1. Tinggi cm
Pengamatan tinggi bibit dilakukan selama lima bulan di rumah kaca. Hasil rataanpengamatan pertambahan tinggi bibit sukun dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Pertambahan Tinggi Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa Spons dan Penyiraman.
Ketebalan Mulsa
Interval Penyiraman Rataan
S
1
S
2
S
3
S
4
A ₀
59,03 hi 55,63 gh
30,63ab 23,96 a
42,31 ab A
₁ 51,16 fg
44,43 cd 35,10 ab
36,93 ab 41,90 a
A ₂
55,03 gh 47,66 ef
46,96 de 33,36 ab
45,75 ab A
₃ 49,70 ef
45,16 ef 44,33 cd
46,33 cd 46,38 ab
A ₄
59,33 ij 49,16 ef
49,56 ef 37,70 bc
48,93 ab A
5
69,33 k 62,36 jk
56,86 gh 46,16 cd
58,67 b Rataan
58,93 c 50,73 bc
43,90 ab 37,40 a
47,32
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa spons, pada baris rataan interval penyiraman, dan pada baris dan kolom pada interaksi antara
ketebalan mulsa spons dan interval penyiraman tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 1, pada pertambahan tinggi terdapat selisih pada setiap perlakuan ketebalan mulsa spons
dan faktor penyiraman, yaitu tinggi tanaman tertinggi di peroleh pada perlakuan mulsa spons dengan ketebalan 10 cm dikombinasikan dengan perlakuan
penyiraman 1x1 hari A
5
S
1
yaitu 69,33 cm. Untuk rataan pertumbuhan tinggi terendah terdapat pada bibit tanaman sukun dengan perlakuan kontrol
dikombinasikan dengan penyiraman 1x7 hari A S
4
yaitu 23,96 cm. Pada uji lanjutan DMRT, pertambahan tinggi menunjukkan pengaruh yang nyata dengan
perlakuan pemberian mulsa spons terbaik adalah spons dengan ketebalan 10 cm dan interval penyiraman terbaik pada 1x7 hari. Interaksi terbaik yaitu pada
kombinasi A
5
S
1.
19
Universitas Sumatera Utara
2. Diameter cm
Pengamatan diameter bibit dilakukan selama lima bulan di rumah kaca. Hasil rataanpengamatan pertambahan diameter bibit sukun dapat dilihat pada
Tabel 2: Tabel 2. Pertambahan Diameter Bibit Sukun dengan Perlakuan Mulsa Spons dan
Penyiraman.
Ketebalan Mulsa
Interval Penyiraman Rataan
S
1
S
3
S
5
S
7
A ₀
0,78 fg 0,73 ef
0,29 ab 0,22 a
0,50 ab A
₁ 0,48 bc
0,56 cd 0,37 ab
0,24 ab 0,41 a
A ₂
0,59 cd 0,59 cd
0,66 cd 0,54 bc
0,59 bc A
₃ 0,78 fg
0,71 de 0,78 fg
0,59 cd 0,71 cd
A ₄
0,83gh 0,86 hi
0,84 gh 0,68 de
0,80 d A
5
1,03 j 0,97 ij
0,69 de 0,58 cd
0,81 d Rataan
0,74 b 0,73 b
0,60 ab 0,47 a
0,63
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom rataan ketebalan mulsa spons, pada baris rataan interval penyiraman, dan pada baris dan kolom pada interaksi antara
ketebalan mulsa spons dan interval penyiraman tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5
Pada pertambahan diameter dari setiap perlakuan mulai dari minggu pertama sampai minggu ke-10 mendapatkan ukuran yang berbeda-beda. Seperti
pada Tabel 2, pertambahan diameter tertinggi ditemukan pada perlakuan mulsa spons dengan ketebalan 10 cm yang dikombinasikan dengan perlakuan
penyiraman 1x1 hari A
5
S
1
yaitu 1,03 cm. Rataan untuk diameter terkecil terdapat pada tanaman sukun dengan perlakuan kontrol dikombinasi penyiraman
1x7 hari A S
4
yaitu 0,22 cm. Pada uji lanjutan DMRT, pertambahan diameter menunjukkan pengaruh yang nyata dengan perlakuan pemberian mulsa spons
terbaik adalah spons dengan ketebalan 10 cm dan interval penyiraman terbaik pada 1x7 hari. Interaksi terbaik yaitu pada kombinasi A
5
S
1.
Universitas Sumatera Utara
3. Jumlah Daun helai