Fungsi BPR Sasaran BPR Alokasi Kredit BPR Perijinan BPR

15 f. Membimbing masyarakat pedesaan untuk lebih mengenal dan memahami asas-asas ekonomi nasional. g. Membimbing para nasabah atau pengusaha kecil untuk merasa ikut handarbeni atas lembaga perkreditan pedesaan yang ada. h. Untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah disegala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pemberian pinjaman kredit dibidang usahanya.

b. Fungsi BPR

1. Menyediakan permodalan dengan sistem pengkreditan yang mudah dan mengarah pada masyarakat pedesaan. 2. Membantu modal masyarakat yang diarahkan pada peningkatan produksi. 3. Melindungi masyarakat pedesaan dari pengaruh pelepas uang. 4. Membimbing masyarakat pedesaan agar lebih mengenal dan memahami asas ekonomi dan permodalan.

c. Sasaran BPR

Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan. pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan 16 pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang rentenir dan pengijon.

d. Alokasi Kredit BPR

Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu: 1. Kemampuan debitur melunasi hutang sesuai perjanjian. 2. Memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai BMPK, dan jaminan, atau hal lain yang serupa, → tidak melebihi 30 dari modal. 3. Memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai BMPK, dan jaminan, atau hal lain yang serupa, → tidak melebihi 10 dari modal bagi keluarga dan pejabatnya.

e. Perijinan BPR

1. Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri. 2. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. 3. Memenuhi persyaratan tentang: - Susunan organisasi - Permodalan 17 - Kepemilikan - Keahlian di bidang perbankan - Kelayakan rencana kerja - Kedudukan kantor pusat BPR, dll. 4. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, propinsi, kabupaten dan kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. 5. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, propinsi, kabupaten, dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. 6. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR dilarang melakukan kegiatan usaha dalam Valas.

f. Kepemilikan BPR