62 tersebut belum dilakukan secara intensif sehingga sehingga pendapatannya belum
maksimal. Agar dapat dilakukan intensifikasi pada lahan DAS perlu adanya debit air yang mencukupi, akses mudah, dan alat mesin pertanian yang mendukung.
Debit air pada waktu penelitian memang cenderung kecil pada saat semua petani bersama- sama menggunakan pompa air karena air yang tertampung pada
bendungan tidak sebanding dengan air yang dimanfaatkan petani. Oleh sebab itu, air yang masuk ke lahan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan bakar. Hal itu disebabkan karena tidak ada koordinasi dalam proses pengambilan air sehingga perlu adanya kelompok tani khusus yang
mengatur sistem pengairan pompa DAS. Meskipun nilai kelayakan usahatani jagung cenderung kecil, namun
usahatani tersebut tetap saja masih dijalankan. Pada usahatani kecil di daerah penelitian, hampir semua petani memiliki hewan ternak sebagai sumber penghasil
pupuk kandang sebagai masukan dalam usahatani serta sebagai tambahan pendapatan. Pendapatan tambahan yang dimaksud adalah bahwa ternak
memanfatkan sisa hasil pertanian. Sisa- sisa panen berupa daun jagung dan batang jagung adalah pakan ternak yang berlimpah. Dalam budidaya jagung, ada proses
perompesan pada beberapa fase tertentu. Daun yang di rompes ini dimanfaatkan petani untuk member makan ternak. Selain itu, disamping tegalan bedengan pada
lahan ditanami rumput gajah yang juga tumbuh subur. Rumput gajah juga dimanfaatkan petani untuk pakan ternak. Bahkan, rumput yang didapatkan selama
proses penyiangan juga dimanfaatkan oleh petani untuk pakan ternak.
63 Harga pakan ternak di daerah penelitian cukup mahal. Untuk memberi
makan 1 ekor sapi atau 3 ekor kambing, peternak harus membeli pakan minimal seharga Rp 20.000,- hari. Dalam satu musim minimal 70 hari petani tidak perlu
membeli pakan ternak. Keuntungan ini yang membuat petani tetap ingin berusahatani jagung.
64
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari ketiga kelompok usahatani, komponen biaya yang paling tinggi terdapat
pada biaya irigasi, biaya tenaga kerja, dan sewa lahan. 2.
Dari segi biaya eksplisit maupun implisit dalam skala satuan lahan yang sama, biaya usahatani dengan irigasi sumur pompa lebih tinggi. Pada
usahatani jagung, biaya usahatani dengan irigasi sumur pompa lebih tinggi dibandingkan biaya usahatani dengan irigasi pompa DAS.
3. Usahatani pada ketiga kelompok responden menguntungkan. Usahatani padi
merupakan yang paling menguntungkan. Usahatani jagung dengan irigasi sumur pompa lebih menguntungkan dibanding usahatani jagung dengan
irigasi pompa DAS. 4.
Di lihat dari keempat indikator kelayakan, usahatani padi dan jagung dinyatakan layak dengan nilai kelayakan tertinggi pada usahatani padi
sedangkan nilai kelayakan terendah pada indikator produktifitas lahan dan modal terdapat pada usahatani jagung dengan irigasi pompa DAS. Nilai
kelayakan usahatani menurut indikator produktifitas tenaga kerja pada usahatani jagung pompa DAS dan sumur pompa tidak berbeda nyata.
B. Saran
1. Tingginya biaya irigasi sebagai salah satu komponen tertinggi dalam biaya
usahatani dapat ditekan dengan alih energi misalnya alih energi dari BBM ke listrik atau dari BBM ke bahan bakar gas LPG yang lebih ekonomis.
65 2.
Biaya tenaga kerja adalah komponen biaya yang paling tinggi dalam biaya usahatani khususnya pada aktivitas tanam dan penyiangan sehingga perlu
adanya pengadaan alat dan mesin pertanian yang memudahkan petani dalam mengolah lahan. Mengingat karakteristik lahan di lokasi penelitian perlu
adanya studi untuk menentukan alat dan mesin pertanian yang paling efektif. 3.
Untuk meningkatkan pendapatan usahatani pada lahan yang cenderung sempit dengan sewa lahan yang relatif mahal perlu dilakukan intensifikasi
usahatani dengan mengoptimalkan kualitas dan kuantitas input usahatani untuk memperoleh hasil yang maksimal.
4. Mengingat keterbatasan debit air sungai di lokasi penelitian maka perlu
adanya peningkatan koordinasi pada aktivitas irigasi pompa DAS sehingga debit air yang terbatas pada DAS dapat dimanfaatkan oleh setiap petani pada
DAS secara merata dan optimal. 5.
Sungai bawah tanah yang melimpah merupakan karakteristik sekaligus potensi alam di daerah Gunungkidul. Keberadaan sumur pompa perlu terus
dikembangkan agar lebih banyak areal pertanian yang menerima manfaat dari potensi hidrologi di Gunungkidul.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, FX, Suyono dan R. Hermawan.2006. Analisis Kelayakan Usahatani Padi Pada Sistem Pertanian Organik Di Kabupaten Bantul. Dalam: Jurnal Ilmu
Pertanian. STPP, Yogyakarta.
Anonim. 1982. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tentang Irigasi. Sekretariat Negara. Jakarta.
Anonim. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tentang Irigasi. Sekretariat Negara. Jakarta.
Anonim. 2012 Peraturan Pemerintah Nomor 37 tentang Pengelolaan DAS. Sekretariat Negara. Jakarta.
Aulia, Avenia Nur.2008.Analisis Pendapatan Usahatani Padi Dan Kelayakan Usahatani Vanili Pada Ketinggian Lahan 350-800 M DplDi Kabupaten
Tasikmalaya. Skripsi. IPB, Jawa Barat.
BPBD Kabupaten Gunungkidul.2014. Pembagian Zona Kabupaten Gunungkidul. Diakses di bpbdgunungkidul.blogspot.com pada 4 Mei 2016.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul.2011. Gunungkidul Dalam Angka 2011. BPS Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. Diakses di bps.go.id pada 14 Juni 2015 pukul 08:00. BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul.2010.Laporan Updating PSETK Tirto
Handayani. BAPPEDA, Yogyakarta. Dalimunthe, Arpan.2012. Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Sistem
Irigasi Dengan Padi Sawah Sistem Tadah Hujan. Skripsi. USU, Sumatera Utara.
Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Pengairan. 1986. Standar Perencanaan Irigasi- Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP- 01. DPU,
Jakarta.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. Sistem Irigasi Pompa Air Tanah.
diakses di diperta.jabarprov.go.id pada 13 Juni 2015 pukul 02:51.