HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Hidup

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian Bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor- faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016, dengan jumlah responden sebanyak 84 orang. Selanjutnya penyajian hasil data penelitian meliputi data karakteristik responden, status gizi dalam indeks massa tubuh, tingkat stress, aktivitas fisik, siklus menstruasi dan menghubungkan setiap variabel dengan siklus menstruasi responden. 5.1.1. Analisa Univariat 1. Karakteristik Responden Hasil penelitian terhadap mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan responden semester II, IV, VI dan VIII, menunjukkan gambaran hasil penelitian tentang karakteristik responden yang mencakup usia, berat badan, tinggi badan, dan IMT. Pada tabel 1 menunjukkan gambaran bahwa mayoritas responden pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara berusia 21 tahun sebanyak 26 orang 31, dengan berat badan 51- 60 kg sebanyak 33 orang 39,3, dengan tinggi badan 151-160 cm sebanyak 48 orang 57,1, dengan IMT normal sebanyak 61 orang 72,6. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik n=84 Karakteristik Frekuensi Persentase Usia 18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun 23 tahun Berat badan 40-50 kg 51-60 kg 61-70 kg 71-80 kg Tinggi Badan 140-150 cm 151-160 cm 161-170 cm 171-180 cm IMT underweight 18,5 healthy 18,5-24,9 overweight 25,0-29,9 obese 30-39,9 10 19 23 26 5 1 41 33 8 2 21 48 14 1 13 61 9 1 11.9 22.6 27.4 31.0 6.0 1.2 48.8 39.3 9.5 2.4 25.0 57.1 16.7 1.2 15.5 72.6 10.7 1.2 Universitas Sumatera Utara 2. Kebiasaan konsumsi kafein pada mahasiwi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian, responden mayoritas mengkonsumsi kafein dalam tingkat sedikit sebanyak 74 orang 88.1. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase responden kebiasaan konsumsi kafein pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara n=84 Konsumsi minuman berkafein Frekuensi Persentase Tidak mengkonsumsi Sedikit Sedang 8 74 2 9.5 88.1 2.4 3. Aktivitas Fisik pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan aktivitas fisik pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara mayoritas memiliki aktivitas berat sebanyak 51 orang 60.7. Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase aktivitas fisik pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara n=84 Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase Ringan Sedang Berat 9 24 51 10.7 28.6 60.7 Universitas Sumatera Utara 4. Tingkat Stres pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan tingkat stres pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara mayoritas stres tingkat normal sebanyak 34 orang 40.5. Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara n=84 Tingkat Stres Frekuensi Persentase Normal Ringan Sedang Berat 34 23 22 5 40.5 27.4 26.2 6.0 5. Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian menunjukkan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara mayoritas mengalami siklus menstruasi teratur sebanyak 57 orang 67.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan persentase siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara n=84 Siklus Menstruasi Frekuensi Persentase Teratur Tidak Teratur 57 27 67.9 32.1 5.1.2 Analisa Bivariat 1. Hubungan antara IMT dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai IMT dengan siklus menstruasi. Tabel 5.6 Hubungan antara IMT dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Status Gizi Siklus Menstruasi Responden IMT Teratur n Tidak teratur n Jumlah n n Nilai p Underweight 9 12.3 4 5.5 13 17.8 -0.048 Healthy 44 72.1 17 27.9 61 72.6 Overweight 6 66.7 3 33.3 9 10,7 Obese - - 1 100 1 1 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan IMT normal dan siklus menstruasi teratur sebanyak 44 orang 72.1. Universitas Sumatera Utara Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar -0.048, dimana memiliki hubungan dengan arah negatif antara nilai IMT dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 2. Hubungan antara Konsumsi Kafein dengan Siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas keperawatan USU Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan konsumsi kafein dengan siklus menstruasi. Tabel 5.7 Hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Konsumsi Kafein Siklus Menstruasi Responden Teratur n Tidak teratur n Jumlah n n Nilai p Tidak konsumsi 6 75.0 2 25.0 8 9.5 Sedikit 50 59.5 24 28.6 74 88.1 0.024 Sedang 2 100 - - 2 2.4 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan mengkonsumsi kafein sedikit dan siklus menstruasi teratur sebanyak 50 orang 59.5. Universitas Sumatera Utara Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.024, yang berarti terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi. Tabel 5.8 Hubungan aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Aktivitas Fisik Siklus Menstruasi Responden Teratur n Tidak teratur n Jumlah n n Nilai p Ringan 5 55.6 4 44.4 9 10.7 Sedang 14 53.8 10 38.5 24 28.6 0,176 Berat 37 72.5 14 27.5 51 60,7 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan aktivitas fisik berat dan siklus menstruasi teratur sebanyak 37 orang 72.5. Universitas Sumatera Utara Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.168, yang berarti tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan stres dengan siklus menstruasi. Tabel 5.9 Hubungan stres dengan siklus menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Stres Siklus Menstruasi Responden Teratur n Tidak teratur n Jumlah n n Nilai p Normal 23 67.6 11 32.4 34 40.5 Ringan 15 65.2 8 34.8 23 27.4 0.028 Sedang 15 68.2 7 31.8 22 26.2 Berat 4 80.0 1 20.0 5 6.0 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan tingkat stress dalam tingkat normal dan siklus menstruasi teratur sebanyak 23 orang 67.6. Universitas Sumatera Utara Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.028, yang berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 5.2 Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 5.2.1 Analisa Univariat a. IMT Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal, dimana dilihat dari nilai IMT responden, mayoritas yaitu dengan IMT normal sebanyak 61 orang 72.6. Penilaian antropometri tubuh salah satunya dengan mengukur IMT seseorang, dimana penilaian dengan mengukur berat badan dan tinggi badan.Perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi, penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan Kusmiran, 2014. Pada perempuan dengan berat berlebihan ditemukan produksi androgen suprarenal meningkat, pengingkatan pengeluaran 17-ketosteroid dan 17- hidroksisteroid, kadar plasma testosteron meningkat, kadar plasma androstenadion meningkat, rasio estronstradiol 2,5 serta kadar sex Universitas Sumatera Utara hormone binding globulin SHBG yang rendah Supriyono, 2003. Ditambah lagi terjadi kelebihan androgen, estrogen terutama estron.Pada obesitas ditemukan interaksi adipokin dan Hipothalamus-Pituitary-Gonad HPG axis serta leptin sebagai pleiotropic modulator keseimbangan energy dan reproduksi. Peningkatan metabolisme hormon reproduksi didalam deposit jaringan adipos bisa menyebabkan kadar androgen dan estrogen dalam plasma yang abnormal yang berakibat pada gangguan pada aksis. Sex hormone binding globulin SHBG berperan dalam regulasi bioavabilitas dari hormon reproduksi. Pada obesitas terjadi penurunan kadar SHBG sehingga meningkatkan bioavabilitas kadar hormon Kyrou, 2010. Obese memiliki kadar insulin dan leptin yang tinggi. Leptin yang tinggi mempengaruhi steroidogenesis di ovarium dengan menghambat FSH dan Insulin like Growth Factor-I IGF-I di folikel, sehinggan menggangu sintesis estrogen di ovarium tetapi tidak pada sintesis progesteron.Mekanisme terjadinya gangguan siklus menstruasi berkaitan dengan akumulasi dari lemak yang berlebihan ataupun lemak yang sedikit yang menyebabkan gangguan fungsi Hipothalamus-Pitutary-Gonad HPG.Telli et al, 2002. Pada resistensi insulin, dimana jumlah reseptor insulin menuruntidak berfungsi, maka kadar insulin yang berlebih akan berikatan dengan resptor IGF-I, yang mempunyai bentukstruktur, sama dengan reseptor insulin. IGF-I bekerja memperkuat rangsangan LH terhadap sel teka ovarium untuk menghasilkan androgen Gotteroa et al., Universitas Sumatera Utara 2004.Androgen merupakan hormon yang diperlukan oleh tubuh suprarenal, ovarium untuk menghasilkan estrogen.Enzim yang diperlukan untuk mengubah androgen manjadi estrogen adalah aromatase.Jaringan yang mempunyai kemampuan untuk mengaromatisasi androgen menjadi estrogen adalah sel-sel granulose dan jaringan lemak. Sehingga, semakin banyak atau sedikit presentase jaringan lemak tubuh, semakin banyak ataupun sedikit estrogen yang terbentuk, yang kemudian dapat menggangu keseimbangan hormon Supriyono, 2003. b. Kebiasaan Konsumsi Kafein Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden mengkonsumsi kafein dalam tingkat sedikit dimana mengkonsumsi 1-2 gelashari sebanyak 74 orang 88.1. Kafein terdapat dalam kopi, teh, minuman berkarbonasi, coklat, susu coklat dan beberapa obat-obatan. Kafein cepat diserap dari saluran pencernaan dan didistribusikan ke seluruh jaringan. Mekanisme dari kafein termasuk penghambatan hidrolisis siklik 3,5adenosine monophosphate dan 3,5- guanosin monophosphate dan antagonisme adenosine Rail et al., 1990; Mahmoud, 2014. Kafein diserap perlahan ke dalam aliran darah hanya sekitar 25 persen mencapai sirkulasi setelah enam puluh menit dikonsumsi.Setelah mengalir ke dalam aliran darah, kafein tersebut didistribusikan secara merata sepanjang tubuh dan menyeberang ke otak serta ke dalam rahim.Oleh Universitas Sumatera Utara karena itu, kafein dapat mengubah profil hormon dan dengan demikian mempengaruhi fungsi menstruasi Rose, 1988. c. Aktivitas Fisik Hasil penelitian menunjukkkan bahwa mayoritas responden memiliki aktivitas fisik berat sebanyak 51 orang 60.7. Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi. Termasuk olahraga yang berlebihan Kusmiran,2014. Aktivitas fisik berat memiliki faktor risiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon GnRH dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen Kusmiran, 2014. d. Stres Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat stres dalam rentang normal sebanyak 34 orang 40.5. Stres dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi karena stres memicu peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone CRH dan hormon glukokortikoid sehingga menghambat sekresi hormon Gonadotropine Releasing Hormone GnRH yang akan menyebabkan fluktuasi kadar hormon FSH dan LH sehingga terjadi proses proliferasi dan sekresi yang memanjang atau memendek dan menyebabkan siklus menstruasi memanjang atau memendek Kusmiran, 2014. Universitas Sumatera Utara Dalam mempengaruhi siklus menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.Chrousus, dkk 1998 menjelaskan bahwa sewaktu stres terjadi aktivasi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal bersama-sama dengan sistem saraf autonom yaitu aktivasi amygadla pada sistem limbik.Sistem ini menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu Chorticotropic Releasing Hormone CRH. Hormon ini akan secara langsung menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nukleus arkuata. Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorfin dan ACTH ke dalam darah. Peningkatan ACTH akan menyebabkan peningkatan pada kadar kortisol darah. Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH dalam bentuk Folikel Stimulating Hormone FSH dan Leutinizing Hormone LH dan nantinya akan mempengaruhi terjadinya proses menstruasi Sherwood, 2009 e. Siklus Menstruasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki siklus menstruasi teratur dimana dalam rentang waktu 21-35 hari, sebanyak 57 orang 67.9 dan sebanyak 27 orang 32.1 memiliki siklus menstruasi tidak teratur, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi. Keteraturan menstruasi merupakan rangkaian siklus menstruasi yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan ketika perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi Universitas Sumatera Utara secara berkala akibat terlepasnya endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran dan pada saluran reproduksi normal, ovarium berperan penting dalam proses ini, karena bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi Bobak, 2004. Jenis siklus menstruasi yang tidak normal, seperti menstruasi yang terjadi setiap 3 sampai 6 minggu sekali, menstruasi yang terjadi setiap 2 sampai 3 minggu sekali dan menstruasi terjadi hanya 2 kali setahun. Sikus menstruasi yang tidak teratur berdampak pada gangguan kesuburan Llewellyn, 2001 5.2.2 Analisa Bivariat a. Hubungan IMT dengan Siklus Menstruasi Tabel 6 menunjukkan hubungan IMT dengan siklus menstruasi responden.Dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan IMT normal dan siklus menstruasi yang teratur sebanyak 44 orang 72.1. Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar -0.048, dimana memiliki hubungan dengan arah negatif antara nilai IMT dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi.Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan Universitas Sumatera Utara pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan.Kondisi patologis seperti berat badan yang kurangkurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan amenorrhea Kusmiran, 2014. Amenorea primer umumnya penyebabnya lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik.Amenorea sekunder biasanya disebabkan karena kehidupan wanita, pada keadaan patologis seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor dan penyakit infeksi, sedangkan pada keadaan fisiologis pada saat menarke, hamil, menyusui dan menopause.Biasanya terjadi pada perempuan dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon Wiknjosastro, 2009. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lestari 2014 yang meneliti tentang Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Siswi SMA St. Thomas 2 Medan. Dalam penelitiannya, Lestari memperoleh adanya hubungan antara status gizi dengan keteraturan siklus menstruasi pada Siswi SMA St. Thomas 2 Medan dengan nilai p sebesar 0,004 dan sejalan dengan penelitian Pratiwi 2011 yang meneliti tentang hubungan status gizi dan keteraturan siklus menstruasi pada siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. Dalam penelitiannya, diperoleh adanya hubungan antara status gizi dan keteraturan siklus menstruasi dengan nilai p sebesar 0,003.Penelitian lainnya, yaitu Rakhmawati 2012 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan keteraturan siklus Universitas Sumatera Utara menstruasi dengan nilai p sebesar 0,037. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa wanita dengan obesitas memiliki risiko gangguan keteraturan siklus menstruasi 1,89 kali lebih besar dari wanita dengan status gizi yang normal. Hal ini dikaitkan dengan kandungan estrogen. Diketahui bahwa wanita dengan obesitas umumnya memiliki kadar estrogen yang relatif tinggi, menyebabkan gangguan pada perkembangan folikel yang akan mempengaruhi siklus menstruasi dan menimbulkan risiko ketidakteraturan siklus mentruasi. Hasil penelitian ini, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Faradis tentang Keterhubungan antara Faktor Gangguan Menstruasi mahasiswi STKIP Pasundan Cimahi tidak didapatkan hubungan bermakna p=0,191 antara IMT dengan gangguan menstruasi. Walaupun demikian, siswi dengan gangguan menstruasi memiliki rerata IMT lebih tinggi IMT=22,3 dibandingkan siswi yang tidak mengalami gangguan menstruasi IMT=20,8. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mardiana, dkk 2013 tentang Hubungan Status Gizi Remaja dengan siklus menstruasi di SMA Negeri 1 kajen kabupaten Pekalongan Tahun 2013 analisa hasil penelitian menggunakan uji statistik chi square, diperoleh value 0,530 0,05 berarti Ho gagal ditolak yang menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian, teori yang mendukung serta penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan IMT dengan siklus menstruasi. Universitas Sumatera Utara b. Hubungan Konsumsi Kafein dengan Siklus Menstruasi Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan konsumsi kafein sedikit dan siklus menstruasi teratur sebanyak 50 orang 59.5. Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.024, yang berarti terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Mekanisme aksi kafein antara lain adalah penghambatan hidrolisis siklik 3,5-adenosine monophosphate dan 3,5-guanosine monophosphate dan juga antagonisme adenosine, memungkinkan kafein mengubah profil hormone yang dapat memengaruhi menstruasi Rail et al., 1990; Mahmoud, 2014 . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parama 2015 tentang Hubungan Antara Minum Kopi dan Keteraturan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Pendidikan Dokter UNS Surakarta bahwa hasil analisis data penelitian yang menggunakan Chi Square didapatkan nilai X2= 6,763 dengan taraf signifikansi α= 0,05. Ada hubungan yang bermakna dan korelasi yang lemah antara minum kopi dan keteraturan siklus menstruasi pada Mahasiswi Pendidikan Dokter UNS Surakarta.Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fenster et al 1999 tentang Caffeine Consumption and Menstrual Function terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi dengan nilai p0.10 dalam penelitian Fenster et al tidak terdapat hubungan yang Universitas Sumatera Utara signifikan terhadap konsumsi kafein dengan siklus menstruasi, adanya peningkatan risiko pada fase luteal jika peningkatan pada konsumsi kafein. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mukti 2013 tentang Faktor Risiko kejadian Endometriosis, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi kafein dengan kejadian endometriosis di Surakarta. Hasil penelitian tersebut didasarkan pada uji chi square diperoleh p value 0,225 lebih kecil dari nilai α 0,05. Nilai OR pada penelitian tersebut adalah 0,602 OR1 dengan CI 0,285-1,275 mencakup angka 1 yang menunjukkan bahwa konsumsi kafein belum tentu faktor risiko. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat teori dan penelitian yang mendukung bahwa terdapat hubungan antara konsumsi kafein dengan siklus menstruasi. c. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Siklus Menstruasi Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan aktivitas fisik berat dan siklus menstruasi teratur sebanyak 37 orang 72.5. Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.168 dimana yang berarti tidak terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi.Aktivitas fisik berat memiliki faktor risiko untuk mengalami amenorrhea,anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon GnRH dan Universitas Sumatera Utara aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen Kusmiran, 2014. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pohan 2014 tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan lama menstruasi pada mahasiswi dengan nilai p-value = 0,268. Hal ini menyatakan bahwa aktivitas fisik tidak berpengaruh besar pada lama menstruasi seseorang. Lama menstruasi normal adalah 3-7 hari selama periode menstruasi. Aktivitas fisik yang berat lebih berpengaruh kepada gangguan menstruasi seperti sindrom pramenstruasi dan dismenore kram perut menjelang dan pada saat menstruasi. Aktivitas fisik yang berlebih juga menyebabkan stress, dimana stress merupakan salah satu faktor penyebab gangguan siklus menstruasi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Naibaho 2014 tentang Hubungan Antara Tingkat Aktivitas Fisik Dan Siklus Menstruasi Pada Remaja Di SMA Warga Kota Surakartadidapatkan nilai p = 0,037 dan didapatkan nilai Q = 0.261 dapat disimpulkan ada hubungan antara aktivitas fisik dan siklus menstruasi pada remaja di SMA Warga Kota Surakarta akan tetapi hubungan antar keduanya kurang erat. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati 2014 tentang Hubungan Asupan Zat Gizi, Aktivitas Fisik, dan Persentase Lemak Tubuh dengan Gangguan Siklus Menstruasi pada Penari didapati adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi p= 0,022. Penelitian lainnya yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh Faradis tentang Keterhubungan antara Faktor Gangguan Menstruasi mahasiswi STKIP Pasundan Cimahi dalam penelitian tersebut didapatkan hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan gangguan menstruasi. Duapertiga responden yang mengalami gangguan menstruasi justru aktif secara fisik, sedangkan duapertiga responden yang tidak mengalami gangguan menstruasi justru tidak aktif.Aktivitas berlebihan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada sekresi GnRH. Hal tersebut menyebutkan menarche yang tertunda dan gangguan siklus menstruasi dengan perubahan metabolisme steroid yang mempengaruhi pelepasan gonadotropin.Aktivitas fisik yang terlalu tinggi sehingga tidak mampu dikompensasi oleh tubuh dapat menyebabkan gangguan endokrin dalam tubuh salah satunya ketidakteraturan siklus menstruasi. Aktivitas fisik yang dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya lebih banyak kepada aktivtas belajar, dilihat dari responden yaitu mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara lebih banyak menghabiskan waktunya pada proses pembelajaran di area kampus, dari pada kegiatan diluar kampus.Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori dan penelitian sebelumnya, hal ini dimungkinkan karena instrumen yang digunakan pada saat penelitian tidak terlalu spesifik untuk menanyakan tingkat aktivitas responden. Universitas Sumatera Utara d. Hubungan Tingkat Stres dengan Siklus Menstruasi Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden dengan stress dalam tingkat normal dan siklus menstruasi teratur sebanyak 23 orang 67.6. Hasil uji analisa menggunakan spearman’s rho correlation dengan bantuan program komputer diperoleh nilai p sebesar 0.028, yang berarti terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau endogenous opiat yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein LH yang menyebabkan amenorrhea.Stres dapat mempengaruhi keteraturan siklus menstruasi karena stres memicu peningkatan kadar hormon Corticotropin Releasing Hormone CRH dan hormon glukokortikoid sehingga menghambat sekresi hormon Gonadotropine Releasing Hormone GnRH yang akan menyebabkan fluktuasi kadar hormon FSH dan LH sehingga terjadi proses proliferasi dan sekresi yang memanjang atau memendek dan menyebabkan siklus menstruasi memanjang atau memendek Kusmiran, 2014. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rakhmawati 2012 yang menyatakan bahwa risiko responden untuk mengalami gangguan siklus menstruasi, termasuk ketidakteraturan siklus menstruasi pada responden yang mengalami stress meningkat dua kali dibandingkan dengan responden Universitas Sumatera Utara yang tidak mengalami stress, sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lestari 2014 terdapat keterlibatan faktor-faktor lain terhadap keteraturan siklus menstruasi, seperti kondisi fisik, gaya hidup, stres, usia, psikis, dan status aktivitas dan olahraga responden. Dalam penelitian Lestari 2014 didapati hubungan dengan keteraturan siklus menstruasi dan hubungan yang ditunjukkan sangat signifikan, yaitu 0,001. Hasil penelitian ini, sejalan dengan teori dan penelitian sebelumnya, bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. Dilihat dari hasil penelitian, didapati responden dengan tingkat stress dalam keadaan normal, ini berarti dalam proses belajar, mahasiswi Ilmu keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dapat menikmati proses perkuliahan, tidak merasa terbebani dengan sistem pembelajaran di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN