Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Definisi konsep

1.2. Perumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai penelitian adalah adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti harus merumuskan masalah dengan jelas, sehingga akan jelas darimana harus dimulai, ke mana harus pergi dan dengan apa Arikunto, 1996:19. Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Perceraian orang tua dan bagaimana akibatnya terhadap pendidikan anak.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui perceraian orang tua dan bagaimana akibatnya terhadap pendidikan anak pada etnis Batak Toba di Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa: a. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan maupun wawasan ilmiah kepada penulis dan juga pembaca mengenai fungsi dan disfungsi perceraian orang tua dan akibatnya terhadap pendidikan anak sehingga dapat memberikan sumbangan bagi Universitas Sumatera Utara pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi. Selain itu diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukannya. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa fakta- fakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan analisis penelitian sehingga memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Dan khususnya penelitian ini dapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti berikutnya.

1.6. Definisi konsep

Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide maupun gagasan Hasan, 2002:17. Untuk menjelaskan maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat di dalam penelitian ini, maka akan dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai adalah sebagai berikut. 1. Perkawinan Perkawinan adalah gabungan antara dua manusia yang awalnya mungkin mempunyai tujuan dan mimpi yang sama, atau yang merasa dapat menjalankan walau dengan perbedaan yang ada dan pemahaman yang tidak sama dan untuk keberhasilan perkawinan itu diperlukan keinginan, tekad dan usaha dari keduanya 2. Perceraian Orang tua Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Perceraian juga merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk Universitas Sumatera Utara saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri. http:www.dishidros.go.idbuletin221.html. Perceraian Orang tua yang sangat berdampak bagi anak-anaknya dan juga berpengaruh pada pendidikan anak terutama pendidikan informal anak baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Perceraian bagi anak adalah “tanda kematian” keutuhan keluarganya, rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam. Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayahibunya yang tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi. 3. Pendidikan Pendidikan adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya dan keterampilannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Pendidikan juga memberikan suatu nilai- nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam menerima hal yang baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Pendidikan juga dapat memberikan efek kepada seseorang untuk dapat menerima faktor pendorong akibat perubahan yang ditimbulkannya. 4. Pendidikan formal Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkatberjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. 5. Pendidikan informal Universitas Sumatera Utara Pendidikan Informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa. 6. Anak Anak yang melakukan pola interaksi masih secara terbatas di dalamnya harus mendapatkan peran orang-orang terdekat dengannya, karena warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut H.R. Otje Salman Soemadingrat 2002:173 perkawinan adalah implementasi perintah Tuhan yang melembaga dalam masyarakat untuk membentuk rumah tangga dalam ikatan-ikatan kekeluargaan, sama konsepnya dengan pasal 1 ayat 1 Undang- undang perkawinan No.1 tahun 1974 mengatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Emile Durkheim mengatakan bahwa “ ikatan kekeluargaan perkawinan dengan suasana tradisi dan adat-istiadat oleh karena adanya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat akan bergeser ke arah kontrak berdasarkan pengaturan oleh Negara” Doyle,1990. 1 Goncangnya lembaga perkawinan akibat dari poligami permaduan. 2 Melunturnya Cinta Suami Isteri. 3 Faktor penghambat luar keluarga yaitu keadaan ekonomi yang tidak menguntungkan, hukum perundang-undangan yang mentolerir perceraian, ledakan penduduk, keadaan sosio-psikologis yaitu perubahan fungsi ayah dari struktur patriarkhat kepada nuclear family, pandangan tentang perceraian cenderung pasif, pandangan dan praktek seks sebagai konsumsi, komersialisasi seks BKKBN, 2004. Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual dan moral yang menjadi tanggung Universitas Sumatera Utara jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Kegiatan pendidik merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan dirinya. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi. Menurut ahli sosiologi, pendidikan adalah sesuatu yang terjadi di masyarakat yang disebabkan tiga hal tentang umat manusia. Pertama, mempelajari semua yang meliputi cara hidup suatu masyarakat atau kelompok orang. Tidak ada yang diwariskan secara biologis. Kedua, manusia sangat peka terhadap pengalaman. Maksudnya, ia mampu mengembangkan rentangan kepercayaan tentang dunia sekitarnya keterampilan dalam memanipulasinya. Ketiga, bayi yang baru lahir dan dalam waktu yang cukup lama selalu tergantung pada orang lain. Ia idak mampu mengembangkan kepribadiannya tanpa banyak pertolongan orang lain, baik secara kebetulan maupun dengan sengaja. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Anak Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak secara mendasar. Menurut Hasan Langgulung ada empat bidang pendidikan yang dapat dikembangkan oleh orang tua dalam rangka pendidikan keluarga yaitu: 1. Pendidikan jasmani dan kesehatan Keluarga mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan fungsi fisiknya. Serta untuk menciptakan kesehatannya. Fungsi dari jasmani adalah memperoleh pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan, kebiasaan, dan sikap yang Universitas Sumatera Utara harus dimiliki oleh anak. Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anak-anaknya dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir pre-natal, yaitu pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat selama mengandung. 2. Pendidikan akal intelektual Walaupun pendidikan akal telah diperoleh oleh institusi khusus, tetapi peranan keluarga masih tetap penting, terutama orang tua mempunyai tanggungjawab sebelum anak masuk sekolah. Tugas keluarga dalam pendidikan intelektual adalah untuk menolong anak- anaknya, menentukan, membuka, dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, minat, dan kemampuan anaknya. Tugas yang lain adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan intelektual yang sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal tersebut. 3. Pendidikan agama dan spiritual Pendidikan agama tumbuh dan berkembang dari keluarga, sehingga peran orang tua sangat penting. Pendidikan agama dan spiritual berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri pada diri anak yang disertai kegiatan upacara keagamaan. Begitu juga memberi bekal anak-anak dengan pengetahuan agama dan sejarah, disertai dengan cara-cara pengalaman keagamaan. 4. Pendidikan sosial anak Pendidikan sosial anak melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka meningkatkan iman, memberi kasih sayang dan selalu mementingkan dan mendahulukan orang lain. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan keberadaan sekolah agar tetap lebih lama survive, diharapkan peranan orang tua cukup peka terhadap finansial, dalam arti mengembangkan semangat solidaritas. Semangat solidaritas yang harus dibangun adalah yang berkemampuan diharuskan membantu yang kekurangan, jangan sampai peserta didik Universitas Sumatera Utara yang gagal sekolah disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua membiayai sekolah anaknya. Begitu juga terhadap infrastruktur yang lain, sungguh sangat ideal jika kesadaran orang tua dan masyarakat mempunyai solidaritas sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing untuk terus-menerus menghidupi sekolah dalam banyak aspek, sehingga sekolah tersebut akan terus eksis. Keluarga diharapkan menyediakan lingkungan yang kondusif dan sekaligus sebagai sarana yang efektif untuk terjadinya proses pembelajaran. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagaimana dinyatakan Subino Hadi Subroto yaitu, bahwa keluarga hendaknya menjadi tempat tinggal yang membetahkan, menjadi tempat berbagi rasa, dan pikiran, menjadi tempat mencurahkan suka dan duka, tidak menjadi tempat bergantung bagi anak-anak akan tetapi sebagai tempat berlatih mandiri, tidak menjadi tempat menuntut hak, menjadikan tempat menumbuhkan kehidupan religius dan akhirnya menjadi tempat yang aman karena aturan main antar anggota ditegakkan. Pendidikan dalam keluarga atau di rumah tangga termasuk pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan. Pendidikan sekolah yang tidak dilembagakan yaitu proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur atau tidak sistematis sejak seseorang lahir sampai mati. Biasanya anak-anak yang berasal dari keluarga tingkat menengah menharapkan agar anak-anak mereka dapat menyelesaikan sekolah setinggi mungkin, sebab mereka mengetahui faedah pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu materi yang diajarkan dalam keluarga biasanya sesuai dengan yang diajarkan disekolah. Sebaliknya anak-anak yang berasal dari keluarga tingkat sosial rendah banyak mengalami kesulitan dalam bertingkah laku disekolah sebab nilai-nilai, tingkah laku, dan biasanya yang diajarkan dalam keluarga berbeda dengan yang diajarkan disekolah. Disamping itu orang tua mereka masih ragu-ragu tentang kegunaan atau faedah pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga dikatakan sebagai lingkungan pendidikan pertama karena setiap anak dilahirkan ditengah- tengah keluarga dan mendapat pendidikan yang pertama didalam keluarga. Dikatakan utama karena pendidikan yang terjadi dan berlangsung dalam keluarga ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pendidikan anak selanjutnya. Para ahli sependapat bahwa betapa pentingnya pendidikan keluarga ini. Mereka mengatakan bahwa apa yang terjadi dalam pendidikan keluarga, membawa pengaruh terhadap lingkungan pendidikan selanjutnya, baik dalam lingkungan sekolah maupun masyarakat. Tujuan dalam pendidikan keluarga atau rumah tangga ialah agar anak mampu berkembang secara maksimal yang meliputi seluruh aspek perkembangan yaitu jasmani, akal, dan rohani. Yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak. Dalam arti yang luas, pendidikan merupakan proses yang menghasilkan ketiga hal ini. Pendidikan adalah cara seseorang memperoleh kemampuan fisik, moral dan sosial yang dituntut daripadanya oleh kelompok tempat ia dilahirkan dan harus berfungsi. Ahli sosiologi menyebut hal ini sebagai sosialisasi. Istilah ini berlaku karena dua hal. Pertama, istilah ini menekankan bahwa proses ini bersifat sosial; prose situ terjadi pada konteks sosial, dan dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan kelompok. Kedua, segi ‘kemanusiaan’ pola perilaku dan nilai yang member ‘arti’ kepadanya, merupakan dua pusat perhatian utama sosiologi. Pendidikan merupakan pelantikan pendatang baru dalam masyarakat. Pendidikan itu berjalan terus sebagai tanggapan terhadap nilai-nilai tentang bagaimana anggotanya harus bertindak dan ide-ide tentang apa yang harus mereka pelajari. Sehubungan dengan hal ini Coombs 1973 membedakan pengertian ketiga jenis pendidikan itu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkatberjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus. b Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa. c Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya. http:zandradw.blogspot.com201111perbedaan-pendidikan-formal-informal.html diakses tgl 19 sept 2012, 07:39

II.1. Motivasi Berprestasi