki sepenuhnya

Win win Solution :Memenangkan kedua belah pihak yang bermasalah sehingga tidak ada yang merasa dirugikan


(6)

Mirawati, lahir pada tanggal 1 januari 1986 di pekanbaru. Merupakan anak pasangan dari bapak Asri dan Ibu Asni. Menamatkan Sekolah dasarnya di SD N 036 Pekanbaru pada tahun 1999. Melanjutkan pendidikan di SLTP N 13 Pekanbaru dan tamat tahun 2002. Lalu melanjutkan lagi di SMK N 1 Pekanbaru dalam bidang Bisnis Manajemen yang tamat pada tahun 2005. Pada tahun itu juga anak ke dua dari tiga bersaudara ini melanjutkan pendidikan di Strata 1 UIN Sultan Syarif Kasim Riau di Pekanbaru pada jurusan Manajemen. Pada tahun 2009 menjadi mahasiswa program S2 di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah. Sekarang ini penulis berprofesi sebagai dosen di UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.

Buku ini merupakan hasil dari penelitian tesis penulis yang berjudul PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH.